Kejutan suhu pada penetasan telur dan sintasan hidup larva ikan lele. Clarias gariepinus)

dokumen-dokumen yang mirip
Yunus Ayer*, Joppy Mudeng**, Hengky Sinjal**

Pengaruh ovaprim, aromatase inhibitor, dan hipofisa terhadap kualitas telur ikan Lele Dumbo (Clarias gariepinus)

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dan Pengembangan Budidaya Ikan Hias, Depok Jawa Barat.

(The effect of feed combination on growth and survival of catfish larvae, Clarias gariepinus)

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pengaruh penggunaan substrat yang berbeda terhadap daya tetas telur dan sintasan hidup larva ikan lele sangkuriang (Clarias sp)

II. METODOLOGI. a) b) Gambar 1 a) Ikan nilem hijau ; b) ikan nilem were.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Teknik Pemijahan ikan lele sangkuriang dilakukan yaitu dengan memelihara induk

PENGARUH SALINITAS YANG BERBEDA TERHADAP DAYA TETAS TELUR IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus)

Efektifitas ovaprim terhadap lama waktu pemijahan, daya tetas telur dan sintasan larva ikan lele dumbo, Clarias gariepinus

BAB III BAHAN DAN METODE. 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di PT. Peta Akuarium, Bandung pada bulan April hingga Mei 2013.

PEMBERIAN PAKAN YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN KELANGSUNGAN HIDUP BENIH IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus) ABSTRAK

Sintasan Dan Pertumbuhan Larva Ikan Ikan Lele (Clarias sp) Hasil Penetasan Telur Melalui Penambahan Madu Dalam Pengenceran Sperma

METODE PENELITIAN. Budidaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

Evaluasi kualitas, kuantitas telur dan larva ikan patin siam (Pangasianodon hiphopthalmus) dengan penambahan ovaprim dosis berbeda

Pengaruh perendaman dosis hormon methyl testosteron berbeda terhadap sintasan hidup dan pertumbuhan larva ikan nila, Oreochromis niloticus

PENGARUH PADAT TEBAR TINGGI DENGAN PENGUNAAN NITROBACTER TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN LELE (Clarias sp.) FENLYA MEITHA PASARIBU

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksananakan pada bulan Juli September 2013 di

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga. Pendahuluan

THE EFFECT OF IMPLANTATION ESTRADIOL-17β FOR FERTILITY, HATCHING RATE AND SURVIVAL RATE OF GREEN CATFISH (Mystus nemurus CV)

Pengaruh Lanjut Suhu pada Penetasan Telur terhadap Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Benih Ikan Baung (Hemibagrus nemurus).

Deskripsi. METODA PRODUKSI MASSAL BENIH IKAN HIAS MANDARIN (Synchiropus splendidus)

TEKNIK PRODUKSI INDUK BETINA IKAN NILA. T. Yuniarti, Sofi Hanif, Teguh Prayoga, Suroso

Efektivitas Suplemen Herbal Terhadap Pertumbuhan dan Kululushidupan Benih Ikan Lele (Clarias sp.)

PERGANTIAN PAKAN TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN PANJANG LARVA IKAN SEPAT COLISA (Trichogaster lalius)

EMBRIOGENESIS IKAN SYNODONTIS Synodontis eupterus (Boulenger, 1901) Disusun oleh :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus var) menurut Kordi, (2010) adalah. Subordo : Siluroidae

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Derajat Kelangsungan Hidup (SR) Perlakuan Perendaman (%)

Afriansyah Nugraha*, Yuli Andriani**, Yuniar Mulyani**

Pengaruh Fluktuasi Suhu Air Terhadap Daya Tetas Telur dan Kelulushidupan Larva Gurami (Osphronemus goramy)

III. BAHAN DAN METODE

Sri Yuningsih Noor 1 dan Rano Pakaya Mahasiswa Program Studi Perikanan dan Kelautan. Abstract

