PROVINSI KALIMANTAN SELATAN BUPATI TANAH LAUT PERATURAN BUPATI TANAH LAUT NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG KODE ETIK INSPEKTORAT KABUPATEN TANAH LAUT

dokumen-dokumen yang mirip
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2012 NOMOR 21 SERI E

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 39 TAHUN 2016 TENTANG

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepot

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

SOSIALISASI KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KAB.BANTUL

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan. Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelengga

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 47 TAHUN 2010 TENTANG KODE ETIK APARAT PENGAWAS INTERN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA MALANG

P E M E R I N T A H K O T A M A D I U N

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 51 SERI E

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 87 TAHUN 2012 TENTANG KODE ETIK APARAT PENGAWASAN INTERN PEMERINTAH (APIP) KABUPATEN BADUNG

2017, No Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 512); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 5

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06/PRT/M/2012 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN NOMOR : PER/04/M.PAN/03/2008 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2014 NOMOR 9 SERI E

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 78 TAHUN 2012 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL PEMERINTAH KABUPATEN BANTUL

BERITA DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 23 TAHUN 2016 WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK TENTANG

PERATURAN WALI KOTA BONTANG NOMOR 51 TAHUN 2015 TENTANG KODE ETIK DAN KODE PERILAKU PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BONTANG

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06/PRT/M/2012 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG

GUBERNUR MALUKU PERATURAN GUBERNUR MALUKU NOMOR 31 TAHUN 2016 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH,

BAB I KETENTUAN UMUM

PERATURAN SEKRETARIS JENDERAL DEWAN ENERGI NASIONAL NOMOR : 001 K/70.RB/SJD/2011 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 8 Tahun : 2014

2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik In

2017, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran

PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR 25 TAHUN 2017 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SRAGEN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No Nomor 142, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4450); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Peg

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SALINAN PERATURAN SEKRETARIS KABINET REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4/RB TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA INSPEKTUR JENDERAL KEMENTERIAN PERDAGANGAN,

PERATURAN KEPALA BADAN STANDARDISASI NASIONAL NOMOR 15 TAHUN 2013 TENT ANG KODE ETIK PEGAWAI BADAN STANDARDISASI NASIONAL

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR 26 TAHUN 2016

PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PEMERIKSAAN PEGAWAI DI LINGKUNGAN LEMBAGA SANDI NEGARA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA,

2 Menetapkan : 3. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004 tentang Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik I

Indonesia Tahun 2010 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5135); 5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER.1

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG KODE ETIK APARAT PENGAWASAN INTERN PEMERINTAH

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 03 TAHUN 2011 TENTANG ATURAN PERILAKU AUDITOR INSPEKTORAT KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT

PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG

2 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Nama... NIP Tembusan: 2... *) coret yang tidak perlu **) Tulislah pelanggaran kode etik yang diduga dilakukan oleh PNS yang berangkutan.

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN NOMOR : PER-07/M.

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 04/PRT/M/2006 TENTANG KODE ETIK AUDITOR INSPEKTORAT JENDERAL DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM

2017, No Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 142); 3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2015 tentang Kementerian Penday

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36/PERMEN-KP/2017 TENTANG KODE ETIK PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL PERIKANAN

PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI LEMBAGA SANDI NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

2011, No Peraturan Presiden Nomor 90 Tahun 2007 tentang Badan Koordinasi Penanaman Modal; 4. Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Moda

9. Kementerian adalah Kementerian Kelautan dan Perikanan yang selanjutnya disingkat Kementerian. BAB II TUJUAN, DAN RUANG LINGKUP Pasal 2

BUPATI SINJAI PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 37 TAHUN 2013 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL LINGKUP PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SINJAI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

ATURAN ETIKA DAN PERILAKU APARAT PENGAWAS INTERN DI LINGKUNGAN KEMENRISTEKDIKTI

BUPATI BANDUNG BARAT PROVINSI JAWA BARAT

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 61 TAHUN 2017 SERI E.56

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR : PK. 19 TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI DI LINGKUNGAN BADAN SAR NASIONAL

SALINAN PERATURAN BUPATI PEKALONGAN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 01/PM.9/2010 TENTANG

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG

2017, No Perilaku Pegawai Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Neg

2017, No Indonesia Nomor 75 Tahun 1999, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Ap

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 91 TAHUN 2009 TENTANG KODE ETIK PEMERIKSA / AUDITOR INSPEKTORAT ACEH GUBERNUR ACEH,

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA KEDIRI

PROVINSI PAPUA BUPATI MERAUKE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MERAUKE NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

PERBUP TANAH LAUT NOMOR TAHUN 2015

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PADANG LAWAS UTARA,

2016, No NonDepartemen, sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 4 Tahun 2013; 3. Peraturan Presiden Nom

BUPATI TASIKMALAYA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

PERATURAN KEPALA BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA NOMOR : KEP. 13 TAHUN 2012

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 14 TAHUN 2017

2017, No ); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republ

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I KETENTUAN UMUM

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 21 TAHUN 2O16 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PATI

LAMPIRAN I PERATURAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI DI LINGKUNGAN BADAN PUSAT STATISTIK

2016, No Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Indonesia Nomor 3851); 2. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun 2003 tentang Wewenang Pengangkatan, Pemindahan dan Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil (Lembaran

BUPATI BARITO UTARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK NOMOR 36 TAHUN 2011 TENTANG

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri (Lembaran Negara Republik

PROVINSI JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG,

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PENGAWASAN SUMBER DAYA KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP. 125/DJ-PSDKP/2011 TENTANG

BATAN PERATURAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL NOMOR : 113/KA/IV/2012 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL

PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.HH-16.KP TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI PEMASYARAKATAN

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR P - 08/BC/2008 TENTANG

2011, No Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3041) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan atas

Transkripsi:

SALINAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN BUPATI TANAH LAUT PERATURAN BUPATI TANAH LAUT NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG KODE ETIK INSPEKTORAT KABUPATEN TANAH LAUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANAH LAUT, Menimbang : a. bahwa untuk untuk meningkatkan perjuangan, pengabdian, kesetiaan dan ketaatan Pegawai Negeri Sipil kepada Negara Kesatuan dan Pemerintah Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 sebagaimana diamanahkan dalam pasal 2, serta untuk melaksanakan Pasal 3, Pasal 7, dan Pasal 13 ayat (1), dan ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004 tentang Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik Pegawai Negeri Sipil, maka diperlukan Kode Etik Pengawasan; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Kode Etik Inspektorat Kabupaten Tanah Laut; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1965 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II Tanah Laut, Daerah Tingkat II Tapin dan Daerah Tingkat II Tabalong (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1965 Nomor 51, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2756) dengan mengubah Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1959 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1820) tentang Penetapan Undang-Undang Darurat Nomor 3 Tahun 1953 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1953 Nomor 9);

2 2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234; 4. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494; 5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587); 6. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 24, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5657); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004 tentang Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 141, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4449); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593; 9. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik

3 Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741; 10. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 127, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4890); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 74 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5135); 12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2007 tentang Norma Pengawasan dan Kode Etik Pejabat Pengawas Pemerintah; 13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat Provinsi/Kabupaten/Kota; 14. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor PER/04/M.PAN/03/2008 tentang Kode Etik Aparat Pengawasan Intern Pemerintah; 15. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 32); 16. Peraturan Daerah Kabupaten Tanah Laut Nomor 13 Tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Tanah Laut (Lembaran Daerah Kabupaten Tanah Laut Tahun 2007 Nomor 13 Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Tanah Laut Nomor 14) sebagimana diubah beberapa kali, terakhir dengan Peraturan Daerah Kabupaten tanah Laut Nomor Nomor 10 Tahun 2013 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Daerah Kabupaten Tanah Laut Nomor 13 Tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Tanah Laut (Lembaran Daerah Kabupaten Tanah Laut Tahun 2013 Nomor 10); 17. Peraturan Bupati Tanah Laut Nomor 27 Tahun 2012 tentang Aturan Perilaku Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Tanah Laut (Berita Daerah

4 Kabupaten Tanah Laut Tahun 2012 Nomor 159); 18. Peraturan Bupati Tanah Laut Nomor 75 Tahun 2014 tentang Tugas dan Fungsi Inspektorat Kabupaten Tanah Laut (Berita Daerah Kabupaten Tanah Laut Tahun 2014 Nomor 305); M E M U T U S K A N : Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG KODE ETIK INSPEKTORAT KABUPATEN TANAH LAUT. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam peraturan bupati ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Tanah Laut. 2. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan dewan perwakilan rakyat daerah menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 3. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom. 4. Bupati adalah Bupati Tanah Laut. 5. Wakil Bupati adalah Wakil Bupati Tanah Laut. 6. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Kabupaten Tanah Laut. 7. Inspektorat adalah Inspektorat Kabupaten Tanah Laut. 8. Inspektur adalah Inspektur Kabupaten Tanah Laut. 9. Pejabat Administrasi adalah Inspektur. 10. Pejabat yang Berwenang adalah pejabat yang mempunyai kewenangan melaksanakan proses pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian Pegawai Aparatur Sipil Negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 11. Pejabat Pembina Kepegawaian adalah pejabat yang mempunyai kewenangan menetapkan pengangkatan, pemindahan, dan pemberhentian Pegawai Aparatur Sipil

5 Negara dan pembinaan Manajemen Aparatur Sipil Negara di instansi pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. 12. Pejabat Administrasi adalah Pegawai Aparatur Sipil Negara yang menduduki Jabatan Administrasi pada instansi pemerintah. 13. Instansi Pembina Jabatan Fungsional adalah instansi Pemerintah yang bertugas membina suatu jabatan fungsional menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. 14. Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat PNS adalah warga negara Indonesia yang memenuhi syarat tertentu, diangkat sebagai Pegawai Aparatur Sipil Negara secara tetap oleh pejabat pembina kepegawaian untuk menduduki jabatan pemerintahan. 15. Auditor adalah jabatan yang mempunyai ruang lingkup, tugas, tanggungjawab, dan wewenang untuk melakukan pengawasan intern pada instansi pemerintah, lembaga dan/atau pihak lain yang di dalamnya terdapat kepentingan negara sesuai dengan peraturan perundang-undangan, yang diduduki oleh Pegawai Negeri Sipil dengan hak dan kewajiban yang diberikan secara penuh oleh Pejabat yang Berwenang. 16. Pengawas Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan di Daerah yang selanjutnya disingkat P2UPD adalah PNS yang diberi tugas, tanggungjawab, wewenang dan hak secara penuh oleh Pejabat yang Berwenang untuk melakukan kegiatan pengawasan atas penyelenggaraan teknis urusan pemerintahan di daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 17. Kode Etik Inspektorat Kabupaten Tanah Laut yang selanjutnya disebut Kode Etik adalah pedoman sikap, tingkah laku, dan perbuatan yang wajib ditaati oleh setiap PNS di Inspektorat. 18. Organisasi adalah unsur pemerintahan daerah yang terdiri dari DPRD, Bupati/ Wakil Bupati dan Satuan Kerja Perangkat Daerah. 19. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah perangkat daerah pada pemerintah daerah selaku pengguna anggaran/pengguna barang. 20. Unit kerja adalah bagian dari SKPD yang melaksanakan satu atau beberapa program. 21. Aparat Pengawasan Internal Pemerintah yang selanjutnya disingkat APIP adalah Inspektorat selaku unsur pengawas

