PENGENALAN IRIS MATA MENGGUNAKAN METODE PENCIRIAN INDEPENDENT COMPONENTS ANALYSIS (ICA) DAN JARAK MINKOWSKI

dokumen-dokumen yang mirip
PENGENALAN CITRA IRIS MATA MENGGUNAKAN JARAK MINKOWSKI DENGAN EKSTRAKSI CIRI ALIHRAGAM GELOMBANG SINGKAT DAUBECHIES

IDENTIFIKASI IRIS MATA MENGGUNAKAN METODE ANALISIS KOMPONEN BEBAS (INDEPENDENT COMPONENTS ANALYSIS ICA)

SISTEM PENGENALAN IRIS MATA MENGGUNAKAN METODE PHASE ONLY CORRELATION

EKSTRAKSI CIRI CITRA TELAPAK TANGAN DENGAN ALIHRAGAM GELOMBANG SINGKAT HAAR MENGGUNAKAN PENGENALAN JARAK EUCLIDEAN

ENKRIPSI DATA HASIL ANALISIS KOMPONEN UTAMA (PCA) ATAS CITRA IRIS MATA MENGGUNAKAN ALGORITMA MD5

SISTEM PENGENALAN BUAH MENGGUNAKAN METODE DISCRETE COSINE TRANSFORM dan EUCLIDEAN DISTANCE

IDENTIFIKASI IRIS MATA MENGGUNAKAN TAPIS GABOR WAVELET DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN LEARNING VECTOR QUANTIZATION (LVQ)

Chairunnisa Adhisti Prasetiorini *), R. Rizal Isnanto, dan Achmad Hidayatno. Abstrak. Abstract

KINERJA PENGENALAN SISTEM BIOMETRIK TELAPAK TANGAN MENGGUNAKAN EKSTRAKSI CIRI BERBASIS GELOMBANG SINGKAT BIORTOGONAL

1. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

KINERJA PENGENALAN SISTEM BIOMETRIK TELAPAK TANGAN MENGGUNAKAN EKSTRAKSI CIRI BERBASIS GELOMBANG SINGKAT BIORTOGONAL

PENGENALAN CITRA RETINA MENGGUNAKAN METODE NON OVERLAPPING BLOCK DAN JARAK EUCLIDEAN

APLIKASI WAVELET COIFLET MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN PERAMBATAN BALIK UNTUK PENGENALAN SIDIK JARI

ANALISIS TRANSFORMASI BALIK CITRA IRIS MENGGUNAKAN WAVELET HAAR BERDASARKAN FAKTOR RETENSI KOEFISIEN WAVELET

EKSTRAKSI CIRI CITRA TELAPAK TANGAN DENGAN ALIHRAGAM GELOMBANG SINGKAT HAAR MENGGUNAKAN PENGENALAN JARAK EUCLIDEAN PADA SISTEM PRESENSI

PENGENALAN GIGI MENGGUNAKAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA (PRINCIPAL COMPONENTS ANALYSIS) Angga Abiyanto *, Imam Santoso **, Ajub Ajulian Zahra **

1. Pendahuluan. 1.1 Latar belakang

PENGEMBANGAN SISTEM PENDETEKSI KELAINAN HATI MENGGUNAKAN IRIDOLOGI DENGAN METODE JARINGAN SYARAF TIRUAN PERAMBATAN BALIK

IMPLEMENTASI PENGENALAN WAJAH MENGGUNAKAN ALGORITMA PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS(PCA) DAN IMPROVED BACKPROPAGATION

PERANCANGAN SISTEM PENGENAL GARIS UTAMA TELAPAK TANGAN PADA SISTEM PRESENSI MENGGUNAKAN METODE PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS (PCA) DAN JARAK EUCLIDEAN

Makalah Tugas Akhir. Abstract

Identifikasi Iris Mata Menggunakan Tapis Gabor Wavelet Dan Jaringan Syaraf Tiruan Learning Vector Quantization (LVQ)

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem analog menjadi sistem komputerisasi. Salah satunya adalah sistem

IDENTIFIKASI JENIS TUMBUHAN BERDASARKAN TULANG DAUN MENGGUNAKAN ALIHRAGAM WAVELET

Perancangan Gelombang Singkat (Wavelet) yang Cocok untuk Sinyal Dua-Dimensi Iris Mata

