BAB I PENDAHULUAN. manusia. Bijaou (Hurlock, 1980: 5) menjelaskan bahwa usia 2-5 tahun merupakan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa awal kanak-kanak merupakan masa yang penting dalam kehidupan

Pendidikan TPA/ KB. Eka Sapti C

PENDIDIKAN TPA & KB. Martha Christianti

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usia anak-anak merupakan hal yang penting untuk diperhatikan, karena

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Artinya, pendidikan diharapkan dapat membuat manusia menyadari

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. tersebut sangat menentukan bagi anak untuk mengembangkan seluruh. potensinya. Berdasarkan kajian dalam Ernawulan Syaodih dan Mubiar

BAB I PENDAHULUAN. dalam perwujudan diri individu terutama bagi pembangunan bangsa dan Negara.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu kunci utama dalam perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan sumber daya manusia menuju era globalisasi. Suatu era yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Maya Juariah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tahun-tahun pertama kehidupan anak atau yang sering dikenal dengan

I. PENDAHULUAN. berkualitas. Menurut Undang-undang Sisdiknas, Pendidikan adalah usaha

BAB I PENDAHULUAN. pilar yaitu, learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara

BAB I PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul merupakan aset yang paling berharga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai usia enam

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PLAYDOUGH TERHADAP KEMAMPUAN MOTORIK HALUS PADA ANAK KELOMPOK A

BAB I PENDAHULUAN. Anak Usia Dini menurut NAEYC (National Association Educational

KONSEP DASAR PENDIDIKAN PAUD. Oleh: Fitta Ummaya Santi

BAB I PENDAHULUAN. (Pasal 1 UU Sisdiknas No.20 Tahun 2003). Dari bagian-bagian itu tidak

PERAN PEMERINTAH DALAM PENGEMBANGAN PAUD DI INDONESIA. Annisa Meitasari Wahyono

BAB I PENDAHULUAN. yaitu TPA, Playgroup dan PAUD sejenis (Posyandu). Pendidikan formal yaitu. Taman Kanak-kanak (TK) maupun Raudhatul Athfal (RA).

BAB I PENDAHULUAN. oleh mutu pendidikan dari bangsa itu sendiri. Pendidikan yang tinggi akan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam UU RI NO.20 TH 2003 adalah:

BAB I PENDAHULUAN. adalah mempersiapkan anak dengan memperkenalkan berbagai pengetahuan, sikap/prilaku,

BAB I PENDAHULUAN. Usia dini merupakan masa keemasan atau golden age (Slamet. Suyanto, 2005: 6). Oleh karena itu pendidikan pada masa ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PERBEDAAN KEMATANGAN SOSIAL ANAK DITINJAU DARI KEIKUTSERTAAN PENDIDIKAN PRASEKOLAH (PLAYGROUP)

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN TAMAN KANAK-KANAK BERDASARKAN MINAT ANAK (Studi Kasus di TK Negeri Pembina Surakarta) T E S I S.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kebutuhan anak usia dini terlayani sesuai dengan masa. perkembangannya. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kurikulum Taman Kanak-Kanak (TK) dan Raudatul Athfal (RA)

BAB I PENDAHULUAN. jamak (multiple intelegence) maupun kecerdasan spiritual. yaitu usia 1-6 tahun merupakan masa keemasan (golden age), yang pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan di Indonesia sangat berkembang pesat. Pemerintah

UPAYA MENINGKATKAN KECERDASAN EMOSIONAL ANAK USIA DINI MELALUI METODE OUT BOND DI KELOMPOK BERMAIN PUTRA BANGSA PASUNGAN, CEPER, KLATEN TAHUN AJARAN

BAB I PENDAHULUAN. terhadap apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Anak seolah-olah tidak

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini merupakan pendidikan yang dimulai dari usia

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya fitrah yang suci. Sebagaimana pendapat Chotib (2000: 9.2) bahwa