6 penyelenggaraan pemerintahan daerah sesuai kedudukan, tugas, fungsi, dan kewenangannya; 22. Pengawasan Internal adalah kegiatan yang terdiri dari audit/pemeriksaan, reviu, monitoring, evaluasi, dan pengawasan lainnya; 23. Auditor Pemerintahan adalah Pegawai Negeri Sipil yang terdiri dari Auditor, P2UPD, dan PNS Lainnya di Inspektorat yang diberi tugas, tanggung jawab, dan wewenang oleh Inspektur untuk melakukan pengawasan berdasarkan norma, standar, kode etik, dan kendali mutu pengawasan. 24. Obyek Pengawasan adalah orang dan/atau organisasi di lingkungan Pemerintah Kabupaten Tanah Laut yang menjadi obyek pengawasan Inspektorat; 25. Majelis Penegak Kode Etik Inspektorat Kabupaten Tanah Laut yang selanjutnya disebut Majelis adalah tim yang dibentuk dengan Keputusan Bupati untuk melaksanakan tugas, wewenang dan kewajiban menegakkan Kode Etik. 26. Pelanggaran adalah sikap, perilaku, perbuatan, tulisan dan ucapan PNS yang bertentangan dengan Kode Etik. 27. Terlapor adalah PNS yang diduga melakukan pelanggaran Kode Etik. 28. Pelapor adalah seorang karena hak atau kewajiban berdasarkan peraturan perundang-undangan harus memberitahukan kepada Pejabat Administrasi mengenai telah atau sedang adanya peristiwa pelanggaran Kode Etik. 29. Pengadu adalah seorang yang memberitahukan disertai permintaan kepada Pejabat Administrasi untuk menindak PNS yang telah melakukan pelanggaran Kode Etik. 30. Saksi adalah adalah seorang yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan pemeriksaan tentang suatu pelanggaran Kode Etik yang ia dengar sendiri, ia Iihat sendiri dan ia alami sendiri. 31. Laporan adalah pemberitahuan secara tertulis yang disampaikan kepada Pejabat Administrasi tentang sedang dan/atau telah terjadi pelanggaran Kode Etik. 32. Pengaduan adalah pemberitahuan secara lisan dan tertulis yang disertai permintaan oleh pihak yang berkepentingan kepada Pejabat Administrasi untuk dilakukan pemeriksaan terhadap Pegawai yang diduga telah melakukan pelanggaran Kode Etik. 33. Atribut adalah pakaian dan atribut lainnya sebagai tanda khusus yang wajib dikenakan oleh Auditor Internal Pemerintahan saat melakukan tugas pengawasan.

7 BAB II NILAI DASAR, TUJUAN DAN RUANG LINGKUP Bagian Kesatu Nilai Dasar Pasal 2 Nilai Dasar yang wajib dijunjung tinggi oleh Auditor Pemerintahan meliputi : 1. Integritas; 2. Obyektivitas; 3. Kerahasiaan; dan 4. Kompetensi. Bagian Kedua Tujuan Pasal 3 Kode Etik bertujuan untuk menjaga, membela martabat, kredibilitas, kehormatan, keharmonisan, dan citra Inspektorat sebagai organisasi profesi demi mewujudkan visi dan misi Inspektorat. Bagian Ketiga Ruang Lingkup Pasal 4 (1) Ruang lingkup Kode Etik meliputi : a. sikap; b. perilaku; c. perbuatan; d. tulisan; dan e. ucapan. (2) Kode Etik diberlakukan bagi : a. Auditor; b. P2UPD; dan c. PNS Lainnya yang diberi tugas oleh Inspektur dalam rangka mendukung kelancaran, efisiensi dan efektivitas pelaksanaan kegiatan pengawasan.

8 BAB III KODE ETIK Pasal 5 (1) Dalam melaksanakan tugas, tanggungjawab, dan wewenang di bidang pengawasan, setiap Auditor Pemerintahan di Inspektorat wajib mematuhi dan memedomani Kode Etik. (2) Kode Etik sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi etika hubungan Auditor Pemerintahan dengan organisasi, masyarakat, dan terhadap diri sendiri. Pasal 6 (1) Nilai Dasar Integritas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf a mengandung arti Auditor Pemerintahan harus memiliki kepribadian yang dilandasi oleh unsur jujur, berani, bijaksana, dan bertanggung jawab untuk membangun kepercayaan guna memberikan dasar bagi pengambilan keputusan yang andal; (2) Nilai Dasar Obyektivitas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf b mengandung arti Auditor Pemerintahan harus menjunjung tinggi ketidakberpihakan profesional dalam mengumpulkan, mengevaluasi, dan memproses data/informasi pengawasan. Auditor dan PNS APIP Lainnya membuat penilaian seimbang atas semua situasi yang relevan dan tidak dipengaruhi oleh kepentingan sendiri atau orang lain dalam mengambil keputusan; (3) Nilai Dasar Kerahasiaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf c mengandung arti Auditor Pemerintahan harus menghargai nilai dan kepemilikan informasi yang diterimanya dan tidak mengungkapkan informasi tersebut tanpa otorisasi yang memadai, kecuali diharuskan oleh peraturan perundang-undangan; (4) Nilai Dasar Kompetensi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf d mengandung arti Auditor Pemerintahan harus memiliki pengetahuan, keahlian, pengalaman dan keterampilan yang diperlukan untuk melaksanakan tugas. Pasal 7 Untuk melaksanakan Nilai Dasar sebagaimana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, dan Pasal 6 ayat (1), ayat (2), ayat (3),