OPTIMASI DOSIS YANG BERBEDA TERHADAP DAYA TETAS

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Mei sampai Bulan Juli 2013

Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia, 1(1) :14-22 (2013) ISSN :

Pengaruh Pemberian Dosis Pakan Otohime yang Berbeda terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Kerapu Bebek di BPBILP Lamu Kabupaten Boalemo

Wisnu Prabowo C SKRIPSI

PENGARUH UMUR LARVA IKAN NILA (OREOCHROMIS NILOTICUS) TERHADAP TINGKAT KEBERHASILAN PEMBENTUKAN SEL KELAMIN JANTAN RINDHIRA HUMAIRANI Z¹, ERLITA¹

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Kodok Lembu (Rana catesbeiana Shaw) kelas benih sebar

Respon Tingkat Kepadatan Telur Ikan Gurami (Osphronemus Gouramy. Lac. ) Yang Berbeda Terhadap Daya Tetas Telur 1

BAB 3 METODE PENELITIAN

II. BAHAN DAN METODE

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Sejarah Perusahaan 5.2. Struktur Organisasi

PENGARUH SUBTITUSI PARSIAL TEPUNG IKAN DENGAN TEPUNG TULANG TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN LELE SANGKURIANG (Clarias gariepinus.

PENGARUH INSEKTISIDA ORGANOKLORIN DIKOFOL TERHADAP DAYA TETAS TELUR IKAN LELE (Clarias gariepinus L.)

PERUBAHAN RESPON PAKAN PADA IKAN MAS KOKI (Carasias auratus) DENGAN RANSANGAN WARNA LAMPU

BAHAN DAN METODE. 3.1 Waktu dan tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2009 di Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Jambi.

Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3, No. 4, Desember 2012: ISSN :

BAHAN DAN METODE. Tabel 1. Subset penelitian faktorial induksi rematurasi ikan patin

BAB III BAHAN DAN METODE

Produksi benih ikan patin jambal (Pangasius djambal) kelas benih sebar

PENGARUH PEMBERIAN LAMA WAKTU KEJUTAN SUHU TERHADAP TINGKAT KEBERHASILAN GINOGENESIS IKAN KOI (Cyprinus carpio)

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi induk ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C.fuscus) kelas induk pokok (Parent Stock)

Tingkat pertumbuhan dan kelangsungan hidup larva ikan bawal air tawar (Collosoma sp.) dengan laju debit air berbeda pada sistem resirkulasi

3 METODOLOGI PENELITIAN

Teknik Budidaya Lobster (Cherax quadricarinatus) Air Tawar di Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Tatelu

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

PENGARUH LAMA WAKTU PEMBERIAN KEJUTAN DINGIN PADA PEMBENTUKAN INDIVIDU TRIPLOID IKAN PATIN (Pangasius sp)

BAB III BAHAN DAN METODE

PENGGUNAAN TEPUNG ONGGOK SINGKONG YANG DIFERMENTASI DENGAN Rhizopus sp. SEBAGAI BAHAN BAKU PAKAN IKAN NILA MERAH (Oreochromis niloticus) ABSTRAK

PENGARUH FOTOPERIODE TERHADAP PERTUMBUHAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus) ABSTRAK

APLIKASI PAKAN BUATAN UNTUK PEMIJAHAN INDUK IKAN MANDARIN (Synchiropus splendidus)

VARIASI PADAT PENEBARAN TERHADAP PERTUMBUHAN BENIH IKAN LELE SANGKURIANG (Clarias sp) YANG DIPELIHARA DALAM HAPA

PENGARUH KEJUTAN SUHU PANAS DAN LAMA WAKTU SETELAH PEMBUAHAN TERHADAP DAYA TETAS DAN ABNORMALITAS LARVA IKAN NILA (Oreochromis niloticus)