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

BAB I PENDAHULUAN. karakter dan kepribadian anak. Berdasarkan Undang - undang Sistem. Pendidikan Nasional NO.20 Tahun 2003 BAB I ayat 14, menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. dimana seorang anak akan mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kemungkinan, menghasilkan strategi dan berfantasi. 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGARUH PERMAINAN PETAK UMPET TERHADAP KEMAMPUAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Republik Indonesia No 20 tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang diberikan oleh. anak perlu diberi stimulasi yang optimal melalui pendidikan.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANTAENG TAHUN 2015 NOMOR 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTAENG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 27, pendidikan merupakan hak setiap warga negara Indonesia dimana

BAB I PENDAHULUAN. (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak

BAB I PENDAHULUAN. kesiapan dalam memasuki pendidikan yang lebih tinggi. yang di selenggarakan di lingkungan keluarga.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fifi Nurshifa Budiarti, 2016 Studi Implementasi Kurikulum 2013 PAUD di TK Negeri Pembina Se Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak usia dini merupakan manusia yang memiliki karakteristik yang

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU - PAUD JURUSAN PEDAGOGIK FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang secara terminologi disebut sebagai anak usia pra-sekolah. Usia demikian

BAB I PENDAHULUAN. pesat dan mendapat perhatian yang luar biasa terutama di negara-negara maju,

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan lebih lanjut (UU Sisdiknas, bab I pasal I butir 4).

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan Metode Pembiasaan Dalam Menumbuhkan Karakter Kemandirian Anak Usia Dini 5-6 Tahun Di Lingkugan Keluarga

BAB I PENDAHULUAN. usia ini merupakan usia emas (golden age) yang merupakan masa peka dan

BAB I. Pendahuluan. usia tersebut otak anak tidak mendapat rangsangan yang maksimal, maka potensi otak anak

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar (SD) merupakan jenjang pendidikan formal pertama dan

BAB I PENDAHULUAN. bayi, balita hingga masa kanak-kanak. Kebutuhan atau dorongan internal

WALIKOTA SOLOK PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA SOLOK NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG

PENGARUH JENJANG PENDIDIKAN ORANG TUA TERHADAP PERSEPSI TENTANG PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DI DESA GEMOLONG KECAMATAN GEMOLONG KABUPATEN SRAGEN TAHUN

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD) DI KABUPATEN ACEH TIMUR

BAB I PENDAHALUAN. Pendidikan Anak Usia Dini Taman Kanak-kanak merupakan. sekarang ini, salah satu upaya ke arah tersebut adalah Pendidikan Anak Usia

Pendidikan Dasar Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah.

UPAYA MENGEMBANGKAN KREATIVITAS ANAK MELALUI ALAT PERMAINAN EDUKATIF PADA SISWA KELOMPOK A TK ISLAM MARDI SIWI PAJANG LAWEYAN SURAKARTA TAHUN AJARAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SENTRA BALOK DI PAUD ISLAM MAKARIMA KARTASURA TAHUN AJARAN 2013/2014

PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal tersebut akan dapat tercapai jika

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan harkat martabat manusia. Pendidikan akan menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum

2016 TAMAN KANAK-KANAK DAN SEKOLAH DASAR TERPADU TEMA: ARSITEKTUR BERMAIN

BAB I PENDAHULUAN. investasi yang sangat penting bagi sumber daya manusia yang berkualitas. kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

BAB I PENDAHULUAN. Usia dini merupakan masa keemasan (golden age), oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.2 Menurut PP No.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), saat ini sedang mendapat perhatian

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pasal 28 menyatakan bahwa: (1) Pendidikan Anak Usia Dini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. E. Mulyasa, Manajemen PAUD, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2014, hlm

Undang-undang No. 20 Tahun 2003 sebagai Bibit Perkembangan PAUD di Indonesia. Mela Nugradini