FACE RECOGNITION MENGGUNAKAN METODE TWO- DIMENSIONAL PRINCIPAL COMPONENTS ANALYSIS (2DPCA) ABSTRAK

IDENTIFIKASI IRIS MATA MENGGUNAKAN METODE ANALISIS KOMPONEN UTAMA DAN PERHITUNGAN JARAK EUCLIDEAN

APLIKASI PENDIAGNOSIS GANGGUAN GINJAL MELALUI CITRA IRIS MATA MENGGUNAKAN METODE SEGMENTASI BERDASAR DETEKSI TEPI

PENGENALAN WAJAH MELALUI WEBCAM DENGAN METODA GABOR WAVELET-KERNEL FISHER ANALYSIS

IDENTIFIKASI SESEORANG BERDASARKAN CITRA TELINGA DENGAN MENGGUNAKAN METODE TRANSFORMASI HOUGH ABSTRAK

Analisis Kinerja Pengenalan Telapak Tangan Menggunakan Ekstraksi Ciri Principal Component Analysis (PCA) dan Overlapping Block

PENGENALAN IRIS MATA MENGGUNAKAN METODE ANALISIS KOMPONEN UTAMA (PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS - PCA) DAN JARINGAN SARAF TIRUAN PERAMBATAN BALIK

KLASIFIKASI CITRA SIDIK JARI DENGAN METODE TEMPLTE MATCHING

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

IDENTIFIKASI WAJAH MANUSIA BERDASARKAN PERBANDINGAN PARAMETER TINGGI HIDUNG, LEBAR HIDUNG DAN JARAK MATA. Yusriani Laa Baan

PENGENALAN CIRI GARIS UTAMA TELAPAK TANGAN MENGGUNAKAN ALIHRAGAM GELOMBANG SINGKAT DAUBECHIES DENGAN JARAK EUCLIDEAN

SIMULASI PENGENALAN WAJAH MANUSIA MENGGUNAKAN METODE ANALISIS DISKRIMINAN LINEAR DUA DIMENSI (2D-LDA) DENGAN JARAK MANHATTAN, CANBERRA DAN EUCLIDEAN

IDENTIFIKASI BIOMETRIK FINGER KNUCKLE PRINT MENGGUNAKAN FITUR EKSTRAKSI PCA DAN GLCM

APLIKASI PENDIAGNOSIS GANGGUAN GINJAL MELALUI CITRA IRIS MATA MENGGUNAKAN METODE SEGMENTASI BERDASAR DETEKSI TEPI

PENGENALAN WAJAH MENGGUNAKAN METODE INDEPENDENT COMPONENT ANALYSIS ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Rumusan Masalah

BAB II LANDASAN TEORI

SISTEM PENGENALAN IRIS MATA BERDASAR TEKSTUR MENGGUNAKAN EKSTRAKSI CIRI ENERGI PADA ALIHRAGAM WAVELET HAAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menggunakan PCA, kemudian penelitian yang menggunakan algoritma Fuzzy C-

PEMANFAATAAN BIOMETRIKA WAJAH PADA SISTEM PRESENSI MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK

SISTEM PENGENALAN BERDASARKAN CIRI GARIS TELAPAK TANGAN MENGGUNAKAN METODE JARINGAN SARAF TIRUAN PERAMBATAN BALIK

ABSTRAK. Kata kunci : CBIR, GLCM, Histogram, Kuantisasi, Euclidean distance, Normalisasi. v Universitas Kristen Maranatha

PENGENALAN WAJAH MENGGUNAKAN METODE PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS (PCA) UNTUK APLIKASI SISTEM KEAMANAN RUMAH

APLIKASI PENDIAGNOSIS KERUSAKAN SEL PADA ORGAN HATI MELALUI CITRA IRIS MATA MENGGUNAKAN PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN

IDENTIFIKASI INDIVIDU BERDASARKAN CITRA SILUET BERJALAN MENGGUNAKAN PENGUKURAN JARAK KONTUR TERHADAP CENTROID ABSTRAK

PENGENALAN WAJAH MENGGUNAKAN ALIHRAGAM WAVELET HAAR DAN JARAK EUCLIDEAN

REALISASI PERANGKAT LUNAK UNTUK MEMVERIFIKASI SESEORANG BERDASARKAN CITRA PEMBULUH DARAH MENGGUNAKAN EKSTRAKSI FITUR LOCALITY PRESERVING PROJECTION

