BAB I PENDAHULUAN. dibuktikan dengan banyak berdirinya pabrik kimia di Indonesia. Kebutuhan produk

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1 Prarancangan Pabrik Dietil Eter dari Etanol dengan Proses Dehidrasi Kapasitas Ton/Tahun Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. desinfektan, insektisida, fungisida, solven untuk selulosa, ester, resin karet,

Laporan Tugas Akhir Perancangan Pabrik Butil Asetat Dari Butanol dan Asam Asetat Kapasitas Ton/Tahun BAB 1 PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Etil Asetat dari Etanol dan Asam Asetat Kapasitas ton/tahun Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

PRARANCANGAN PABRIK DIBUTYL PHTHALATE DARI PHTHALIC ANHYDRIDE DAN N-BUTANOL KAPASITAS TON/TAHUN BAB I PENDAHULUAN

EXECUTIVE SUMMARY TUGAS PERANCANGAN PABRIK KIMIA

BAB I PENDAHULUAN. Perancangan Pabrik Mononitrotoluena dari Toluena dan Asam Campuran dengan Proses Kontinyu Kapasitas 25.

Prarancangan Pabrik Amil Asetat dari Amil Alkohol dan Asam Asetat Kapasitas Ton / Tahun BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. adalah produksi asam akrilat berikut esternya. Etil akrilat, jenis ester

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik

PRA RANCANGAN PABRIK ETHYL ACRYLATE DARI ETHYL 3-ETHOXY PROPIONATE KAPASITAS TON / TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Mononitrotoluen dari Toluen dan Asam Campuran Dengan Proses Kontinyu Kapasitas 55.

BAB I PENDAHULUAN. Amar Ma ruf D

Prarancangan Pabrik Sodium Silikat Dari Natrium Hidroksida Dan Pasir Silika Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan pabrik isopropil asetat dari asam asetat dan propilen kapasitas ton / tahun

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, pemanfaatan sumber daya alam yang

P rarancangan P abrik E til A setat dari A sam A setat dan E tanol K apasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Kiswari Diah Puspita D

BAB I PENDAHULUAN. ditingkatkan dalam menghadapi persaingan perdagangan internasional.

Prarancangan Pabrik Isobutil palmitat dari Asam palmitat dan Isobutanol Kapasitas Ton / Tahun BAB I PENDAHULUAN

BAB II PERANCANGAN PRODUK

Prarancangan Pabrik Etil Asetal Dari Asam Asetat Dan Etanol Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Asam Nitrat Dari Asam Sulfat Dan Natrium Nitrat Kapasitas Ton Per Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Isopropanolamin dari Propilen Oksida dan Amonia Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

II. DESKRIPSI PROSES

Prarancangan Pabrik Propilen Glikol dari Proplilen Oksida dan Air dengan Proses Hidrasi Kapasitas Ton / Tahun BAB I PENDAHULUAN

Tugas Perancangan Pabrik Kimia Prarancangan Pabrik Amil Asetat dari Amil Alkohol dan Asam Asetat Kapasitas ton/tahun BAB I PENGANTAR

Laporan Tugas Akhir Prarancangan Pabrik Amil Asetat Dari Amil Alkohol dan Asam Asetat Kapasitas Ton/ Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Asam Asetat dari Metanol dan Karbon Monoksida Kapasitas Ton per Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Etil Asetat dari Asam Asetat dan Etanol dengan Katalis Asam Sulfat Kapasitas Ton per Tahun BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Bromopropiopenon dari Propiopenon dan Bromida Kapasitas ton/tahun

BAB I PENDAHULUAN Kapasitas Pabrik Dalam pemilihan kapasitas pabrik acetophenone ada beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Butil Akrilat dari Asam Akrilat dan Butanol Kapasitas Ton per Tahun. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Butil Asetat dari Butanol dan Asam Asetat Dengan Metode Fischer Proses Batch Kapasitas 80.

Prarancangan Pabrik Asam Asetat dengan Proses Monsanto Kapasitas Ton Per Tahun BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Agus Dwi Harjanto (D )

TUGAS PRARANCANGAN PABRIK ETIL ASETAT DENGAN REACTIVE DISTILLATION KAPASITAS TON PER TAHUN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendirian Pabrik

Prarancangan Pabrik Asetanilida dari Anilin dan Asam asetat Kapasitas ton/tahun Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

PRARANCANGAN PABRIK METIL METAKRILAT DARI ASETON SIANOHIDRIN 1 DAN METANOL KAPASITAS TON/TAHUN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Proyeksi tahunan konsumsi bahan bakar fosil di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. tinta cetak, cat dan thinner, PVC film, industri farmasi, dan sebagainya. Kendati

