BAB 1 PENDAHULUAN. Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa setelah menyimak,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa mencakup keterampilan menyimak, berbicara,

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dalam kurikulum satuan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Windy Tantriyani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menulis adalah suatu aspek keterampilan berbahasa dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Menulis naskah drama merupakan salah satu kegiatan atau bentuk dari

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai alat komunikasi manusia yang paling efektif, bahasa memegang. penanan yang sangat penting. Dengan berbahasa, manusia mampu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya interaksi antara guru dan siswa. Interaksi yang dilakukan mengharapkan

2014 PENERAPAN METODE MENULIS BERANTAI DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, pendapat, imajinasi, dan berhubungan dengan manusia lainnya.

2015 PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN MELALUI TRANSFORMASI FILM DOKUMENTER

BAB I PENDAHULUAN. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia bukan mata pelajaran eksak, namun

BAB I PENDAHULUAN. menulis seseorang dapat menyampaikan hal yang ada dalam pikirannya.

BAB I PENDAHULUAN. pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting untuk menjamin

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran sastra disekolah. Salah satu tujuan pelajaran bahasa Indonesia di

BAB I PENDAHULUAN. membaca, dan menulis. Menulis merupakan keterampilan berbahasa yang bersifat

realita dan fiksi. Kita hidup dalam keduanya. Sastra memberikan kesempatan dengan mengemukakan tikaian dan emosi lewat lakuan dan dialog (Sudjiman,

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa menduduki fungsi utama sebagai alat komunikasi dalam kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. terampil menulis, agar mereka dapat mengungkapkan ide, gagasan, ataupun

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia di sekolah memegang peranan penting dalam mengupayakan dan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari (Dalman, 2015: 1). Dengan bahasa itulah manusia dapat

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia berperan dalam. menumbuhkembangkan kemampuan berfikir kritis dan logis pada peserta didik.

BAB 1 PENDAHULUAN. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya anggapan bahwa keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu hasil kebudayaan yang harus dipelajari dan

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan siswa dalam menyerap materi pendidikan. Guru sebagai fasilitator, menyampaikan ilmunya melalui bentuk-bentuk ajaran

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan menulis merupakan salah satu kompetensi harus dikuasai

BAB I PENDAHULUAN. pendekatan scientific akan menyentuh tiga ranah, yaitu: sikap (afektif), pengetahuan (kognitif), dan keterampilan (psikomotor).

pembelajaran berbahasa dan kegiatan berbahasa dalam kehidupan sehari-hari karena antara satu dengan yang lainnya memiliki keterkaitan yang erat.

2015 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPLANASI KOMPLEKS

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat terlepas dari kegiatan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Annisa Octavia Koswara, 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Bahasa Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peranan seorang guru dalam proses belajar-mengajar harus mampu

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dibedakan atas empat aspek keterampilan, yaitu keterampilan menyimak,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan dilakukannya proses pembelajaran manusia akan mampu berkembang.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Winda Victoria Febriani, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan pilar utama bagi kehidupan manusia. Dengan

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CERPEN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES DENGAN MEDIA SURAT KABAR PADA SISWA KELAS X 5 SMA NEGERI 2 PATI TESIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan ini, manusia tidak pernah telepas dari kegiatan

2015 PENERAPAN TEKNIK MENULIS BERANTAI DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS ULASAN FILM ATAU DRAMA

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pengajaran bahasa dan sastra Indonesia terdapat empat keterampilan

PENGARUH PENERAPAN MODEL PICTURE AND PICTURE TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS CERPEN SISWA KELAS X SMA SWASTA BANDUNG TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015

BAB I PENDAHULUAN. Menulis merupakan keterampilan yang harus dikuasai setiap siswa melalui proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai mahluk sosial membutuhkan bahasa sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, manusia dapat menemukan hal-hal baru yang dapat dikembangkan dan

BAB I PENDAHULUAN. mudah dipahami oleh orang lain. Selain itu menulis berarti mengorganisasikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. proses belajar mengajar yang berlangsung di sekolah. Hal ini dikarenakan dalam

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF NARASI DENGAN TEKNIK REKA CERITA GAMBAR PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGDOWO KLATEN TAHUN AJARAN

BAB I PENDAHULUAN. bidang studi Bahasa dan Sastra Indonesia, pembelajaran keterampilan menyimak

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan serta meningkatkan kemampuan berbahasa. Tarigan (1994: 1) berpendapat bahwa.

