PRESIDEN REPBULIK INDONESIA,

dokumen-dokumen yang mirip
PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK ARAB SURIAH MENGENAI PENINGKATAN DAN PERLINDUNGAN ATAS PENANAMAN MODAL

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

*46879 KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA (KEPPRES) NOMOR 6 TAHUN 1997 (6/1997)

KEPPRES 83/1996, PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK UZBEKISTAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH KERAJAAN THAILAND MENGENAI PENINGKATAN DAN PERLINDUNGAN ATAS PENANAMAN MODAL

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPPRES 178/1998, PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK MALI MENGENAI KERJASAMA EKONOMI DAN TEKNIK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH NEGARA QATAR MENGENAI PENINGKATAN DAN PERLINDUNGAN ATAS PENANAMAN MODAL

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH KERAJAAN DENMARK MENGENAI PENINGKATAN DAN PERLINDUNGAN PENANAMAN MODAL

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERSETUJUAN ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN REPUBLIK FEDERAL JERMAN TENTANG PENINGKATAN DAN PERLINDUNGAN TIMBAL BALIK PENANAMAN MODAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPPRES 146/1998, PENGESAHAN PERSETUJUAN PERDAGANGAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK SUDAN

KEPPRES 64/1996, PENGESAHAN PERSETUJUAN PERDAGANGAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH UKRAINA

KEPPRES 111/1998, PENGESAHAN PERSETUJUAN ANGKUTAN UDARA ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK UKRAINA

KEPPRES 55/1999, PENGESAHAN PERJANJIAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK FEDERAL JERMAN DI BIDANG PELAYARAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPPRES 10/1997, PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH KERAJAAN YORDANIA HASHIMIAH MENGENAI PELAYARAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPPRES 112/1998, PENGESAHAN PERSETUJUAN ANGKUTAN UDARA ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK UZBEKISTAN

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

*48262 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH MONGOLIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA MENGENAI PENINGKATAN DAN PERLINDUNGAN ATAS PENANAMAN MODAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1968 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN ANTARA NEGARA DAN WARGA NEGARA ASING MENGENAI PENANAMAN MODAL

1 ORANG DAN BADAN YANG TERCAKUP DALAM PERSETUJUAN

*36423 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 29 TAHUN 1999 (29/1999) TENTANG PEMBELIAN SAHAM BANK UMUM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

*48128 KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA (KEPPRES) NOMOR 150 TAHUN 1998 (150/1998)

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

*36403 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 28 TAHUN 1999 (28/1999) TENTANG MERGER, KONSOLIDASI DAN AKUISISI BANK

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130 TAHUN 1998 TENTANG PENGESAHAN ASEAN AGREEMENT ON CUSTOMS (PERSETUJUAN ASEAN DI BIDANG KEPABEANAN)

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG

PERSETUJUAN ANGKUTAN UDARA ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH UKRAINA PASAL I PENGERTIAN-PENGERTIAN

2 melalui pemberian kuasa kepada Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, Menteri Keuangan, Menteri Energi Dan Su

UU 9/1997, PENGESAHAN TREATY ON THE SOUTHEAST ASIA NUCLEAR WEAPON FREE ZONE (TRAKTAT KAWASAN BEBAS SENJATA NUKLIR DI ASIA TENGGARA)

DENGAN RACHMAT TUHAN YANG MAHA ESA.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 1999 TENTANG

KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA BANGSA TENTANG HUKUM LAUT BAB VII LAUT LEPAS BAB IX LAUT TERTUTUP ATAU SETENGAH TERTUTUP.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

2 b. bahwa Persetujuan dimaksudkan untuk menetapkan prosedur penyelesaian sengketa dan mekanisme formal untuk Persetujuan Kerangka Kerja dan Perjanjia

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LAMPIRAN II UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1961 TENTANG PERSETUJUAN ATAS TIGA KONVENSI JENEWA TAHUN 1958 MENGENAI HUKUM LAUT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1999 TENTANG

Formulir Nomor IV.PRO.10.1 (KOP PERUSAHAAN)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dengan persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 78 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1999 TENTANG MERGER, KONSOLIDASI DAN AKUISISI BANK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA BAGIAN KEDUA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN. TENTANG PERUBAHAN ATAS

