BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
UJI EFEK ANTIULCER PERASAN UMBI GARUT (Maranta arundinaceae L) PADA TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Obat Anti-Inflamasi Nonsteroid (OAINS) adalah suatu golongan obat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

sebesar 90% (Dodge, 1993). Ulkus gaster berukuran lebih besar dan lebih menonjol sehingga pada pemeriksaan autopsi lebih sering atau mudah dijumpai di

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak enak perut bagian atas yang menetap atau episodik disertai dengan keluhan

Lesi mukosa akut lambung akibat Aspirin atau dengan istilah Aspirin gastropati merupakan kelainan mukosa akibat efek topikal yang akan diikuti oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. inflamasi. Obat ini merupakan salah satu kelompok obat yang paling banyak diresepkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Aspirin adalah golongan Obat Anti Inflamasi Non-Steroid (OAINS), yang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Penyakit ulkus peptikum (tukak peptik) terdiri dari ulkus gaster dan ulkus

BAB I PENDAHULUAN. Tukak lambung merupakan salah satu bentuk tukak peptik yang ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

UJI EFEK ANTIULCER PERASAN UMBI SINGKONG (Manihot utilissima Pohl.) PADA TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR SKRIPSI NINING PRATIWI K

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah,

I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik, atau gigitan hewan.

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi minuman ini. Secara nasional, prevalensi penduduk laki-laki yang

UJI EFEK ANTIULCER PERASAN UMBI GANYONG (Canna edulis ker) PADA TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. makanan dicerna untuk diserap sebagai zat gizi, oleh sebab itu kesehatan. penyakit dalam dan kehidupan sehari-hari (Hirlan, 2009).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk konvensional dapat mengiritasi lambung bahkan dapat. menyebabkan korosi lambung (Wilmana, 1995).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

ASUHAN KEPERAWATAN GASTRITIS

PENGARUH JUS BUAH PEPAYA (Carica papaya)) TERHADAP KERUSAKAN HISTOLOGIS LAMBUNG MENCIT YANG DIINDUKSI ASPIRIN

BAB I PENDAHULUAN. protozoa, dan alergi. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007

I. PENDAHULUAN. disebabkan oleh rusaknya ketahanan mukosa gaster. Penyakit ini. anemia akibat perdarahan saluran cerna bagian atas (Kaneko et al.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. paling sering terjadi. Peningkatan penyakit gastritis atau yang secara umum

BAB I PENDAHULUAN. Dispepsia merupakan keluhan nyeri atau rasa tidak nyaman yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. makan tradisional ke pola makan yang tinggi lemak. 1, 2 Akibat konsumsi makan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

UJI EFEK ANTIULCER INFUSA UMBI TALAS (Calocasia esculentum Schott) PADA TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakat. Kejadian ulkus lambung berkisar antara 5% - 10% dari total populasi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Dispepsia kronis merupakan keluhan nyeri atau rasa tidak nyaman yang berpusat

EFEK PEMBERIAN EKSTRAK KAYU MANIS (CINNAMOMUM BURMANNII) TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI LAMBUNG TIKUS WISTAR YANG DIBERI ASPIRIN

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Perkembangan fase prapubertas menjadi pubertas membutuhkan jalur yang

BAB 5 HASIL PENELITIAN

NONSTEROIDAL ANTI-INFLAMMATORY DRUGS (NSAID S)

BAB I PENDAHULUAN. beberapa jenis makan yang kita konsumsi, boraks sering digunakan dalam campuran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Rasa nyeri dalam kebanyakan hal hanya

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ulserasi peptik. Mukus gaster disekresi oleh sel mukosa pada epitel mukosa gaster

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai usaha dilakukan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Misalnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan korban tersering dari kecelakan lalu lintas. 1. Prevalensi cedera secara nasional menurut Riskesdas 2013 adalah 8,2%,

Satuan Acara penyuluhan (SAP)

Anatomi, Histologi, dan Fisiologi Lambung. Anak Agung K Tri K

I. PENDAHULUAN. memiliki aktifitas penghambat radang dengan mekanisme kerja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

AKTIVITAS ANALGETIKA INFUSA DAUN ALPUKAT (Persea americana) PADA MENCIT. TITA NOFIANTI Program Studi S1 Farmasi STIKes Bakti Tunas Husada Tasikmalaya

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT TUKAK PEPTIK PADA PASIEN TUKAK PEPTIK DI INSTALASI RAWAT INAP RS ISLAM SURAKARTA TAHUN 2008 SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

juga mendapat terapi salisilat. Pasien harus diberi pengertian bahwa selama terapi bismuth subsalisilat ini dapat mengakibatkan tinja berwarna hitam

SISTEM PENCERNAAN MAKANAN. SUSUNAN SALURAN PENCERNAAN Terdiri dari : 1. Oris 2. Faring (tekak) 3. Esofagus 4. Ventrikulus

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V PEMBAHASAN. menjadi salah satu penyebab sindrom dispepsia (Anggita, 2012).