9 dan ayat (4) Auditor Pemerintahan diwajibkan : a. Integritas 1) melaksanakan tugasnya secara jujur, teliti, bertanggung jawab dan bersungguh-sungguh; 2) menunjukkan kesetiaan dalam segala hal yang berkaitan dengan profesi dan organisasi dalam melaksanakan tugas; 3) mengikuti perkembangan peraturan perundang-undangan dan mengungkapkan segala hal yang ditentukan oleh peraturan perundang-undangan dan profesi yang berlaku; 4) menjaga citra dan mendukung visi dan misi organisasi; 5) tidak menjadi bagian kegiatan ilegal, atau mengikatkan diri pada tindakan-tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi APIP atau organisasi; 6) menggalang kerja sama yang sehat diantara sesama auditor dalam pelaksanaan audit; dan 7) saling mengingatkan, membimbing dan mengoreksi perilaku sesama auditor. b. Obyektivitas 1) mengungkapkan semua fakta material yang diketahuinya yang apabila tidak diungkapkan mungkin dapat mengubah pelaporan kegiatan-kegiatan yang diawasi; 2) tidak berpartisipasi dalam kegiatan atau hubungan-hubungan yang mungkin mengganggu atau dianggap mengganggu penilaian yang tidak memihak atau yang mungkin menyebabkan terjadinya benturan kepentingan; dan 3) menolak suatu pemberian dari kegiatan pengawasan yang terkait dengan keputusan maupun pertimbangan profesionalnya. c. Kerahasiaan 1) secara hati-hati menggunakan dan menjaga segala informasi yang diperoleh dalam pengawasan; dan 2) tidak akan menggunakan informasi yang diperoleh untuk kepentingan pribadi/golongan di luar kepentingan organisasi atau dengan cara yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan. d. Kompetensi 1) melaksanakan tugas pengawasan sesuai dengan norma, standar, dan kendali mutu pengawasan; 2) terus menerus meningkatkan kemahiran profesi, keefektifan dan kualitas hasil pekerjaan; dan

10 3) menolak untuk melaksanakan tugas apabila tidak sesuai dengan pengetahuan, keahlian, dan keterampilan yang dimiliki. BAB IV SANKSI DAN TINDAKAN ADMINISTRATIF Bagian Kesatu Sanksi Pasal 8 (1) Auditor Pemerintahan yang melakukan pelanggaran terhadap Kode Etik dijatuhi sanksi moral. (2) Sanksi moral sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan dengan Keputusan Bupati. (3) Keputusan Bupati sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan setelah mendapat saran dan pertimbangan dari sidang Majelis. (4) Keputusan Bupati sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) memuat pelanggaran Kode Etik yang dilanggar oleh yang bersangkutan. Pasal 9 (1) Sanksi moral sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) dan ayat (2) dapat disampaikan secara tertutup dan/atau secara terbuka. (2) Penyampaian sanksi moral secara tertutup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam sidang tertutup Majelis yang dihadiri oleh Atas Langsung terlapor dan terlapor. (3) Penyampaian sanksi moral secara terbuka sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diumumkan pada apel gabungan PNS; (4) Sanksi moral sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) ditindaklanjuti dengan keharusan bagi terlapor untuk membuat pernyataan permohonan maaf dan/atau penyesalan.

11 Bagian Kedua Tindakan Administratif Pasal 10 (1) Auditor Pemerintahan yang dilaporkan melakukan pelanggaran Kode Etik setelah diperiksa oleh Majelis ternyata pelanggaran tersebut merupakan pelanggaran disiplin sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan direkomendasikan kepada Pejabat Pembina Kepegawaian untuk dikenakan penjatuhan hukuman disiplin sesuai dengan peraturan perundang-undangan. (2) Rekomendasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah ditetapkan oleh Majelis. BAB V TATA CARA PENEGAKAN KODE ETIK Pasal 11 (1) Penanganan pelanggaran Kode Etik dimulai dengan adanya laporan dan/atau pengaduan yang diajukan secara : a. lisan yang ditandatangani disertai dengan identitas yang jelas oleh pelapor/pengadu dan petugas penerima laporan; atau b. tertulis yang ditandatangani disertai dengan identitas yang jelas oleh pelapor/ pengadu. (2) Penerimaan laporan dan/atau pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh unit kerja yang menangani kepegawaian Inpsektorat. (3) Laporan dan/atau pengaduan yang dapat ditindaklanjuti harus didukung dengan bukti yang diperlukan. (4) Apabila hasil pemeriksaan pendahuluan diperoleh dugaan kuat bahwa laporan dan/atau pengaduan memenuhi kategori pelanggaran Kode Etik maka unit kerja yang menangani kepegawaian Inspektorat mengirimkan berkas laporan dan/atau pengaduan kepada Inspektur. (5) Unit kerja yang menangani kepegawaian Inspektorat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat meminta saran hukum kepada satuan/unit kerja yang menangani hukum dan perundang-undangan.

12 (6) Bupati/Wakil Bupati memerintahkan kepada Majelis untuk menindaklanjuti laporan/pengaduan dimaksud. (7) Dalam melaksanakan tugasnya, Majelis dan unit kerja yang menangani kepegawaian Inspektorat bekerja dengan prinsip praduga tak bersalah. (8) Sidang Majelis dilaksanakan secara cepat dan paling lama 15 (lima belas) hari kerja sejak laporan/pengaduan diterima oleh unit kerja yang menangani kepegawaian Inspektorat sudah menjatuhkan putusan. BAB VI MAJELIS KODE ETIK Pasal 12 (1) Dalam rangka melaksanakan penegakan Kode Etik dibentuk Majelis sesuai dengan pelanggaran Kode Etik yang diadukan/dilaporkan. (2) Majelis ditetapkan dengan Keputusan Bupati berdasarkan saran pertimbangan Inspektur. (3) Masa tugas Majelis berakhir 1 (satu) hari setelah keputusan Majelis ditetapkan. Pasal 13 (1) Keanggotaan Majelis berjumlah paling kurang 5 (lima) orang yang terdiri atas : a. 1 (satu) orang Ketua merangkap anggota; b. 1 (satu) orang Wakil Ketua merangkap anggota; c. 1 (satu) orang Sekretaris merangkap anggota; dan d. 2 (dua) orang sebagai anggota. (2) Dalam hal keanggotaan Majelis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) lebih dari 5 (lima) orang maka jumlahnya harus ganjil. (3) Unsur jabatan Ketua sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a adalah Wakil Bupati, Wakil Ketua sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b adalah Sekretaris Daerah, dan Sekretaris sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c adalah Inspektur. (4) Unsur jabatan Anggota adalah pejabat struktural eselon III.a di lingkungan Inspektorat, dan/atau pejabat pada satuan kerja yang menangani kepegawaian, dan hukum perundang-undangan.