1 Prarancangan Pabrik n-butil Metakrilat dari Asam Metakrilat dan Butanol dengan Proses Esterifikasi Kapasitas ton/tahun Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Gliserol dari Epiklorohidrin dan NaOH Kapasitas Ton/Tahun Pendahuluan

Prarancangan Pabrik Alumunium Sulfat dari Asam Sulfat dan Kaolin Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Etilen Glikol dari Etilen Oksida dan Air Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Asam Formiat dari Metil Format dan Air dengan Proses Bethlehem Kapasitas Ton/Tahun Pendahuluan

Prarancangan Pabrik Etil Asetat Dari Asam Asetat Dan Etanol Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Dimetil Eter Proses Dehidrasi Metanol dengan Katalis Alumina Kapasitas Ton Per Tahun.

dapat mendorong berdirinya pabrik kimia lainnya, sehingga dapat mengurangi

Prarancangan Prabrik Isopropil Asetat dari Asam Asetat dan Isopropanol Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. baik sebagai bahan baku maupun bahan penunjang. Benzil alkohol banyak. solvent, dan sebagai bahan untuk industri kimia yang lain.

Prarancangan Pabrik Mononitrotoluena dari Toluena dan Asam Campuran Dengan Proses Kontinyu Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Propilen Glikol dari Proplilen Oksida dan air dengan Proses Hidrasi Kapasitas Ton / Tahun BAB I PENDAHULUAN

PRARANCANGAN PABRIK DIBUTYL PHTHALATE DARI PHTHALIC ANHYDRIDE DAN BUTANOL PROSES ESTERIFIKASI KAPASITAS TON/TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Asetat Anhidrid dari Aseton dan Asam Asetat Kapasitas Ton/Tahun A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Etil Klorida dengan Proses Hidroklorinasi Etanol Kapasitas Ton/Tahun

1.2 Kapasitas Pabrik Untuk merancang kapasitas produksi pabrik sodium silikat yang direncanakan harus mempertimbangkan beberapa faktor, yaitu:

Laporan Tugas Akhir Prarancangan Pabrik Monochlorobenzene dari Benzene dan Chlorine Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Propilen Glikol Dengan Proses Hidrasi Menggunakan Katalis Asam, Kapasitas ton/tahun Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PRARANCANGAN PABRIK DIMETIL ETER DARI METANOL KAPASITAS TON/TAHUN

Prarancangan Pabrik Etanolamin dengan Proses Non Catalytic Kapasitas ton/tahun Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

II. DESKRIPSI PROSES

BAB II URAIAN PROSES. Benzil alkohol dikenal pula sebagai alpha hidroxytoluen, phenyl methanol,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendirian Pabrik

BAB I PENDAHULUAN D

Prarancangan Pabrik Green Epichlorohydrin (ECH) dengan Bahan Baku Gliserol dari Produk Samping Pabrik Biodiesel Kapasitas 75.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Sodium Tetra Silikat (Waterglass) dari Sodium Karbonat dan Pasir Silika Kapasitas Ton per Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Etil Akrilat dari Asam Akrilat dan Etanol Kapasitas ton/tahun BAB II DESKRIPSI PROSES. Rumus molekul : C2H5OH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Prarancangan Pabrik Metil Akrilat Dari Metanol Dan Asam Akrilat Dengan Proses Esterifikasi Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. kimia yang tidak berwarna dan berbau khas, larut dalam air, alkohol, aseton,

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Asam Formiat Dari Metil Format dan Air dengan Proses Bethlehem Kapasitas Ton/Tahun Pendahuluan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Prarancangan Pabrik Amonium Klorida dengan Proses Amonium Sulfat - Natrium Klorida Kapasitas Ton/ Tahun BAB I PENDAHULUAN

II. PEMILIHAN DAN URAIAN PROSES

PRARANCANGAN PABRIK AMIL ASETAT DARI AMIL ALKOHOL DAN ASAM ASETAT KAPASITAS TON PER TAHUN

PRARANCANGAN PABRIK MONONITROTOLUEN DARI TOLUEN DAN ASAM CAMPURAN DENGAN PROSES KONTINYU KAPASITAS TON / TAHUN

Prarancangan Pabrik Metil Salisilat dari Asam Salisilat dan Metanol dengan Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENGANTAR

PRARANCANGAN PABRIK FERRO SULFAT HEPTAHIDRAT DARI BESI DAN ASAM SULFAT DENGAN KAPASITAS TON PER TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. sehingga mengakibatkan konsumsi minyak goreng meningkat. Selain itu konsumen

Dari pertimbangan faktor-faktor diatas, maka dipilih daerah Cilegon, Banten sebagai tempat pendirian pabrik Aseton.

