ADVOKASI KESEHATAN SEKSUAL DAN REPRODUKSI DI KALANGAN PELAJAR SMU NEGERI 4 PADANG

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pada masa remaja rasa ingin tahu terhadap masalah seksual sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanan menuju masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 2007). World Health

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa. reproduksi sehingga mempengaruhi terjadinya perubahan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. saat usia remaja terjadi peningkatan hormon-hormon seksual. Peristiwa

Pentingnya Sex Education Bagi Remaja

SKRIPSI. Proposal skripsi. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S-1 Kesehatan Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah bagian yang penting dalam masyarakat, terutama di negara

BAB I PENDAHULUAN. sehingga memunculkan masalah-masalah sosial (sosiopatik) atau yang biasa

KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN SIKAP REMAJA TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. masa dewasa yang berkisar antara umur 12 tahun sampai 21 tahun. Seorang remaja, memiliki tugas perkembangan dan fase

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan individu yang diawali dengan matangnya organ-organ fisik

BAB I PENDAHULUAN. produktif secara sosial dan ekonomis. 1 Pengertian tersebut dapat diartikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah-masalah pada remaja yang berhubungan dengan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. tahun dan untuk laki-laki adalah 19 tahun. Namun data susenas 2006

BAB I PENDAHULUAN. data BKKBN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi mempengaruhi kualitas sumber daya manusia,

BAB 1 : PENDAHULUAN. sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi serta proses

SEX EDUCATION. Editor : Nurul Misbah, SKM

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. aktivitas seksual remaja juga cenderung meningkat baik dari segi kuanitas

BAB I PENDAHULUAN. data BkkbN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah

EFEKTIVITAS PROMOSI KESEHATAN DENGAN METODE PEER EDUCATOR TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG HIV/AIDS

I. PENDAHULUAN Path-UNFPA journal. Volume Sarwono SW Psikologi Remaja. Jakarta: CV. Rajawali. 3

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja sejatinya adalah harapan semua bangsa, negara-negara yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Aspek biopsikososial higiene...irmatri Ariyani, FKM UI, 2009

Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. akurat khususnya teman (Sarwono, 2006). menarik secara seksual, apakah mereka akan bertumbuh lagi, apakah orang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanakkanak. menjadi masa dewasa. Masa transisi ini kadang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seksual yang memuaskan dan aman bagi dirinya, juga mampu. berapa sering untuk memiliki keturunan (Kusmiran, 2012 : 94).

Pendidikan seksualitas remaja. Intan Silviana Mustikawati, SKM, MPH

BAB 1 PENDAHULUAN. harus menghadapi tekanan-tekanan emosi dan sosial yang saling bertentangan.

BAB I PENDAHULUAN. remaja. Kelompok usia remaja menurut WHO (World Health Organization) adalah kelompok umur tahun (Sarwono, 2008).

ARTIKEL JUDUL : KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA. BY ; NUZLIATI T DJAMA S.SiT, M.Kes

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang No.23 Tahun 1992 mendefinisikan bahwa kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. BKKBN merupakan singkatan dari Badan Koordinasi Keluarga Berencana

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. dan dewasa yang ditandai dengan adanya perubahan secara fisik, kematangan

BAB 1 PENDAHULUAN. alat kelamin atau hal-hal yang berhubungan dengan perkara-perkara. dua orang yang berlainan jenis kelamin (Dariyo, 2004).

BAB I PENDAHULUIAN. A. Latar Belakang Masalah. meningkat. Remaja menjadi salah satu bagian yang sangat penting terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit Menular Seksual adalah penyakit yang penularannya terutama

BAB 1 : PENDAHULUAN. Indonesia, sejak tahun Kementerian Kesehatan telah mengembangkan model pelayanan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang menimbulkan permasalahan sosial yang komplek. Keberadaan anak

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan. Bahkan hubungan seksual yang sewajarnya dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. menular yang disebabkan oleh virus HIV (Human Immunodefeciency Virus).

BAB I PENDAHULUAN. menyenangkan. Apalagi pada masa-masa sekolah menengah atas. Banyak alasan. sosial yang bersifat sementara (Santrock, 1996).