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan apa yang sedang dipikirkannya. Dengan demikian manusia dapat

BAB I PENDAHULUAN. merupakan upaya penguasaan yang menggunakan bahasa lisan, sementara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Penguasaan bahasa Indonesia yang baik dan benar dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. benar. Seseorang dapat dikatakan telah mampu menulis dengan baik jika pembacanya

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah.

BAB I PENDAHULUAN. berbahasa (Indonesia) merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh

BAB I PENDAHULUAN. memiliki pengetahuan, nilai, sikap, dan kemampuan terhadap empat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 1). Pembelajaran menurut Sugandi (2006: 9) adalah seperangkat peristiwa

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam perkembangan kognitif dan sosial anak. Dengan kata lain, guru memegang peranan yang strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, pendapat, imajinasi, dan berhubungan dengan manusia laninnya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Hari-hari di Rainnesthood..., Adhe Mila Herdiyanti, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. kenyataan hal tersebut seringkali tidak terjadi. Pembelajaran menulis cerpen masih dianggap

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan insan yang produksi, kreatif, inovatif, dan berkarakter.

BAB I PENDAHULUAN. membaca yang baik akan menunjang keberhasilan hal-hal yang lainnya.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN

BAB I PENDAHULUAN. Ridha Wulan Kartika, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dimengerti dan digunakan untuk berinteraksi dengan orang lain. Adapun cara-cara

BAB I PENDAHULUAN. tersebut adalah mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Salah satu keterampilan berbahasa yaitu menulis.

BAB 1 PENDAHULUAN. bentuk karya yang bereaksi langsung secara kongkret (Hasanuddin, 2009:1).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Widi Rahmawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Globalisasi saat ini telah melanda dunia. Dunia yang luas seolah-olah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. teknologi dan seni. Peningkatan pengetahuan berbahasa Indonesia berhubungan

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2013 Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud)

BAB I PENDAHULUAAN. kaidah-kaidah tata bahasa kemudian menyusunnya dalam bentuk paragraf.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang sangat penting dan harus

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi sosial yang bersifat konvensional dan arbitreir.

BAB I PENDAHULUAN. Cerpen merupakan sebuah karya yang didalamnya terkandung berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. manusia dengan yang lainnya. Keterampilan berbahasa yang dimiliki manusia

Petunjuk Pengisian. Marisha,2013 EFEKTIVITAS TEKNIK BRAINWRITING DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARATIF BAHASA PERANCIS

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa setelah menyimak, membaca, dan berbicara. Artinya, kemampuan menulis juga merupakan keterampilan yang harus dimiliki oleh setiap makhluk berbahasa selain ketiga keterampilan berbahasa tersebut. Kita dapat melakukan komunikasi melalui sebuah tulisan, tidak hanya dengan berbicara. Ini didukung oleh pendapat Rusyana yang menyatakan bahwa tulisan merupakan alat komunikasi tidak langsung (1986: 16). Melalui tulisan kita dapat menyampaikan gagasan, pendapat, atau sekadar menceritakan sesuatu kepada orang lain. Semua jenis tulisan tersebut dapat menarik jika dikemas dalam sebuah tulisan kreatif. Tidak hanya menarik, tetapi juga cerdas. Setidaknya dengan adanya sebuah kekreatifan dalam menulis, yang diharapkan terjadi adalah masyarakat tidak akan kekurangan oleh karya-karya kritis yang berperan dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal tersebut terjadi karena menulis merupakan keterampilan berbahasa yang paling tinggi. Hal ini dibuktikan bahwa seseorang baru akan terampil menulis ketika ia mampu menuliskan apa yang ia peroleh dari menyimak, membaca, dan berbicara. Dengan kata lain, menulis merupakan salah satu cara menuangkan ide atau gagasan yang diperoleh seseorang dari pengalaman yang telah ia dapatkan.

