- 1 - PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI ANGKUTAN KENDARAAN UMUM DI JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BLITAR Menimbang : a. bahwa dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, maka dalam rangka ketertiban penarikan retribusi di bidang angkutan kendaraan umum di jalan perlu diadakan pencabutan dan pengaturan kembali Peraturan Daerah yang mengatur tentang angkutan kendaraan umum dimaksud; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Retribusi Angkutan Kendaraan Umum di Jalan. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-daerah Kabupaten di Lingkungan Propinsi Jawa Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2730) ; 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Negara Republik Indonesia Nomor 3209) ; 3. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3480) ; 4. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik
- 2 - Indonesia Nomor3679), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 246, Tambahan Lembaran Republik Indonesia Nomor 3952) ; 5. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Negara Republik Indonesia Nomor 4389) ; 6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Negara Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548) ; 7. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 36, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3258) ; 8. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1990 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintahan di Bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Kepala Daerah Tingkat I dan Daerah Tingkat II (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 26, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3410) ; 9. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1993 tentang Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1993 Nomor 63, Tambahan Negara Republik Indonesia Nomor 3529) ; 10. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4139) ; 11.Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593) ; 12. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 65 Tahun 1993 tentang Angkutan Barang ; 13. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 31 Tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang di Jalan dengan Kendaraan Umum ; 14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Daerah ;
- 3-15. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 35 Tahun 2003 tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang di Jalan dengan Kendaraan Umum. Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT KABUPATEN BLITAR Dan BUPATI BLITAR Menetapkan MEMUTUSKAN : : PERATURAN DAERAH TENTANG RETRIBUSI ANGKUTAN KENDARAAN UMUM DI JALAN. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Blitar. 2. Pemerintah Kabupaten adalah Pemerintah Kabupaten Blitar. 3. Bupati adalah Bupati Blitar. 4. Pejabat yang ditunjuk adalah pejabat yang karena fungsi dan tugasnya ditunjuk oleh Bupati. 5. Badan adalah suatu bentuk badan usaha yang meliputi perseroan dengan nama dan bentuk apapun persekutuan, perkumpulan, firma, kongsi, koperasi atau organisasi sejenis, selembaga, dana pensiun, bentuk usaha tetap serta bentuk badan usaha lainnya. 6. Kendaraan adalah setiap kendaraan beroda dua atau lebih, baik bermotor atau tidak bermotor. 7. Kendaraan bermotor adalah setiap kendaraan yang digerakkan oleh peralatan teknik yang ada pada kendaraan itu kecuali kendaraan di atas rel. 8. Kendaraan umum adalah kendaraan bermotor yang disediakan untuk dipergunakan oleh umum dengan dipungut bayaran baik langsung maupun tidak langsung. 9. Trayek adalah lintasan kendaraan umum untuk pelayanan jasa angkutan orang dengan mobil bus, mobil penumpang dan angkutan khusus yang mempunyai asal dan tujuan tetap, lintasan tetap dan jadwal tetap maupun tidak terjadwal dalam wilayah daerah. 10. Angkutan khusus adalah angkutan yang mempunyai asal dan atau tujuan tetap yang melayani antar jemput penumpang umum, antar jemput karyawan, pemukiman dan simpul yang berbeda. 11. Mobil penumpang adalah setiap kendaraan bermotor yang dilengkapi sebanyakbanyaknya 8 (delapan) tempat duduk tidak termasuk tempat duduk pengemudi, baik dengan maupun tanpa perlengkapan pengangkutan bagasi. 12. Mobil bus adalah setiap kendaraan bermotor yang dilengkapi lebih dari 8 (delapan) tempat duduk tidak termasuk tempat duduk pengemudi, baik dengan maupun tanpa perlengkapan pengangkutan bagasi.