Implementasi Pengenalan Citra Wajah dengan Algoritma Eigenface pada Metode Principal Component Analysis (PCA)

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.2 Agustus 2017 Page 1810

Perancangan Perangkat Lunak untuk Ekstraksi Ciri dan Klasifikasi Pola Batik

IMPLEMENTASI K-NEAREST NEIGHBOR UNTUK MENGENALI POLA CITRA DALAM MENDETEKSI PENYAKIT KULIT

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IDENTIFIKASI TANDA TANGAN DENGAN DETEKSI TEPI DAN KOEFISIEN KORELASI

VERIFIKASI SESEORANG BERDASARKAN CITRA PEMBULUH DARAH MENGGUNAKAN EKSTRAKSI FILTER GABOR ABSTRAK

ABSTRAK. Michael Parlindungan ( ) Jurusan Teknik Elektro Universitas Kristen Maranatha

APLIKASI PENDIAGNOSIS KERUSAKAN SEL PADA ORGAN HATI MELALUI CITRA IRIS MATA MENGGUNAKAN PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN

PENGATURAN KECERAHAN DAN KONTRAS CITRA SECARA AUTOMATIS DENGAN TEKNIK PEMODELAN HISTOGRAM

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1

SISTEM PENGENALAN BERDASARKAN CIRI GARIS TELAPAK TANGAN MENGGUNAKAN METODE JARINGAN SARAF TIRUAN PERAMBATAN BALIK

IDENTIFIKASI TANAMAN OBAT MENGGUNAKAN TAPIS GABOR 2-D DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN LEARNING VECTOR QUANTIZATION (LVQ)

Dr. R. Rizal Isnanto, S.T., M.M., M.T.

DETEKSI NOMINAL MATA UANG DENGAN JARAK EUCLIDEAN DAN KOEFISIEN KORELASI

100% Akurasi = (11) Lingkungan Pengembangan

PENGENALAN IRIS MATA MENGGUNAKAN METODE ANALISIS KOMPONEN UTAMA (PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS - PCA) DAN JARINGAN SARAF TIRUAN PERAMBATAN BALIK

JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI & PENDIDIKAN ISSN : VOL. 1 NO. 1 MARET 2010

IDENTIFIKASI SIDIK JARI MENGGUNAKAN TEKNIK PENCOCOKAN TEMPLATE TAPIS GABOR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Muhammad Nasir. Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Lhokseumawe Jl. Banda Aceh Medan Km Lhokseumawe

Tugas Teknik Penulisan Karya Ilmiah. M.FAIZ WAFI Sistem Komputer Fakultas Ilmu Komputer Universitas Sriwijaya

REALISASI PERANGKAT LUNAK UNTUK IDENTIFIKASI SESEORANG BERDASARKAN CITRA PEMBULUH DARAH MENGGUNAKAN EKSTRAKSI FITUR LOCAL LINE BINARY PATTERN (LLPB)

KLASIFIKASI SIDIKJARI DENGAN PEMROSESAN AWAL TRANSFORMASI WAVELET Minarni *

Program Aplikasi Komputer Pengenalan Angka Dengan Pose Jari Tangan Sebagai Media Pembelajaran Interaktif Anak Usia Dini

SISTEM IDENTIFIKASI TELAPAK TANGAN MENGGUNAKAN EKSTRAKSI CIRI BERBASIS DIMENSI FRAKTAL

BAB II LANDASAN TEORI. Kamera web (singkatan dari web dan camera) merupakan sebuah media

BAB III METODE PENELITIAN. Tujuan tugas akhir ini akan membangun suatu model sistem yang

PENGENALAN DAN PEWARNAAN PADA CITRA GRAY-SCALE ABSTRAK

PENGENALAN GARIS UTAMA TELAPAK TANGAN DENGAN EKSTRAKSI CIRI MATRIKS KOOKURENSI ARAS KEABUAN MENGGUNAKAN JARAK EUCLIDEAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem Pakar (Expert System), Jaringan Saraf Tiruan (Artificial Neural Network), Visi

Perbandingan Dua Citra Bibir Manusia Menggunakan Metode Pengukuran Lebar, Tebal dan Sudut Bibir ABSTRAK