Jurnal Keperawatan, Volume VIII, No. 1, April 2012 ISSN

SISTEM PENCERNAAN. Oleh: dr. Danurwendo Sudomo, Sp.Ok

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diserahkan oleh apoteker di apotek (Asti dan Indah, 2004). The International

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Obat analgesik antipiretik serta obat anti inflamasi nonsteroid (AINS)

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 5 HASIL PENELITIAN

PENGARUH PEMBERIAN MINYAK WIJEN (SESAMUM INDICUM LINN.) DENGAN COLD PRESS BERTINGKAT TERHADAP KERUSAKAN HISTOLOGIS LAMBUNG MENCIT (MUS MUSCULUS)

Rongga Mulut. rongga-mulut

HIPONATREMIA. Banyak kemungkinan kondisi dan faktor gaya hidup dapat menyebabkan hiponatremia, termasuk:

BAB I PENDAHULUAN. sampai nyeri berat yang dapat mengganggu aktivitas. Nyeri dapat diartikan

BAB I PENDAHULUAN. dan pola konsumsi makanan, sehingga banyak timbul masalah kesehatan, salah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

THE ANTIULCEROGENIC EFFECT OF RED GUAVA FRUIT (Psidium guajava Linn.) IN WHITE MALE OF WISTAR LINEASE

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Efek Proteksi Infusa Daun Ceremai (Phyllanthus acidus [L.]) Pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar Yang Diinduksi Aspirin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sistem pencernaan berhubungan dengan penerimaan makanan dan

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN ULKUS PEPTIKUM

PENGARUH INFUSA BUAH ASAM JAWA (Tamarindus indica L.) TERHADAP DAYA ANALGETIK ASETOSAL PADA MENCIT NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. GASTRITIS Page 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. esophagus dan duodenum. Organ ini adalah saluran pencernaan yang mengalami

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemberian asetosal mengakibatkan terjadinya hambatan pembentukan prostaglandin yang berfungsi sebagai pertahanan mukosa lambung. Hambatan tersebut dapat mengakibatkan peningkatan sekresi asam lambung serta vasokonstriksi yang berakibat pada kerusakan lambung berupa gastritis maupun ulkus (Price and Wilson, 1995). Ulkus peptikum adalah sekelompok ulkus pada saluran cerna, disebabkan keadaan ketidakseimbangan asam-pepsin. Daerah paling rawan (80%) adalah daerah pylorus dari duodenum (ulkus duodeni) dan kurvatura minor lambung (Tambayong, 2000). Terjadinya tukak peptikum kemungkinan sekali merupakan akibat ketidakseimbangan antara meningkatnya sekresi asam-pepsin dengan resistensi normal mukosa (Tambunan, 1994). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa ekstrak metanol biji asam jawa dan ekstrak alkohol daun asam jawa dapat digunakan sebagai antiulcer (Kumar et al., 2011; Livingston Raja et al., 2008). Aktivitas antiulser diketahui berasal dari tanin. Mekanisme tanin sebagai antiulser yaitu dengan cara mengurangi sekresi asam lambung yang diakibatkan induksi ibuprofen, alkohol, dan ligasi pilorus (Kumar et al., 2011) dan mempengaruhi integritas dari membran mukosa serta membentuk lapisan film pelindung untuk mencegah penyerapan zat racun (Livingston Raja et al., 2008). Buah asam jawa mengandung flavonoid, saponin, alkaloid, dan tanin (Daniyan and Muhammad, 2008). Kandungan tanin yang terdapat dalam buah asam jawa tersebut diharapkan dapat memiliki efek antiulser seperti pada biji dan daunnya. Menurut Mustapha et al. (1996) bioavailabilitas asetosal akan meningkat bila digunakan bersama dengan buah asam jawa. Maka kemungkinan interaksi harus diingat jika dosis tinggi (analgesik dan antiinflamasi) dari asetosal dengan buah asam jawa karena bisa terjadi risiko toksisitas asetosal seperti perdarahan lambung (Mustapha et al., 1996). Pada dosis 60-600 mg/kg ekstrak air buah asam jawa mempunyai efek analgetik (Khalid et al., 2009). Jika buah asam jawa pada 1

