LAMPIRAN LAMPIRAN 1. Universitas Kristen Maranatha

dokumen-dokumen yang mirip
KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 486/KMK.03/2003 TENTANG

Penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 PENGHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 TARIF DAN PENERAPANNYA

Dasar pengenaan dan pemotongan PPh Pasal 21 pegawai tidak tetap adalah:

SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pasal 26


Peraturan pelaksanaan Pasal 21 ayat (5) Penghasilan yang Dibebankan Kepada Keuangan Negara atau Keuangan Daerah Peraturan Pemerintah

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 262/PMK.03/2010 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 262/PMK.03/2010 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. PPH. Pemotongan. Dibayarkan sekaligus.

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 262/PMK.03/2010 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 16/PMK.03/2010 TENTANG

CONTOH PENGHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 DITANGGUNG PEMERINTAH ATAS PENGHASILAN PEKERJA PADA KATEGORI USAHA TERTENTU

3 Tipe Perhitungan Pajak Penghasilan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Pemotongan PPH Pasal 21. Tata Cara Pemotongan.

2017, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG TATA CARA PELAPORAN DAN PENGHITUNGAN PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21

ANALISIS PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21 UNTUK PEGAWAI NEGERI SIPIL PADA KANTOR DIREKTORAT JENDERAL KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL

DAFTAR PUSTAKA. Anastasia Diana dan Lilis Setiawati Perpajakan Indonesia, Andi, Yogyakarta.

Surat Keterangan Penelitian

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 31/PJ/2012

BAB 3 GAMBARAN UMUM SEJARAH BESARAN PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK (TAHUN )

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 262/PMK.03/2010 TENTANG

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN. 1. Bagian-bagian dalam proses perhitungan pajak penghasilan PPh

BAB II LANDASAN TEORI PAJAK PENGHASILAN. II.1.1. Pengertian dan Pelaksanaan Pajak Penghasilan

BAB II LANDASAN TEORI

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-32/PJ/2009 TENTANG

Pengurangan: 1. Biaya jabatan: 5% x Rp ,00 Rp150, luran Pensiun 2% x Rp 60,000. Rp2,790,000.00

I. PETUNJUK UMUM PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 UNTUK PENGHASILAN TETAP DAN TERATUR SETIAP BULAN

SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pasal 26

Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor KEP- 226 MEN12000; MENTERI KEUAI{GAN REPUBLIK INDONESIA,

Fransisca Hanita Rusgowanto S,Kom. M,Ak

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 160.2/PMK.07/2008 TENTANG

BAB II KAJIAN PUSTAKA. karangan Prof. Dr. Mardiasmo (2011:1) pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Penghitungan Pajak Penghasilan ( PPh ) pasal 21 PT. Lucky Indah

BAGIAN PERTAMA: PETUNJUK UMUM PENGHITUNGAN PPh PASAL 21. I. PETUNJUK UMUM PENGHITUNGAN PPh PASAL 21 UNTUK PENGHASILAN TETAP DAN TERATUR SETIAP BULAN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PETUNJUK PENGISIAN SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 PETUNJUK UMUM

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR. kegiatan yang dilakukan oleh Wajib Pajak Orang Pribadi dalam negeri (Waluyo,

BAB II LANDASAN TEORI. serta dapat dipaksakan, tetapi tidak ada jasa timbal balik dari negara secara. langsung, untuk memeliahara negara secara umum.

Analisis Perhitungan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21 Untuk Pegawai Negeri Sipil Pada Kantor Imigrasi Kelas II Depok

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR: 15/PJ/2006 TENTANG

Pajak Penghasilan Pasal 21/26

Kasus : A. Pegawai Tetap

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 182/PMK.03/2007

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 32/PJ/2015 TENTANG

LAMPIRAN. Universitas Kristen Marantha

Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 Terhadap Dosen Tetap Pada Universitas Krisnadwipayana. Meitri Megawati DA03

LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER-32/PJ/2009 TANGGAL : 25 MEI 2009

PT. Munirah adalah PKP yang bergerak di bidang penjualan elektronik di Makassar. Selama bulan Juli 2014 melakukan transaksi sebagai berikut :

