BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. daya manusia yang dilakukan secara berkelanjutan. Upaya peningkatan sumber daya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas

PENGARUH PENYULUHAN MP ASI TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN IBU DALAM PEMBERIAN MP ASI DI PUSKESMAS SAMIGALUH I

BAB I PENDAHULUAN. (AKB) atau Infant Mortality Rate (IMR). Angka Kematian Bayi tidak berdiri sendiri,

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu (AKI), angka kematian bayi (AKB) dan angka kematian balita. jangkauan maupun kualitas pelayanan (Novia ika, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. 24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat,

BAB 1 PENDAHULUAN. bulan pertama kehidupan kritis karena bayi akan mengalami adaptasi terhadap

MP - ASI dini kepada bayi adalah ASI PENDAHULUAN. Secara nasional cakupan ASI. belum keluar dan alasan tradisi dan. untuk bayi sampai umur 6 bulan

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2025 adalah

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat sebagai makanan bayi (Maryunani, 2012). diberikan sampai usia bayi 2 tahun atau lebih (Wiji, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemberian makanan tambahan pada bayi merupakan salah satu upaya. pemenuhan kebutuhan gizi bayi sehingga bayi dapat mencapai tumbuh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Makanan yang terbaik untuk bayi usia 0-6 bulan adalah ASI. Air susu ibu (ASI) merupakan sumber energi

BAB 1 PENDAHULUAN. gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan, perubahan sirkulasi darah, serta organ-organ tubuh mulai berfungsi,

BAB I PENDAHULUAN. sebagai makanan utama bayi. Pada awal kehidupan, seorang bayi sangat

PERBEDAAN PERKEMBANGAN MOTORIK BAYI USIA 0-6 BULAN ANTARA YANG DIBERI ASI DENGAN YANG DIBERI PASI DI DESA GLAGAH JATINOM KLATEN

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian balita dalam kurun waktu 1990 hingga 2015 (WHO, 2015).

BAB I PENDAHULUAN. satu-satunya makanan yang terbaik untuk bayi, karena memiliki. komposisi gizi yang paling lengkap untuk pertumbuhan dan


BAB I PENDAHULUAN. menyusui bayinya, meyakinkan ibu akan keuntungan Air Susu Ibu (ASI) dan

LEMBAR PERTANYAAN. Frekuensi. Informasi 1. Presentational media - Petugas Puskesmas. a. 1-3 bulan. Asi saja - Bidan. b. 4-6 bulan

BAB I PENDAHULUAN. Hasil penelitian multi-center yang dilakukan UNICEF menunjukkan bahwa MP-

BAB I PENDAHULUAN. secara eksklusif selama enam bulan pertama kehidupan (IDAI, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. yang harus ditangani dengan serius. Ditinjau dari masalah kesehatan dan gizi, terhadap kekurangan gizi (Hanum, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam tumbuh kembang, karena terbukti memiliki manfaat

ABSTRAK. meninggal sebanyak 49 bayi dan 9 bayi diantaranya meninggal disebabkan karena diare. 2 Masa pertumbuhan buah hati

BAB 1 PENDAHULUAN. yang mengandung zat gizi, yang diberikan pada bayi atau anak yang berusia

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan nasional merupakan pembangunan berkelanjutan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di mana salah satu indikator tingkat kesehatan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. operasional, pertanyaan penelitian dan hipotesis serta manfaat penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. pada berbagai bidang, diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kesehatan termasuk dalam hal gizi. Hal ini terbukti dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan pertama dan utama bagi bayi adalah air susu ibu (ASI). Air susu ibu sangat cocok untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. lebih dramatis dikatakan bahwa anak merupakan penanaman modal sosial

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PENGHASILAN IBU MENYUSUI DENGAN KETEPATAN WAKTU PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI)

BAB I PENDAHULUAN. mendukung pertumbuhan otak bayi yaitu sesuatu yang tidak dapat diperoleh

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, yaitu SDM yang memiliki fisik

BAB I PENDAHULUAN. penurunan tingkat kecerdasan. Pada bayi dan anak, kekurangan gizi akan menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan zat gizi bagi bayi usia sampai 2 tahun merupakan hal yang

BAB I PENDAHULUAN. Sejak dahulu Air Susu Ibu merupakan makanan yang terbaik untuk bayi, karena

BAB I PENDAHULUAN. angka kesakitan dan kematian anak, United Nation Children Fund (UNICEF) dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Makanan memiliki peranan penting dalam tumbuh kembang