- 4-13. Kendaraan khusus adalah kendaraan bermotor untuk angkutan orang yang dirancang dan digunakan secara khusus, seperti kendaraan khusus karyawan, kendaraan khusus untuk mengangkut narapidana, ambulans dan sebagainya. 14. Izin usaha angkutan adalah izin yang diberikan kepada pemerintah kepada orang pribadi atau badan hukum untuk melakukan kegiatan atau usaha pengangkutan orang dan atau barang dengan kendaraan umum. 15. Izin trayek adalah izin yang diberikan oleh pemerintah kepada orang pribadi atau badan hukum untuk melakukan kegiatan pengangkutan penumpang pada lintasan trayek yang telah ditetapkan. 16. Izin insidentil adalah izin yang diberikan kepada pengusaha angkutan yang telah memiliki izin trayek untuk menggunakan kendaraan cadangannya menyimpang dari izin trayek yang dimiliki. 17. Kartu Tanda Pemilikan Izin Usaha Angkutan adalah turunan surat izin usaha angkutan yang harus ada pada setiap kendaraan umum yang melakukan kegiatan pengangkutan penumpang atau barang. 18. Kartu Pengawasan Izin Trayek adalah turunan surat izin trayek yang harus ada pada setiap kendaraan umum yang melakukan kegiatan pengangkutan penumpang pada lintasan trayek yang telah ditetapkan. 19. Retribusi Kartu Tanda Pemilikan Izin Usaha adalah pembayaran atas kegiatan pembinaan dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan hukum untuk melakukan kegiatan atau usaha pengangkutan penumpang atau barang umum dalam wilayah daerah. 20. Retribusi Kartu Pengawasan Izin Trayek adalah pembayaran atas kegiatan pengawasan, pengaturan dan pengendalian dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan hukum untuk menyediakan pelayanan angkutan penumpang umum pada satu atau beberapa trayek tertentu dalam wilayah daerah. 21. Retribusi Izin Insidental adalah pembayaran atas kegiatan pengawasan, pengaturan dan pengendalian dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan hukum yang telah memiliki izin trayek tetap untuk menyediakan pelayanan angkutan penumpang umum di luar jalur / lintasan trayek sesuai dengan izin trayek tetap selama kurun waktu tertentu. 22. Wajib retribusi adalah orang pribadi atau badan hukum yang menurut peraturan Perundang-undangan retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi. 23. Masa retribusi adalah suatu jangka waktu tertentu yang merupakan batas waktu bagi wajib retribusi untuk memanfaatkan izin yang dimohonkan. 24. Surat Ketetapan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat SKRD adalah surat ketetapan yang menentukan besarnya retribusi yang terhutang. 25. Surat Tagihan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat STRD adalah surat untuk melakukan tagihan retribusi dan atau sanksi administrasi berupa bunga dan atau denda. 26. Kas daerah adalah Kas Pemerintah Kabupaten Blitar. 27. Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan untuk mencari, mengumpulkan dan mengolah data dan atau keterangan lainnya dalam rangka pengawasan kepatuhan pemenuhan kewajiban retribusi berdasarkan perundang-undangan retribusi daerah. 28. Penyidik tindak pidana di bidang retribusi adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disebut penyidik, untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana di bidang retribusi yang terjadi serta menemukan tersangkanya.