PENGARUH SUBSTRAT YANG BERBEDA TERHADAP TINGKAT PENETASAN TELUR (Hatching Rate) IKAN PATIN (Pangasius pangasius)


HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. larva. Kolam pemijahan yang digunakan yaitu terbuat dari tembok sehingga

II. TINJAUAN PUSTAKA. perkawinan. Proses perkawinan biasanya terjadi pada malam hari atau menjelang

III. BAHAN DAN METODE

V. SIMPULAN DAN SARAN. dan kelangsungan hidup larva ikan patin siam (Pangasius hypopthalmus Ham.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 03 Februari sampai dengan 17

BAHAN DAN METODE. Percobaan 1. Pengaruh pemberian bahan aromatase inhibitor pada tiga genotipe ikan nila sampai tahap pendederan.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

ARTIFICIAL SUBSTRATES INCREASED SURVIVAL AND GROWTH OF HYBRID CATFISH (Clarias gariepinus and C. macrocephalus)

S. Mulyati, M. Zairin Jr., dan M. M. Raswin

3.KUALITAS TELUR IKAN

1) Staf Pengajar pada Prog. Studi. Budidaya Perairan, Fakultas

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Pembesaran Benih Ikan Sidat dengan Jenis Pakan yang Berbeda

Pematangan Gonad di kolam tanah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Nike: Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. Volume 3, Nomor 1, Maret 2015

ORGANOGENESIS DAN PERKEMBANGAN AWAL IKAN Corydoras panda. Organogenesis and Development of Corydoras panda in Early Stage

PENGARUH PERBEDAAN SUHU TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN BUJUK (Channa lucius Cuvier)

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan selama dua bulan pada bulan September-Oktober 2013,

PENGARUH TEKNIK ADAPTASI SALINITAS TERHADAP KELANGSUNGAN HIDUP DAN PERTUMBUHAN BENIH IKAN PATIN, Pangasius sp.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Pengaruh Pemberian Viterna Plus dengan Dosis Berbeda pada Pakan terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Lele Sangkuriang di Balai Benih Ikan Kota Gorontalo

282 Jurnal Perikanan (J. FISH. Sci) X (2) : ISSN:

PERBANDINGAN INDUK JANTAN DAN BETINA TERHADAP KEBERHASILAN PEMBUAHAN DAN DAYA TETAS TELUR IKAN JELAWAT (Leptobarbus hoevenii)

Penambahan Madu Dalam Pengenceran Sperma untuk Meningkatkan Motilitas, Fertilisasi dan Daya Tetas Telur Ikan Mas (Cyprinus carpio L)

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Bumirestu, Kecamatan Palas, Kabupaten

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PETUNJUK PRAKTIKUM TEKNOLOGI PEMBENIHAN IKAN TEKNOLOGI PEMIJAHAN IKAN DENGAN CARA BUATAN (INDUCE BREEDING)

bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN A. Materi 1. Materi Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Angki Ismayadi, Rosmawati, Mulyana Jurusan Perikanan, Fakultas Pertanian, Universitas Djuanda Bogor

Transkripsi:

Kejutan suhu pada penetasan telur dan sintasan hidup larva ikan lele (Clarias gariepinus) (Temperature shock on egg hatching and survival rate of catfish larvae, Clarias gariepinus) Christo V. S. Aer 1, Winda M. Mingkid 2, Ockstan J. Kalesaran 2 2) 1) Mahasiswa Program Studi Budidaya Perairan FPIK UNSRAT Manado Staf pengajar pada Program Studi Budidaya Perairan FPIK UNSRAT Manado Email : wmingkid@gmail.com Abstract The aim of this study was determine the effect of temperature shock on hatching capability of the catfish eggs and its larval survivals.the study was conducted at the Board of Freshwater Aquaculture (BBAT ) in Tatelu Dimembe District, North Minahasa Regency, North Sulawesi Province. Twelve tanks were set in this experiment. Two hundred (200) eggs were put in each tank with controlled temperature of 25 C, 27 C, 29 C, and 32 ºC. Each temperature was replicated 3 times. The experimental design used in data analysis was completely randomized design (CRD). The results showed that the treatment temperature showed significant effect on hatching of eggs, while the difference in temperature had no effect on the survival rate of catfish larvae. Keywords: Temperature shock, eggs, hatching capability, survival rate, gariepinus. larvae, Clarias PENDAHULUAN Perkembangan produksi ikan lele selama lima tahun terakhir menunjukkan hasil yang sangat signifikan yaitu sebesar 21,82 % per tahun. Kenaikan rata ratanya setiap tahun sebesar 39,66 %. Tahun 2009 produksi ikan lele meningkat sangat signifikan yaitu dari produksi sebesar 144.755 ton pada tahun 2010 menjadi 242.811 ton, jadi meningkat sebesar 67,74 %. Adapun proyeksi produksi ikan lele nasional dari tahun 2010 hingga tahun 2014 ditargetkan mengalami peningkatan sebesar 45 % atau rata-rata meningkat sebesar 35 % per tahun yakni pada tahun 2010 sebesar 270.600 ton meningkat menjadi 900.000 ton pada tahun 2014. Permasalahan yang dihadapi oleh petani ikan dan pembudidaya ikan saat ini adalah adanya kecenderungan penurunan pertumbuhan ikan. Hal ini diduga karena kurangnya pengetahuan petani dan pembudidaya ikan akan pengelolaan induk yang benar, sehingga dilakukan seleksi negatif. Untuk meningkatkan keragaman genetik ikan hasil budidaya maka harus dilakukan perbaikan genetik pada ikan 13

budidaya dengan berbagai metode. Metode yang biasa dilakukan antara lain adalah selective breeding, crossbreeding (hibridisasi), seks reversal, manipulasi kromosom dan rekayasa gen (Gusrina, 2012). Manipulasi kromosom pada ikan merupakan salah satu strategi yang diharapkan dapat digunakan untuk memproduksi keturunan dengan sifat unggul yang kualitas genetiknya baik, sehingga memiliki pertumbuhan relatif cepat, tahan terhadap penyakit, kelangsungan hidup tinggi, toleran terhadap perubahan lingkungan (suhu, ph, oksigen terlarut, salinitas) dan mudah dibudidayakan (Mukti, 1999). METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan di Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) di Tatelu, Kecamatan Dimembe Kabupaten Minahasa Utara Provinsi Sulawesi Utara. Waktu penelitian dilakukan selama 4 bulan. Bahan dan Alat Penelitian Induk lele yang akan digunakan adalah induk yang sudah matang gonad, diseleksi dengan cara melihat tanda tanda kelamin luarnya. Jenis pakan yang digunakan adalah pakan dalam bentuk pelet. Adapun peralatan yang digunakan sebagai berikut : mangkok, serok, Karung, Aquarium, Jarum suntik, Kain, pisau, Tisue, bulu ayam, Aerator, Heater, Thermometer, Jam, dan alat tulis Kejutan suhu Teknik kejutan suhu : 1) Sampel telur (+ 200 butir ) diletakkan pada cawan petri 2) Kemudian difertilisasi dengan sperma dan digoyang goyang agar sperma merata. 3) Ditambahkan larutan fertilizer (urea dan garam dengan perbandingan 3 : 4) dan diaduk dengan bulu ayam. 4) Setelah fertilisasi, telur dimasukkan kedalam air dengan perbedaan suhu yaitu 25 ºC, 27 ºC, 29 ºC, dan, 32 ºC dengan lama perendaman 3 menit. 5) Telur ditetaskan pada corong penetasan yang berisi air dengan suhu lingkungan di dalam incubator dengan system sirkulasi 6) Pemberian malachite green dengan dosis 5 ppm. Parameter Uji Yang Diukur Parameter uji yang diukur adalah daya tetas telur dan sintasan hidup larva. Rancangan Percobaan Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL). Perlakuan dalam percobaan yaitu kejutan suhu. Pada tahap percobaan ini terdapat 4 perlakuan yang masing masing perlakuan dilakukan dengan 3 kali ulangan yakni: A : Penetasan telur pada suhu 25 ºC B : Penetasan telur pada suhu 27 ºC C : Penetasan telur pada suhu 29 ºC D : Penetasan telur pada suhu 32 ºC Satuan percobaan dalam penelitian ini sebanyak 12 satuan percobaan dengan parameter yang diukur adalah daya tetas telur dan sintasan larva ikan lele. 14