2 dosis tersebut diberikan bersama dengan asetosal, diharapkan kandungan tanin dalam buah asam jawa dapat mengurangi toksisitas asetosal yaitu perdarahan lambung dan ulser dengan aktivitas tanin sebagai antiulser. Oleh karena itu, perlu diadakan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui pengaruh buah asam jawa terhadap efek ulserogenik yang diakibatkan penggunaan asetosal. B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan permasalahannya, yaitu: apakah infusa buah asam jawa (Tamarindus indica L.) berpengaruh terhadap efek ulserogenik asetosal pada mencit?. C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh infusa buah asam jawa (Tamarindus indica L) terhadap efek ulserogenik asetosal pada mencit. 1. Tukak Peptikum a. Anatomi lambung D. Tinjauan Pustaka Esophagus Fundus Cardia Longitudinal Muscle layer Circular Muscle layer Duodenum Pyloric spincter Lesser curvature (medial surface) Body Left gastroepiploic vessels Oblique muscle layer overlying mucosa Pyloric canal Pylorus Pyloric antrum Greater curvature (lateral surface) Gambar 1. Anatomi lambung (Martini, 2004) Lambung berfungsi menerima makanan/minuman, menggiling, mencampur, dan mengosongkan makanan ke dalam duodenum (Tarigan, 2001). Lambung merupakan saluran berbentuk J, terdiri dari kardia, fundus, korpus, Rugae

3 antrum, dan pilorus. Bagian ujung proksimal yang berbatasan dengan esofagus disebut kardia, sedang bagian distal yang berhubungan dengan duodenum disebut pilorus. Dinding lambung terdiri dari lapisan mukosa, submukosa, muskularis propria, subserosa, dan serosa. Identifikasi lapisan-lapisan ini penting dalam menentukan kelainan patologik lambung, seperti dalamnya ulkus ataupun invasi kanker lambung. Lengkungan kecil yang sering dilalui makanan atau minuman disebut kurvatura minor. Daerah ini merupakan tempat yang rawan terhadap ulkus atau tukak lambung. Lengkungan besar disebut kurvatura mayor. Pada daerah ini banyak dijumpai kelenjar getah bening yang penting diketahui dalam penanganan karsinoma lambung (Tambunan, 1994). b. Definisi tukak peptikum Tukak peptikum adalah sekelompok ulkus pada saluran cerna, disebabkan keadaan ketidakseimbangan asam-pepsin (Tambayong, 2000). Tukak peptik dapat ditemukan pada setiap bagian saluran cerna yang terkena getah asam lambung, yaitu esofagus, lambung, duodenum, dan setelah gastroenterostomi, juga jejunum (Price and Wilson, 1995). c. Etiologi Teori klasik mengemukakan bahwa terjadinya tukak peptikum kemungkinan sekali merupakan akibat ketidakseimbangan antara meningkatnya sekresi asam-pepsin dengan resistensi normal mukosa. Meningkatnya sekresi asam-pepsin merupakan faktor utama penyebab tukak duodeni, sedang defek resistensi mukosa merupakan faktor penting untuk terjadinya tukak lambung. Pada penderita tukak duodeni, kadar asam lambung rata-rata dua kali lebih tinggi daripada normal dan berbeda bermakna dengan kadar asam lambung penderita tukak lambung. Golongan obat antiinflamasi nonsteroid (AINS) memang dapat menimbulkan luka mukosa lambung pada binatang percobaan, namun sulit dibuktikan hubungannya dengan tukak duodeni (Tambunan, 1994). d. Patofisiologi Terjadinya tukak merupakan proses interaksi antara faktor agresif dan faktor defensif dimana keseimbangan terganggu dengan faktor agresif sebagai pihak yang dominan (Tarigan, 1990).