PER - 32/PJ/2015 PEDOMAN TEKNIS TATA CARA PEMOTONGAN, PENYETORAN, DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PA

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sumber pendapatan negara yang digunakan untuk membiayai pengeluaran

BAB II URAIAN TEORITIS

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-26/PJ/2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR : 152 /PMK.07/2007 TENTANG

Pengertian Pajak Penghasilan 21

PENGHITUNGAN DAN PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21

OLEH: Yulazri M.Ak. CPA

Makalah Perpajakan. Perhitungan PPh 21

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR : PER - 31/PJ/2012 TENTANG

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 02/PJ.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Sumber penerimaan negara berasal dari dana publik yang harus dikelola

BAB II LANDASAN TEORI

BENDAHARA SEBAGAI PEMOTONG PAJAK PENGHASILAN PASAL 21/26 BAB II

Subject 2 Income Tax Article 21

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 31/PJ/2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-Undang

PAJAK PENGHASILAN PASAL 21/26

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1994 TENTANG

BAB IV EVALUASI ATAS PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 KARYAWAN PADA PT ADIMITRA KARYA

PAJAK PENGHASILAN PASAL 21. JUMLAH PENERIMA PENGHASILAN (Orang)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

LAMPIRAN 1 LAMPIRAN 1

PENGHASILAN. Oleh Iwan Sidharta, MM.

SOAL LATIHAN: JAWABLAH SOAL SOAL BERIKUT INI, TERKAIT DENGAN: PER - 16 / PJ / 2016 (Terlampir)

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21. JUMLAH PENERIMA PENGHASILAN (Orang)

BAB I PENDAHULUAN. dukungan dana terutama yang berasal dari penerimaan dalam negeri. dari sektor pajak disajikan pada Tabel I di bawah ini:

Pajak Penghasilan Pasal 21/26

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 478/KMK. 06/2002 TENTANG PERSYARATAN DAN BESAR MANFAAT TABUNGAN HARI TUA BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 31/PJ/2012 TENTANG

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

PAJAK PERTAMBAHAN NILAI

BAB I PENDAHULUAN. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak

UU 10/1994, PERUBAHAN ATAS UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1983 TENTANG PAJAK PENGHASILAN SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1991

Perhitungan Pajak Penghasilan (PPh) Bagi Dokter

BAB IV EVALUASI DAN PEMBAHASAN. IV.1 Evaluasi Perhitungan PPh Pasal 21 Karyawan

LAMPIRAN I-A SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21

PENERAPAN PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) Pasal 21 Pada PT. XYZ. : Dedi Sudjana NPM : Dosen Pembimbing : Riyanti SE., MM.

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 131.1/PMK.07/2007 TENTANG

Pajak Penghasilan psl 21

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 03/PMK.07/2007 TENTANG

MAKALAH PERPAJAKAN II PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 UNTUK PEGAWAI, PEGAWAI LEPAS, DAN PENERIMA HONORARIUM

b. PPh 21 seminggu = PPh 21 sebulan dibagi empat

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 127/PMK.07/2006 TENTANG

PAJAK PENGHASILAN PASAL 21. JUMLAH PENERIMA PENGHASILAN (Orang) 8. JUMLAH (6 + 7) 8

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86/PMK.03/2006 TENTANG

PEMOTONGAN PPh PASAL 21

MATERI PENYULUHAN PAJAK DI SMKN PENGASIH KULON PROGO

PERPAJAKAN I. MENGHITUNG PPh PASAL 21 (B) Deden Tarmidi, SE., M.Ak., BKP. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Program Studi Akuntansi

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR: PER- -1 /PJ/2012 TENTANG

Transkripsi:

LAMPIRAN 1

LAMPIRAN 2

LAMPIRAN 3

LAMPIRAN 4

LAMPIRAN 5

LAMPIRAN 6

Menimbang: DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 137/PMK.03/2005 TENTANG PENYESUAIAN BESARNYA PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK MENTERI KEUANGAN a. Bahwa besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) yang berlaku saat ini berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan No. 564/KMK.03/ 2004 tentang Penyesuaian Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan di bidang ekonomi dan moneter serta perkembangan harga kebutuhan pokok yang semakin meningkat; b. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 7 ayat (3) Undang-Undang No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang No. 17 Tahun 2000, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Penyesuaian Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak; Mengingat: Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (LN RI Tahun 1983 No. 49, TLN RI No. 3262) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang No. 16 Tahun 2000 (LN RI Tahun 2000 No. 126, TLN RI No. 3984); Undang-Undang No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan (LN RI Tahun 1983 No. 50, TLN RI No. 3263) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang- Undang No. 17 Tahun 2000 (LN RI Tahun 2000 No. 127, TLN RI No. 3985); Keputusan Presiden No. 20/P Tahun 2005; M E M U T U S K A N : Menetapkan:PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG PENYESUAIAN BESARNYA PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK. Pasal 1

1) Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak disesuaikan menjadi sebagai berikut: Rp13.200.000,00 (tiga belas juta dua ratus ribu rupiah) untuk diri Wajib Pajak Orang Pribadi; Rp1.200.000,00 (satu juta dua ratus ribu rupiah) tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin; Rp13.200.000,00 (tiga belas juta dua ratus ribu rupiah) tambahan untuk seorang istri yang penghasilannya digabung dengan penghasilan suami; Rp1.200.000,00 (satu juta dua ratus ribu rupiah) tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat, yang menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 (tiga) orang untuk setiap keluarga. (2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mulai berlaku sejak Tahun Pajak 2006. Pasal 2 Ketentuan yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan Peraturan Menteri Keuangan ini diatur dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak. Pasal 3 Pada saat Peraturan Menteri Keuangan ini mulai berlaku, Peraturan Menteri Keuangan Nomor 564/KMK.03/2004 tentang Penyesuaian Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak dicabut dan dinyatakan tidak berlaku lagi. Pasal 4 Peraturan Menteri Keuangan ini mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2006 Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengumuman Peraturan Menteri Keuangan ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal 30 Desember 2005 MENTERI KEUANGAN, ttd. SRI MULYANI INDRAWATI DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 138/KMK.03/2005 TENTANG PENETAPAN BAGIAN PENGHASILAN SEHUBUNGAN DENGAN PEKERJAAN DARI PEGAWAI HARIAN DAN MINGGUAN SERTA PEGAWAI TIDAK TETAP LAINNYA YANG TIDAK DIKENAKAN PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN MENTERI KEUANGAN, Menimbang: a. bahwa sesuai dengan Pasal 21 ayat (4) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000, penetapan besarnya bagian penghasilan pegawai harian dan mingguan, serta pegawai tidak tetap lainnya yang tidak dikenakan pemotongan Pajak Penghasilan, memperhatikan besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak; b. bahwa besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak telah disesuaikan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 137/PMK.03/ 2005 tentang Penyesuaian Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Penetapan Bagian Penghasilan Sehubungan Dengan pekerjaan Dari Pegawai Harian Dan Mingguan Serta Pegawai Tidak Tetap Lainnya Yang Tidak Dikenakan Pemotongan Pajak Penghasilan; Mengingat:

1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (LN RI Tahun 1983 Nomor 49, TLN RI Nomor 3262) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2000 (LN RI Tahun 2000 Nomor 126, TLN RI Nomor 3984); 2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan (LN RI Tahun 1983 Nomor 50, TLN RI Nomor 3263) sebagaimana telah beberapa kali diubah dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 (LN RI Tahun 2000 Nomor 127, TLN RI Nomor 3985); 3. Keputusan Presiden Nomor 20/P Tahun 2005; 4. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 137/PMK.03/2005 tentang Penyesuaian Besamya Penghasilan Tidak Kena Pajak; M E M U T U S K A N : Menetapkan: PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG PENETAPAN BAGIAN PENGHASILAN SEHUBUNGAN DENGAN PEKERJAAN DARI PEGAWAI HARIAN DAN MINGGUAN SERTA PEGAWAI TIDAK TETAP LAINNYA YANG TIDAK DIKENAKAN PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN. Pasal 1 Batas penghasilan bruto yang diterima atau diperoleh pegawai harian dan mingguan, serta pegawai tidak tetap lainnya sebagaimana dimaksud dalarn pasal 21 ayat (4) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 sampai dengan jumlah Rp. 110.000,00 (seratus sepuluh ribu rupiah) sehari, tidak dikenakan pemotongan Pajak Penghasilan. Pasal 2 Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 tidak berlaku dalam hal penghasilan bruto dimaksud jumlahnya melebihi Rp.1.100.000,00 (satu juta seratus ribu rupiah) sebulan atau dalam hal penghasilan dimaksud dibayar secara bulanan.