13 (5) Pangkat dan jabatan Anggota Majelis tidak boleh lebih rendah dari jabatan dan pangkat PNS yang diperiksa Pasal 14 Majelis mempunyai tugas : a. melakukan persidangan dan menetapkan jenis pelanggaran Kode Etik; b. membuat rekomendasi pemberian sanksi moral dan tindakan administratif kepada Pejabat Pembina Kepegawaian; dan c. menyampaikan keputusan sidang Majelis kepada Bupati/Wakil Bupati. Pasal 15 Majelis mempunyai wewenang : a. memanggil pegawai untuk didengar keterangannya sebagai terlapor; b. menghadirkan Saksi untuk didengar keterangannya guna kepentingan pemeriksaan; c. mengajukan pertanyaan secara langsung kepada Terlapor, Saksi mengenai sesuatu yang diperlukan dan berkaitan dengan pelanggaran yang dilakukan oleh terlapor; d. memutuskan/menetapkan terlapor terbukti atau tidak terbukti melakukan pelanggaran; e. memutuskan/menetapkan sanksi jika terlapor terbukti melakukan pelanggaran Kode Etik; dan f. merekomendasikan sanksi moral dan tindakan administratif. Pasal 16 (1) Ketua Majelis mempunyai kewajiban : a. melaksanakan koordinasi dengan anggota Majelis untuk mempersiapkan sidang dengan mempelajari dan meneliti berkas laporan/pengaduan pelanggaran Kode Etik; b. menentukan jadwal sidang; c. menentukan saksi-saksi yang perlu didengar keterangannya; d. memimpin jalannya sidang; e. menjelaskan alasan dan tujuan persidangan;

14 f. mempertimbangkan saran, pendapat baik dari anggota Majelis maupun Saksi untuk merumuskan putusan sidang; g. menandatangani putusan sidang; h. membacakan putusan sidang; dan i. menandatangani berita acara sidang. (2) Wakil Ketua Majelis mempunyai kewajiban : a. membantu kelancaran pelaksanaan tugas Ketua Majelis; b. memimpin sidang apabila Ketua Majelis berhalangan; c. mengkoordinasikan kegiatan dengan Sekretaris Majelis; dan d. menandatangani berita acara sidang. (3) Sekretaris Majelis mempunyai kewajiban : a. Menyiapkan administrasi keperluan sidang; b. membuat dan mengirimkan surat panggilan kepada Terlapor, Pelapor/Pengadu dan/atau Saksi yang diperlukan; c. menyusun berita acara sidang; d. menyiapkan konsep keputusan sidang; e. menyampaikan surat keputusan sidang kepada Terlapor; f. membuat dan mengirimkan laporan hasil sidang kepada atasan terlapor; dan g. menandatangani berita acara sidang. (4) Anggota Majelis mempunyai kewajiban : a. mengajukan pertanyaan kepada Terlapor, Saksi untuk kepentingan sidang; b. mengajukan saran kepada Ketua Majelis baik diminta ataupun tidak; dan c. mengikuti seluruh kegiatan persidangan termasuk melakukan peninjauan di lapangan. Pasal 17 (1) Anggota Majelis yang tidak setuju terhadap keputusan sidang tetap menandatangani keputusan sidang. (2) Ketidaksetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam berita acara sidang. Pasal 18 (1) Sidang Majelis tetap dilaksanakan tanpa dihadiri oleh terlapor setelah dipanggil secara sah 2 (dua) kali.

15 (2) Panggilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan tenggang waktu antara surat panggilan pertama dan surat panggilan berikutnya paling lama 7 (tujuh) hari kerja. (3) Sidang Majelis tetap memberikan putusan sidang walaupun terlapor tidak hadir dalam sidang. (4) Keputusan Majelis bersifat final. Pasal 19 Dalam melaksanakan tugas dan wewenang Majelis dapat meminta dukungan dari Pejabat pada satuan kerja yang menangani kepegawaian, dan hukum perundang-undangan. BAB VII TERLAPOR, PELAPOR/PENGADU, DAN SAKSI Pasal 20 (1) Terlapor mempunyai hak : a. mengetahui susunan keanggotaan Majelis sebelum pelaksanaan sidang; b. menerima salinan berkas laporan/pengaduan baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama paling lambat 3 (tiga) hari sebelum dilaksanakan sidang; c. mengajukan pembelaan; d. mengajukan saksi dalam proses persidangan; e. menerima salinan keputusan sidang 3 (tiga) hari setelah keputusan dibacakan; dan f. mendapatkan perlindungan administratif. (2) Terlapor mempunyai kewajiban : a. memenuhi semua panggilan; b. menghadiri sidang; c. menjawab semua pertanyaan yang diajukan oleh Ketua dan anggota Majelis; d. memberikan keterangan untuk memperlancar jalannya sidang Majelis; e. menaati semua ketentuan yang dikeluarkan oleh Majelis; dan f. berlaku sopan. Pasal 21 (1) Pelapor/Pengadu mempunyai hak :

16 a. mengetahui tindak lanjut laporan/pengaduan yang disampaikan; b. mengajukan saksi dalam proses persidangan; c. mendapatkan perlindungan; d. mendapatkan salinan berita acara pemeriksaan; e. memberikan identitas secara jelas; dan f. mendapatkan perlindungan administratif. (2) Pelapor/Pengadu mempunyai kewajiban : a. memberikan laporan/pengaduan yang dapat dipertanggung jawabkan; b. menjaga kerahasiaan laporan/pengaduan yang disampaikan kepada pejabat administrasi; c. memenuhi semua panggilan; d. memberikan keterangan untuk memperlancar jalannya sidang majelis; dan e. menaati semua ketentuan yang dikeluarkan oleh majelis. Pasal 22 (1) Saksi mempunyai hak untuk mendapat perlindungan administratif. (2) Saksi mempunyai kewajiban : a. memenuhi semua panggilan; b. menghadiri sidang; c. menjawab semua pertanyaan yang diajukan oleh majelis; d. memberikan keterangan yang benar sesuai dengan yang diketahui tanpa dikurangi maupun ditambah; e. menaati semua ketentuan yang dikeluarkan oleh majelis; dan f. berlaku sopan. BAB VIII KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 23 (1) Dalam hal tidak terbukti adanya pelanggaran, Majelis merekomedasikan sanksi moral bagi pelapor/pengadu. (2) Penjatuhan sanksi moral bagi pelapor/pengadu ditetapkan sesuai dengan Peraturan Bupati ini.