BAB I PENDAHULUAN. ada dijalur pendidikan formal. Pendidikan prasekolah adalah pendidikan untuk membantu

BUPATI ALOR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No.20 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi sosial yang diakselerasi dengan perkembangan ilmu pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. Slamet Rahardjo, Strategi Pembelajaran Musik Anak Usia Dini, CeHa Graphics, Salatiga, 2006, hlm. 1. 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Grafik 1.1 Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Usia, 2014 (ribu orang)

BAB I PENDAHULUAN. keturunan dan dapat berguna bagi nusa dan bangsa di kemudian hari. Oleh

KEMAMPUAN BACA-TULIS SEBAGAI SYARAT MASUK SD

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU - PAUD JURUSAN PEDAGOGIK FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa awal kanak-kanak merupakan masa yang penting dalam kehidupan manusia. Bijaou (Hurlock, 1980: 5) menjelaskan bahwa usia 2-5 tahun merupakan salah satu tahapan perkembangan penting. Menurut Nurihsan dan Mubiar (2011), pada periode ini diletakan dasar struktur perilaku yang kompleks pada diri anak yang akan menetap pada perkembangan selanjutnya. Menurut dr. Herbowo AF Soetomenggolo (Sutoto, 2008), kemampuan anak akan berkembang jika mendapatkan stimulasi yang baik. Selama delapan tahun awal kehidupan manusia yang disebut sebagai the golden age (masa keemasan) merupakan masa penting dalam merangsang pertumbuhan otak anak agar anak dapat bekembang secara optimal. Selain itu, penelitian menunjukan bahwa perkembangan kecerdasan anak 50% dicapai pada usia 4 tahun, 80 persen pada usia 8 tahun, dan 100 persen pada usia 18 tahun (Sutoto, 2008). Stimulasi yang didapat anak di lembaga PAUD akan sangat berguna bagi pengalaman belajarnya di tingkatan selanjutnya seperti di Sekolah Dasar (SD). Sesuai dengan pendapat Papalia (1975) yang mengemukakan bahwa pengalaman pendidikan pada usia dini dapat memberikan kesan yang lebih mendalam, bertahan lama terhadap pengalaman pendidikan selanjutnya.

2 Stimulasi sejak awal telah diberikan kepada anak mulai dari lingkungan terkecilnya yaitu keluarga. Orang tua sejak awal berperan dalam membesarkan dan mendidik anaknya. Pada awalnya, orang tua mengajarkan kemampuan dasar antara lain dalam mengajarkan anak berbicara dan berjalan. Selanjutnya, orang tua melatih anak dalam hal keterampilan mengurus diri, sopan santun, nilai-nilai dan mengenal berbagai hal di sekelilingnya. Selain pendidikan di lingkungan keluarga, stimulasi bagi anak juga dapat diperoleh dalam lingkungan yang lebih luas. Di Indonesia, pendidikan anak usia dini (PAUD) diatur dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) Nomor 20 Tahun 2003. Dalam UU Sisdiknas pada bagian ke tujuh pasal 28 ayat 1 dan 2 dijelaskan bahwa PAUD merupakan pendidikan yang diberikan kepada anak-anak sebelum mengikuti jenjang pendidikan dasar. PAUD dapat diselenggarakan melalui jalur formal, nonformal, dan/atau informal. Di jalur formal, PAUD diselenggarakan dalam bentuk taman kanak-kanak (TK), raudhatul athfal (RA), atau bentuk lain yang sederajat. Sedangkan pada jalur pendidikan nornformal berbentuk kelompok bermain (KB), taman penitipan anak (TPA), atau bentuk lain yang sederajat. Terakhir, pada jalur informal, PAUD berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan lingkungan.