BAB 1 : PENDAHULUAN. diatasi secara dini dapat berlanjut hingga dewasa. (1) anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya serta dapat menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan zat gizi yang jumlahnya lebih banyak dengan kualitas tinggi.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik untuk bayi. ASI sangat

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Diare merupakan penyakit dengan tanda - tanda perubahan frekuensi buang air

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare masih sering menimbulkan KLB (Kejadian Luar Biasa)

BAB I. A. Latar Belakang. Dalam Al-Qur an terkandung segala bentuk tata kehidupan, mulai dari. Qur an surat Al- Baqarah dan surat Yunus yang artinya :

BAB I PENDAHULUAN. terdapat 14% ibu yang memberikan ASI eksklusif kepada bayinya sampai

BAB 1 PENDAHULUAN. Program peningkatan penggunaan ASI menjadi prioritas karena

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses alamiah, namun sering ibu-ibu tidak berhasil menyusui atau menghentikan

BAB 1 PENDAHULUAN. biskuit, bubur nasi dan nasi tim. Setelah 6 bulan baru dimulai diberikan. berusia 2 tahun atau lebih. ( Weni, 2009 : 23 )

BAB I PENDAHULUAN. internasional yang menganjurkan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama

BAB I PENDAHULUAN. Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) adalah makanan atau minuman

Kuesioner. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu dengan Ketepatan Pemberian MPASI di Kelurahan PB. Selayang II Kecamatan Medan Selayang Tahun 2010

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan 2010 bahwa kejadian diare pada bayi terus meningkat dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. akhiran pe dan an. Imbuhan pe-an berarti menunjukkan adanya proses. Jadi

RISET KESEHATAN DASAR 2010 BLOK

BAB I PENDAHULUAN Millennium Develepment Goals (MDG s) Indonesia menargetkan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan nutrisinya baik dalam segi mutu ataupun jumlahnya. Untuk bayi 0-

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan bayi akan zat gizi sangat tinggi untuk mempertahankan

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU TENTANG MP-ASI DENGAN SIKAP DAN PERILAKU PEMBERIAN MP-ASI DI KELURAHAN JEMAWAN, KECAMATAN JATINOM, KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. Air Susu Ibu (ASI) eksklusif adalah air susu yang diberikan kepada bayi sejak

GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI PEMBERIAN MPASI DINI DI RW 1 KELURAHAN NGAGEL KECAMATAN WONOKROMO SURABAYA

HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) DINI DENGAN KEJADIAN KONSTIPASI PADA BAYI DIBAWAH UMUR 6 BULAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. United Nations International Children s Emergency Fund (UNICEF)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

1

BAB I PENDAHULUAN. protein, laktosa dan garam-garam organik yang disekresi oleh kedua belah

BAB I PENDAHULUAN. yang berbeda dari orang dewasa (Soetjiningsih, 2004). Gizi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. ASI eksklusif menurut World Health Organization (WHO, 2011) adalah

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dipelajari serta dipahami. Hal tersebut berkaitan dengan adanya perubahan

BAB 1 : PENDAHULUAN. sedini mungkin, bahkan sejak masih dalam kandungan. Usaha untuk mencapai

BAB 1 PENDAHULUAN. ASI Ekslusif pada bayinya (Laksono, 2010). Di daerah pedesaan, pada

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan bayi akan zat gizi sangat tinggi untuk mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Indonesia masih tergolong tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan data dari United Nations Children's Fund (UNICEF) pada tahun

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan ibu tentang kebutuhan gizi yang diberikan pada bayi sangat

DUKUNGAN SUAMI TENTANG PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI DESA KORIPAN KECAMATAN SUSUKAN

BAB 1 PENDAHULUAN. sempurna bagi bayi selama bulan-bulan pertama kehidupannya (Margaret

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan dan kualitas sumber daya manusia (Dinkes Propsu, 2006).