KLASIFIKASI CITRA DENGAN METODE TRANSFORMASI WAVELET PADA LIMA JENIS BIJI-BIJIAN

PRAPROSES CITRA MENGGUNAKAN KOMPRESI CITRA, PERBAIKAN KONTRAS, DAN KUANTISASI PIKSEL

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengembangan Sistem Pengenalan Wajah 2D

Bulu mata. Generalisasi= Jumlah pola dikenali dengan benar x 100% Jumlah total pola

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

OPTIMASI WATERMARKING PADA CITRA BIOMETRIK MENGGUNAKAN ALGORITME GENETIKA

TOLERANSI UNJUK PENGENALAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PADA PENAMBAHAN DERAU DAN SUDUT PUTARAN TERHADAP POLA KARAKTER TULISAN TANGAN JENIS ANGKA

PERANCANGAN APLIKASI SISTEM PENGENALAN IRIS MATA MENGGUNAKAN METODE GABOR WAVELET PADA EKSTRAKSI CIRI SKRIPSI PRISILIA LUKAS

APLIKASI TRANSFORMASI HOUGH UNTUK EKSTRAKSI FITUR IRIS MATA MANUSIA

Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 7 (2011) RANCANG BANGUN SISTEM PENGENALAN POLA SIDIK JARI MENGGUNAKAN METODE MINUTIAE

Pengenalan Jenis Pempek Menggunakan Metode Canny & K-Nearest Neighbor (KNN) Berdasarkan Bentuknya

PERANCANGAN PERGERAKAN WEBCAM BERDASARKAN PERUBAHAN POSISI WAJAH MENGGUNAKAN METODE EIGENFACE BERBASIS RASPBERRY PI

HASIL DAN PEMBAHASAN. Generalisasi =

IDENTIFIKASI SESEORANG BERDASARKAN CITRA PEMBULUH DARAH MENGGUNAKAN MODIFIED HAUSDORFF DISTANCE ABSTRAK

Transkripsi:

PENGENALAN IRIS MATA MENGGUNAKAN METODE PENCIRIAN INDEPENDENT COMPONENTS ANALYSIS (ICA) DAN JARAK MINKOWSKI Febry Santo *), R.Rizal Isnanto, and Ajub Ajulian Zahra Jurusan Teknik Elektro, Universitas Diponegoro Semarang Jalan Prof. Sudharto, SH., Kampus UNDIP Tembalang, Semarang 50275, Indonesia *) Email: febry_santo@yahoo.com Abstrak Setiap manusia memiliki pola iris mata yang berbeda-beda, keunikan iris mata ini mampu membedakan masing-masing individu sehingga dapat digunakan sebagai sistem pengenalan biometrik. Tekstur yang ada pada suatu citra iris mata dapat di analisis dengan metode tekstur. Pada penelitian ini, metode pencirian yang digunakan adalah analisis komponen bebas (Independent Components Analysis) dan untuk penegnalannya dig unakan perhitungan jarak Minkowski. Metode pencirian analisis komponen bebas adalah sebuah teknik pengolahan citra untuk menemukan faktor-faktor atau komponen tersembunyiyang membentuk sekumpulan variabel acak (citra atau data secara umum). Citra iris mata yang akan diolah terlebih dahulu dipisahkan dari citra mata untuk selanjutnya dilakukan peningkatan kualitas citra menggunakan ekualisasi histogram. Proses selanjutnya adalah segmentasi citra iris mata dengan tapis median dan deteksi Canny, yang mampu mengurangi pengaruh derau pada citra. Kemudian citra hasil segmentasi dinormalisasi ke dalam bentuk koordinat polar. Langkah terakhir adalah proses pengenalan dengan metode jarak Minkowski. Jarak Minkowski digunakan untuk menentukan tingkat kesamaan dua vektor fitur. Kata kunci: Independent Components Analysis, Jarak Minkowski Abstract Every human being has the different iris pattern, unique iris is able to distinguish each individual so that it can be used as a biometric recognition system. Existing texture on an image of the iris can be analyzed by the method of texture. In this study, the characterization method used is Independent Components Analysis (Analisis Komponen Bebas) and used for its identification is Minkowski distance calculation. Independent component characterization method of analysis is a technique of image processing to find the factors or components that make up a set of hidden random variable (image or data in general). Iris image to be processed must be separated from eye images for further image quality enhancement using histogram equalization. The next process is the segmentation of the iris image with the median filter and Canny detection, which can reduce the effect of noise on image. Then normalized to the image segmentation results in the form of polar coordinates. The final step is the recognition of the Minkowski distance method. Minkowski distance is used to determine the degree of similarity of two feature vectors. Keyword: Independent Components Analysis, Minkowski Distance 1. Pendahuluan Manusia sebagai individu, mempunyai ciri yang khas. Ciri tersebut dapat digunakan sebagai pengenal atau identitas seseorang. Konsep identifikasi adalah mengenali seseorang dari komponen yang dimilikinya (misalnya kartu), dari kode yang diketahuinya (seperti password dan PIN), dari ciri alami (seperti wajah dan sidik jari), atau dari kombinasi ketiganya. Iris atau selaput pelangi adalah bagian dari mata yang melingkari lingkaran pupil. Walaupun iris memiliki wilayah yang sangat kecil dibanding dengan luas dari tubuh manusia, iris memiliki pola yang sangat unik, berbeda pada tiap individu dan pola itu akan tetap stabil. Atas dasar inilah iris mata dapat dijadikan dasar bagi pengenalan biometrik. Biometrik adalah ciri-ciri yang dimiliki oleh individu yang dapat diukur, serta merupakan pengembangan dari metode dasar identifikasi dengan menggunakan ciri alami manusia sebagai basisnya. Ada beberapa ciri yang sering digunakan dalam pengenalan biometrik. Beberapa