- 5 - BAB II PERIZINAN ANGKUTAN Pasal 2 (1) Untuk melakukan kegiatan usaha angkutan dengan kendaraan umum, setiap orang pribadi atau badan hukum wajib memiliki izin usaha angkutan. (2) Izin usaha angkutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku selama usaha pengangkutan masih beroperasi, yang dapat dipergunakan untuk mengusahakan : a. Angkutan orang dalam trayek ; b. Angkutan tidak dalam trayek ; c. Angkutan barang umum. (3) Kepala pemilik izin usaha angkutan diberikan kartu tanda pemilik izin usaha angkutan yang berlaku selama 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang. (4) Izin usaha angkutan dan kartu tanda pemilikan izin usaha angkutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (3) diberikan oleh Pemerintah Daerah. (5) Tata cara dan persyaratan memperoleh izin usaha angkutan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati. Pasal 3 (1) Untuk melakukan kegiatan pelayanan angkutan penumpang dengan kendaraan umum dalam trayek tetap, setiap orang pribadi atau badan hukum wajib memiliki izin trayek angkutan. (2) Izin trayek angkutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya diberikan kepada orang pribadi atau badan hukum yang telah memiliki izin usaha angkutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal ayat (1). (3) Izin trayek angkutan berlaku selama 5 (lima) tahun yang dapat diperpanjang untuk menyediakan angkutan orang dalam trayek dengan kendaraan umum. (4) Kepada pemilik izin trayek diberikan kartu pengawasan izin trayek sesuai jumlah kendaraan umum yang digunakan untuk melayani trayek tersebut yang berlaku selama 1 (satu) tahun. (5) Izin trayek angkutan dan kartu pengawasan izin trayek angkutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (4) diberikan oleh Pemerintah Daerah. (6) Tata cara dan persyaratan memperoleh izin trayek angkutan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati. Pasal 4 (1) Untuk melakukan kegiatan operasional di luar jalur / lintasan yang ditetapkan sesuai dengan izin trayek tetap selama dalam kurun waktu tertentu, para pemilik izin trayek tetap wajib memiliki izin insidentil. (2) Izin insidentil hanya dapat diberikan dalam wilayah Propinsi Jawa Timur untuk kepentingan : a. Menambah kekurangan pada waktu atau keadaan tertentu, seperti angkutan pada hari-hari besar keagamaan, angkutan haji, angkutan liburan sekolah dan angkutan transmigrasi ; b. Keadaan darurat tertentu, seperti bencana alam. (3) Izin insidentil diberikan kepada orang pribadi atau badan hukum yang telah memiliki izin trayek angkutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1).
- 6 - (4) Izin Insidentil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku untuk 1 (satu) kali perjalanan pulang pergi atau paling lama 14 (empat belas) hari serta tidak dapat diperpanjang. (5) Izin Insidentil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan oleh Pemerintah Daerah dan berlaku untuk wilayah Propinsi Jawa Timur. (6) Tata cara dan persyaratan memperoleh izin insidentil diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati. BAB III NAMA, OBYEK DAN SUBYEK RETRIBUSI Pasal 5 (1) Dengan nama Retribusi Kartu Tanda Pemilikan Izin Usaha Kendaraan Umum di Jalan, dipungut retribusi sebagai pembayaran atas kegiatan pembinaan dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan hukum untuk melakukan kegiatan atau usaha pengangkutan penumpang atau barang umum dalam wilayah Kabupaten Blitar. (2) Dengan nama Retribusi Kartu Pengawasan Izin Trayek, dipungut retribusi sebagai pembayaran atas kegiatan pengawasan, pengaturan dan pengendalian dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan hukum untuk menyediakan pelayanan angkutan penumpang umum pada satu atau beberapa trayek tertentu dalam wilayah Kabupaten Blitar. (3) Dengan nama Retribusi Izin Insidentil, dipungut retribusi sebagai pembayaran atas kegiatan pengawasan, pengaturan dan pengendalian dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan hukum yang telah memiliki izin trayek tetap untuk menyediakan pelayanan angkutan penumpang umum di luar jalur / lintasan trayek sesuai dengan izin trayek tetap selama dalam kurun waktu tertentu. Pasal 6 (1) Obyek Retribusi Kartu Tanda Pemilikan Izin Usaha Kendaraan Umum di jalan adalah pemberian kartu tanda pemilikan izin usaha angkutan kepada orang pribadi atau badan hukum untuk melakukan kegiatan atau usaha pengangkutan penumpang atau barang umum dalam wilayah Kabupaten Blitar. (2) Obyek Retribusi Kartu Pengawasan Izin Trayek adalah pemberian kartu izin trayek angkutan kepada orang pribadi atau badan hukum untuk menyediakan pelayanan angkutan penumpang umum dalam wilayah Kabupaten Blitar. (3) Obyek Retribusi Izin Insidentil adalah pemberian izin insidentil angkutan kepada orang pribadi atau badan hukum yang telah memiliki izin trayek tetap untuk menyediakan pelayanan angkutan penumpang umum di luar jalur / lintasan trayek sesuai dengan izin trayek tetap selama dalam kurun waktu tertentu. Pasal 7 Subyek Retribusi adalah orang pribadi atau badan hukum yang mendapatkan Kartu Tanda Pemilikan Ijin Usaha Kendaraan Umun di Jalan, Kartu Pengawasan Ijin Trayek dan atau Ijin Insidentil.