BAB 1 PENDAHULUAN. Prioritas pembangunan kesehatan diarahkan pada pengembangan SDM

BAB I PENDAHULUAN. mengandung zat gizi yang paling sesuai dengan kebutuhan bayi dan

Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Status gizi merupakan indikator dalam menentukan derajat kesehatan bayi dan

BAB I PENDAHULUAN. Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) (Kementrian Kesehatan RI, juga mengacu kepada Resolusi World Health Assembly (WHA),

BAB 1 PENDAHULUAN. Colostrum merupakan bagian dari ASI yang penting untuk diberikan pada

HUBUNGAN PERAN BIDAN DAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS COLOMADU 1

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DAN STATUS PEKERJAAN IBU DENGAN PEMBERIAN ASI ESKLUSIF DI PUSKESMAS 7 ULU PALEMBANG TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan seorang anak selain memperoleh nutrisi yang berkualitas

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting diperhatikan oleh ibu. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) padabayi

Hubungan Pengetahuan, Pendidikan, Paritas dengan Pemberian ASI eksklusif di Puskesmas Bahu Kecamatan Malalayang Kota Manado

BAB 1 PENDAHULUAN. Eksklusif dan praktik menyusui selama 2 tahun. Pemberian ASI Eksklusif merupakan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian. Air susu ibu (ASI) adalah cairan hasil sekresi kelenjar payudara ibu, yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan nasional memiliki tujuan utama meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang dilakukan secara berkelanjutan. Upaya peningkatan sumber daya manusia dimulai dengan pemenuhan kebutuhan dasar manusia dengan perhatian utama pada proses tumbuh kembang anak sejak pembuahan hingga dewasa muda (Depkes, 2006). Pangan merupakan salah satu komponen dasar untuk mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas. Dibutuhkan pangan yang mengandung gizi sehingga pertumbuhan anak dapat tercapai optimal (Depkominfo, 2015). Bayi adalah anak dengan rentang usia 0-12 bulan. Masa bayi merupakan bulan pertama kehidupan kritis karena bayi akan mengalami adaptasi terhadap lingkungan, perubahan sirkulasi darah, serta organ-organ tubuh mulai berfungsi, dan pada usia 29 hari sampai 12 bulan, bayi akan mengalami pertumbuhan yang sangat cepat (Perry & Potter, 2005). Kelompok bayi 0-12 bulan menjadi salah satu fase yang sangat menentukan kehidupan seseorang di masa yang akan datang. Menurut Depkes RI (2006), usia 0-24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat, sehingga diistilahkan sebagai periode emas sekaligus periode kritis. Periode emas dapat diwujudkan apabila pada masa ini bayi dan anak memperoleh asupan gizi yang sesuai untuk tumbuh kembang optimal. Sebaliknya apabila bayi dan anak pada masa 1

2 ini tidak memperoleh makanan sesuai kebutuhan gizinya, maka periode emas akan berubah menjadi periode kritis yang akan menganggu tumbuh kembang bayi dan anak, baik pada saat ini maupun masa selanjutnya (Depkes RI, 2006). Salah satu faktor yang mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif adalah praktek pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) yang kurang dari 6 bulan. Seperti dilansir penelitian Rahmawati (2014) menemukan kegagalan dalam pemberian ASI Eksklusif telah dimulai sejak 3 hari pertama kelahiran, yaitu lebih 80 % responden yang tidak memberikan ASI Eksklusif 4 bulan pertama telah memberikan makanan/ minuman prelakteal dalam 3 hari pertama kepada bayinya. Makanan Pendamping ASI didefinisikan sebagai proses awal ketika ASI saja tidak lagi cukup untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi, oleh karena itu diperlukan makanan dan cairan lainnya bersama dengan ASI (WHO, 2015). Transisi dari ASI eksklusif ke makanan keluarga disebut sebagai makanan pelengkap, biasanya diberikan pada usia 6-24 bulan dan ASI tetap diberikan (WHO, 2015). Agar tujuan dari pemberian MP-ASI dapat tercapai, maka pemberiannya harus disesuaikan dengan kemampuan bayi untuk mencerna makanan. Menurut Mustika (2012) pemberian MP-ASI bertujuan untuk mencukupi kekurangan zat-zat gizi yang terkandung dalam ASI, mengembangkan kemampuan bayi untuk menerima bermacam-macam makanan dengan berbagai rasa dan bentuk, mengembangkan kemampuan bayi untuk mengunyah dan menelan serta mencoba beradaptasi terhadap makanan yang mengandung kadar energi tinggi.