Analisis Data Data yang didapat dianalisis secara statistik dengan ANOVA untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan dari perlakuan yang diberikan. Jika dari analisis ragam diketahui bahwa perlakuan menunjukkan pengaruh yang berbeda nyata atau berbeda sangat nyata, maka dilakukan Uji BNT untuk mengetahui adanya perbedaan dalam perlakuan (Steel and Torrie, 1991). HASIL DAN PEMBAHASAN Daya Tetas Telur Hasil daya tetas telur ikan lele secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel 1. Data pada tabel 1 menunjukkan bahwa persentase penetasan ikan lele tertinggi adalah pada perlakuan A dengan kejutan suhu 25 ºC dengan rata rata 65,33 %, disusul perlakuan B dengan kejutan suhu 27 ºC dengan rata rata 48,5 % dan perlakuan C dengan kejutan suhu 29 ºC dengan rata rata 29,16 %, dan perlakuan D dengan kejutan suhu 32 ºC dengan rata rata 11,5 %. Ini berarti kejutan suhu yang optimum guna mempercepat telur ikan lele adalah pada perlakuan A dengan kejutan suhu 25 ºC. Berdasarkan analisis ragam maka dapat dikatakan bahwa perbedaan perlakuan kejutan suhu yang berbeda memberikan pengaruh yang sangat nyata terhadap perbedaan daya tetas telur ikan lele. Untuk mengetahui perbedaan tiap perlakuan maka dilakukan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) 5% dan 1%. Hasil uji BNT, Perlakuan A berbeda nyata dengan perlakuan B sedangkan perlakuan C dan D sangat berbeda nyata dengan perlakuan A, perlakuan B berbeda nyata dengan perlakuan C dan D sedangkan perlakuan C berbeda nyata dengan perlukauan D. Persentase penetasan telur ikan lele yang diberi perlakuan suhu 25ºC menunjukkan hasil yang baik dalam mempercepat proses penetasan, tapi ketika suhu dinaikkan menjadi 27 ºC, 29 ºC, dan 32 ºC ternyata sudah kurang berpengaruh lagi terhadap daya tetas telur ikan lele. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa persentase daya tetas telur ikan lele yang terbaik terdapat pada suhu 25 ºC dibanding pada suhu 27 ºC, 29 ºC, dan 32 ºC. Ini berarti perlakuan kejutan suhu 25 ºC pada ikan lele yang digunakan sudah maksimum. Dengan demikian dikatakan bahwa perlakuan kejutan suhu 25ºC dapat meningkatkan daya tetas telur dengan rata rata 65,33 %. Sintasan Larva Sintasan larva adalah jumlah larva yang hidup setelah dipelihara beberapa waktu dibandingkan dengan jumlah larva pada awal pemeliharaan dan dinyatakan dalam persen (Effendi, 2004). Hasil perhitungan sintasan larva dapat dilihat pada Tabel 2. Data pada Tabel di atas menunjukkan bahwa persentase sintasan larva ikan lele tertinggi adalah pada perlakuan B dengan suhu 27 ºC dengan rata rata 91,79 %, kemudian disusul dengan perlakuan A dengan suhu 25 ºC dengan rata rata 88, 42 %, dan perlakuan C dengan suhu 29 ºC dengan rata rata 73,62 %, dan perlakuan D dengan suhu 32 ºC dengan rata rata 71,89 %. Untuk mengetahui mana yang terbaik, dilakukan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) 1 % dan 5 %, dan untuk melihat perbedaan dari tiap perlakuan yang dicobakan, dilakukan analisis ragam. 15