Generasi muda, dalam hal ini adalah pelajar, merupakan generasi yang diharapkan agar mampu mewujudkannya. Akan tetapi, kenyataan yang terjadi saat ini adalah bahwa pelajar SMA (sekolah menengah atas) kurang berminat pada pelajaran menulis karena merasa kesulitan dalam menemukan dan mengembangkan topik menjadi sebuah tulisan kreatif, salah satunya adalah cerita pendek (cerpen). Hal ini dibuktikan dengan adanya keluhan dari mahasiswamahasiswa yang sedang melakukan PLP (Program Latihan Profesi) pada tahun 2008 di SMAN 6 dan SMAN 15 Bandung. Setelah dilakukan wawancara nonformal, mereka menyatakan bahwa siswa pada kelas-kelas yang dijadikan sebagai tempat PLP, umumnya cenderung pasif dan kurang memiliki motivasi dalam pelajaran Bahasa Indonesia. Hasil latihan atau ulangan harian siswa di kelas tidak memuaskan bahkan dapat dikatakan mengkhawatirkan. Selain itu, seorang pengajar di sebuah pusat bimbingan belajar di Bandung menceritakan suatu ketika beberapa orang siswa berbicara kepadanya yang isinya berupa keluhan tentang tugas menulis dari guru di sekolahnya. Bagi mereka tugas itu sangatlah berat karena pada dasarnya mereka memang tidak menyukai pelajaran menulis. Alasan yang terlontar antara lain kesulitan dalam menemukan dan mengembangkan topik, menentukan tema, memilih kosakata, menuangkan gagasan dan pendapat dalam karangan, dan menyesuaikan pilihan kata dengan jenis karangan yang harus dibuat. Tentu saja hal ini cukup mengkhawatirkan mengingat kemampuan menulis merupakan kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa ketika hendak lulus dari sekolah menengah atas.

Salah seorang guru mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMAN 2 Bandung, Dra. Lilis Yuliawati R. juga menyatakan bahwa rata-rata siswa di sana tidak menyukai pokok bahasan menulis dalam mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Alasan yang mengemuka adalah sulitnya menemukan dan mengembangkan topik. Terlebih saat mereka diminta untuk menulis sebuah cerpen, mereka selalu kesulitan untuk menemukan dan mengembangkan topik bahkan sekadar mencari tema yang menarik untuk ditulis pada materi pembelajaran menulis cerpen. Peneliti juga memiliki penilaian serupa terhadap nilai menulis siswa SMA ketika menjadi pengajar di salah satu lembaga bimbingan belajar kecil di Kota Bandung. Setelah dilakukan wawancara nonformal, siswa menjelaskan bahwa menulis merupakan hal yang sulit untuk mereka lakukan. Mereka mengeluh bahwa selalu merasa kesulitan pada saat ingin mengawali kegiatan menulis (menemukan dan mengembangkan topik). Jika kita amati, ada dua faktor penyebab kurangnya minat menulis pada siswa sehingga muncul kesulitan dalam menemukan topik, yaitu faktor intern dan ekstern. Siswa yang kurang minat menulis sehingga sulit menemukan dan mengembangkan topik ke dalam tulisan karena hanya memiliki sedikit pengalaman atau bahkan merasa malas, merupakan faktor yang muncul dari dalam diri siswa (intern). Sedangkan sebab yang ditimbulkan oleh proses pembelajaran yang cenderung monoton sehingga kurang memotivasi siswa untuk menjadi produktif dalam menulis, merupakan salah satu faktor yang timbul dari luar diri siswa (ekstern).

Berdasarkan kedua faktor tersebut, peneliti ingin menerapkan sebuah metode pembelajaran menulis yang diharapkan dapat menjadi solusi atas permasalahan tersebut. Meskipun banyak faktor lain yang dapat mempengaruhi ketercapaian tujuan pembelajaran seperti guru, siswa, media pembelajaran, dan materi atau bahan pelajaran, peneliti juga berasumsi bahwa penggunaan metode pembelajaran merupakan salah satu faktor penting untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut. Oleh sebab itu, maka guru harus memiliki kreativitas yang dapat menunjang keberhasilan pengajaran sehingga siswa memiliki kemampuan dan keterampilan sesuai dengan tujuan pembelajaran. Dengan demikian, dibuatlah sebuah proses pembelajaran menulis dengan penerapan metode berbagi pengalaman yang diharapkan dapat membantu siswa dalam menemukan dan mengembangkan topik ke dalam sebuah tulisan dan menjadi sebuah metode pembelajaran yang aktif, kreatif, inovatif, dan menyenangkan sehingga mampu memotivasi siswa agar lebih produktif dalam pembelajaran menulis cerpen. Metode berbagi pengalaman merupakan sebuah metode yang diterapkan dengan tujuan agar siswa mampu menuliskan pengalaman pribadi orang lain (temannya) ke dalam sebuah cerpen dan dapat membantu siswa dalam menemukan topik yang menarik agar dikembangkan mejadi sebuah cerpen. Metode berbagi pengalaman ini akan diterapkan melalui permainan, yaitu games concentration. Games concentration merupakan jenis sebuah permainan yang menuntut adanya sebuah pemusatan pikiran atau perhatian pada suatu hal. Ada beberapa jenis games concentration yang dapat digunakan dalam berbagai kegiatan baik yang dilakukan di luar (outbound/kegiatan lapangan) maupun di