- 7 - BAB IV GOLONGAN RETRIBUSI Pasal 8 Retribusi Kartu Tanda Pemilikan Ijin Usaha Kendaraan Umum di Jalan, Retribusi Kartu Pengawasan Ijin Trayek dan Retribusi Izin Insidentil digolongkan sebagai Retribusi Perizinan Tertentu. BAB V PRINSIP DAN SASARAN DALAM PENETAPAN STRUKTUR DAN BESARNYA RETRIBUSI Pasal 9 (1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya tarif retribusi kartu tanda pemilikan izin usaha kendaraan umum di jalan didasarkan pada tujuan untuk menutup sebagian atau sama dengan biaya kegiatan pembinaan dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan hukum untuk melakukan kegiatan atau usaha pengangkutan penumpang atau barang umum dalam suatu wilayah tertentu. (2) Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya tarif retribusi kartu pengawasan izin trayek didasarkan pada tujuan untuk menutup sebagian atau sama dengan biaya pengawasan, pengaturan dan pengendalian dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan hukum untuk menyediakan pelayanan angkutan penumpang umum pada satu atau beberapa trayek tertentu dalam suatu wilayah tertentu. (3) Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya tarif retribusi izin insidentil didasarkan pada tujuan untuk menutup sebagian atau sama dengan biaya kegiatan pengawasan, pengaturan dan pengendalian dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan hukum yang telah memiliki izin trayek tetap untuk menyediakan pelayanan angkutan penumpang umum di luar jalur / lintasan trayek sesuai dengan izin trayek tetap selama dalam kurun waktu tertentu. BAB VI STRUKTUR DAN BESARNYA RETRIBUSI Pasal 10 Struktur besarnya Retribusi Kartu Tanda Pemilikan Izin Usaha Kendaraan Umum di jalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) ditetapkan sebesar Rp. 10.000,- (sepuluh ribu rupiah) per kendaraan pertahun.
- 8 - Pasal 11 (1) Struktur dan besarnya Retribusi Kartu Pengawasan Ijin Trayek sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) digolongkan berdasarkan jenis angkutan penumpang dan daya angkutnya. (2) Struktur dan besarnya retribusi sebagaimana dimaksud ayat (2) sebagaimana berikut : JENIS ANGKUTAN Mobil Penumpang Mobil Bus Angkutan Khusus KAPASITAS TEMPAT DUDUK s/d 8 orang 9 s/d 15 orang 16 s/d 25 orang Lebih dari 26 orang RETRIBUSI Rp. 4.000,- /bulan Rp. 4.000,- /bulan Rp. 5.000,- /bulan Rp. 6.000,- /bulan Rp. 6.000,- /bulan (3) Pemungutan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilaksanakan 1 (satu) tahun sekaligus disesuaikan dengan masa berlaku Kartu Pengawasan. Pasal 12 Struktur dan besarnya Retribusi Izin Insidentil sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3) ditetapkan sebesar Rp. 10.000,- (sepuluh ribu rupiah) per kendaraan. Pasal 13 (1) Hasil pungutan retribusi disetor ke Kas Daerah dalam waktu 1 x 24 jam atau dalam waktu yang ditentukan lain. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai waktu yang ditentukan lain ditetapkan dengan Keputusan Bupati. BAB VII WILAYAH PEMUNGUTAN Pasal 14 Retribusi yang terutang dipungut wilayah daerah tempat perizinan angkutan umum diberikan.