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

Copyright (C) 2000 BPHN KEPPRES 159/1998, PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK ARAB SURIAH MENGENAI PENINGKATAN DAN PERLINDUNGAN ATAS PENANAMAN MODAL *48381 KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA (KEPPRES) NOMOR 159 TAHUN 1998 (159/1998) TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK ARAB SURIAH MENGENAI PENINGKATAN DAN PERLINDUNGAN ATAS PENANAMAN MODAL PRESIDEN REPBULIK INDONESIA, Menimbang: a. Bahwa di Jakarta, pada tanggal 27 Juni 1997 Pemerintah Republik Indonesia telah menandatangani Persetujuan antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Republik Arab Suriah mengenai Peningkatan dan Perlindungan atas Penanaman Modal, sebagai hasil perundingan antara Delegasi-delegasi Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Republik Arab Suriah; b. bahwa sehubungan dengan itu, dan sesuai dengan Amanat Presiden Republik Indonesia kepada Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Nomor 2826/HK/1960 tanggal 22 Agustus 1960 tentang Pembuatan Perjanjian-perjanjian dengan Negara Lain, dipandang perlu untuk mengesahkan Persetujuan tersebut dengan Keputusan Presiden; Mengingat: Pasal 4 ayat (1) dan Pasal 11 Undang-Undang Dasar 1945; MEMUTUSKAN : Menetapkan: KEPUTUSAN PRESIDEN TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK ARAB SURIAH MENGENAI PENINGKATAN DAN PERLINDUNGAN ATAS PENANAMAN MODAL. Pasal 1 Mengesahkan Persetujuan antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Arab Suriah mengenai Peningkatan dan Perlindungan atas Penanaman Modal, yang telah ditandatangani Pemerintah Republik Indonesia di Jakarta, pada tanggal 27 Juni 1997, sebagai hasil perundingan antara Delegasi-delegasi Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Republik Arab Suriah yang salinan naskah aslinya dalam bahasa Indonesia, Arab dan Inggeris sebagaimana

terlampir pada Keputusan Presiden ini. Pasal 2 Keputusan Presiden ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Keputusan Presiden ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. September 1998 INDONESIA, Ditetapkan di Jakarta *48382 pada tanggal 18 PRESIDEN REPUBLIK HABIBIE, Diundangkan di Jakarta pada tanggal 18 September 1998 MENTERI NEGARA SEKRETARIS NEGARA BACHARUDDIN JUSUF REPUBLIK INDONESIA, AKBAR TANJUNG LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1998 NOMOR 152 PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK ARAB SURIAH MENGENAI PENINGKATAN DAN PERLINDUNGAN ATAS PENANAMAN MODAL Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Republik Arab Suriah (selanjutnya disebut sebagai "Para Pihak"); Mengingat hubungan kerjasama yang bersahabat antara kedua negara dan rakyatnya; Berkeinginan untuk menciptakan iklim yang menguntungkan bagi penanaman modal oleh para penanam modal dari satu Pihak di wilayah Pihak lainnya yang didasarkan pada prinsip-prinsip persamaan kedaulatan dan saling menguntungkan; dan Mengakui bahwa Persetujuan Peningkatan dan Perlindungan Atas Penanaman Modal tersebut akan mendorong peningkatan kegiatan-kegiatan penanaman modal di kedua Negara; Telah menyetujui sebagai berikut : PASAL I DEFINISI

Untuk tujuan Persetujuan ini : 1. Istilah "penanaman modal" harus diartikan sebagai segala bentuk aset yang ditanam oleh para penanam modal dari satu Pihak di wilayah Pihak lain, sesuai dengan peraturan perundang-undangan Pihak yang disebut terakhir, mencakup, tetapi tidak terbatas pada : a. kekayaan bergerak dan tidak bergerak serta hak-hak lain seperti mortages, gadai atau jaminan, dan hak-hak lain yang serupa; b. hak-hak yang diperoleh dari saham, efek atau bentuk lain dari penyertaan dalam perusahaan atau patungan di wilayah Pihak lain; c. Proses teknis, muhibah, keahlian, dan hak-hak kekayaan *48383 intelektual lainnya; d. konsesi usaha yang diijinkan sesuai undang-undang atau berdasarkan kontrak yang berkaitan dengan penanaman modal termasuk konsesi untyuk mencari atau mengeksploitasi sumber-sumber alam. 2. Istilah "investor" berarti penanaman modal dari satu Pihak yang menanamkan modal di wilayah Pihak lainnya. Istilah "penanaman modal" harus terdiri dari untuk masing-masing Pihak : (i) setiap orang yang memiliki kewarganegaraan salah satu Pihak; (ii) setiap badan hukum yang dibentuk sesuai dengan hukum yang berlaku di negara salah satu Pihak. 3. Istilah "tanpa penundaan" harus dianggap telah dipenuhi jika suatu transfer dilakukan dalam jangka waktu yang lazim dipersyaratkan dalam praktek keuangan internasional. 4. Istilah "wilayah" berarti : a. Dalam hubungan dengan Republik Indonesia : wilayah Republik Indonesia seperti yang ditetapkan dalam perundang-undangan; b. Dalam hubungan dengan Republik Arab Suriah : dalam arti geografinya, wilayah Republik Arab Suriah meliputi laut teritorialnya, ruang udaranya, landas kontinen, tanah dibawahnya dan semua wilayah lain yang terletak di luar wilayah laut Suriah dimana, sesuai dengan hukum internasional, Suriah memiliki hak-hak berdaulat untuk tujuan mengolah dan mengeksploitasi sumber-sumber alam dan pertambangan yang penting dan semua hak-hak lain didasar laut dan tanah dibawahnya dan perairan. 5. Isilah "pendapatan" berarti jumlah yang dihasilkan oleh penanam modal yang khusus, meskipun tidak terbatas, termasuk laba, bunga, dividen. laba atas modal, royalti dan pendapatan. PASAL II PENINGKATAN DAN PERLINDUNGAN ATAS PENANAMAN MODAL