TRANSIENT, VOL.3, NO. 2, JUNI 2014, ISSN: 2302-9927, 258 diantaranya adalah pengenalan sidik jari, pengenalan wajah, pengenalan suara, dan pengenalan iris. Iris atau selaput pelangi adalah bagian dari mata yang melingkari lingkaran pupil. Walaupun iris memiliki wilayah yang sangat kecil dibanding dengan luas dari tubuh manusia, iris memiliki pola yang sangat unik, berbeda pada tiap individu dan pola itu akan tetap stabil. Atas dasar inilah iris mata dapat dijadikan dasar bagi pengenalan biometrik. Banyak algoritma telah diaplikasikan sebagai metode pengenalan iris, antara lain Algoritma Tapis Gabor Wavelet, Matriks Kookurensi Aras Keabuan ( Gray Level Co-ocurrence Matrix - GLCM), Wavelet Paket, Alihragam wavelet Haar dan Principal Component Analysis (PCA). Metode Independent Component Analysis (ICA) sebagai salah satu metode untuk menganalisis tekstur dan digunakan sebagai pengekstraksi ciri pola iris mata. Dalam tugas akhir ini, dibuat sebuah perangkat lunak pengenalan iris mata dengan menggunakan metode pencirian Independent Component Analysis (ICA) dan Jarak Minkowski sebagai pengenalannya. individu yang masing-masing dibagi menjadi citra latih dan citra uji. Pengolahan awal ( preprocessing) bertujuan untuk mengolah citra agar dapat diambil karakteristik tekstur iris mata. Pada tahap ini akan diperoleh informasi dari suatu citra secara optimal. Tahap pengolahan awal dalam Tugas Akhir ini terdiri dari: 1. Mengubah citra menjadi aras keabuan 2. Pengontrasan Citra Aras Keabuan dengan Perataan Histogram 3. Pencuplikan iris mata dengan faktor pencuplikan 2 2. Metode 2.1 Perancangan Sistem Perancangan sistem merupakan tahap yang penting dalam mengaplikasikan suatu konsep, baik dalam bentuk program ataupun alat agar dalam pembuatannya dapat berjalan secara sistematis, terstruktur, dan rapi sehingga hasil program dapat berjalan sesuai dengan apa yang dikehendaki. Secara umum pembuatan program ini mengikuti alur sesuai yang ditunjukan dalam Gambar 1.Pada Gambar 1 terlihat bahwa terdiri dari beberapa tahap dalam perancangan sistem ini. Tahap pertama yaitu tahap akuisisi citra sampai ke tahap pengenalan menggunakan Jarak Minkowski. Dalam proses basis data akan diperoleh basis data berupa nila-nilai komponen bebas. Serta nilai kompoonen bebas ini akan digunakan untuk proses identifikasi dalam tahap pengenalan. Pada tahap pengenalan ini terdapat beberapa proses yang akan dilalui oleh sebuah citra iris mata agar citra ini dapat teridentifikasi. Untuk tahap proses identifikasi ini akan menggunakan nilai komponen bebas yang telah didapatkan dari proses pelatihan dalam tahap pembuatan basis data sebelumnya. 2.2 Akuisisi dan Pengolahan Awal Citra iris yang diambil yaitu citra iris mata orang non Indonesia. Citra iris ini diperoleh dari basis data UBIRIS dalam bentuk citra berwarna dengan format JPEG ekstensi *.jpg, dan sudah diubah menjadi ukuran 200 200 piksel. Citra iris mata yang digunakan sebanyak 30 Gambar 1 Bagan umum sistem 2.3 Segmentasi Iris Mata Setelah melalui proses pengolahan awal di atas, dilakukan proses segmentasi citra iris mata. Segmentasi bertujuan untuk memilih dan memisahkan suatu objek pada citra iris mata. Pada Tugas Akhir ini tahapan segmentasi terdiri atas tapis median dan deteksi tepi Canny. Setelah proses segmentasi iris mata, dilakukan proses alihragam citra iris mata ke koordinat polar. Citra dalam koordinat polar ini yang akan diproses selanjutnya dalam proses pencirian.