- 9 - BAB VIII MASA RETRIBUSI DAN SAAT RETRIBUSI TERUTANG Pasal 15 Masa Retribusi Kartu tanda Pemilikan Izin Usaha Kendaraan Umum di Jalan adalah jangka waktu yang lamanya 1 (satu) tahun, dapat diperbaharui dan dibayarkan pada waktu perpanjangan Kartu tanda Pemilikan Izin Usaha. Pasal 16 Masa Retribusi Kartu Pengawasan Izin Trayek adalah jangka waktu yang lamanya 1 (satu) tahun. Pasal 17 Masa Retribusi Izin Insidentil adalah jangka waktu yang lamanya satu kali perjalanan pulang pergi atau paling lama 14 (empat belas) hari serta tidak dapat diperpanjang. Pasal 18 Saat terutangnya Retribusi adalah pada saat diterbitkannya SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan. BAB IX TATA CARA PEMUNGUTAN Pasal 19 (1) Pemungutan retribusi tidak dapat diborongkan. (2) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan. BAB X SANKSI ADMINISTRTIF Pasal 20 (1) Dalam hal wajib retribusi tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang membayar, diatur sebagai berikut : a. dikenakan sanksi administrasi berupa denda sebesar 2% (dua persen) setiap bulan dari retribusi yang terutang atau kurang dibayar dan ditagih dengan menggunakan STRD ; b. apabila wajib retribusi tidak membayar tepat pada waktunya atau kurang membayar sebanyak 3 (tiga) kali, maka dapat dikenakan pencabutan izin usaha angkutan. (2) Tata cara pencabutan izin usaha angkutan sebagaimana dimaksud pada ayat 2 (dua) huruf b diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.
- 10 - Pasal 21 Setiap keterlambatan pendaftaran pembaharuan izin usaha kendaraan umum di jalan dikenakan biaya sebesar Rp. 50.000,- (lima puluh ribu rupiah) Pasal 22 (1) Penggatian Kartu Pengawasan Izin Trayek yang hilang atau rusak dikenakan biaya sebesar Rp. 25.000,- (dua puluh lima ribu rupiah) (2) Setiap keterlambatan perpanjangan Kartu Pengawasan Izin Trayek dikenakan biaya tambahan sebagai berikut : JENIS ANGKUTAN KAPASITAS TEMPAT DUDUK RETRIBUSI Mobil Penumpang Mobil Bus Angkutan Khusus s/d 8 orang 9 s/d 15 orang 16 s/d 25 orang Lebih dari 26 orang Rp. 5.000,- /bulan Rp. 5.000,- /bulan Rp. 6.000,- /bulan Rp. 7.000,- /bulan Rp. 7.000,- /bulan BAB XI TATA CARA PEMBAYARAN Pasal 23 (1) Pembayaran retribusi yang terutang harus dilunasi. (2) Retribusi yang terutang harus dilunasi selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari sejak diterbitkannya SKRD atau dokumen lain yang dipersamakan. (3) Tata cara pembayaran, penyetoran, tempat pembayaran retribusi diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati. BAB XII TATA CARA PENAGIHAN Pasal 24 (1) Surat tegoran atau surat peringatan atau surat lain yang sejenis sebagai awal tindakan pelaksanaan penagihan retribusi, dikeluarkan oleh Bupati atau pejabat yang ditunjuk 7 (tujuh) hari sejak saat jatuh tempo pembayaran. (2) Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah tanggal surat tegoran atau surat peringatan atau surat lain yang sejenis disampaikan, wajib retribusi harus melunasi retribusi yang terutang.
- 11 - BAB XIII PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN Pasal 25 (1) Atas kelebihan pembayaran retribusi, wajib retribusi dapat mengajukan permohonan pengembalian kepada Bupati. (2) Bupati dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak diterimanya permohonan kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud ayat (1) harus memberikan keputusan. (3) Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) telah melampaui dan Bupati tidak memberikan suatu keputusan, permohonan pengembalian kelebihan retribusi dianggap dikabulkan dan SKRDLB harus diterbitkan dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan. (4) Apabila wajib retribusi mempunyai hutang retribusi lainnya, kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) langsung diperhitungkan untuk melunasi terlebih dahulu hutang retribusi tersebut. (5) Pengembalian kelebihan pembayaran retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dalam jangka waktu paling lama 2 (dua0 bulan sejak diterbitkannya SKRDLB. (6) Apabila pengembalian kelebihan pembayaran retribusi dilakukan setelah lewat jangka waktu 2 (dua) bulan, Bupati memberikan imbalan bunga sebesar 2% (dua persen) sebulan atas keterlambatan pembayaran kelebihan retribusi. Pasal 26 (1) Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran retribusi diajukan secara tertulis kepada Bupati dengan sekurang-kurangnya menyebutkan : a. nama dan alamat wajib retribusi ; b. nama retribusi ; c. masa retribusi ; d. besarnya kelebihan pembayaran ; e. alasan yang singkat dan jelas. (2) Permohonan pengembalian kelebihan pembayaran retribusi disampaikan secara langsung atau melalui pos tercatat. (3) Bukti penerimaan oleh pejabat daerah atau bukti pengiriman pos tercatat merupakan bukti saat permohonan diterima oleh Bupati. Pasal 27 (1) Pengembalian kelebihan retribusi dilakukan dengan menerbitkan Surat Perintah Membayar Kelebihan Retribusi. (2) Apabila kelebihan pembayaran retribusi diperhitungkan dengan hutang retribusi lainnya, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 ayat (4) pembayaran dilakukan dengan cara pemindahbukuan dan bukti pemindahbukuan juga berlaku sebagai buku pembayaran.