Pasal 3 Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 dan Pasal 2 diatas tidak berlaku atas penghasilan berupa honorarium atau komisi yang dibayarkan kepada penjaja barang dan petugas dinas luar asuransi. Pasal 4 Ketentuan yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan Peraturan Menteri Keuangan ini diatur dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak. Pasal 5 Pada saat Peraturan Menteri Keuangan ini mulai berlaku Keputusan Menteri Keuangan Nomor 447/KMK.03/2002 tentang Bagian Penghasilan Sehubungan Dengan Pekerjaan Dari Pegawai Harian Dan Mingguan Serta Pegawai Tidak Tetap Lainnya Yang Tidak Dikenakan Pemotongan Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 10/PMK.03/2005 dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 6 Peraturan Menteri Keuangan ini mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 2006. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengumuman Peraturan Menteri Keuangan ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 30 Desember 2005 MENTERIKEUANGAN, ttd. SRI MULYANI INDPAWATI

LAMPIRAN 7

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 564/KMK.03/2004 TENTANG PENYESUAIAN BESARNYA PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) yang selama ini berlaku dipandang tidak sesuai lagi dengan perkembangan di bidang perekonomian dan moneter serta harga kebutuhan pokok yang semakin meningkat. b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 7 ayat (3) Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang Penyesuaian Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3262) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3984). 2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 50, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3263) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 127, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 127, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3985). 3. Keputusan presiden Nomor 187/M Tahun 2004. Menetapkan : MEMUTUSKAN : PERATURAN MENTERI KEUANGAN TENTANG PENYESUAIAN BESARNYA PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK. Pasal 1 (1) Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (3) Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah

terakhir dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000, diubah menjadi sebagai berikut : a. Rp. 12.000.000,00 (dua belas juta rupiah) untuk diri Wajib Pajak. b. Rp. 1.200.000,00 (satu juta dua ratus ribu rupiah) tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin. c. Rp. 12.000.000,00 (dua belas juta rupiah) tambahan untuk seorang isteri yang penghasilannya digabung dengan penghasilan suami. d. Rp. 1.200.000,00 (satu juta dua ratus ribu rupiah) tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat yang menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 (tiga) orang untuk setiap keluarga. (2) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) mulai berlaku sejak Tahun Pajak 2005. Pasal 2 Ketentuan yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan Peraturan Menteri Keuangan ini diatur dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak. Pasal 3 Peraturan Menteri Keuangan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengumuman Peraturan Menteri Keuangan ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal 29 November 2004 MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA Ttd JUSUF ANWAR

LAMPIRAN 8

Menimbang: DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 486/KMK.03/2003 TENTANG PAJAK PENGHASILAN YANG DITANGGUNG OLEH PEMERINTAH ATAS PENGHASILAN PEKERJA DARI PEKERJAAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Bahwa dalam rangka pelaksanaan Pasal 3 Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 2003 tentang Pajak Penghasilan yang ditanggung oleh Pemerintah atas Penghasilan Pekerja dari Pekerjaan, perlu menetapkan Keputusan Menteri Keuangan tentang Pajak Penghasilan yang Ditanggung oleh Pemerintah atas Penghasilan Pekerja dari Pekerjaan; Mengingat: 1. Undang-undang No.6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan (LN RI Tahun 1983 No. 49, TLN RI No. 3262) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-undang No.16 Tahun 2000 (LN RI Tahun 2000 No. 126, TLN RI No.3984); 2. Undang-undang No.7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan (LN RI Tahun 1983 No. 50, TLN RI No. 3263) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-undang No.17 Tahun 2000 (LN RI Tahun 2000 No. 127, TLN RI No. 3985); 3. Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 2003 tentang Pajak Penghasilan yang Ditanggung Pemerintah atas Penghasilan Pekerja dari Pekerjaan (LN RI Tahun 2003 No. 106, TLN RI No. 4323); 4. Keputusan Presiden Nomor 228/M Tahun 2001; 5. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 447/KMK.03/2002 tentang Bagian Penghasilan Sehubungan dengan Pekerjaan dari Pegawai Harian dan Mingguan serta Pegawai Tidak Tetap Lainnya yang Tidak Dikenakan Pemotongan Pajak Penghasilan;