TRANSIENT, VOL.3, NO. 2, JUNI 2014, ISSN: 2302-9927, 259 2.4 Tahap Ekstraksi Ciri Metode ekstraksi ciri yang digunakan adalah Independent Components Analysis. Sebelum diterapkan algoritma ICA pada iris mata, dilakukan beberapa praproses. Hal ini bertujuan untuk membuat perhitungan ICA lebuh mudah, sesuai dengan asumsi-saumsi yang dibuat dalam perkiraan ICA, yaitu bererata nol, tidak terkorelasi dan varians sama dengan satu. a. Pemusatan (centering) Praproses yang paling dasar dan dibutuhkan adalah memusatkan x, yaitu mengurangkan vektro reratanya = { } untuk membuat x mempunyai rerata no. Hal ini juga berarti s juga mempunyai rerata nol (karena =, maka { } = { } = 0 dengan adalah setelah dikurangi dengan reratanya). b. Pemutihan (Whitening) Praproses yang lain adalah untuk memutihkan variabel yang diamati. Jadi sebelum penerapan algoritma ICA dan sesudah pemusatan. Vektor yang diamati, dialihragamkan secara linear sehingga didapatkan sebuah vektor baru yang putih, yaitu komponennya tidak terkorelasi dan variansnya sama dengan satuan. Dengan kata lain, matriks kovarians dari sama dengan matriks identitas. Alihragam pemutihan ini selalu mungkin. Metode yang sering digunakan adalah dengan menggunakan dekomposisi nilai eigen ( eigenvalue decomposition EVD) dari matriks kovarians { } = (matriks kovarians karena bererata nol), dengan E adalah matriks ortogonal vektor eigen dari { } dan adalah matriks diagonal dari nilai eigennya, = (,, ). Pemutihan dapat dilakukan dengan: =...(1) Dengan = (,, ). Nilai disebut sebagai matriks whitening dan untuk mengembalikan proses disebut matriks dewhitening. Pada tahap ini, juga berguna bila dilakukan pengurangan dimensi dari data (dimensi adalah jumlah variabel x). Pengurangan dimensi ini dilakukan dengan cara mengamati nilai eigen d j dari { } dan membuang yang nilainya terlalu kecil. 2.5 Tahap Pelatihan Basis Data Tahap basis data adalah tahap untuk memperoleh nilai komponen bebas dari tiap iris mata. Untuk mendapatkan nilai komponen bebas ini harus dilakukan Pelatihan Basis Data. Setelah dilakukan pelatihan, maka basis data tersebut disimpan dalam format *.mat. Gambar 2 Contoh Basis Data yang telah disimpan 2.6 Tahap Pengenalan Tahap pengenalan adalah tahap untuk mengambil keputusan citra masukan akan dikenali atau tidak. Untuk dapat mengidentifikasi citra masukan, terlebih dahulu citra daun harus melewati beberapa proses agar dapat teridentifikasi dengan baik. Proses tersebut dimulai dengan melakukan prapengolahan, segmentasi, ekstraksi ciri dan proses identifikasi. Untuk tahap proses identifikasi dibutuhkan nilai komponen bebas. Nilai komponen bebas digunakan untuk perhitungan jarak Minkowski dan di cari jarak terdekat citra iris mata. Jarak Minkowski mempunyai koefisien = (tak hingga). (, ) = ( )...(2) Dengan: D(A,B) = Jarak Minkowski antara iris mata A dan iris mata B A = Vektor ciri citra masukan B = Vektor ciri citra basis data = Panjang vektor A dan vektor B = koefisien Minkowski 3. Hasil dan Analisis Pengujian dilakukan untuk mengetahui apakah sistem yang telah dirancang dapat bekerja dan berfungsi dengan baik sebagaimana yang diinginkan. Hal yang diteliti dalam penelitian ini adalah pengaruh jumlah citra latih, jumlah komponen bebas dan jumlah koefisien jarak Minkowski. 3.1 Pengaruh Jumlah Citra Latih Tugas Akhir ini menggunakan 30 jenis iris mata dengan 5 variasi, yang terdiri atas 60 citra untuk basis data dan 90 citra untuk citra uji. Citra didapat telah diubah dimensi sehingga berukuran 200 x 200 piksel dan berada pada aras warna Red Green Blue (RGB). Dalam pengujian ini, sistem dilatihkan menggunakan 1 dan 2 citra latih, yang terdiri 30 citra latih untuk 1 citra latih dan 60 citra latih untuk 2 citra latih. Hasil dari pengujian ini dapat dilihat pada tabel 1.