3 Penerapan pemberian makanan terbaik untuk bayi sejak lahir sampai anak berusia 2 tahun belum terlaksana dengan baik, salah satunya masih tingginya pemberian MP-ASI sebelum bayi berusia 6 bulan. Dalam Riskesdas (2010) diketahui 83,2% bayi usia 0-5 bulan telah diberi MP-ASI berupa susu formula, biskuit, bubur, nasi lembek dan pisang. Berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas tahun 2011) terdapat 32,3% bayi usia 0-6 bulan telah diberi MP-ASI. Hasil SDKI tahun 2012 menunjukkan 50,1% ibu telah memberikan MP-ASI berupa air putih, sari buah, makanan padat atau setengah padat dan susu formula kepada bayi yang berusia kurang dari 6 bulan. Dari hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2013) diketahui bahwa 44,7% bayi usia 0-5 bulan telah diberi MP-ASI berupa susu formula (82,6%), madu (11,7%), air gula (3,7%), air putih (11,9%), bubur (2,2%), pisang (3,7%), nasi (1,5%) dan sisanya (3,7%) diberi air tajin, air kelapa, kopi dan teh manis. Hasil penelitian Muniarti (2009) menunjukkan bahwa banyak faktor yang mempengaruhi pemberian MP-ASI yaitu ekonomi, jarak kelahiran, pendidikan, pengetahuan dan pekerjaan ibu. Pendidikan yang rendah berhubungan dengan rendahnya tingkat ekonomi sehingga berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan ibu. Kurang pengetahuan ibu tentang MP-ASI yang tepat menyebabkan pemberian MP- ASI sebagai coba-coba, jarak kelahiran dekat berpengaruh pada kurangnya waktu dan perhatian orang tua terhadap pemberian MP-ASI. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hasanah (2015) menunjukkan bahwa variabel yang mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap pemberian MP-ASI

4 adalah sikap, pengetahuan, keterpaparan media, dukungan keluarga dan kebiasaan memberi MP-ASI di masyarakat kurang dari enam bulan. Sedangkan umur, paritas, pendidikan, pekerjaan, jarak pelayanan kesehatan dan dukungan petugas kesehatan tidak berpengaruh terhadap pemberian MP-ASI (Hasanah, 2015). Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau obyek. Manifestasi sikap tidak dapat langsung dilihat, tapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku tertutup. Sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu (Notoatmodjo, 2014). Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap ibu dalam pemberian MP-ASI adalah pengetahuan, pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap penting, pengaruh kebudayaan, media massa, lembaga pendidikan dan lembaga agama (Siswanto, 2013). Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba (Notoatmodjo, 2014). Pengetahuan tentang MP-ASI dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu umur, tingkat pendidikan, pengalaman, informasi, lingkungan/sosial budaya (Safrina, 2015). Sikap berhubungan dengan pengetahuan ini seperti penelitian yang dilakukan Chairani (2013) di Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan dengan pendekatan kualitatif dengan teori Health Belief Model pada ibu-ibu yang melahirkan di Rumah Sakit bersalin, menemukan ada beberapa alasan ibu-ibu memberikan MP-ASI dini sebelum

5 6 bulan, diantaranya pemberian ASI saja tidak mencukupi kebutuhan gizi bayinya, ASI belum keluar, meningkatkan berat badan bayi, agar bayi tidak rewel dan kenyang, putting sakit atau lecet, ibu mengidap penyakit tertentu, ada pengalaman sebelumnya, ada dukungan orang terdekat (suami, ibu, ibu mertua dan tetangga), dan sudah turun temurun dari keluarga. Pada penelitian-penelitian sebelumnya penelitian Primadika (2012) yang membahas tentang hubungan tingkat pengetahuan ibu dan praktik pemberian MP-ASI dengan status gizi bayi, penelitian Rakhmawati (2013) meneliti tentang hubungan pengetahuan dan sikap ibu dengan perilaku ibu dalam pemberian makanan anak usia 12-24 bulan dan penelitian Arianti (2014) meneliti tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian makanan pendamping ASI pada bayi di Desa Jetak Kecamatan Sidoharjo Sragen. Dari beberapa penelitian tentang MP-ASI peneliti mengamati bahwa penelitian sebelumnya belum bisa digeneralisasikan. Hal lain yang diamati oleh peneliti adalah bahwa penelitian sebelumnya masih menggunakan sampel yang sedikit. Menurut Dinkes DIY tahun 2013 dalam Profil Kesehatan Prop. DIY didapatkan hasil cakupan ASI Eksklusif terendah peringkat V di Kota Yogyakarta 54,9 % berada di Puskesmas Tegalrejo 29%, kalau ASI Eksklusifnya rendah maka pemberian makanan pendamping ASI-nya terbilang tinggi. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di Puskesmas Tegalrejo pada 10 orang ibu yang diwawancara, didapatkan hasil 4 orang diantaranya mengetahui tentang MP-ASI sesuai standar kesehatan, baik itu segi pengertian,