Perancangan Pabrik Metil klorida Dengan Proses Hidroklorinasi Metanol Kapasitas Ton/tahun

Tugas Akhir Prarancangan Pabrik Asam Fenil Asetat dari Benzil Sianida dan Asam Sulfat Kapasitas ton/tahun. Pendahuluan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik

Prarancangan Pabrik Kloroform dari Sodium hidroksida, Klorin, dan Aseton dengan Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Prarancangan Pabrik Asam Nitrat Dari Natrium Nitrat dan Asam Sulfat Kapasitas Ton/tahun

Prarancangan Pabrik Kalsium Klorida dari Kalsium Karbonat dan Asam Klorida Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

PRARANCANGAN PABRIK ASAM FORMIAT DARI METIL FORMAT DAN AIR KAPASITAS TON/TAHUN

Prarancangan Pabrik Asam Oksalat dari Tetes dengan Kapasitas ton/tahun BAB I PENDAHULUAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendirian Pabrik Perkembangan industri terutama industri kimia di Indonesia sangat pesat, hal ini dibuktikan dengan banyak berdirinya pabrik kimia di Indonesia. Kebutuhan produk kimia bertambah seiring dengan keperluan akan bahan baku proses. Pengembangan industri kimia di Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan nasional dalam memenuhi kebutuhan akan bahan kimia dalam negeri dan juga luar negeri. Kegiatan pengembangan industri kimia di Indonesia diarahkan dengan tujuan diantaranya yaitu: a. Membuka lapangan kerja baru Berdirinya industri kimia ini akan menciptakan lapangan kerja baru, memberikan kesempatan kerja, dan pemerataan tenaga kerja sehingga dapat mengurangi angka pengangguran di Indonesia. b. Menghemat dan menambah sumber devisa Negara Tujuannya yaitu agar produk-produk yang dihasilkan dapat memenuhi kebutuhan di dalam negeri sehingga ketergantungan terhadap negara lain dapat dikurangi. Pendirian industri di dalam negeri juga berpeluang untuk melakukan ekspor sehingga dapat menambah sumber devisa Negara. c. Proses alih teknologi Adanya produk-produk yang dihasilkan dengan teknologi modern membuktikan bahwa para sarjana kita mampu menyerap ilmu serta teknologi modern dan menerapkan di bidang industri sesuai bidang keahlian yang dimiliki. 1

2 Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat secara mandiri perlu pengembangan sektor industri, khususnya industri kimia dasar setengah jadi dan bahan jadi. Salah satu industri tersebut adalah industri etil asetat. Etil asetat merupakan senyawa ester yang dihasilkan dari proses esterifikasi alkohol dan asam asetat dengan rumus kimia CH 3 COOC 2 H 5. Etil asetat berwarna jernih, larut dalam kloroform, alkohol, eter dan sedikit larut dalam air. Etil asetat mempunyai sifat fisik yaitu massa molekul 88,10 g/mol, massa jenis 0.901g/cm 3, titik didih 77,1 C dan titik lebur -82.4 C (Perry, 1997). Etil asetat juga mempunyai sifat kimia diantaranya adalah etil asetat dapat terhidrolisa menjadi asam karboksilat dan alkohol dalam suasana asam, serta etil asetat dapat diammonolisa membentuk amida dan alkohol (Bahl, 1979). Etil asetat banyak digunakan untuk pelarut paint, lacquers, coatings, untuk bahan baku pembuatan parfum dan sebagai reagen sintetik organik. Sehingga perlu adanya pendirian pabrik etil asetat di Indonesia.(Riemenschneider, 1987). Industri etil asetat merupakan salah satu industri kimia yang dapat didirikan di Indonesia karena saat ini etil asetat diproduksi oleh dua perusahaan di Indonesia. Kapasitas produksi etil asetat seluruhnya mencapai 62.500 ton/tahun. Dua perusahaan tersebut adalah PT. Indo Acidatama Tbk dengan kapasitas produksi 7.500 ton/tahun dan PT. Showa Esterindo Indonesia dengan kapasitas produksi 55.000 ton/tahun. Pangsa pasar etil asetat dari PT. Showa Esterindo Indonesia sebesar 40% dipasarkan untuk memenuhi pasar dalam negeri dan sisanya di ekspor ke luar negeri dengan target utama negara-negara ASEAN seperti Malaysia, Filipina dan Thailand. Kebutuhan akan etil asetat belum dapat dipenuhi dari dua perusahaan tersebut sehingga dibutuhkan impor untuk mencukupinya.