M E M U T U S K A N : Menetapkan: KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN TENTANG PAJAK PENGHASILAN YANG DITANGGUNG OLEH PEMERINTAH ATAS PENGHASILAN PEKERJA DARI PEKERJAAN. Pasal 1 (1) Pekerja yang mendapat perlakuan Pajak Penghasilan yang ditanggung oleh Pemerintah adalah Wajib Pajak orang, pribadi dalam negeri yang bekerja sebagai pegawai tetap atau pegawai tidak tetap pada satu pemberi kerja di Indonesia, yang menerima gaji, upah, serta imbalan lainnya dari pekerjaan yang diberikan dalam bentuk uang sampai dengan Rp 2.000.000,00 (dua juta rupiah) sebulan. (2) Pajak Penghasilan yang terutang atas gaji, upah, serta imbalan lainnya dari pekerjaan yang diterima oleh Pekerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) sampai dengan Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah) sebulan ditanggung oleh Pemerintah. (3) Pajak Penghasilah Pasal 21 yang Ditanggung oleh Pemerintah sebegaimana dimaksud dalam ayat (2), dihitung secara bulanan dan tidak disetahunkan. Pasal 2 (1) Pajak Penghasilan Pasal 21 yang terutang oleh Pekerja yang berstatus sebagai pegawai tetap atas penghasilan dari pekerjaan adalah sebesar jumlah penghasilan kena pajak yang dihitung berdasarkan ketentuan Pasal 21 ayat (3) dikalikan tarif Pasal 17 ayat (1) Undang-undang Pajak Penghasilan yang berlaku. (2) Pajak Penghasilan Pasal 21 yang terutang oleh Pekerja yang berstatus sebagai pegawai harian, mingguan, serta pegawai tidak tetap Iainnya atas penghasilan dan pekerjaan adalah sebesar jumlah penghasilan kena pajak yang dihitung berdasarkan ketentuan Pasal 21 ayat (4) dikalikan tarif Pasal 17 ayat (1) Undang-undang Pajak Penghasilan yang berlaku. (3) Pajak Penghasilan yang ditanggung oleh Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 ayat (2) adalah sebesar Pajak Penghasilan Pasal 21 yang terutang oleh Pekerja sesuai ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) atau ayat (2) atas jumlah penghasilan bruto dari pekerjaan sebulan sampai dengan Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah). (4) Pajak Penghasilan Pasal 21 yang harus dipotong oleh Pemberi Kerja atas penghasilan Pekerja dari pekerjaan adalah sebesar Pajak Penghasilan Pasal 21 yang terutanq sesuai ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) atau ayat (2) dikurangi dengan Pajak Penghasilan yang ditanggung oleh Pemerintah sesuai ketentuan sebagaimana tersebut dalam ayat (3).