1. Masing-masing pihak harus mendorong dan menciptakan iklim yang menguntungkan bagi penanakan modal di wilayahnya yang dilakukan oleh penanaman modal dari Pihak lain, dan harus mengakui penananamn modal tersebut sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku dan peraturannya. 2. Penanaman modal dari penaman modal oleh masing-masing Pihak pada setiap waktu harus diperlukan secara wajar dan seimbang serta harus mendapat perlindungan dan keamanan yang memadai di wilyah Pihak lainnya. PASAL III KETENTUAN PERLAKUAN NEGARA SAHABAT 1. Masing-masing Pihak harus menjamin perlakuan yang wajar dan sama terhadap penanaman modal Pihak lain, dan tidak akan memperlakukan atas dasar tindkan yang tidak beralasan dan *48384 yang berbeda, berkenaan dengan manajemen, pemeliharaan, pemilikan atau pengaturan oleh penanam modal terebut. Masing-masing Pihak harus memberikan perlindungan dan keamanan fisik yang memadai atas penanaman modal. 2. Lebih khusus, masing-masing Pihak harus memperlakukan penanaman modal Pihak lain dalam hal apapun, tidak kurang menguntungkan dari pada yang diperoleh penanaman modal yang dilakukan oleh para penanam modal dari negara ketiga. 3. Jika salah satu Pihak telah memberikan perlakuan khusus kepada penanam modal dari negara ketiga berdasarkan persetujuan pembentukan kesatuan pabean, kesatuan ekonomi, kesatuan moneter atau bentuk serupa lainnya, atau atas dasar persetujuan lainnya yang mengarah pada bentuk kesatuan lembaga, maka Pihak tersebut tidak wajib memberikan perlakuan khusus kepada penanam modal dari Pihak lainnya. PASAL IV PENGAMBIL-ALIHAN Masing-masing Pihak harus tidak melakukan tindakan apapun dari pengambil-alihan, nasionalisasi atau segala bentuk pencabutan hak milik lainnya yang berakibat sama seperti nasionalisasi atau pengambil-alihan terhadap penanaman modal oleh penanam modal Pihak lainnya, kecuali berdasarkan keadaan sebagai berikut : a. tindakan dilakukan untuk kepentingan hukum dan kepentingan umum dan sesuai dengan proses hukum; b. tindakan tersebut harus tidak didasarkan pada diskriminasi; c. tindakan-tindakan yang disertai dengan ketentuan untuk pembayaran ganti rugi dengan cepat, memadai dan efektif. Besarnya ganti rugi tersebut harus sesuai nilai pasar yang wajar tanpa pendundaan sebelum tindakan pencabutan hak milik diketahui umum. Nilai pasar tersebut harus ditentukan sesuai dengan praktek-praktek dan cara-cara yang diakui secara