TRANSIENT, VOL.3, NO. 2, JUNI 2014, ISSN: 2302-9927, 260 Tabel 1 Hasil pengujian jumlah citra latih latih 1 1 Citra latih 58 64,44% 2 2 Citra latih 75 83,33% Tingkat pengenalan pada pengujian menggunakan 2 citra latih lebih tinggi daripada hanya menggunakan 1 citra latih, yaitu 83,33% untuk 2 citra latih dan 64,44% untuk 1 citra latih. Hal inidisebabkan variasi iris mata dari citra uji membutuhkan sejumlah citra latih dengan variasi yang mirip untuk dapat dikenali dengan baik oleh sistem pengenalan iris mata. Maka dapat disimpulkan bahwa semakin banyak variasi iris mata yang dilatihkan, kemampuan sistem pengenalan iris mata juga akan semakin tinggi. 3.2 Pengaruh jumlah komponen bebas Pada pengujian pengaruh jumlah komponen bebas, digunakan 60 citra latih dari 30 jenis iris mata yang masing-masing jenis iris mata menggunakan 2 citra iris mata dan 90 citra iris mata untuk citra uji. Hasil dari pengujian ini dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2 Hasil pengujian jumlah komponen bebas Jumlah Komponen Bebas 1 2 komponen 55 61,1% 2 6 komponen 69 76,67% 3 10 komponen 75 83,33% Berdasarkan Tabel 2, dapat diketahui bahwa masingmasing komponen bebas mempunyai tingkat pengenalan yang berbeda. Hal ini dikarenakan semakin banyak jumlah komponen bebas yang digunakan maka semakin banyak pula ciri citra mata yang didapat sehingga semakin baik pula tingkat pengenalannya. Pada penggunaan jumlah komponen bebas, yang paling besar tingkat pengenalannya adalah 10 komponen bebas yaitu sebesar 83,33%. Disusul pemakaian 6 komponen bebas sebesar 76,67%, dan terakhir yang paling rendah adalah 2 komponen bebas yaitu sebesar 61,11%. 3.3 Pengaruh jumlah koefisien Minkowski Pada pengujian ini, dilakukan variasi jumlah koefisien Minkowski. Koefisien Minkowski yang digunakan adalah 1, 2, 3, 4 dan 5. Pengujian jumlah koefisien Minkowski ini digunakan masing-masing 10 komponen bebas dengan 2 citra latih. Berikut adalah hasil dari pengujian pada koefisien Minkowski. Tabel 3 Hasil pengujian jumlah koefisien Minkowski Jumlah koefisien Minkowski 1 1 koefisen 70 77,78% 2 2 koefisien 74 82,22% 3 3 koefisien 75 83,33% 4 4 koefisien 75 83,33% 5 5 koefisien 75 83,33% Berdasarkan Tabel 3, dapat diketahui bahwa koefisien Minkowski 3, 4 dan 5 mempunyai tingkat pengenalan yang sama. Hal ini dikarenakan semakin kecilnya nilai jarak Minkowski yang dihasilkan maka semakin baik pula tingkat pengenelan iris mata. Sedangkan untuk koefisien Minkowski 1 dan 2 memiliki nilai jarak Minkowski yang besar terutama untuk jarak Minkowski 1. Pada penggunaan variasi koefisien Minkowski, yang paling besar tingkat pengenalannya adalah koefisien Minkowski 3, 4 dan 5 yaitu masing-masing sebesarsebesar 83,33%. Disusul pemakaian 2 koefisien Minkowski sebesar 82,22%, dan terakhir yang paling rendah adalah 1 koefisien Minkowski yaitu sebesar 77,78%. 4. Kesimpulan Dari hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut. 1. Tingkat pengenalan untuk jumlah komponen bebas 2, 6, dan 10 masing-masing adalah 61,1%, 76,67%, dan 83,33% untuk jumlah dua citra tersimpan pada basis data. Tingkat pengenalan paling tinggi pada penggunaan 10 komponen bebas dan tingkat pengenalan paling rendah pada penggunaan 2 komponen bebas. 2. Penggunaan sampel tersimpan sebanyak dua buah citra menghasilkan tingkat pengenalan yang lebih besar yaitu sebesar 83,33% dibandingkan dengan penggunaan satu citra tersimpan yang memiliki tingkat pengenalan sebesar 64,4%. Hal ini disebabkan oleh penggunaan sampel tersimpan yang lebih banyak, ciri-ciri yang disimpan pun lebih banyak pula. 3. Pada penggunaan variasi koefisien Minkowski 3,4 dan 5 menghasilkan tingkat pengenalan yang lebih besar yaitu sebesar 83,33% dibandingkan dengan penggunaan 1 dan 2 koefisien Minkowski yang memiliki tingkat pengenalan masing-masing sebesar 77,78% dan 82,22%. Hal ini disebabkan semakin kecilnya nilai Jarak Minkowski maka semakin baik tingkat pengenalannya. 4. Pada Penelitian ini penggunaan iris mata dalam format.jpg yang diambil dari 30 individu yang masing-masing diambil 1 sampel.