3 Program PAUD di Indonesia memiliki daya tarik bagi para orang tua yang memiliki anak/balita. Orang tua yang mendapatkan informasi pentingnya masa kanak-kanak tersebut berupaya memberikan pendidikan dan stimulasi yang terbaik sejak dini agar anaknya memiliki dasar dan bekal dalam menghadapi proses perkembangan pada periode yang akan datang. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan mengikutsertakan anaknya pada lembaga pendidikan untuk anak-anak seperti play group (taman bermain), Taman Kanak-kanak (TK), dan lembaga pendidikan sejenis lainnya. Di Indonesia, Jumlah lembaga PAUD semakin meningkat. Di Tanggerang misalnya, Dinas Pendidikan di Tanggerang Selatan harus menandatangani verifikasi izin pendirian PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) setiap minggunya. Hal ini terjadi karena peningkatan angka partisipasi PAUD bagi warga kalangan menengah ke bawah dengan peningkatan sekitar 20-30% (Pos Kota, 2011). Kebutuhan akan PAUD di Indonesia masih belum terpenuhi. Data tim Education for All Tahun 2001 menunjukan bahwa 28% anak usia 0-4 Tahun yang terlayani program PAUD dan 72% lainnya belum terlayani. Sedangkan pada anak usia 4-6 tahun, 36,6% telah terlayani, dan 63,4% belum terlayani (Suryani, 2007).

4 Tingginya prosentase anak usia dini yang belum terlayani PAUD di Indonesia disebabkan adanya perbedaan kondisi sosioekonomi. Suatu penelitian oleh Crosnoe, Wirth, Robert, Tama, Kim (2010) mencoba merunut asal sejumlah sumber potensi dan tipe stimulasi dini yang berpengaruh pada kemampuan membaca dan matematika. Hasil penelitian menunjukan bahwa kondisi sosioekonomi mengakibatkan terjadinya berbagai bentuk stimulasi dini dan merupakan salah satu perantara yang mungkin mempengaruhi pemberian stimulasi dini. Hasil penelitian tersebut juga menunjukan bahwa anak-anak dengan kondisi sosioekonomi tinggi memiliki kesempatan untuk memperoleh stimulasi yang mendukung dalam kegiatan belajar. Selain di rumah, anak-anak dengan kondisi sosioekonomi tinggi memperoleh stimulasi di beberapa tempat, antara lain di rumah, di tempat penitipan anak, dan di sekolah. Sedangkan anak dengan kondisi sosioekonomi rendah cenderung hanya mendapatkan PAUD di lirumah oleh orang tua saja tanpa mengdapatkan program lainnya, misalnya Taman Kanak-kanak (TK).

5 Kondisi sosioekonomi keluarga yang rendah juga dapat memberikan gambaran latar belakang pendidikan orang tua. Latar belakang pendidikan orang tua akan juga menentukan bagaimana pengasuhan dan pembentukan situasi rumah tangga yang mendukung perkembangan kognitif anak (Doorninck, Bettye, Charlene, William, 1981). Anak dengan orang tua yang tidak memiliki latar belakang pendidikan yang baik cenderung membutuhkan bantuan dalam memperkaya stimulasi terhadap anaknya. Salah satu caranya adalah dengan mengikutkan anaknya pada lembaga PAUD seperti TK. Pengalaman yang didapatkan anak pada saat mengikuti TK juga berkontribusi terhadap kemampuan beradaptasi anak. Dengan kata lain, pengalaman yang didapatkan anak saat di TK berpengaruh terhadap kemampuan anak dalam menghadapi masa transisi menuju tingkat pendidikan selanjutnya. Hal ini sejalan dengan pendapat Ladd (Papalia, 2008) bahwa anak dengan pengalaman sekolah yang panjang cenderung lebih mudah beradaptasi di taman kanak-kanak dibandingkan mereka yang hanya sebentar atau tidak pernah sama sekali merasakan pra sekolah. Suatu studi dilakukan pada anak-anak sekolah dasar lewat tes prestasi yang dilakukan oleh The Beginning School Study (BSS). Hasilnya menunjukkan bahwa anak-anak yang mengikuti taman kanak-kanak full day mendapatkan prestasi dan angka yang lebih tinggi dalam membaca dan matematika pada awal tingkat pertama dibandingkan mereka yang hanya mengikuti taman kanak-kanak setengah hari atau malah tidak sama sekali (Papalia, 2008).