Tabel 1. Persentase daya tetas telur ikan lele (Clarias gariepinus) dengan perlakuan suhu yang berbeda. Ulangan Daya Tetas Telur (%) A (25 ºC) B (27 ºC) C (29 ºC) D (32 ºC) 1. 63 45,5 20 15,5 2. 73,5 49,5 28 11 3. 59,5 50,5 39,5 8 Rataan 65,33 48,5 29,16 11,5 Tabel 2. Persentase sintasan larva ikan lele (Clarias sp) dengan perlakuan kejutan suhu yang berbeda. Ulangan Sintasan Larva (%) A (25ºC) B (27ºC) C (29ºC) D (32ºC) 1. 93,65 93,4 78,25 83,87 2. 88,43 89,89 76,78 81,81 3. 83,19 92,07 65,82 50 Rataan 88,42 91,79 73,62 71,89 Berdasarkan analisis ragam dapat dikatakan bahwa perbedaan perlakuan dengan suhu yang berbeda tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap sintasan larva ikan lele. Hasil analisis uji Beda Nyata Terkecil (BNT) yang diperoleh menunjukkan perbedaan tidak nyata antara perlakuan A, perlakuan B, perlakuan C, dan perlakuan D artinya perlakuan dengan suhu yang berbeda tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap sintasan larva ikan lele. Daya fertilisasi ditentukan oleh kualitas telur, sperma dan penanganan manusia (Handayani, 2007. dalam Arsianingtyas H dkk). Menurut Effendi (1997), bahwa telur telur hasil pemijahan yang dibuahi selanjutnya berkembang menjadi embrio dan akhirnya menetas menjadi larva, sedangkan telur yang tidak dibuahi akan mati. Lama waktu perkembangan hingga telur menetas menjadi larva tergantung pada spesies ikan dan suhu. Persentase daya tetas telur tertinggi pada suhu 25º C sebesar 65,33 %. Telur ikan lele yang diberi suhu 25ºC menunjukkan hasil yang baik dalam mempercepat proses penetasan, tapi ketika 16