TRANSIENT, VOL.3, NO. 2, JUNI 2014, ISSN: 2302-9927, 261 Referensi [1]. Casbari, Hari, Identifikasi Iris Mata Menggunakan Analisi Komponen Bebas ( Independent Components Analysis ICA), Makalah Skripsi Universitas Universitas Diponegoro, Semarang, 2008. [2]. Hyvärinen, A. and O, Erkki, Independent Component Analysis: Algorithms and Aplications, Helsinki University of Technology, Espoo, 2000. [3]. Jain, A.K., Fundamental of Digital Image Processing, Prentice Hall, New Jersey, 1989. [4]. Kusuma, A.A., Pengenalan Iris Mata Menggunakan Pencirian Matriks Ko-Okurensi Aras Keabuan, Skripsi S-1, Universitas Diponegoro, Semarang, 2009. [5]. Masek, L., Recognition of Human Iris Pattern for Biometric Identification, The University of Western Australia, 2003. [6]. Moreno R.P. and A. Gonzaga, Features Vector For Personal Identification Based On Iris Texture, Departamento de Engenharia Elétrica - EESC USP. [7]. Munir, R., Pengolahan Citra Digital dengan Pendekatan Algoritmik, Informatika, Bandung, 2004. [8]. Putriningsih, D., Identifikasi Kelebihan Kolesterol Berdasarkan Pengamatan Citra Iris Mata, Skripsi S-1, Universitas Diponegoro, 2007. [9]. Putra, Darma., Pengolahan Citra Digital, Yogyakarta, 2010. [10]. Rahmawati, Indah., Pemampatan Citra Digital Dengan Wavelet Paket, Skripsi S-1, Universitas Diponegoro, 2007. [11]. Wijayanto, W.S., Identifikasi Iris Mata dengan Tapis Gabor Wavelet dan Jaringan Syaraf Tiruan Learning Vector Quantization (LVQ), Skripsi S-1, Universitas Diponegoro, Semarang, 2005. [12]. Wisana, I.Dewa., Model Identifikasi Isyarat ECG Berbasis Wavelet, Disertasi S-3 UGM, Yogyakarta, 2010. [13]. ---, Image Processing Toolbox for User's with MATLAB, User's Guide Version 3, The Mathwork Inc, 2001.