6 Hal ini berarti pengalaman di TK menyebabkan perbedaan prestasi anak pada jenjang pendidikan selanjutnya, yaitu sekolah dasar. Begitu pula halnya dengan siswa yang sekolah di SD Miftahul Iman, Bandung. Menurut hasil wawancara dengan guru kelas 1 mengemukakan bahwa pengalaman anak mengikuti program PAUD formal seperti TK membantu anak lebih mudah dan lebih siap untuk mengikuti aktivitas belajar di sekolah. Salah satu gambaran siswa yang berasal dari TK sudah bisa memegang pensil dengan baik. Berbeda dengan anak yang tidak mengikuti TK, guru harus memperkenalkan, memberitahu, melatih dan membiasakan cara memegang pensil dengan benar supaya anak memiliki kemampuan dasar untuk menulis. Selain itu, seluruh anak yang mengikuti program PAUD formal seperti TK pada umumnya sudah mampu membaca dan menulis. Kemampuan membaca dan menulis tersebut menyebabkan anak lebih cepat dalam menangkap pelajaran di kelas sehingga nilai yang diperoleh lebih baik. Menurut Alesander (Papalia, 2008), prestasi baik yang didapat anak pada tingkat pertama dapat mempengaruhi keseluruhan karier sekolah, setidaknya sampai tingkat ke empat. Hal tersebut karena keberhasilan di tahun pertama sekolah membuat anak memiliki perasaan yang baik di kelas sehingga akan membentuk kebiasaan yang baik dan cenderung berupaya menunjukan performa yang bertahan.

7 Selain hal-hal positif yang diperoleh dalam mengikuti TK terdapat perbedaan pandangan mengenai penting tidaknya PAUD formal, terutama yang berorientasi akademis. Di satu sisi, PAUD berkontribusi terhadap kemampuan anak beradaptasi dengan situasi belajar di sekolah. Sebuah pendapat yang berlainan terjadi di Denmark. Penduduk di Denmark mengikuti pelajaran membaca dan pendekatan pengalaman bahasa serta mengikuti pelajaran formal mulai usia 7 tahun. Hasilnya, jumlah buta huruf di Denmark 0%. Sebaliknya, di Perancis, pelajaran membaca dan pelajaran formal dimulai pada usia 5 tahun. Hasilnya, 30% anak mengalami kesulitan membaca. Penelitian ini menunjukan bahwa pendidikan yang diberikan sejak dini, terutama yang berorientasi akademik tidak memberikan kontribusi positif terhadap anak. Penelitian lain yang dilakukan Harsch Pasech (Santrock, 2003) menunjukan bahwa pendidikan pada masa awal kanak-kanak tidak memberikan manfaat atau kelebihan, melainkan memberi pengaruh negatif yang membahayakan, terutama tingkat kecemasan yang lebih tinggi terhadap ujian, kurang kreatif, dan kurang positif terhadap sekolah. Hal ini terutama terjadi pada TK yang berorientasi akademik tinggi.