6 manfaat, jenis, frekuensi, cara pengolahan, dampak akibat pemberian MP-ASI yang tidak tepat waktu dan kapan dimulai pemberian MP-ASI, kemudian 3 orang diantaranya tidak mengetahui manfaat MP-ASI, 6 orang diantaranya tidak mengetahui cara pengolahan MP-ASI dan 5 orang diantaranya mengatakan memberikan MP-ASI pada anaknya pada usia kurang dari 4 bulan, hal itu menunjukkan ibu-ibu tersebut kurang mengetahui manfaat, jenis, frekuensi, cara pengolahan, dampak akibat pemberian MP-ASI yang tidak tepat waktu dan kapan dimulai pemberian MP-ASI. Sedangkan sikap yang ditunjukan dari hasil wawancara masih ditemukan sekitar 3 orang ibu yang bersikap biasa terhadap pemberian MP-ASI misalnya, ibu-ibu yang mempedulikan peraturan pemberian MP-ASI setelah bayi usia 6 bulan dan pedoman gizi seimbang namun terkadang juga sesuai kondisi ekonomi. Ada pula 3 orang ibu bersikap acuh tak acuh terhadap pemberian MP-ASI misalnya, para ibu yang tidak mempedulikan pedoman gizi seimbang saat akan memberikan MP-ASI, sedangkan 4 orang ibu diantaranya bersikap baik yaitu patuh terhadap pedoman gizi seimbang. Maka dari itu, berdasarkan latar belakang di atas peneliti ingin mengadakan penelitian yang berjudul hubungan antara pengetahuan dan sikap Ibu tentang pemberian makanan pendamping ASI di wilayah kerja Puskesmas Tegalrejo, Yogyakarta.

7 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan rumusan masalah sebagai berikut : Apakah ada hubungan antara pengetahuan dengan sikap ibu tentang pemberian makanan pendamping ASI di wilayah kerja Puskesmas Tegalrejo Yogyakarta? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan antara pengetahuan dengan sikap ibu tentang pemberian makanan pendamping ASI di wilayah kerja Puskesmas Tegalrejo Yogyakarta. 2. Tujuan Khusus a. Mendeskripsikan pengetahuan ibu tentang pemberian makanan pendamping ASI di wilayah kerja Puskesmas Tegalrejo Yogyakarta. b. Mendeskripsikan sikap ibu tentang pemberian makanan pendamping ASI di wilayah kerja Puskesmas Tegalrejo Yogyakarta. c. Mengetahui hubungan karakteristik dengan pengetahuan ibu tentang pemberian makanan pendamping ASI d. Mengetahui hubungan karakteristik dengan sikap ibu tentang pemberian makanan pendamping ASI

8 D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Institusi Puskesmas Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada pihak puskesmas dalam melakukan intervensi dan pemantauan ke Posyanduposyandu berkaitan dengan pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) bagi ibu-ibu yang baru menyusui. 2. Bagi Peneliti Hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan dan sebagai pengalaman dalam merealisasikan teori yang telah didapat dibangku kuliah, khususnya mengenai mengenai hubungan pengetahuan ibu tentang MP-ASI dengan sikap ibu tentang pemberian MP-ASI dalam rangka peningkatan gizi anak. 3. Bagi Masyarakat/ ibu bayi Ibu bayi mendapatkan pengetahuan yang lebih tentang pemberian makanan pendamping ASI sehingga dapat memberikan makanan pendamping ASI kepada bayinya dengan tepat waktu dan gizi bayi dapat terpenuhi.

9 E. Keaslian Penelitian Berdasarkan literatur yang ditelaah oleh penulis, penelitian dengan judul hubungan antara pengetahuan dengan sikap ibu tentang pemberian makanan pendamping ASI di Yogyakarta tepatnya di Puskesmas Tegalrejo belum pernah dilakukan. Akan tetapi beberapa penelitian sejenis yang berhubungan dengan penelitian ini antara lain : 1. Primadika (2012) meneliti tentang hubungan tingkat pengetahuan ibu dan praktik pemberian MP-ASI dengan status gizi bayi di Desa Gulon Kecamatan Salam Kabupaten Magelang. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan rancangan cross sectional. Teknik sampling menggunakan cluster random sampling. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner pengetahuan tentang MP-ASI, kuesioner praktik pemberian MP-ASI dan untuk status gizi diukur menggunakan timbangan bayi OneMed buatan Jepang tahun 2009 dengan kapasitas maksimal 20 kilogram. Hasil penelitian ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dengan status gizi bayi (p=0,001) dan ada hubungan antara praktik pemberian MP-ASI dengan status gizi bayi (p=0,000). Persamaannya terletak pada rancangan penelitian cross sectional dan responden yang diteliti adalah ibu yang memiliki bayi usia 6-12 bulan. Perbedaannya terletak pada (1) lokasi penelitian di Posyandu Desa Gulon Kecamatan Salam Kabupaten Magelang, (2) teknik sampling yang digunakan adalah Cluster Random Sampling, (3) instrumen yang digunakan yaitu