internasional, atau jika nilai pasar yang wajar tersebut tidak dapat disetujui ole kedua belah Pihak, dan jumlah tersebut harus dapat ditransfer secara bebas dalam bentuk mata uang yang dapat dipergunakan secara bebas dari para Pihak. PASAL V GANTI RUGI ATAS KERUGIAN 1. Penanaman modal dari satu Pihak yang menanamkan modalnya di wilayah Pihak lain mengalami kerugian karena perang atau konflik bersenjata, revolusi, negara dalam keadaan darurat, pemberontakan, kerusushan atau huru-hara di wilayah Pihak yang disebut terakhir, harus diberikan perlakuan oleh Pihak tersebut terakhir berkenaan dengan restitusi, indemnifikasi, ganti rugi atau penyelesain lainnya. 2. Perlakuan tersebut harus tidak boleh kurang menguntungkan daripada yang diberikan oleh Pihak disebut terakhir kepada penanam modal sendiri maupun dari negara ketiga, yang mana lebih menguntungkan bagi penanam modal yang bersangkutan. *48385 PASAL VI TRANSFER 1. Masing-masing Pihak harus menjamin berdasarkan hukum dan perundangan yang berkaitan dengan penanaman modal Pihak lain, mengijinkan penanam modal tersebut melakukan transfer tanpa penundaan atas : a. keuntungan, bunga, dividen dan bentuk pendapatan lainnya; b. dana-dana yang diperlukan (i) untuk akuisisi bahan baku atau bahan pembantu, produk setengah jadi, produk jadi, atau (ii) untuk menggantikan asset modal guna melindungi kesinambungan penanaman modal tersebut; c. dana tambahan yang diperlukan untuk pengembangan penanaman modal; d. dana pembayaran kembali pinjaman; e. royalti atau biaya; f. pendapatan perorangan; g. hasil penjualan atau likuidasi dari penanaman modal; h. ganti-rugi atas kerugian; i. ganti -rugi atas pengambil-alihan. 2. Transfer tersebut harus dilakukan sesuai dengan nilai tukar yang berlaku pada saat transfer, dengan memperhatikan transaksi berjalan dalam mata uang yang akan ditransfer. PASAL VII SUBROGASI

Jika penanaman modal aadari penanaman modal salah satu Pihak lainnya diasuransikan atas resiko-resiko non komersial sesuai sistem hukum dengan persetujuan dari Pihak lainnnya, setiap subgrosi dari penanggung atau penanggung-ulang atas hak penanaman modal tersebut sebagaimana persyaratan asuransi diakui oleh Pihak lainnya, tetapi bagaimanapun penanggung atau penanggung-ulang tidak berhak untuk melaksanakan haknya selain daripada hak yang telah diberikan. PASAL VIII PENYELESAIAN PERSELISIHAN ANTARA PENANAM MODAL DAN PIHAK 1. Setiap perselihan antara Pihak dan penanam modal dari Pihak lainnya, mengenai penanaman modal dari Pihak yang disebut terakhir di wilayah yang disebut sebelumnya akan diselesaikan secara damai melalui konsultasi dan perundingan. 2. Jika perseilisihan tersebut tidak dapat diselesaikan dalam enam bulan dari tanggal pemberitahuan tertulis oleh salah satu Pihak yang meminta penyelesaian secara damai, perselisihan tersebut atas permintaan penanam modal yang bersangkutan dapat disampaikan melalui prosedur hukum yang berlaku di Pihak yang bersangkutan atau kepada arbitrasi atau konsiliasi internasional. *48386 3. Dalam hal perselisihan tersebut disampaikan kepada arbitrasi atau konsiliasi, penanam modal mempunyai hak untuk merujuk pada : a. Peradilan ad hoc yang dibentuk berdasarkan peraturan arbitrasi dari Komisi Hukum Perdagangan Internasional PBB (United Nations Commission on International Trade/UNCITRAL); atau b. Pusat Internasional Untuk Penyelsaian Perselisihan Penanaman Modal (International Centre for Settelement of Investment Disputes/ICSID) sesuai Konvesi Penyelesaian Perselisihan Penanaman Modal antar Negara dan Penanam Modal dari Negara lainnya (Convention on Settelement of Investment Disputes Between States and National of others States), yang terbuka untuk ditandatangani di Washington D.C.pada tanggal 18 Maret 1965, apabila para Pihak telah menjadi anggota dalam Konvensi tersebut. PASAL IX PENYELESAIAN PERSELISIHAN ANTARA PIHAK MENGENAI PENAFSIRAN DAN PENERAPAN PERSETUJUAN Perselisihan antara Pihak mengenai penafsiran dan penerapan Persetujuan ini, jika mungkin, diselesaikan melalui saluran diplomasi.