dalam ruangan. Semua jenis games tersebut memberikan suasana santai, aktif, ceria, dan melatih siswa agar berkonsentrasi ketika melakukan sesuatu. Mengingat siswa adalah seorang remaja yang memiliki keinginan untuk mengeksplorasi diri dalam lingkungannya dan tertarik dengan hal-hal yang baru, maka games concentration ini dapat dijadikan sebagai salah satu permainan yang mampu memfasilitasi keinginannya tersebut. Dengan demikian, penerapan metode berbagi pengalaman melalui pemanfaatan games concentration dalam pembelajaran menulis cerpen ini dinilai sangat efektif untuk membantu siswa dalam menemukan dan mengembangkan topik. Sebelumnya telah dilakukan penelitian-penelitian terhadap pembelajaran menulis cerpen, yaitu oleh Nopita Akhiradewi dengan judul Pembelajaran Menulis Cerpen dengan Menggunakan Media Komik pada Siswa Kelas X SMAN 7 Bandung Tahun Ajaran 2005/2006 dan berhasil membuktikan hipotesis bahwa pembelajaran menulis cerpen dengan menggunakan media komik berhasil meningkatkan kemampuan menulis siswa. Kemudian, penelitian dengan judul Peningkatan Kreativitas Siswa dalam Menulis Cerpen Melalui Metode Pemetaan Pikiran yang ditulis oleh Sary Sukawati juga berhasil membuktikan hipotesis bahwa menulis cerpen melalui metode pemetaan pikiran efektif untuk meningkatkan kreativitas siswa dalam menulis cerpen. Selain itu, Dadi Suryadi dengan judul penelitian Keefektifan Media Trailer Film Asing dalam Pembelajaran Menulis Cerita Pendek pun berhasil membuktikan hipotesis bahwa media trailer film asing lebih efektif daripada media sinopsis film dalam pembelajaran menulis cerita pendek. Penelitian dengan judul Pembelajaran

Menulis Cerita Pendek dengan Menggunakan Pendekatan Respons Pembaca yang ditulis oleh Devi Safitri Marita juga berhasil meningkatkan kemampuan menulis cerita pendek pada siswa kelas XI Bahasa SMAN 1 Lembang pada tahun ajaran 2006/2007. Namun dalam penelitian-penelitian tersebut siswa hanya dituntut untuk menuangkan ide berdasarkan pengalaman pibadi yang diperoleh dari menonton film, membaca, dan sebagainya. Sedangkan dalam penelitian ini, peneliti berusaha agar siswa dapat menulis cerpen dengan ide (tema) berdasarkan pengalaman orang lain. Ini sesuai dengan kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh siswa SMA kelas X. 1.2 Identifikasi Masalah Penelitian Masalah yang diidentifikasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Metode berbagi pengalaman merupakan sebuah metode yang dapat memunculkan sikap keterbukaan (percaya) antarsiswa dan mengajarkan kepada siswa bahwa sesungguhnya ada banyak hal di lingkungan mereka yang dapat mereka tulis menjadi sebuah cerita. Tidak hanya terpaku pada pengalaman pribadi, tetapi juga pengalaman orang lain. Metode ini dapat diterapkan dalam pembelajaran menulis cerpen sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan menulis siswa, namun belum pernah diujicobakan. 2) Menulis cerpen merupakan sebuah kemampuan menuangkan ide/gagasan seseorang berdasarkan pengalaman atau peristiwa yang pernah dialami oleh diri sendiri atau orang lain ke dalam lambang-lambang tulisan yang bermakna dan menggambarkan alur dan konflik yang sederhana. Kemampuan menulis cerpen siswa kelas X-D di SMAN 2 Bandung masih kurang.

3) Siswa kelas X-D SMAN2 Bandung sering merasa kesulitan dalam menemukan dan mengembangkan topik untuk ditulis menjadi sebuah cerita pendek. 1.3 Pembatasan Masalah Penelitian Adanya batasan masalah dalam penelitian ini dimaksudkan agar penelitian yang dilakukan dapat terarah dan terhindar dari adanya penyimpangan. Adapun batasan masalah penelitian tersebut antara lain sebagai berikut. 1) Metode berbagi pengalaman ini dilakukan melalui beberapa permainan yang diperoleh dari berbagai sumber panduan yang digunakan oleh fasilitator dalam kegiatan lapangan (outbound), 2) Penilaian terhadap kemampuan menulis cerita pendek siswa merupakan penilaian yang telah disesuaikan dengan standar kompetensi yang harus dimiliki siswa SMA, dan 3) Penelitian ini menghasilkan metode pembelajaran menulis cerpen dengan menerapkan metode berbagi pengalaman. 1.4 Perumusan Masalah Penelitian Masalah dalam penelitian ini dirumuskan ke dalam kalimat-kalimat pertanyaan berikut. 1) Bagaimana perencanaan pembelajaran menulis cerpen dengan penerapan metode berbagi pengalaman untuk meningkatkan kemampuan menulis cerpen pada siswa sekolah menengah atas?