17 BAB VIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 24 Kelengkapan administrasi penegakan Kode Etik tercantum dalam lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ni. Pasal 25 Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Tanah Laut. Ditetapkan di Pelaihari pada tanggal 12 Januari 2015 BUPATI TANAH LAUT, Cap ttd Diundangkan di Pelaihari pada tanggal 12 Januari 2015 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT, H. BAMBANG ALAMSYAH Cap ttd H. ABDULLAH BERITA DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT TAHUN 2015 NOMOR 421

18 LAMPIRAN PERATURAN BUPATI TANAH LAUT NOMOR : TAHUN 2015 TANGGAL : A. BENTUK LAPORAN/PENGADUAN LISAN LAPORAN/PENGADUAN LISAN Nomor : 1. Identitas Pelapor a. Nama : b. NIP : c. Pangkat/Gol : d. Jabatan : e. Unit Kerja : 2. Identitas Terlapor a. Nama : b. NIP : c. Pangkat/Gol : d. Jabatan : e. Unit Kerja : 3. Nama, dan Alamat Saksi a. Nama : b. Alamat : 4. Isi Laporan : : a.......... b.......... c......... Demikian laporan ini dubuat dengan sebenarnya. Pelaihari, tanggal, bulan, tahun Penerima Laporan, Pelapor,......................

19 B. BENTUK LAPORAN PENGADUAN TERTULIS LAPORAN/PENGADUAN TERTULIS Nomor : 1. Identitas Pelapor a. Nama : b. NIP : c. Pangkat/Gol : d. Jabatan : e. Unit Kerja : 2. Identitas Terlapor a. Nama : b. NIP : c. Pangkat/Gol : d. Jabatan : e. Unit Kerja : 3. Nama, dan Alamat Saksi 1. Nama : 2. Alamat : 4. Isi Laporan : : a.......... b.......... c......... Demikian laporan ini dubuat dengan sebenarnya. Pelaihari, tanggal, bulan, tahun Penerima Laporan, Pelapor,......................

20 C. BENTUK SURAT PANGGILAN KOP SURAT Nomor :...................... Sifat :...................... Lampiran :...................... Hal : Panggilan Pelaihari, tanggal, bulan, tahun Kepada Yth......................................... di.................. Dengan ini Saudara dipanggil menghadap Majelis Penegak Kode Etik Inspektorat Kabupaten Tanah Laut, pada : Hari :............................................. Tanggal :............................................. Pukul :............................................. Tempat :............................................. Untuk :............................................. Demikian disampaikan untuk mendapat perhatian, dan dilaksanakan sebagaimana mestinya. Nama Jabatan, NAMA LENGKAP Pangkat/Gol (Ruang) NIP.

21 D. BENTUK SURAT PERMOHONAN PEMBENTUKAN MAJELIS PENEGAK KODE ETIK INSPEKTORAT KABUPATEN TANAH LAUT DENGAN KEPUTUSAN BUPATI TANAH LAUT KOP SURAT Nomor :..................... Sifat :..................... Lampiran :..................... Hal :.......................................... Pelaihari, tanggal, bulan, tahun Kepada Yth......................................... di.................. 1. Dasar : a. Peraturan Bupati Tanah Laut Nomor... Tahun.... tentang Kode Etik Inspektorat Kabupaten Tanah Laut; b. Laporan/pengaduan lisan/tertulis Nomor... tanggal... mengenai...... 2. Untuk menindaklanjuti laporan/pengaduan sebagaimana dimaksud pada angka 1 (satu) huruf b, kami berpendapat bahwa Nama... NIP..... Pangkat/Golongan (Ruang).... Jabatan.... Satuan Kerja..... diduga telah melakukan pelanggaran Kode Etik sebagaimana dimaksud 3. Untuk melaksanakan Pasal... ayat (...) sebagai dimaksud pada huruf angka 1 (satu) huruf a, perlu dibentuk Majelis Penegak Kode Etik Inspektorat Kabupaten Tanah Laut dengan Keputusan Bupati Tanah Laut, yang diberi tugas dan wewenang melakukan pemeriksaan kepada yang bersangkutan. 4. Naskah Keputusan Bupati, dan Susunan Keanggotaan Mejelis Penegak Kode Etik Inspektorat Kabupaten Tanah Laut tercantum dalam lampiran surat ini. Demikian disampaikan sebagai bahan selanjutnya. Nama Jabatan, NAMA LENGKAP Pangkat/Gol (Ruang) NIP. LAMPIRAN V

22 E. BENTUK KEPUTUSAN BUPATI TANAH LAUT TENTANG PEMBENTUKAN MAJELIS PENEGAK KODE ETIK INSPEKTORAT KABUPATEN TANAH LAUT LOGO GARUDA EMAS PROVINSI KALIMANTAN SELATAN KEPUTUSAN BUPATI TANAH LAUT NOMOR 188.45/ -KUM/20 TENTANG PEMBENTUKAN MAJELIS PENEGAK KODE ETIK INSPEKTORAT KABUPATEN TANAH LAUT BUPATI TANAH LAUT, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan pasal... Peraturan Bupati Tanah Laut Nomor. Tentang Kode Etik Inspektorat Kabupaten Tanah Laut, maka perlu pembentukan Majelis Penegak Kode Etik; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Keputusan Bupati Tanah Laut tentang Pembentukan Majelis Penegak Kode Etik Inspektorat Kabupaten Tanah Laut; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1965 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II Tanah Laut, Daerah Tingkat II Tapin dan Daerah Tingkat II Tabalong (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1965 Nomor 51, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2756) dengan mengubah Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1959 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1820) tentang Penetapan Undang-Undang Darurat Nomor 3 Tahun 1953 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1953 Nomor 9); 2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang

23 Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234; 4. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494; 5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587); 6. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 24, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5657); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004 tentang Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 141, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4449); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593; 9. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran

24 Negara Republik Indonesia Nomor 4741; 10. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 127, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4890); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 74 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5135); 12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2007 tentang Norma Pengawasan dan Kode Etik Pejabat Pengawas Pemerintah; 13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat Provinsi/Kabupaten/Kota; 14. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor PER/04/M.PAN/03/2008 tentang Kode Etik Aparat Pengawasan Intern Pemerintah; 15. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 32); 16. Peraturan Daerah Kabupaten Tanah Laut Nomor 13 Tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Tanah Laut (Lembaran Daerah Kabupaten Tanah Laut Tahun 2007 Nomor 13 Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Tanah Laut Nomor 14) sebagimana diubah beberapa kali, terakhir dengan Peraturan Daerah Kabupaten tanah Laut Nomor Nomor 10 Tahun 2013 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Daerah Kabupaten Tanah Laut Nomor 13 Tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Tanah Laut (Lembaran Daerah Kabupaten Tanah Laut Tahun 2013 Nomor 10); 17. Peraturan Bupati Tanah Laut Nomor 27 Tahun 2012 tentang Aturan Perilaku Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Tanah Laut (Berita Daerah Kabupaten Tanah Laut Tahun 2012 Nomor 159);

25 18. Peraturan Bupati Tanah Laut Nomor 75 Tahun 2014 tentang Tugas dan Fungsi Inspektorat Kabupaten Tanah Laut (Berita Daerah Kabupaten Tanah Laut Tahun 2014 Nomor 305); 19. Peraturan Bupati Tanah Laut tentang Kode Etik Inspektorat Kabupaten Tanah Laut (Berita Daerah Kabupaten Tanah Laut Tahun 2015 Nomor.); Memperhatikan : Adanya laporan/pengaduan lisan/tertulis Nomor... Tanggal.... mengenai.... M E M U T U S K A N : Menetetapkan : KESATU : Keputusan Bupati Tanah Laut Tentang Pembentukan Majelis Penegak Kode Etik Inspektorat Kabupaten Tanah Laut. KEDUA : Nama, sebagaimana tercantum dalam lajur 2 (dua) selaku Ketua Merangkap Anggota, Wakil Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota, dan Anggota sebagaimana tercantum dalam Lampiran merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan ini. KETIGA : Majelis Penegak Kode Etik mempunyai tugas, wewenang, dan kewajiban sebagai berikut : 1. Tugas : a. melakukan persidangan dan menetapkan jenis pelanggaran Kode Etik; b. membuat rekomendasi pemberian sanksi moral dan tindakan administratif kepada Pejabat Pembina Kepegawaian; dan c. menyampaikan ke/putusan sidang Majelis kepada Pejabat Pembina Kepegawaian. 2. Wewenang : a. memanggil pegawai untuk didengar keterangannya sebagai terlapor; b. menghadirkan Saksi untuk didengar keterangannya guna kepentingan pemeriksaan; c. mengajukan pertanyaan secara langsung kepada Terlapor, Saksi mengenai sesuatu yang diperlukan dan berkaitan dengan pelanggaran yang dilakukan oleh terlapor; d. memutuskan/menetapkan terlapor terbukti atau tidak terbukti melakukan pelanggaran;

26 e. memutuskan/menetapkan sanksi jika terlapor terbukti melakukan pelanggaran Kode Etik; dan f. merekomendasikan sanksi moral dan tindakan administratif. 3. Kewajiban a. Ketua : 1) melaksanakan koordinasi dengan anggota Majelis untuk mempersiapkan pelaksanaan sidang dengan mempelajari dan meneliti berkas laporan/pengaduan pelanggaran Kode Etik; 2) menentukan jadwal sidang; 3) menentukan saksi-saksi yang perlu didengar keterangannya; 4) memimpin jalannya sidang; 5) menjelaskan alasan dan tujuan persidangan; 6) mempertimbangkan saran, pendapat baik dari anggota Majelis maupun Saksi untuk merumuskan putusan sidang; 7) menandatangani putusan sidang; 8) membacakan putusan sidang; dan 9) menandatangani berita acara sidang. b. Wakil Ketua : 1) membantu kelancaran pelaksanaan tugas Ketua Majelis; 2) memimpin sidang apabila Ketua Majelis berhalangan; 3) mengkoordinasikan kegiatan dengan Sekretaris Majelis; dan 4) menandatangani berita acara sidang. c. Sekretaris : 1) Menyiapkan administrasi keperluan sidang; 2) membuat dan mengirimkan surat panggilan kepada Terlapor, Pelapor/Pengadu dan/atau Saksi yang diperlukan; 3) menyusun berita acara sidang; 4) menyiapkan konsep keputusan sidang; 5) menyampaikan surat keputusan sidang kepada Terlapor; 6) membuat dan mengirimkan laporan hasil sidang kepada atasan terlapor; dan 7) menandatangani berita acara sidang. d. Anggota : 1) mengajukan pertanyaan kepada Terlapor, Saksi untuk kepentingan sidang;

27 2) mengajukan saran kepada Ketua Majelis baik diminta ataupun tidak; dan 3) mengikuti seluruh kegiatan persidangan termasuk melakukan peninjauan di lapangan. KEEMPAT : Lampiran yang tercantum menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari Keputusan ini. KELIMA : Segala biaya yang timbul akibat ditetapkannya Keputusan ini dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Tanah Laut. KEENAM : Keputusan Bupati ini berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Pelaihari pada tanggal........ BUPATI TANAH LAUT, NAMA BUPATI Tembusan : 1. Gubernur Kalimantan Selatan. 2. Ketua DPRD Kabupaten Tanah Laut. 3. Inspektur Provinsi Kalimantan Selatan. 4. Atasan Langsung Terlapor/Pelapor. 5. Terlapor. 6. Pelapor.