3 1.2. Penentuan Kapasitas Produksi Penentuan kapasitas pabrik etil asetat dilakukan dengan pertimbangan beberapa hal sebagai berikut: 1. Kebutuhan etil asetat di Indonesia Kebutuhan etil asetat dalam negeri sebagian masih di impor dari beberapa negara antara lain Jepang, Korea, Taiwan dan Singapura. Data impor etil asetat di Indonesia ditunjukkan pada Tabel 1.1 sebagai berikut: Tabel 1.1 Impor Etil Asetat Indonesia Tahun 2010-2013 (Sumber: Badan Pusat Statistik, 2014) Etil asetat dapat digunakan diberbagai sektor industri seperti industri cat dan thiner, tinta cetak, farmasi, lembaga penelitian dan lain sebagainya. Konsumsi etil asetat pada masing-masing sektor industri dapat dilihat pada Tabel 1.2 sebagai berikut: No Tahun Etil Asetat (Ton) 1 2010 10,051.00 2 2011 17,172.00 3 2012 34,080.00 4 2013 33,461.00 Tabel 1.2 Konsumsi Etil Asetat Indonesia (2008-2012) Industri Pemakaian (ton) Tahun Tinta Total (ton) Cat dan Thiner Lain-lain Cetak 2008 14.285 15.147 3.751 33.183 2009 14.857 15.905 3.843 34.605 2010 15.600 16.859 3.940 36.399 2011 16.536 18.039 4.038 38.613 2012 17.693 19.302 4.140 41.135 Sumber: CIC no 444, 1 Nopember 2012 2. Ketersediaan bahan baku Bahan baku pembuatan etil asetat terdiri dari etanol dan asam asetat serta menggunakan asam sulfat sebagai katalis. Bahan baku etanol diperoleh dari PT.Indo Acidatama Tbk, Solo dengan kapasitas produksi 50.000 KL/tahun. Asam asetat

4 diperoleh dari PT. Indo Acidatama Tbk, Solo dengan kapasitas produksi 33.000 ton/tahun. Asam sulfat diperoleh dari PT. Petrokimia (Gresik) dengan kapasitas produksi 550.000 ton/tahun 3. Kapasitas Minimum Pada penentuan kapasitas pabrik etil asetat yang akan dirancang terlebih dahulu harus mengetahui kapasitas pabrik yang sudah beroperasi dan kebutuhan didalam negeri. Sehingga dapat diperkirakan kapasitas pabrik yang akan dirancang. Berdasarkan pabrik yang sudah beroperasi yaitu PT. Indo Acidatama Tbk dengan kapasitas produksi 7.500 ton/tahun dan PT Showa Esterindo Indonesia dengan kapasitas produksi 55.000 ton/tahun. Pabrik etil asetat direncanakan untuk didirikan pada tahun 2015 atau tahun ke enam dari observasi. Untuk memperkirakan kebutuhan etil asetat pada tahun 2015 dapat dilakukan dengan analisa regresi linier dan non linier. Data-data kebutuhan impor etil asetat dapat dikorelasikan antara variabel tahun (x) dan kebutuhan impor etil asetat (y) dengan menggunakan beberapa persamaan berikut: Gambar 1.1 Grafik Persamaan Linear

5 Gambar 1.2 Grafik Persamaan Logaritma Gambar 1.3 Grafik Persamaan Exponen

6 Gambar 1.4 Grafik Persamaan Polynomial Gambar 1.5 Grafik Persamaan Power Dari persamaan di atas, dipilih persamaan power karena memberikan persamaan yang baik dengan harga R 2 mendekati 1. Persamaan power yang diperoleh: y = 9910.x 0.948

7 Dengan demikian kebutuhan etil asetat pada tahun 2015 yang merupakan tahun ke enam dapat diperkirakan yaitu: y = 9910.x 0.948 y = 54.170 ton/ tahun Perancangan pendirian pabrik etil asetat tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri, tetapi juga dapat digunakan untuk kebutuhan ekspor mengingat nilai investasi yang di tanamkan cukup besar. Perancangan produksi etil asetat mengacu kepada kapasitas minimal pabrik yang sudah ada, yaitu sebesar 55.000 ton/ tahun. Data kebutuhan bahan baku utama untuk produksi tiap jam adalah sebagai berikut: CH 3 COOH + CH 2 CH 5 OH H 2 SO 4 CH 3 COOC 2 H 5 + H 2 O Kapasitas Produksi = 55.000 ton/tahun 1 tahun = 330 hari aktif Konversi = 67% Perbandingan mol CH 3 COOH : CH 2 CH 5 OH = 1 : 1,11 ton 1 tahun 1 hari 1000 kg Kapasitas Produksi = 55.000 x x x x 0, 995 tahun 330 hari 24 jam ton = 6.909,72 kg/jam Massa CH 3 COOH Massa CH 2 CH 5 OH Massa H 2 SO 4 = 5.861,27 kg/jam = 7.016,11kg/jam = 131,40 kg/jam 1.3. Lokasi lain: Dalam menentukan lokasi pabrik perlu dipertimbangkan beberapa faktor yaitu antara