4 1). Pertahanan mukosa lambung Mukus lambung penting dalam pertahanan mukosa dan mencegah ulserasi peptik. Mukus lambung disekresi oleh sel mukosa pada epitel mukosa lambung dan kelenjar lambung. Sekresi mukus dirangsang oleh iritasi mekanis atau kimiawi dan rangsang kolinergik. Prostaglandin endogen merupakan elemen penting yang membangun pertahanan mukosa. Prostaglandin ini merangsang sekresi mukus lambung, yang mendapar sebagian besar asam lambung yang telah disekresi. Prostaglandin berperan dalam mempertahankan aliran darah mukosa lambung dan integritas mukosa lambung (Ganong, 1992). 2). Faktor asam lambung Bahan iritan akan menimbulkan defek mukosa barier dan terjadi difusi balik ion H +. Histamin terangsang untuk lebih banyak mengeluarkan asam lambung, sehingga timbul dilatasi dan peningkatan permeabilitas pembuluh kapiler, kerusakan mukosa lambung, gastritis akut atau kronik dan tukak gaster (Tarigan, 2001). 3). Faktor agresif asam dan pepsin Mukosa lambung memiliki suatu kemampuan yang luar biasa untuk mensekresi asam. Mukosa lambung mengandung histamin dalam jumlah besar. Histamin merangsang sekresi asam lambung dengan meningkatkan adenosin monofosfat siklik (AMP) sel parietal, dengan demikian mengaktifkan proteinkinase yang bergantung pada AMP siklik. Gastrin dan asetilkolin, yang tidak merangsang AMP siklik, merangsang asam dengan meningkatkan kalsium sitotoksik sel parietal (Tarigan, 2001). 4). Helicobacter pylori Timbulnya kelainan lambung oleh kuman Helicobacter pylori bukan melalui proses sitopatik tetapi proses imunologis yang ditimbulkannya. Kuman Helicobacter pylori mengeluarkan urease yang memecah urea menjadi amonium dan CO 2 sehingga milieu akan menjadi basa dan kuman Helicobacter pylori terlindungi dari faktor yang merusak asam lambung. Di samping itu kuman Helicobacter pylori membentuk platelet activating factor yang merupakan pro inflammatory cytokines. Cytokines vacuolating yang terbentuk mempunyai efek

5 toksik langsung pada sel epitel melalui ATP-ase dan proses transpor ion (Tarigan, 2001). e. Gambaran klinis Gambaran klinis utama tukak peptik adalah kronik, nyeri epigastrium intermiten yang secara khas akan mereda setelah menelan makanan atau antasid. Nyeri biasanya timbul dua sampai tiga jam setelah makan atau pada malam hari sewaktu lambung kosong. Nyeri ini seringkali digambarkan sebagai teriris, terbakar atau rasa tidak enak. Bahkan pada beberapa penderita tukak lambung makanan dapat memperberat nyeri. Biasanya penderita tukak lambung akan mengalami penurunan berat badan, sedangkan penderita tukak duodenum biasanya memiliki berat badan yang tetap (Price and Wilson, 1995). f. Diagnosis Diagnosis tukak gaster ditegakkan berdasarkan pengalaman klinis, hasil pemeriksaan radiologi dan endoskopi, disertai biopsi untuk pemeriksaan histopatologi, dan biakan kuman Helicobacter pylori. Secara klinis pasien mengeluh nyeri ulu hati kadang-kadang menjalar ke pinggang disertai mual dan muntah (Tarigan, 2001). 2. Asetosal Asam asetil salisilat yang lebih dikenal sebagai asetosal atau aspirin adalah obat yang digunakan sebagai analgetik, antipiretik, dan antiinflamasi (Wilmana, 2007). Asetosal mempunyai efek samping yaitu mendestruksi sawar (barier) mukosa lambung. Asetosal, alkohol, garam empedu, dan zat-zat lain dapat merusak mukosa lambung dengan mengubah permeabilitas sawar epitel. Hal ini memungkinkan difusi balik asam klorida dengan akibat kerusakan jaringan, khususnya pembuluh darah (Price and Wilson, 1995). Efek samping yang paling sering terjadi berupa iritasi mukosa lambung dengan risiko tukak lambung dan perdarahan samar. Faktor yang memegang peranan yakni hilangnya efek pelindung dari prostasiklin (PgI 2 ) terhadap mukosa lambung (Tjay dan Rahardja, 2002). Mekanisme timbulnya suatu tukak atau kelainan gastrointestinal akibat obat antiinflamasi nonsteroid (AINS) melalui:

6 a. Difusi balik ion H yang timbul akibat defek barier mukosa oleh pengaruh AINS. b. Melalui hambatan pembentukan prostaglandin (PGE2) oleh pengaruh inhibisi AINS pada enzim siklooksigenase yang bekerja mengubah asam arakidonat menjadi PGE2, tromboksan A2, dan prostasiklin (Tarigan, 2001). Prostaglandin menghambat sekresi asam lambung dan dapat mencegah tukak peptik serta berperan sebagai vasodilator (Price and Wilson, 1995). Sintesis prostaglandin terjadi bila membran sel mengalami kerusakan oleh suatu rangsangan kimiawi, fisik, atau mekanis, maka enzim fosofolipase diaktifkan untuk mengubah fosfolipida yang terdapat di situ menjadi asam arakidonat. Asam lemak poli-tak jenuh ini kemudian untuk sebagian diubah oleh enzim cyclo-oxygenase menjadi asam endoperoksida dan seterusnya menjadi zat-zat prostaglandin. Bagian lain dari arakidonat diubah oleh enzim lipoxygenase menjadi zat-zat leukotrien. Baik prostaglandin maupun leukotrien bertanggung jawab bagi sebagian besar dari gejala peradangan. Peroksida melepaskan radikal bebas oksigen yang juga memegang peranan pada timbulnya rasa nyeri. Cyclooksigenase (COX) terdiri dari dua isoenzim, yakni C0X-1 dan COX-2. Cyclooksigenase 1 (COX-1) berperan pada pemeliharaan perfusi ginjal, homeostase vaskuler, dan melindungi lambung dengan jalan membentuk bikarbonat dan lendir, serta menghambat produksi asam (Tjay dan Rahardja, 2002). Asetosal 166 kali lebih kuat menghambat COX-1 daripada COX-2 (Wilmana, 2007). COX-1 yang terlibat dalam sintesis prostaglandin dapat mempengaruhi fungsi ginjal dan pertahanan mukosa lambung (Tjay dan Rahardja, 2002). Pemberian asetosal mengakibatkan terjadinya hambatan COX-1 (pembentukan prostaglandin) dan dapat mengakibatkan peningkatan sekresi asam lambung serta vasokonstriksi yang berakibat pada kerusakan lambung (Price and Wilson, 1995). 3. Tanaman Asam Jawa (Tamarindus indica L.) a. Sistematika tanaman asam jawa Divisio : Spermatophyta Sub Divisio : Angiospermae

7 Classis : Dicotyledoneae Sub Classis : Dialypetalae Ordo : Rosales Family : Caesalpiniaceae Genus : Tamarindus Species : Tamarindus indica L. (Tjitrosoepomo, 2007) b. Kandungan kimia Analisis fitokimia buah asam jawa dengan prosedur screening menunjukkan hasil positif mengandung flavonoid, saponin, alkaloid, dan tanin (Daniyan and Muhammad, 2008). Daging buah asam jawa mengandung asam tartrat, asam malat, asam sitrat, asam suksinat, asam asetat, pektin, gula invert (Soedibyo, 1998) dan minyak menguap (limonene, geranyl acetone, terpinen-4- ol, α-terpineol (Pino et al., 2004). Daun asam jawa mengandung flavonoid C- glikoside (vitexin, isovitexin, orientin, dan isoorientin) (Evan, 2002). c. Khasiat Buah asam jawa berkhasiat sebagai analgetik (Khalid et al., 2009). Daun dan biji asam jawa dapat digunakan untuk mengobati ulser (Kumar et al., 2011; Livingston Raja et al., 2008). Sedangkan jus daun asam jawa bisa berkhasiat sebagai laksatif (Sundari dan Winarno, 2010). E. Landasan Teori Buah asam jawa mengandung flavonoid, saponin, alkaloid, dan tanin (Daniyan and Muhammad, 2008). Kandungan tanin diketahui memiliki aktivitas antiulser. Mekanisme tanin sebagai antiulser adalah dengan cara mengurangi sekresi asam lambung (Kumar et al., 2011) dan mempengaruhi integritas dari membran mukosa dan membentuk lapisan film pelindung untuk mencegah penyerapan zat racun (Livingston Raja et al., 2008). Salah satu penyebab timbulnya kerusakan lambung/ulser yaitu karena penggunaan obat asetosal. Adanya asetosal yang masuk ke dalam tubuh memicu proses terjadinya kerusakan

8 lambung. Proses ini melalui penghambatan enzim siklooksigenase yang menghambat pembentukan prostaglandin yang berperan dalam pertahanan mukosa lambung dan melalui peningkatan sekresi asam lambung (Tarigan, 2001). Menurut Mustapha et al. (1996) bioavailabilitas asetosal akan meningkat bila digunakan bersama dengan buah asam jawa. Oleh karena itu, kemungkinan interaksi harus diingat jika dosis tinggi dari asetosal dengan buah asam jawa karena bisa terjadi risiko toksisitas asetosal seperti perdarahan lambung (Mustapha et al., 1996). Jika buah asam jawa diberikan bersama dengan asetosal, diharapkan kandungan tanin yang terdapat dalam buah asam jawa dapat mengurangi toksisitas asetosal yaitu perdarahan lambung dan ulser dengan aktivitas tanin sebagai antiulser. F. Hipotesis Infusa buah asam jawa (Tamarindus indica L.) mempunyai pengaruh terhadap ulkus yang ditimbulkan oleh asetosal pada lambung mencit.