LAMPIRAN KEPUTUSAN BUPATI TANAH LAUT NOMOR : 188.45/ -KUM/20 TANGGAL : No Nama Pangkat/Golongan Jabatan Mejelis Penegak 1 2 3 4 5 Ketua Merangkap Anggota Wakil Ketua Merangkap Anggota Sekretaris Merangkap Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota BUPATI TANAH LAUT, NAMA BUPATI

F. BENTUK BERITA ACARA PERMINTAAN KETERANGANS KOP SURAT BERITA ACARA PERMINTAAN KETERANGAN Nomor : Pada hari ini...tanggal...bulan...tahun... telah melakukan pemeriksaan dalam rangka meminta penjelasan/keterangan yang diperlukan kepada : Nama : NIP : Pangkat/Gol : Jabatan : Satuan Kerja Selanjutnya disebut Pelapor/Pengadu. Pemeriksaan dilakukan berdasarkan : 1...... 2..... 3...... Untuk memperoleh informasi yang diperluan bertalian dengan dengan materi yang dilaporkan/diadukan oleh Pelapor, kami mengajukan beberapa pertanyaan sebagai berikut : 1. Pertanyaan : Jawaban : 2. Pertanyaan : Jawaban : 3. dst Demikian Berita Acara Permintaan Keterangan ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya. Yang Diperiksa Nama :.................... Tanda Tangan : Yang Memeriksa 1. Nama :..................... Jabatan dalam :..................... Majelis Tanda Tangan : 2. Nama :..................... Jabatan dalam :..................... Majelis Tanda Tangan : 3. Nama :..................... Jabatan dalam :.....................

30 Majelis Tanda Tangan : 4. Nama :..................... Jabatan dalam :..................... Majelis Tanda Tangan : 5. Nama :..................... Jabatan dalam :..................... Majelis Tanda Tangan :

31 G. BENTUK KEPUTUSAN MAJELIS PENEGAK KODE ETIK INSPEKTORAT KABUPATEN TANAH LAUT TENTANG PUTUSAN MAJELIS KOP SURAT KEPUTUSAN MAJELIS PENEGAK KODE ETIK INSPEKTORAT KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR TAHUN TENTANG PUTUSAN SIDANG MAJELIS MAJELIS PENEGAK KODE ETIK INSPEKTORAT KABUPATEN TANAH LAUT, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan pasal.... Peraturan Bupati Tanah Laut Nomor. Tentang Kode Etik Inspektorat Kabupaten Tanah Laut, maka pengaturan atas pelaksanaan penegakan kode etik ; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Keputusan Majelis Penegak Kode Etik Inspektorat Kabupaten Tanah Laut tentang Putusan Sidang Majelis; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494; 3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587); 4. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang

32 Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 24, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5657); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2004 tentang Pembinaan Jiwa Korps dan Kode Etik Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 141, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4449); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593; 7. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741; 8. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 127, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4890); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 74 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5135); 10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 2007 tentang Norma Pengawasan dan Kode Etik Pejabat Pengawas Pemerintah; 11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat Provinsi/Kabupaten/Kota; 12. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor PER/04/M.PAN/03/2008 tentang Kode Etik Aparat Pengawasan Intern Pemerintah; 13. Peraturan Daerah Kabupaten Tanah Laut Nomor 13 Tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Tanah Laut (Lembaran Daerah Kabupaten Tanah Laut Tahun 2007 Nomor 13 Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Tanah Laut Nomor 14) sebagimana diubah

33 beberapa kali, terakhir dengan Peraturan Daerah Kabupaten tanah Laut Nomor Nomor 10 Tahun 2013 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Daerah Kabupaten Tanah Laut Nomor 13 Tahun 2008 tentang Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Tanah Laut (Lembaran Daerah Kabupaten Tanah Laut Tahun 2013 Nomor 10); 14. Peraturan Bupati Tanah Laut Nomor 27 Tahun 2012 tentang Aturan Perilaku Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Tanah Laut (Berita Daerah Kabupaten Tanah Laut Tahun 2012 Nomor 159); 15. Peraturan Bupati Tanah Laut Nomor 75 Tahun 2014 tentang Tugas dan Fungsi Inspektorat Kabupaten Tanah Laut (Berita Daerah Kabupaten Tanah Laut Tahun 2014 Nomor 305); 16. Peraturan Bupati Tanah Laut tentang Kode Etik Inspektorat Kabupaten Tanah Laut (Berita Daerah Kabupaten Tanah Laut Tahun 2015 Nomor.); 17. Keputusan Bupati Tanah Laut Nomor... Tahun 20... tentang Pembentukan Majelis Penegak Kode Etik Inspektorat Kabupaten Tanah Laut; Memperhatikan : 1. Adanya laporan/pengaduan lisan/tertulis Nomor... Tanggal.... mengenai.... 2. Berita Acara Permintaan Keterangan Nomor... Tanggal.... 3. dst Terlapor : Nama : NIP : Pangkat/Gol : Jabatan : Satuan Kerja : M E M U T U S K A N : 1. Terbukti telah melakukan pelanggaran Kode Etik Inspektorat Kabupaten Tanah Laut sebagaimana diatur dalam Pasal... Ayat... Peraturan Bupati Tanah Laut Nomor... Tahun... tentang Kode Etik Inspektorat Kabupaten Tanah Laut;

34 2. Menjatuhkan sanksi berupa.... a..... b..... Ditetapkan di Pelaihari pada tanggal :.... Ketua Sekretaris... BUPATI TANAH LAUT, Cap ttd H. BAMBANG ALAMSYAH