Pasal 3 Pajak Penghasilan yang terutang oleh Pekerja, yang ditanggung oleh Pemerintah, dan yang harus dipotong oleh Pemberi Kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, wajjb dilaporkan baik dalam SPT Tahunan Pajak.Penghasilan Pekerja dari atau dalam SPT Tahunan Pajak Penghasilan Pasal 21 Pemberi Kerja sesuai Ketentuan umum yang berlaku. Pasal 4 Pada saat Keputusan Menteri Keuangan ini mulai berlaku, Keputusan Menteri Keuangan Nomor 70/KMK.03/2003 tentang Pajak Penghasilan atas Penghasilan yang Diterima oleh Pekerja sampai dengan Sebesar Upah Minimum Propinsi atau Upah Minimum Kabupaten/Kota dinyatakan tidak berlaku. Pasal 5 Pemotong Pajak Penghasilan yang terlanjur menerapkan peritungan Pajak Penghasilan Pasal 21 berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 70/KMK.03/2003 tentang Pajak Penghasilan atas Penghasilan yang Diterima oleh Pekerja sampai dengan Sebesar Upah Minimum Propinsi atau Upah Minimum Kabupaten/Kota terhitung sejak tanggal 1 Juli 2003 sampai dengan ditetapkannya Keputuson Menteri Keuangan ini, dapat melakukan pembetulan SPT Masa Pajak Penghasilan Pasal 21 atau melakukan penyesuaian perhitungan pada saat membuat SPT Tahunan Pajak Penghasilan Pasal 21 dengan melakukan perhitungan kembali Pajak Penghasilan Pasal 21 terutang setelah Tahun Takwim berakhir sesuai dengan ketentuan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Pasal 16 Ketentuan yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan Keputusan Menteri Keuangan ini diatur dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak. Pasal 7 Keputusan Menteri Ketiangan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan dan mempunyai daya Iaku surut terhitung sejak tanggal 1 Juli 2003. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengumuman Keputusan Menteri Keuangan ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta Pada tagggal 30 Oktober 2003 MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, ttd.

B O E D I O N O CONTOH CARA PENGHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN ATAS PENGHASILAN DARI PEKERJAAN YANG TERUTANG OLEHI PEKERJA, YANG DITANGGUNG OLEH PEMERINTAH DAN YANG HARUS DIPOTONG OLEH PEMBERI KERJA L A M P I R A N 1. Saefudin adalah pegawai tetap di PT Insan Selalu Lestari, la memperoleh gaji beserta tunjangan berupa uang sebulan sebesar Rp 1.400.000,00 dan membayar iuran pensiun sebesar.rp 25.000,00 sebulan. Saefudin menikah tetapi belum mempunyai anak (status K/O). a. Penghitungan PPh Pasal 21 terutang: Gaji dan tunjangan sebulan Rp 1.400.000,00 Pengurangan: Biaya jabatan (5% X Rp1.400.000,00) Rp 70.000,00 luran Pensiun Rp 25.000,00 Rp 95.000,00 ----------------------- Penghasilan Neto sebulan Rp 1.305.000,00 Penghasilan neto setahun 12 x Rp15.660.000,00 Rp1.305.000,00 PKP setahun : - untuk WP sendiri Rp2.880.000,00 - tambahan WP kawin Rp1.440.000,00 Rp 4.320.000,00 ----------------------- Penghasilan Kena Pajak Rp11.340.000,00 setahun PPh Pasal 21 terutang setahun: 5% x Rp.11.340.000,00 Rp 567.000,00 PPh Pasal 21 terutang sebulan Rp 47.250,00 b. Penghitungan PPh Pasal 21 ditanggung oleh pemerintah: Penghasilan sebulan ditanggung oleh Pemerintah Rp 1.000.000,00 Pengurangan: Binya jabatan (5% x Rp1.000.000,00) Rp 50.000,00 Iuran Pensiun Rp 25.000,00

Rp 75.000,00 ----------------------- Penghasilan Neto sebulan Rp 925.000,00 PTKP sebulan : - untuk WP sendiri Rp 240.000,00 - tambahan WP kawin Rp 120.000,00 Rp 360.000,00 ----------------------- Penghasilah Neto sebulan; Rp 565.000,00 PPh Pasal 21 Ditanggung Pemerintah sebulan: 5% x Rp565.000,00 Rp 28.250,00 c. PPh Pasal 21 yang harus dipotong oleh Pemberi Kerja Rp47.250,00 - Rp28.250 = Rp19.000,00 ========= 2. Mariko Hutadjulu adalah pegawai tetap di PT Tiurmas Lampung Indah. la memperoleh gaji bulan Desember sebesar Rp 1.200.000,00, menerima THR sebesar Rp 600,000,00 dan membayar iuran pensiun sebesar Rp 25.000,00 sebulan. Mariko Hutadjulu menikah tetapi belum mempunyai anak (status K/O). a. Penghitungan PPh Pasal 21 terutang: 1) PPh atas Gaji dan THR Gaji setahun Rp 14.400.000,00 (12XRp1.200.000,00) THR Rp 600.000,00 ------------------- --- Total Penghasilan setahun Rp15.000.000,00 Pengurangan: Biaya Jabatan (5% x Rp15.000.000,00) Rp 750.000,00 Iuran Pensiun (12 x Rp25.000,00) Rp 300.000,00 Rp 1.050.000,00 ------------------- --- Penghasilan Neto Rp13.950.000,00 PTKP setahun: - untuk WP sendiri Rp2.880.000,00 - tambahan WP Rp1.440.000,00 kawin