8 Beberapa fenomena di atas menunjukan pengaruh PAUD formal dari sisi positif dan sisi negatifnya. Ada juga yang berpendapat bahwa pengaruh PAUD terbatas pada jenjang tertentu saja. Penelitian di Harvard pada tahun 2008 menunjukan hasil bahwa anak dengan kondisi sosioekonomi rendah namun mendapatkan pengalaman PAUD yang berkualitas baik dapat menunjukan efek positif pada pengalaman belajarnya,di sekolah, terutama pada pelajaran membaca dan matematika dan dapat bertahan pengaruhnya setidaknya sampai kelas 5 SD (Berry, 2009). Sedangkan di Indonesia, terdapat perbedaan model kurikulum pada jenjang SD. Pada kelas 1 sampai dengan 3 SD, model kurikulum yang digunakan adalah model tematik. Model ini memiliki karakteristik berpusat pada anak, memberikan pengalaman langsung kepada siswa, hasil pembelajaran sesuai dengan minat siswa, dan disusun sedemikian rupa dengan menggunakan prinsip bermain sambil belajar. Model ini juga tidak begitu jelas menunjukan adanya pemisah antar mata pelajaran satu dengan lainnya (Khairuddin, tanpa tahun). Salah satu alasan model tematik digunakan pada kelas awal sekolah dasar adalah karena tidak semua siswa memiliki pengalaman prasekolah. Maka, model tematik diterapkan untuk menjembatani kesenjangan kemampuan antara anak yang mengikuti prasekolah dan yang tidak. Sedangkan bagi anak yang mengikuti program prasekolah, model tematik ini akan sangat membentu karena prinsipprinsipnya sesuai dengan pembelajaran saat di taman kanak-kanak (Hesti 2008).

9 Pada saat kelas 4 model kurikulum tematik tidak lagi diterapkan. Siswa mulai dihadapkan pada pengalaman belajar yang berbeda dengan pengalaman prasekolahnya. Apabila pada saat kelas 1 sampai dengan kelas 3 pengalaman prasekolah akan berpengaruh, maka di kelas 4 dengan model kurikulum yang berbeda maka pengaruh pengalaman prasekolah terhadap prestasi belajar mungkin akan berbeda. Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh pengalaman PAUD terhadap prestasi belajar siswa pada kelas 1 sampai dengan 4 Sekolah Dasar SD. B. Rumusan Masalah Stimulasi dini sangat bermanfaat bagi anak-anak terutama yang berasal dari keluarga dengan status sosioekonomi menengah ke bawah. Anak-anak yang tidak mendapatkan cukup stimulasi di rumahnya, mendapatkan stimulasi yang diperlukan di Program PAUD formal seperti TK. Namun, kenyataannya tidak semua anak dengan status sosioekonomi menengah ke bawah diikutsertakan di TK. Padahal, pengalaman di TK dapat memberikan kontribusi positif pada anak saat memasuki jenjang pendidikan selanjutnya di Sekolah Dasar. Salah satu kontribusinya adalah pada prestasi belajar yang leih baik. Namun, ada juga pendapat yang menyebutkan bahwa kontribusi yang diperoleh dari pengalaman PAUD pada prestasi belajar di SD hanya bertahan terbatas pada jenjang tertentu saja.

10 Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti merumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut: 1. Apakah pengalaman PAUD berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa dari kelas 1 sampai dengan Kelas 4 SD? 2. Apakah kondisi sosioekonomi dan kemampuan membaca dan menulis saat kelas 1 ikut berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa? 3. Apakah dengan mengontrol tingkat pendidikan orang tua, penghasilan orang tua dan kemampuan membaca dan menulis saat kelas 1 pengalaman PAUD berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa dengan kondisi sosioekonomi tertentu? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi dan pemahaman mengenai pengaruh pengalaman PAUD terhadap prestasi belajar siswa. 2. Tujuan Khusus Tujuan khusus dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui gambaran umum pengaruh pengalaman PAUD terhadap prestasi belajar siswa dari kelas 1 sampai dengan Kelas 4 SD. 2. Mengetahui gambaran umum pengaruh kondisi sosioekonomi terhadap prestasi belajar siswa dari kelas 1 sampai dengan Kelas 4 SD.