8 1. Penyediaan Bahan Baku Bahan baku etanol diperoleh dari PT. Indo Acidatama Tbk, Solo dengan kapasitas produksi 50.000 KL/tahun. Asam asetat diperoleh dari PT. Indo Acidatama Tbk, Solo dengan kapasitas produksi 33.000 ton/tahun. Asam sulfat diperoleh dari PT. Petrokimia (Gresik) dengan kapasitas produksi 550.000 ton/tahun. Dalam hal ini bahan baku diperoleh dari industri yang berdekatan dengan lokasi pabrik, sehingga masalah pengangkutan cukup mudah dan biaya relatif lebih murah. 2. Pemasaran Pendirian pabrik perlu memperhatikan letak pabrik dengan konsumen yang membutuhkan produk tersebut guna menekan biaya pendistribusian ke lokasi pengiriman dan mempercepat waktu pengiriman produk sampai ke konsumen. 3. Transportasi Angkutan bahan baku menuju lokasi pabrik harus memadai didukung dengan fasilitas jalan raya yang lancar. Selain itu juga pemasaran produk dari lokasi pabrik ke konsumen harus strategis. 4. Tenaga Kerja Tenaga kerja sebagian besar diperoleh dari masyarakat setempat dan untuk tenaga ahli diperoleh dari lulusan Perguruan Tinggi sekitarnya yaitu Semarang dan Yogyakarta sesuai bidang keahlian masing-masing. 5. Utilitas Penyediaan air, bahan bakar, dan listrik dapat dengan mudah terpenuhi karena merupakan daerah kawasan industri. Dengan mempertimbangkan faktor-faktor tersebut, maka lokasi pabrik etil asetat ditetapkan di daerah Solo, Jawa Tengah.

9 1.4. Tinjauan Proses 1.4.1. Macam-Macam Proses Ada beberapa macam proses pembuatan etil asetat, antara lain: 1. Reaksi dengan pemanasan asetaldehid menggunakan alumunium etoksida Pembuatan etil asetat dilakukan dengan kondensasi dua molekul asetaldehid (reaksi Tishchenko). Al(OC 2 H 5 ) 3 2 CH 3 COH CH 3 COOC 2 H 5 Asetaldehid Etil Asetat Proses ini pertama kali dikembangkan oleh Tischchenko, dimana yield yang didapat adalah 61%. Bahan baku yang digunakan adalah asetaldehid dengan menggunakan katalis aluminium etoksida pada suhu -20 C. Proses ini dikembangkan pada industri di Eropa selama satu setengah abad dimana asetaldehid menjadi bahan intermediet yang penting dibandingkan dengan asetilena (Mc. Ketta and Cunningham, 1988). 2. Proses esterifikasi dengan katalis asam sulfat CH 3 COOH + CH 2 CH 5 OH H 2 SO 4 CH 3 COOC 2 H 5 + H 2 O Asam Asetat Etanol Etil Asetat Yield etil asetat yang diperoleh 99%. Etil asetat diproduksi melalui reaksi esterifikasi antara asam asetat dengan etanol menggunakan katalis asam sulfat. Reaksi yang terjadi adalah reaksi reversibel, dimana konversi dari etil asetat sebesar

10 67%. Untuk meningkatkan yield, pembentukan air harus diminimalkan (Mc. Ketta and Cunningham, 1988). Proses esterifikasi pembuatan etil asetat dibedakan menjadi dua macam, yaitu secara kontinyu maupun batch. Esterifikasi secara batch pada umumnya digunakan untuk kapasitas produksi yang relatif kecil, sedangkan untuk kapasitas industri yang relatif besar dipilih esterifikasi secara kontinyu. a. Proses batch Proses esterifikasi secarabatch dilakukan untuk kapasitas produksi yang relatif kecil. Diagram alir proses pembuatan etil asetat secara batch tersaji pada Gambar 1.6. Gambar 1.6 Proses Pembuatan Etil Asetat Secara Batch Proses esterifikasi secara batch menggunakan alat berupa tanki silindris, atau still pot yang dipanaskan dengan closed-coil steam pipe. Asam asetat, etil alkohol, dan katalis asam sulfat yang berasal dari tangki penyimpanan diumpankan ke dalam still pot. Campuran yang berupa uap dari still pot diumpankan ke bagian bawah kolom fraksinasi. Suhu pada kolom atas dijaga sekitar 70 o C. Ternary azeotrop dengan komposisi campuran etil asetat 83%, alkohol 9%, dan air 8%. Uap yang keluar dari bagian atas kolom fraksinasi kemudian dikondensasikan di refluk kondensor. Sebagian kondensat dikembalikan ke kolom pada plate bagian atas sebagai refluk dan sisanya dialirkan ke tangki penyimpanan. Reaksi dilakukan di