PASAL X PEMBERLAKUAN PERSETUJUAN Persetujuan ini harus berlaku bagi penanaman modal oleh penanam modal dari Republik Arab Suriah di wilayah Republik Indonesia yang dilakukan setelah Persetujuan ini berlaku dan diijinkan sesuai dengan Undang-undang No. 1/1976 mengenai Penanaman Modal Asing dan setiap undang-undang yang mengubah atau menggantikannya, dan terhadap penanaman modal oleh penanam modal dari Republik Indonesia di wilayah Republik Arab Suriah yang diakui menurut Undang-undang No. 10/1991 dan Undang-undang lainnya mengenai peningkatan penanaman modal di Suriah dan setiap undang-undang yang mengubah atau menggantikannya. PASAL XI KONSULTASI DAN PERUBAHAN 1. Masing-masing Pihak dapat meminta diadakannya konsultasi mengenai setiap masalah yang menyangkut Perstujuan ini, Pihak lainnya secara simpatik mempertimbangkan usul tersebut dan mengupayakan kesempatan yang memadai untuk konsultasi dimaksud. 2. Persetujaun ini dapat diubah setiap waktu, jika dianggap perlu dengan kesepakatan bersama. PASAL XII MULAI BERLAKU JANGKA WAKTU DAN PENGAKHIRAN *48387 1. Persetujuan ini harus berlaku 3 bulan setelah tanggal pemberitahuan terakhir oleh setiap Pihak yang telah memenuhi prosedur ratifikasi secara internal. Persetujuan ini berlaku selama periode sepuluh tahun dan akan terus berlaku selama periode sepuluh tahun berikutnya, kecuali salah satu Pihak secara tertulis memberitahukan maksud untuk pengakhiran Persetujuan ini satu tahun sebelum berakhirnya Persetujuan ini. 2. Dalam kaitannya dengan penanaman modal yang dilakukan sebelum berakhirnya Persetujuan ini, ketentuan dari Artikel I hingga XI harus tetap berlaku secara efektif untuk periode sepuluh tahun dari tanggal berakhirnya Persetujuan ini. SEBAGAI BUKTI, yang bertandatangan di bawah ini yang diberi kuasa penuh oleh Pemerintah masing-masing telah menandatangani Persetujuan ini. DIBUAT dalam rangkap dua di Jakarta pada tanggal 27 Juni 1997 dalam Bahasa Indonesia, Arab dan Inggris, semua naskah mempunyai kekuatan hukum yang sama. Jika terdapat perbedaan mengenai penafsiran maka naskah dalam bahasa Inggris harus berlaku. UNTUK PEMERINTAH UNTUK

PEMERINTAH ARAB SURIAH REPUBLIK INDONESIA ALI ALATAS MOHAMMAD IMADY MENTERI LUAR NEGERI DAN PERDAGANGAN LUAR NEGERI DR. MENTERI EKONOMI PROTOKOL Pada saat penandatanganan Persetujuan Peningkatan dan Perlindungan Atas Penanaman Modal Antara Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Arab Suriah, yang diberi kuasa penuh oleh pemerintah masing-masing, telah menyetujui ketentuan-ketentuan berikut sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Persetujuan ini. Dengan menunjuk pada Pasal VI mengenai "transfer" : 1. Dalam hubungannya dengan Republik Indonesia : Transfer tersebut harus dilakukan dengan nilai tukar yang berlaku pada saat transfer, dengan memperhatikan transaksi berjalan dalam mata uang yang akan ditransfer. 2. Dalam hubungannya dengan Pemerintah Arab Suriah : a. Transfer sesuai dengan Pasal IV dan Pasal V dari Persetujuan ini harus dilakukan dalam bentuk mata uang yang dapat dipertukarkan secara bebas berdasarkan milai tukar uang yang berlaku pada tanggal transfer. b. Transfer lainnya harus dilakukan oleh penanam modal dari mata uang asing yang menjadi miliknya yang disimpan dalam rekening koran pada Bank Komersial Suriah. Bank Sentral Suriah akan menjamin penuh kebebasan untuk melakukan transfer tersebut. *48388 SEBAGAI BUKTI, yang bertandatangan di bawah ini yang diberi kuasa penuh oleh Pemerintah masing-masing telah menadatangani Persetujuan ini. DIBUAT dalam rangkap dua di Jakarta pada tanggal 27 Juni 1997 dalam Bahasa Indonesia, Arab dan Inggris, semua naskah mempunyai kekuatan hukum yang sama. Jika terdapat perbedaan penafsiran, maka naskah dalam bahasa Inggris harus berlaku. UNTUK PEMERINTAH PEMERINTAH ARAB SURIAH REPUBLIK INDONESIA ALI ALATAS IMADY MENTERI LUAR NEGERI UNTUK DR. MOHAMMAD MENTERI EKONOMI DAN

NEGERI PERDAGANGAN LUAR