b. Rp 4.320.000,00 ------------------- ---- Penghasilan Kena Pajak setahun Rp 9.630.000,00 PPh Pasal 21 terutang setahun 5% x Rp9.630.000,00 Rp 481.500,00 PPh terutang sebulan atas Gaji dan THR Rp 40.125,00 2) PPh Pasal 21 atas Gaji Gaji Pengurangan: Biaya Jabatan (5% x Rp1.200.000,00) Rp 60.000,00 Iuran Pensiun Rp 25.000,00 Rp 85.000,00 ------------------- ---- Penghasilah Neto sebulan Rp 1.115.000,00 Penghasilan Neto setahun 12 x Rp 1.115.000,00 Rp13.380.000,00 PTKP setahun: - untuk WP sendiri Rp2.880.000,00 - tambahan WP kawin Rp1.440.000,00 Rp 4.320.000,00 ---------------------- - Penghasilan Kena Rp 9.060.000,00 Pajak setahun PPh Pasal 21 terutang setahun 5% x Rp9.060.000,00 Rp 453.000,00 PPh Pasal 21 Rp 37.750,00 terutang sebulan atas gaji 3) PPh atas THR (Rp40.125,00 - Rp37.750,00) Rp 2.375,00 Penghitungan PPh Pasal 21 ditanggung oleh Pemerintah: Penghasilan sebulan ditanggung oleh Rp 1.000.000,00 Pemerintah Pengurangan: Biaya Jabatan (5% x Rp1.000.000,00) Rp 50.000,00 Iuran Pensiun Rp 25.000,00 ----------------------

c. Penghasilah Neto sebulan PTKP sebulan: - untuk WP sendiri Rp 240.000,00 - tambahan WP Rp 120.000,00 kawin Rp 75.000,00 ------------------ ----- Rp 925.000,00 Rp 360.000,00 ------------------ ----- Rp 565.000,00 Penghasilan Kena Pajak sebulan PPh Pasal 21 Ditanggung Pemerintah sebulan: 5% x Rp565.000,00 Rp 28.250,00 PPh Pasal 21 yang harus dipotong oleh Pemberi Kerja = Rp40.125,00 - Rp28.250,00 = Rp 11.875,00 3. Sudir Gunanto adalah pegawai tetap di PT Jawa Sumatera Cemerlang. Ia memperoleh gaji bulan Desember sebesar Rp 1.200.000,00 serta menerima bonus sebulan gaji, yaitu sebesar Rp 1.200.000,00 dan membayar luran pensiun sebesar Rp 25.000,00 sebulan. Sudir Gunanto belum menikah. Karena Penghasilan Sudir Gunanto dalam Bulan Desernber totalnya melebihi Rp 2.000.000,00 (gaji Rp 1.200.000,00 dan bonus Rp 1.200.000,00 sehingga total penghasilan Rp 2.400.000,00) maka seluruh penghasilan Sudir Gunanto pada bulan Desember terutang PPh Pasal 21 dan harus dipotong, disetor dan dilaporkan oleh Pemberi Kerja. Dengan demikian pada Desember tersebut tidak ada Pajak Penghasilan yang Ditanggung Pemerintah. 4. Sokhid adalah juga pegawai tetap PT Insan Selalu Lestari. la memperoleh gaji beserta tunjangan berupa uang sebulan sebesar Rp 900.000,00 dan membayar Iuran pensiun sebesar Rp 12.500,00 sebulan. Sokhjd menikah tetapi belum mempunyai anak (status K/O). Karena penghasilan Sokhid sebulan kurang dari Rp 1.000.000,00 sebulan, maka seluruh PPh Pasal 21 yang terutang atas penghasilan tersebut ditanggung oleh Pemerintah. 5. Anuri adalah pegawai tetap PT Dinda Dimana. Ia memperoleh gaji beserta tunjangan berupa uang sebulan sebesar Rp 2.050.000,00 dan membayar iuran pensiun sebesar Rp 30.000,00 sebulan. Anuri belum menikah (status TK/0).