11 dalam still pot sampai asam asetat habis bereaksi. Campuran etil alkohol, asam sulfat dan air yang tersisa di dalam still pot dipompa ke tangki penyimpanan, dan diumpankan ke kolom distilasi kedua. Steam dimasukkan melalui dasar kolom dan digunakan untuk mengambil alkohol sebagian binary azeotrop alkohol-air. Uap dari plate bagian atas dikondensasi, sebagian dikembalikan sebagai refluk pada kolom bagian atas dan sebagian lagi disimpan di tangki penyimpanan alkohol untuk digunakan kembali pada proses esterifikasi. Air dan asam sulfat dikeluarkan dari bawah kolom dan dialirkan ke pipa pembuangan(kirk. R. E and Othmer. D. F., 1968). b. Proses Kontinyu Produksi Etil Asetat Pembuatan etil asetat dengan proses kontinyu didasarkan atas prinsip azeotropic untuk mendapatkan yield yang tinggi. Semula proses ini menggunakan asam asetat 8% yang dihasilkan dari proses fermentasi, namun asam asetat glasial juga dapat digunakan. Asam asetat, asam sulfat 50 atau 60 o Be dan etanol 95% yang diekseskan kemudian direaksikan dalam reaktor berpengaduk. Hasil reaksi ditampung dalam receiving tank dan dialirkan melalui preheater kemudian dimasukkan ke dalam bubble cup column pada bagian atas. Temperatur atas reaction column dipertahankan sekitar 80 o C dengan cara menambahkan open steam yang dialirkan melalui bagian bawah kolom. Kelebihan air dan asam sulfat dikeluarkan secara kontinyu melalui bawah kolom. Asam asetat bereaksi sempurna dengan alkohol yang diekseskan. Uap dari reaction column (alkohol dan ester yang terbentuk serta 10% air) dilewatkan preheater kemudian dikondensasikan di kondensor. Hasil kondensasi sebagian dikembalikan ke reaction column sebagai refluks pada plate bagian atas dan sebagian diumpankan ke separating column. Separating column dioperasikan pada suhu 70 o C, dengan

12 menggunakan closed steam sebagai pemanas. Hasilnya adalah ternary azeotrop dengan komposisi campuran etil asetat 83%, alkohol 9% dan air 8%. Air dan alkohol berlebih dari campuran ternary dialirkan kembali ke kolom esterifikasi melalui bawah kolom. Asam asetat dapat bereaksi habis dengan alkohol konsentrasi tinggi. Kemudian campuran dialirkan ke plate bagian atas sebagai refluk. Jika kandungan ester pada campuran tersebut kurang dari 80% maka dikembalikkan lagi ke separating column sebagai umpan. Campuran ternary merupakan umpan untuk mixing coil, dimana air akan ditambah untuk memperoleh dua lapisan dan kemudian dipisahkan dengan decanter. Lapisan atas berupa etil asetat 93%, air 5% dan alkohol 2%, sedangkan lapisan bawah berupa etil asetat dan alkohol dalam jumlah kecil yang kemudian dialirkan kembali ke separating column sebagai umpan. Lapisan atas atau lapisan ester diumpankan ke second separating column atau drying column dengan menggunakan pemanas closed steam. Campuran ternary azeotrop dialirkan kembali ke mixing coil melalui kolom bagian atas. Hasil bawah berupa etil asetat 95-100% kemudian dialirkan ke pendingin sebelum disimpan di tangki penyimpanan. Diagram alir proses pembuatan etil asetat tersaji pada Gambar 1.7(Kirk. R. E and Othmer. D. F., 1968). Gambar 1.7 Proses Pembuatan Etil Asetat Secara Kontinyu

13 3. Proses pembuatan etil asetat dari etilen dan asam asetat Reaksi : CH 3 COOH + C 2 H 4 CH 3 COOCH 2 CH 3 Asam asetat Etilen Etil Asetat Proses pembuatan etil asetat dari etilen dan asam asetat, dilakukan dengan cara mereaksikan etilen dengan asam asetat menggunakan katalis fungsto phosporic acid 10-90% dengan suhu 100-300 o C dan tekanan 10 atm. Yield yang didapat sebesar 43,6%(Absori, dkk, 2011). Dalam perancangan ini digunakan proses esterifikasi kontinyu karena memiliki kelebihan sebagai berikut: a. Bisa digunakan untuk proses skala besar. b. Proses lebih mudah dan sederhana dibanding dengan proses lain. c. Produk yang dihasilkan kemurniannya lebih tinggi. d. Prosesnya lebih cepat. Adapun perbandingan proses dari ketiga proses pembuatan etil asetat dapat dilihat pada tabel 1.3 sebagai berikut: Tabel 1.3 Perbandingan Proses Proses Kondisi Esterifikasi dengan Sintesis Etil Asetat dari Tishchenko Katalis Asam Sulfat Etilena dan Asam Asetat Kondisi Operasi Suhu -20 o C 100 o C 126 C-150 C Tekanan 30-60 atm 2,2 atm - Kapasitas - Batch: kecil Besar Kontinyu: besar Yield 61% 99 % - Laju reaksi - Reaksi cepat Reaksi lambat Konversi - 67% 30%-60% Sumber: Mc. Ketta and Cunningham, 1988