2) Bagaimana pelaksanaan pembelajaran menulis cerpen dengan penerapan metode berbagi pengalaman untuk meningkatkan kemampuan menulis cerpen pada siswa sekolah menengah atas? 3) Bagaimana hasil pembelajaran menulis cerpen dengan penerapan metode berbagi pengalaman untuk meningkatkan kemampuan menulis cerpen pada siswa sekolah menengah atas? 1.5 Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui beberapa hal yang telah dirumuskan dalam rumusan masalah, yaitu sebagai berikut. 1) Untuk mengetahui perencanaan pembelajaran menulis cerpen dengan penerapan metode berbagi pengalaman untuk meningkatkan kemampuan menulis cerpen pada siswa sekolah menengah atas. 2) Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran menulis cerpen dengan penerapan metode berbagi pengalaman untuk meningkatkan kemampuan menulis cerpen pada siswa sekolah menengah atas. 3) Untuk mengetahui hasil pembelajaran menulis cerpen dengan penerapan metode berbagi pengalaman untuk meningkatkan kemampuan menulis cerpen pada siswa sekolah menengah atas. 1.6 Anggapan Dasar Penelitian Berikut adalah anggapan dasar dari penelitian ini. 1) Menulis merupakan keterampilan berbahasa yang sangat penting untuk dimiliki oleh siswa,

2) Pembelajaran menulis cerpen tercantum dalam kurikulum Berbasis Kompetensi 2006 pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, 3) Metode berbagi pengalaman dapat diterapkan untuk meningkatkan kemampuan menulis cerpen siswa. 1.7 Manfaat Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan harapan dapat memberikan manfaat bagi elemen-elemen pendidikan yang terkait secara langsung dalam kegiatan pembelajaran, yaitu sebagai berikut. 1) Bagi guru, penerapan metode berbagi pengalaman diharapkan dapat menjadi metode pembelajaran yang efektif dalam pembelajaran menulis cerita pendek dan memudahkan guru dalam membantu siswa untuk menemukan mengembangkan topik menjadi sebuah cerita pendek, serta menambah pengetahuan guru terhadap jenis-jenis permainan yang dapat dimanfaatkan dalam metode berbagi pengalaman untuk mengembangkan kemampuan dan keterampilan Bahasa Indonesia pada siswa sekolah menengah atas, 2) Bagi siswa, penerapan metode berbagi pengalaman diharapkan dapat menjadi metode pembelajaran yang efektif, menyenangkan, dan dapat membantu siswa dalam menemukan topik melalui kegiatan berbagi pengalaman dan mengembangkannya menjadi sebuah cerita pendek, 3) Bagi kegiatan pembelajaran, penerapan metode berbagi pengalaman untuk meningkatkan kemampuan menulis cerita pendek pada siswa sekolah menengah atas diharapkan dapat menjadi salah satu metode pembelajaran baru

yang inovatif dalam pengembangan kemampuan dan keterampilan Bahasa Indonesia, dan 4) Bagi peneliti, penerapan metode berbagi pengalaman untuk meningkatkan kemampuan menulis cerita pendek pada siswa sekolah menengah atas ini menunjukkan bahwa metode pembelajaran juga dapat diperoleh dari pengembangan berbagai hal yang sederhana dan tidak asing, karena sebagian besar orang telah sering melakukannya (berbagi pengalaman). 1.8 Definisi Operasional Agar pokok-pokok masalah dalam penelitian ini lebih jelas, maka berikut akan dioperasionalkan variabel-variabel dalam penelitian ini. 1) Berbagi pengalaman merupakan kegiatan menceritakan pengalaman pribadi yang diperoleh seseorang kepada orang lain agar orang yang mendengarkan cerita tersebut dapat ikut merasakan apa yang dirasakan oleh orang yang bercerita. 2) Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang bersifat produktif dalam mengemas ide/gagasan yang diperoleh dari pengalaman seseorang melalui kegiatan membaca ataupun terjadinya peristiwa. 3) Cerita pendek merupakan sebuah cerita yang ditulis dengan hanya memunculkan satu konflik yang dialami oleh tokoh utama. Karena hanya ada satu konflik, maka cerpen memiliki alur yang sederhana dan keterbatasan jumlah tokoh (biasanya tidak lebih dari 5 orang).