11 3. Mengetahui gambaran umum pengaruh pengalaman PAUD terhadap prestasi belajar pada siswa dari kondisi sosioekonomi tertentu. D. Manfaat Penelitian 1. Kegunaan Teoritis Secara teoritis kegunaan dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan informasi mengenai pengaruh pengalaman PAUD terhadap prestasi belajar siswa, serta sebagai referensi tambahan bagi literatur keilmuan, terutama di bidang kajian psikologi. 2. Kegunaan Praktis Secara praktis, kegunaan dari hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi: a. Peneliti lain, dapat dijadikan bahan referensi untuk penelitian yang sejenis dengan penelitian ini. b. Orang tua dapat mendapat gambaran secara umum pengaruh pengalaman PAUD terhadap prestasi belajar siswa, dan memberikan gambaran mengenai pentingnya pemberian stimulasi yang tepat bagi putra-putrinya sehingga kelak mendukung kemampuannya di sekolah.

12 E. Hipotesis Penelitian Terdapat beberapa hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini. Secara rinci, seluruh hipotesis akan disajikan pada BAB III. Sebagai rumusan permasalahan yang utama, hipotesis penelitian yang diajukan adalah: H 0 : Pengalaman PAUD tidak berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar siswa saat kelas 1 sampai dengan kelas 4 Ha: Pengalaman PAUD berpengaruh signifikan terhadap prestasi belajar siswa saat kelas 1 sampai dengan kelas 4 Pengujian hipotesis menggunakan uji Kruskal-Wallis yang merupakan tes statistik non-parametrik untuk menguji hipotesis sampel independen. Untuk menguji signifikansi perbedaan prestasi diantara setiap kelompok, maka setiap hipotesis penelitian akan diuji dengan dasar pengambilan keputusan berdasarkan probabilitas: Terima H 0 jika probabilitas > 0,05 Tolak H 0 jika probabilitas < 0,05.

13 F. Metodologi Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan rancangan ex post facto. Penelitian ex post facto adalah satu penelitian yang digunakan untuk meneliti peristiwa yang telah terjadi, kemudian melihat ke belakang untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat menimbulkan kejadian tersebut (Sugiyono, 1997). Untuk melihat pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat, maka peneliti menggunakan perhitungan statistik non-parametrik dengan teknik analisis uji komparatif sampel independen Kruskal Wallis dan Mann Whitney. Untuk variabel dengan lebih dari dua kategori seperti pengalaman PAUD, tingkat pendidikan ayah dan ibu dan penghasilan orang tua setiap bulan, digunakan teknik analisis Kruskal Wallis. Sedangkan variabel kemampuan membaca dan menulis saat kelas 1 dianalisis dengan teknik analisis uji Mann Whitney. Metode pengumpulan data pada penelitian ini adalah melalui studi dokumentasi dan angket. Studi dokumentasi ditunjukan untuk memperoleh data langsung dari tempat penelitian, meliputi buku-buku yang relevan, peraturanperaturan, laporan kegiatan, foto-foto, film dokumenter, atau data lain yang relevan bagi penelitian (Akdon dan Sahlan, 2005). Dokumen yang digunakan adalah nilai rapor siswa semester 2. Sedangkan variabel pengalaman PAUD, pengumpulan data dilakukan dengan angket yang berisi sejumlah pertanyaan terkait pengalaman PAUD dan latar belakang pendidikan dan pekerjaan orang tua siswa.

14 G. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas 4 SD Miftahul Iman Yang berlokasi di Jln. Negla Utara No. 179/171 A RT 05 RW 04 Kelurahan Isola Kecamatan Sukasari Bandung. dengan menggunakan teknik purpossive sampling, ditentukan beberapa karakteristik yang harus dipenuhi, yaitu: 1. Memiliki nilai raport dari kelas 1 sampai dengan kelas 4 2. Bersekolah di SD Miftahul Iman mulai dari kelas 1 sampai dengan kelas 4 3. Tinggal bersama kedua orang tua. Dari Populasi sebanyak 31 siswa, yang memenuhi karakteristik sampel pada penelitian ini adalah 25 siswa. Sebanyak enam siswa merupakan siswa pindahan sehingga tidak disertakan sebagai sampel pada penelitian ini.