Karena penghasilan Anuri sebulan lebih dari Rp 2.000.000,00 make seluruh PPh Pasal 21 yang terutang atas penghasilan tersebut harus dipotong oleh Pemberi Kerja. 6. Rini bulan Agustus 2003 bekerja sebagai buruh harian pada PT Yana Putri Merayu. la bekerja selama 6 hari dan menerima upah sehari sebesar Rp 100.000,00. Misalkan Upah Minimum yang berlaku di wilayah Propinsi DKI Jakarta sebesar Rp 631.554,00 sebulan. Rini belum menikah (status TK/O). a. Penghitungan PPh Pasal 21 terutang: Upah sehari Rp 100.000,00 Dikurangi: 1/10 x UMP = 1/10 x Rp631.554,00 Rp 63.154,00 ------------------- Penghasilan Kena Pajak sehari Rp 36.846,00 PPh Pasal 21 terutang sehari 5% x Rp36.846,00 Rp 1.800,00 Jumlah PPh Pasal 21 terutang selama 6 hari Adalah 6 hari x Rp1.800,00 = Rp10.800,00 b. Karena jumlah upah yang diterima oleh Rini dalam bulan Agustus 2003 belum melebihi jumlah penghasilan bruto sebesar Rp1.000.000,00 sebulan, maka seluruh PPh Pasal 21 yang terutang atas upah tersebut ditanggung oleh Pemerintah. 7. Eko pada bulan Agustus 2000 bekerja sebagai buruh harian pada PT Dayat Harini Perkasa. la bekerja selama 15 hari dan menerima upah sehari sebesar Rp 100.000,00 Misalkan ketentuan Upah Minimum yang berlaku di wilayah Propinsi DKI Jakarta sebesar Rp 631.554,00 sebulan. Eko belum menikah (status TK/O) a. Penghitungan PPh Pasal 21 terutang: Upah sehari Rp 100.000,00 Dikurangi PTKP sehari 1/360 x Rp2.880.000,00 Rp 8.000,00 ------------------- Penghasilan Kena Pajak Rp 92.000,00 sehari PPh Pasal 21 terutang sehari 5% x Rp92.000,00 Rp 4.600,00 b. Penghitungan PPh Pasal 21 yang ditanggung oleh Pemerintah: Batas upah sehari yang PPh-nya ditanggung oleh Pemerintah = 1/26 x Rp1.000.000,00 Rp 38.462,00 Durangi: PTKP sehari = 1/360 x Rp2.880.000 Rp 8.000,00 ------------------- Penghasilan Kena Pajak Rp 30.462,00 sehari PPh Pasal 21 DTP sehari 5% x Rp30.000,00 Rp 1.500,00 c. PPh Pasal 21 yang harus dipotong oleh Pemberi

Kerja: (Rp 4.600,00 - Rp 1.500,00) x 15 hari = Rp 46.500,00 MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, ttd. B O E D I O N O

LAMPIRAN 9

LAMPIRAN 10

LAMPIRAN 12

LAMPIRAN 13

DAFTAR RIWAYAT HIDUP Identitias Diri: Nama : Muhammad Pasca Abdul Gaffar Tempat/Tanggal lahir : Bandung / 01 November 1985 Alamat : Jl. Mentor No.80, Rt. 03 /Rw. 07 Bandung (40175) Agama : Islam Pendidikan Formal: Tahun : Tempat : Jurusan : 1991 1992 : TK. Angkasa I, Bandung 1992 1997 : SD. Angkasa I, Bandung 1997 2000 : SMP Taruna Bakti, Bandung 2000 2003 : SMUN 2, Bandung 2003 Sekarang : Universitas Padjadjaran Antropologi Sosial 2004 2008 : Akuntansi Hormat saya, Muhammad Pasca