14 1.4.2. Kegunaan Produk Etil asetat adalah cairan tidak berwarna, merupakan senyawa yang mudah terbakar dan mempunyai resiko peledakan (eksplosif). Adapun kegunaan etil asetat dalam industri adalah sebagai berikut: a. Sebagai bahan pelarut cat dan bahan pembuatan plastik. b. Untuk kebutuhan industri farmasi. c. Sebagai bahan baku bagi industri tinta cetak dan industri resin sintetis. d. Sebagai reagen sintetik organik, misal pembuatan ethylasetoasetat. e. Sebagai bahan baku bagi pabrik parfum, flavour, kosmetik, dan minyak atsiri.(bahl, 1979). 1.4.3. Sifat Fisis dan Kimia 1.4.3.1. Bahan Baku 1. Etanol (Etil Alkohol) a. Sifat Fisis 1) Titik didih : 78,4 o C (1 atm) 2) Titik leleh : -112 o C (1 atm) 3) Temperatur kritis : 243,1 o C 4) Tekanan kritis : 63,1 atm 5) Berat molekul : 46,09 g/mol 6) Densitas : 0,78506 gr/cm 3 (25 o C) 7) Entalphy pembentukan (25 o C) : - 277.690J/mol 8) Energi Gibbs pembentukan(25 o C) : - 174.780 J/mol 9) Kapasitas panas : 2,85 ( J/gr o K) 10) Kelarutan dalamair : sangat larut (Mc. Ketta and Cunningham, 1984)

15 b. Sifat Kimia 1) Etanol adalah senyawa organik sintetis. Apabila mengalami dehidrasi akan membentuk etilen. C 2 H 5 OH C 2 H 4 + H 2 O 2) Etanol dapat dibuat dari etilen dengan katalis H 2 SO 4. 98% H 2 SO 4 H 2 O heat CH 2 == CH 2 CH 3 CH 2 OSO 3 H CH 3 CH 2 OH+ H 2 SO 4 3) Sifat kimia etanol terutama dalam hubungannya dengan gugus hidroksil misalnya reaksi dehidrasi, dehidrogenasi, oksidasi dan esterfikasi. Atom hidrogen ini dapat diganti dengan logam aktif misalnya natrium, kalsium, dan kalium, serta menghasilkan logam ethoksida seperti pada reaksi berikut ini: 2 C 2 H 5 OH + 2 M 2 C 2 H 5 OM + H 2 4) Reaksi antara etanol dan asam klorida dengan katalis seng klorida pada temperatur 160 o C-190 o C dan tekanan 2 atm akan menghasilkan etil klorida dan air. C 2 H 5 OH + HCl C 2 H 5 Cl + H 2 O (Kirk. R. E and Othmer. D. F., 1968) 2. Asam Asetat a. Sifat Fisis 1) Titik didih : 118,1 o C (1 atm) 2) Temperatur kritis : 321,6 o C

16 3) Tekanan kritis : 57,2atm 4) Berat Molekul : 60,02 g/mol 5) Densitas : 1,044 gr/cm 3 6) Enthalpy pembentukan (25 o C) : -484.500 J/mol 7) Energi Gibbs pembentukan (25 o C) : - 389.900 J/mol 8) Kelarutan dalam air : sangat larut (Mc. Ketta and Cunningham, 1984) b. Sifat Kimia 1) Asam asetat direaksikan dengan etanol dengan menggunakan katalisator asam kuat (asam sulfat) membentuk etil asetat. CH 3 COOH + C 2 H 5 OH H 2 SO 4 CH 3 COOC 2 H 5 + H 2 O 2) Dapat membentuk garam asetat jika direaksikan dengan Zn. 2 CH 3 COOH + Zn (CH 3 COO - ) 2 Zn ++ + H 2 3) Mampu bereaksi dengan amida. CH 3 COOH + NH 2 CH 3 CONH 2 + H 2 O 4) Konversi ke klorida-klorida asam. 50 o C 3 CH 3 COOH + PCl 3 3 CH 3 COCl + H 3 PO 3 3. Katalis Asam Sulfat a. Sifat Fisis (Kirk. R. E and Othmer. D. F., 1968) 1) Berat molekul : 98,08 g/mol 2) Densitas (25 o C) : 1,8357 kg/liter