suhu dinaikkan menjadi 27 ºC, 29 ºC, dan 32 ºC ternyata sudah kurang berpengaruh lagi terhadap daya tetas telur ikan lele. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa presentase daya tetas telur ikan lele yang terbaik terdapat pada suhu 25 ºC dibanding pada suhu 27 ºC, 29 ºC, dan 32 ºC. Ini berarti perlakuan kejutan suhu 25 ºC pada ikan lele yang digunakan sudah maksimum. Dengan demikian dikatakan bahwa perlakuan kejutan suhu 25ºC dapat meningkatkan daya tetas telur dengan rata rata 65,33 %. Menurut Murtidjo (2001), pelepasan sperma dan sel telur dalam waktu yang berbeda dan relatif singkat dapat berakibat pada kegagalan fertilisasi, hal ini dikarenakan sperma terkadang lamban dan cenderung tidak aktif bergerak sebab sperma berada dalam cairan plasma. Cairan plasma mempunyai kosentrasi yang tinggi terhadap cairan sperma sehingga dapat menghambat aktifitas sperma yaitu berkurangnya daya gerak dan akhirnya sperma sukar untuk menebus celah mikofil sel telur. Telur telur hasil pemijahan yang dibuahi selanjutnya bekembang menjadi embrio dan akhirnya menetas menjadi larva, sedangkan telur yang tidak dibuahi akan mati dan membusuk. Lama waktu perkembangan sampai telur menetas menjadi larva tergantung pada spesies ikan dan suhu. Semakin tinggi suhu air media penetasan telur maka waktu penetasan menjadi semakin singkat. Namun demikian, telur menghendaki suhu tertentu atau suhu optimal yang memberikan efisiensi pemanfaatan kuning telur yang maksimal. Untuk keperluan perkembangan digunakan energi yang berasal dari kuning telur dan butiran minyak. Oleh karena itu, kuning telur terus menyusut sejalan dengan perkembangan embrio, energi yang terdapat dalam kuning telur berpindah ke organ tubuh embrio. Embrio terus berkembang dan membesar sehingga menjadi rongga telur menjadi penuh dan tidak sanggup untuk mewadahinya, maka dengan kekuatan pukulan dari dalam oleh sirip pangkal ekor, cangkang telur pecah dan embrio lepas dari kungkungan menjadi larva pada saat itulah telur menetas menjadi larva. Telur membutuhkan oksigen untuk kelangsungan hidupnya. Oksigen masuk ke dalam telur secara difusi melalui lapisan permukaan cangkang telur, oleh karena itu media penetasan telur harus memiliki kandungan oksigen yang melimpah yaitu > 5 mg/liter (Murtidjo, 2001). Menurut Effendi (1992), suhu air mempunyai arti penting bagi pertumbuhan organisme yang hidup diperairan karena banyak berpengaruh terhadap pertumbuhan organisme. Suhu dapat mempengaruhi berbagai aktifitas kehidupan dan berpengaruh terhadap oksigen terlarut dalam air, makin tinggi suhu makin rendah kelarutan oksigen didalam air. Sintasan larva adalah persentase jumlah larva yang hidup pada saat panen dari jumlah larva yang dipelihara. Faktor yang mempengaruhi sintasan larva adalah kualitas telur yang dihasilkan. Faktor lain yang mempengaruhi sintasan larva adalah kondisi lingkungan. Kondisi lingkungan yang mempunyai peran penting adalah suhu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase sintasan larva ikan lele tertinggi adalah pada perlakuan B dengan suhu 27 ºC dengan rata rata 91,79 %, kemudian 17

disusul dengan perlakuan A dengan suhu 25 ºC dengan rata rata 88,42 %, dan perlakuan C dengan suhu 29 ºC dengan rata rata 73,62%, sedangkan perlakuan D dengan suhu 32 ºC dengan rata rata 71,89%. Walaupun suhu 27ºC meununjukkan persentase tertinggi tetapi tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap sintasan larva ikan lele. KESIMPULAN Dari hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut : - Daya tetas telur tertinggi terdapat pada perlakuan A dengan suhu 25 o C yaitu sebesar 65,33 %. Sedangkan Sintasan larva ikan lele tertinggi pada suhu 27ºC yaitu sebesar 91,79 %. - Suhu 25 o C berpengaruh sangat nyata terhadap penetasan telur. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis menyampaikan terima kasih kepada Pimpinan dan Staf BBAT Tatelu yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan kegiatan penelitian. DAFTAR PUSTAKA Effendi MI. 1992. Metoda Biologi Perikanan. Penerbit Yayasan Agromedia Bogor. Effendi MI. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Nusatama. Bogor. Effendi MI. 2004. Metode Biologi Perikanan. Yayasan Dewi Sri. Bogor. Gusrina 2012. Perbaikan Mutu Induk Ikan Dalam Peningkatan Produksi Akuakultur. http://vedca.siap.web.id, diakses tanggal 7 November 2014, jam 17.00. Mukti AT. 1999. Sex Manipulation Hibridization Progames. Program Pasca Sarjana. Universitas Brawijaya. Malang. Murtidjo BA. 2001. Beberapa Metode Pembenihan Ikan Air Tawar. Penerbit Kanisius, Yogyakarta. Steel RGD, Torrie JH. 1991. Prinsip dan Prosedur Statistik: Suatu Pendekatan Biometrik. Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. 18