- 12 - BAB XIV PENGURANGAN, KERINGANAN DAN PEMBEBASAN RETRIBUSI Pasal 28 (1) Bupati dapat memberikan pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi. (2) Pemberian pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan dengan memperhatikan kemampuan wajib retribusi dan memperhatikan force major. (3) Tata cara pengurangan, keringanan dan pembebasan retribusi ditetapkan dengan Peraturan Bupati. BAB XV KADALUARSA PENAGIHAN Pasal 29 (1) Hak untuk melakukan penagihan retribusi kadaluarsa setelah melampaui jangka waktu 3 (tiga) tahun terhitung sejak saat terutangnya retribusi, kecuali apabila wajib retribusi melakukan tindak pidana di bidang retribusi. (2) Kadaluarsa penagihan retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tertangguh apabila : a. diterbitkan surat tegoran, atau ; b. ada pengakuan hutang retribusi dan wajib retribusi baik langsung maupun tidak langsung. BAB XVI KETENTUAN PIDANA Pasal 30 (1) Wajib retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga merugikan keuangan daerah diancam pidana kurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak 4 (empat) kali jumlah retribusi yang terutang. (2) Tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah tindak pidana pelanggaran. BAB XVII PENYIDIKAN Pasal 31 (1) Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Pemerintah Daerah diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tidak pidana di bidang retribusi daerah. (2) Wewenang penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah : a. menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana di bidang retribusi daerah agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lengkap dan jelas ;
- 13 - b. meneliti, mencari, mengumpulkan keterangan mengenai orang, pribadi atau badan hukum tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana retribusi daerah ; c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang, pribadi atau badan hukum sehubungan dengan tindak pidana di bidang retribusi daerah ; d. memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana di bidang retribusi daerah ; e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bukti pembukuan, pencatatan dan dokumen-dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap barang bukti tersebut ; f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka melaksanakan tugas penyidikan tindak pidana di bidang retribusi daerah ; g. menyuruh berhenti dan atau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang dan atau dokumen yang dibawa sebagaimana dimaksud pada huruf e ; h. memotret seseorang berkaitan dengan tindak pidana di bidang retribusi daerah ; i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi ; j. menghentikan penyidikan ; k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana di bidang retribusi daerah menurut hukum yang dapat dipertanggungjawabkan. (3) Penyidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya penuntut umum, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana. BAB XVIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 32 Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Peraturan Daerah Kabupaten Blitar Nomor 20 Tahun 1998 tentang Izin Trayek, dan semua ketentuan yang mengatur perizinan angkutan jalan sebelumnya yang bertentangan dengan Peraturan Daerah ini dinyatakan dicabut dan tidak berlaku lagi. Pasal 33 Peraturan Daerah ini mulai barlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan menempatkannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Blitar.
- 14 - Ditetapkan di Blitar pada tanggal 21 Agustus 2007 BUPATI BLITAR, HERRY NOEGROHO Diundangkan di Blitar pada tanggal 22 Agustus 2007 SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN BLITAR, BACHTIAR SUKOKARJADJI