17 3) Titik didih : 270 o C (1 atm) 4) Titik leleh : 10,31 o C (1 atm) 5) Suhu kritis : 651,85 o C 6) Tekanan kritis : 63,1631 atm 7) Kekentalan (25 o C) : 23,5509 cp 8) Kelarutan dalam air : sangat larut (Mc. Ketta and Cunningham, 1988) b. Sifat Kimia 1) Sulfamatasi, reaksi penggabungan -SOOH dengan nitrogen. NH 2 CONH 2 + H 2 SO 4 + H 2 O 2 NH 2 SO 2 OH + C 2) Dengan basa membentuk garam dan air. H 2 SO 4 + 2 NaOH Na 2 SO 4 + H 2 O 3) Dengan garam membentuk garam dan asam lainnya. H 2 SO 4 + 2 NaCl Na 2 SO 4 + 2HCl 4) Dengan alkohol membentuk eter dan air. H 2 SO 4 + 2C 2 H 5 OH C 2 H 5 OC 2 H 5 + 2H 2 O + SO 3 (Kirk. R. E and Othmer. D. F., 1968) 1.4.3.2. Produk Etil Asetat a. Sifat Fisis 1) Titik didih : 77,1 o C (1 atm) 2) Titik lebur : -82,4 o C 3) Temperatur kritis : 250,1oC 4) Tekanan kritis : 37,8 atm

18 5) Berat molekul : 88,1 g/mol 6) Densitas (20oC ) : 0,902 gr/cc 7) Enthalpy pembentukan (25oC) : -463.250J/mol 8) Energi Gibbs pembentukan (25oC) : -310.280 J/mol 9) Tekanan uap ( 20oC) : 73 mmhg 10) Flash Point : -83,6oC 11) Kelarutan : sedikit larut dalam air dan larut dalam pelarut organik (Mc. Ketta and Cunningham, 1988) b. Sifat Kimia 1) Ester dapat terhidrolisa menjadi asam dan alkohol dalam suasana asam. CH 3 COOC 2 H 5 + H 2 O CH 3 COOH + C 2 H 5 OH Etil asetat air asam asetat etanol (Bahl, 1979) 2) Ester dapat dihidrogenasi menjadi alkohol. CH 3 COOC 2 H 5 + 2H 2 2C 2 H 5 OH Etil asetat hidrogen etanol (Groggins, 1985) 3) Ester dapat diammonolisa membentuk asetamida. CH 3 COOC 2 H 5 + NH 3 CH 3 CONH 2 + C 2 H 5 OH Etil asetat amonia asetamida etanol (Bahl, 1979)

19 4) Reaksi ester dengan reagen Grignard akan menghasilkan alkohol tersier. (1) 2C 6 H 5 MgBr -H 2 O CH 3 COOC 2 H 5 CH 3 COH (C 6 H 5 ) 2 CH 2 =C(C 6 H 5 ) 2 (2)H 2 O, NH 4 Cl Etil asetat 1,1 difenil etanol 1,1 difenil etena (Fessenden, 1995) 1.4.4. Tinjauan Proses Secara Umum Etil asetat adalah suatu ester yang diperoleh dengan proses esterifikasi antara etanol dan asam asetat dengan menggunakan katalis asam sulfat. CH 3 COOH + C 2 H 5 OH H 2 SO 4 CH 3 COOC 2 H 5 + H 2 O Reaksi esterifikasi merupakan reaksi kesetimbangan, dimana kesetimbangan tersebut akan lebih cepat tercapai dengan adanya ion H +. Reaksi esterifikasi bersifat reversible. Untuk memperoleh rendemen tinggi dari ester itu, kesetimbangan harus digeser ke arah kanan. Salah satu teknik untuk mencapai ini adalah menggunakan salah satu zat pereaksi yang murah secara berlebihan. Teknik lain adalah membuang salah satu produk dari campuran reaksi. Seperti kebanyakan reaksi lain, kecepatan esterifikasi menjadi dua kali lipat setiap kenaikan temperatur 10 C. Oleh karena itu, panas digunakan untuk mempercepat reaksi esterifikasi. Bagaimanapun juga panas saja tidak cukup untuk mempercepat reaksi kecuali bila digunakan alkohol bertitik didih tinggi. Seperti gliserol, dengan asam bertitik didih tinggi seperti stearat, esterifikasi tidak dapat

20 dipengaruhi oleh tekanan atmosfer dalam waktu tertentu tanpa penggunaan katalis. Telah lama diketahui bahwa reaksi esterifikasi dapat dipercepat dengan penambahan asam kuat. Titik kesetimbangan reaksi tidak berubah dengan adanya katalis, hanya laju esterifikasi yang meningkat (Groggins, 1985).