10 kuesioner pengetahuan, kuesioner praktik pemberian MP-ASI dan status gizi menggunakan timbangan bayi dan (4) variabel yang diteliti yaitu pengetahuan dan praktik tentang pemberian MP-ASI dengan status gizi. 2. Rakhmawati (2013) meneliti tentang hubungan pengetahuan dan sikap ibu dengan perilaku ibu dalam pemberian makanan anak usia 12-24 bulan. Rancangan penelitian cross sectional. Instrumen yang digunakan kuesioner pengetahuan, kuesioner sikap, dan perilaku diketahui dengan pengamatan, wawancara dan recall 5x24 jam. Hasil penelitian menunjukkan 86,15% ibu mempunyai pengetahuan baik, 76,92% ibu mempunyai sikap kurang dan 73,95% ibu mempunyai perilaku kurang. Analisis data menunjukkan adanya hubungan antara pengetahuan terhadap perilaku ibu dalam pemberian makan untuk anak (p=0,003) dan ada hubungan antara sikap dengan perilaku ibu dalam pemberian makan anak (p=0,04) Persamaannya terletak pada rancangan penelitian yaitu cross sectional. Perbedaannya terletak pada (1) lokasi penelitian di Puskesmas Pegandan Kota Semarang, (2) instrumen yang digunakan yaitu kuesioner pengetahuan, kuesioner sikap tentang pemberian makan, dan recall 5x24 jam untuk mengetahui perilaku, (3) kriteria inklusi ibu yang memiliki bayi berusia 12-24 bulan dan (4) variabel yang diteliti yaitu pengetahuan ibu, sikap ibu dan perilaku ibu dalam pemberian makan. 3. Arianti (2014) meneliti tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian makanan pendamping ASI pada bayi di Desa Jetak Kecamatan

11 Sidoharjo Sragen. Jenis penelitian adalah survei observasional menggunakan rancangan penelitian cross sectional. Teknik sampling menggunakan random sampling. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner tingkat pengetahuan ibu, status pekerjaan ibu dan dukungan keluarga. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan ibu (p=0,02) dan dukungan keluarga (p=0,0001) dengan pemberian MP-ASI serta status pekerjaan ibu tidak ada hubungan dengan pemberian MP-ASI. Persamaannya terletak pada rancangan penelitian yaitu cross sectional. Perbedaannya terletak pada (1) lokasi penelitian di Desa Jetak Kecamatan Sidoharjo Sragen, (2) teknik sampling yang digunakan adalah Random sampling, (3) instrumen yang digunakan yaitu kuesioner tingkat pengetahuan ibu tentang pemberian MP-ASI, status pekerjaan ibu dan dukungan keluarga, (4) variabel yang diteliti yaitu tingkat pengetahuan ibu, status pekerjaan dan dukungan keluarga serta (5) kriteria inklusi responden penelitian adalah ibu yang memiliki bayi usia 1-6 bulan. 4. Rahmawati (2014) meneliti tentang gambaran pemberian MP-ASI pada bayi kurang dari 6 bulan di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan. Rancangan penelitian cross sectional. Teknik sampling yang digunakan Cluster Random Sampling dan Simple Random sampling. Instrumen yang digunakan kuesioner tentang gambaran pemberian makanan pendamping ASI. Hasil penelitiannya adalah pemberian MP-ASI pada bayi usia kurang dari 6 bulan masih sangat tinggi sebesar 67,3%.

12 Persamaannya terletak pada rancangan penelitian yaitu cross sectional. Perbedaannya terletak pada (1) lokasi penelitian di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Pesanggrahan Jakarta Selatan, (2) teknik sampling yang digunakan adalah Cluster Random sampling dan Simple Random Sampling, (3) instrumen yang digunakan yaitu kuesioner gambaran tentang pemberian MP-ASI, (4) variabel yang diteliti yaitu umur ibu, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, pengetahuan ibu, pengalaman ibu, suku ibu, adat kebiasaan, dukungan orang terdekat dan riwayat ANC dan (5) responden penelitian adalah ibu yang memiliki bayi usia 0-6 bulan.