BAB I PENDAHULUAN. remaja adalah datang haid yang pertama kali atau menarche, biasanya sekitar umur

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa remaja.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. juta jiwa adalah remaja usia tahun (BkkbN,2014). Menurut bidang

BAB I PENDAHULUAN. Remaja sebagai generasi penerus, calon orang tua dan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. diberikan sejak dini sangat berpengaruh dalam kehidupan anak ketika mereka

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Program For Appropriate Technology in Health (PATH, 2000)

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Masa remaja adalah suatu periode dalam hidup manusia. dimana terjadi transisi secara fisik dan psikologis yang

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA ELATAN NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PENYELENGGARAAN KESEHATAN REPRODUKSI

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Di seluruh dunia, lebih dari 1,8 miliar. penduduknya berusia tahun dan 90% diantaranya

BAB 1 PENDAHULUAN. Y, 2009). Pada dasarnya pendidikan seksual merupakan suatu informasi

BAB I PENDAHULUAN. dibicarakan di depan anak-anak apalagi untuk mengajarkannya kepada

BAB I PENDAHULUAN. Seks bebas adalah hubungan seksual terhadap lawan jenis maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. Kasus pernikahan usia dini banyak terjadi di berbagai penjuru dunia. Hal

BAB I PENDAHULUAN. masa remajanya dengan hal-hal yang bermanfaat. Akan tetapi banyak remaja

BAB I PENDAHULUAN. goncangan dan stres karena masalah yang dialami terlihat begitu

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perilaku seksual merupakan segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat

BAB I PENDAHULUAN. seks mendorong remaja untuk memenuhi kebutuhan seksnya, mereka

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan tahap kehidupan seseorang mencapai proses

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Dewi Puspitaningrum 1), Siti Istiana 2)

BAB I PENDAHULUAN. mengalami transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa disertai dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. setelah masa kanak-kanak dan sebelum dewasa, yaitu pada umur tahun

BAB 1 : PENDAHULUAN. produktif. Apabila seseorang jatuh sakit, seseorang tersebut akan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Tri Lestari Octavianti,2013 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG SEKS BEBAS DI SMA NEGERI 1 KADIPATEN KABUPATEN MAJALENGKA

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang pesat baik secara fisik, psikologis maupun intelektual. Pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. beragam suku dan sebagian besar suku yang menghuni kabupaten Merangin

BAB I PENDAHULUAN. bonus demografi, dimana penduduk usia produktif yaitu penduduk dengan usia 15

BAB I PENDAHULUAN. kecanduan narkoba dan ujung ujungnya akan terinfeksi HIV Aids dengan hal

BAB I PENDAHULUAN. dan transisi dalam moralitas (Suhud & Tallutondok., 2009).

BAB I PENDAHULUAN. ketergantungan sosial-ekonomi secara total ke arah ketergantungan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang. antara 10 hingga 19 tahun (WHO). Remaja merupakan suatu

Lina Afiyanti 2, Retno Mawarti 3 INTISARI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dewasa yang meliputi semua perkembangannya yang dialami sebagai. persiapan memasuki masa dewasa (Rochmah, 2005). WHO mendefinisikan

BAB I PENDAHULUAN. Terjadinya kematangan seksual atau alat-alat reproduksi yang berkaitan dengan sistem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kepulauan Karimunjawa merupakan wilayah Kecamatan dari Kabupaten Jepara,

BAB I PENDAHULUAN. gender. Kekerasan yang disebabkan oleh bias gender ini disebut gender related

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik sendiri dalam pelaksanaan pembangunan yang menuntut semua

KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PELAJAR TERHADAP PROGRAM GENERASI BERENCANA DI SMA NEGERI 13 MEDAN TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai adanya proses perubahan pada aspek fisik maupun psikologis

BAB I PENDAHULUAN. dalam kurun waktu adalah memerangi HIV/AIDS, dengan target

BAB 1 PENDAHULUAN. maka kesegaran jasmani akan semakin baik pula. Berdasarkan undang-undang yang

HUBUNGA SEKSUAL SKRIPSII. Diajukan Oleh: F HUBUNGA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sebaliknya dengan yang negatif remaja dengan mudah terbawa ke hal yang

Transkripsi:

Program PPM PROGRAM STUDI Sumber Dana DIPA Universitas Andalas Besar Anggaran Rp 4.000.000,- Tim Pelaksana Rinaldy Eka Putra, Fachrina, Azwar, Nini Anggraini dan Havizatul hanim Fakultas ISIP Lokasi Kota Padang, Sumatera Barat ADVOKASI KESEHATAN SEKSUAL DAN REPRODUKSI DI KALANGAN PELAJAR SMU NEGERI 4 PADANG PENDAHULUAN Kesehatan reproduksi di sini adalah keadaan fisik, mental, kelaikan sosial secara menyeluruh, dalam segala hal yang berhubungan dengan sistem produksi berikut fungsi-fungsi dan proses-prosesnya. Artinya di dalam konsep kesehatan reproduksi ini tercakup hak reproduksi. Hak reproduksi merupakan hak bagi semua orang untuk membuat keputusankeputusan yang berhubungan dengan reproduksi yang bebas dari diskriminasi, paksaan atau kekerasan. Hak reproduksi ini didasarkan atas pengakuan hak asasi manusia, khususnya pasangan dan pribadi untuk menentukan secara bebas dan bertanggung jawab mengenai jumlah anak, penjarangan serta penentuan kelahiran anak, hak untuk memperoleh informasi dan cara melakukan hal tersebut (layanan kesehatan reproduksi) dan hak untuk mencapai standar tertinggi kesehatan seksual dan reproduksinya (Mohamad, 2007). Kesehatan seksual dan reproduksi dapat dikatakan bukanlah merupakan sesuatu hal yang baru dalam masyarakat secara umum. Namun demikian di satu sisi sebagain orang dalam masyarakat kita masih menganggap permasalahan kesehatan seksual dan reproduksi khususnya pendidikan seks sebagai sesuatu hal yang tabu dan belum pantas dibicarakan secara terbuka apalagi dihadapan remaja. Dimana hal tersebut hanya layak dibicarakan oleh orang dewasa dan di dalam lembaga perkawinan. Akan tetapi di sisi lain permasalahan dalam lingkup kehidupan remaja yang berkaitan dengan kesehatan seksual dan reproduksi seperti keterlibatannya dalam masalah narkoba, pergaulan bebas dan prilaku seksual pra nikah, pelacuran ABG, terkena penyakit menular seksual dan kehamilan yang tidak dikehendaki serta aborsi oleh remaja terus terjadi hampir setiap harinya. Menurut Irawati (2007) sebagian besar remaja di Indonesia mengidap kebutaan informasi mengenai kesehatan reproduksi. Penyebabnya dijelaskan sangat beragam, seperti tabu membicarakannya, tidak diajarkan di sekolah atau di rumah dan sebagainya. Seharusnya para remaja memperoleh informasi yang benar melalui bimbingan yang bersifat persuasif. Mereka mengharapkan bimbingan tersebut datang dari orang tuanya sendiri. Akan tetapi masalah seksualitas merupakan salah satu masalah yang sangat sulit dalam hubungan antara orang tua dan remaja (Soekanto, 1992). Hal ini terlihat dari hasil penelitian Fachrina dan Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Andalas, 2010 1

Zuldesni (2005) di SMU No 4 Padang, menemukan bahwa hanya 37% responden yang mengetahui maksud atau pengertian konsep kesehatan reproduksi. Remaja merupakan fase kehidupan manusia yang spesifik, yang mana pada usia ini terjadi peningkatan produksi hormon-hormon seksual, dan sebagai makhluk sosial yang juga dilengkapi oleh keinginan dan nafsu seksual, maka remajapun mengalami proses pematangan fisik dan psikologi dalam masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa dan sangat rentan atau sensitif dengan masalah seksualitas. Untuk itu dalam masa mencari identitas diri pada remaja tersebut maka idealnya remaja mempunyai informasi dan pengetahuan yang tepat/benar mengenai permasalahan kesehatan seksual dan reproduksi. Akan tetapi tragisnya, informasi mengenai kesehatan reproduksi bukan hak yang mudah diperoleh secara langsung oleh remaja. Sekolah, institusi yang seharusnya memberikan pengetahuan dan informasi tersebut secara ilmiah, nyaris hanya menyisipkan materi tersebut dalam pelajaran lain dan bersifat dangkal sekali. Di rumahpun, tidak semua orang tua dapat memahami persoalan kesehatan reproduksi yang sebenarnya (Wahyuni dan Sustiwi, dalam Jurnal Perempuan No 53, 2007). Oleh karena itu kesehatan seksual dan reproduksi remaja perlu ditangani secara khusus dengan cara-cara yang ditujukan untuk menyiapkan mereka menjadi remaja yang bertanggungjawab. Salah satunya adalah dengan pemberian informasi dan pendidikan serta penanaman kesadaran akan hak-hak kesehatan reproduksi mereka. Tujuan dari pelaksanaan kegiatan ini adalah memberikan pemahaman dan kesadaran yang lebih mendalam kepada pelajar mengenai kesehatan seksual dan reproduksi, terutama mengenai isu-isu kesehatan seksual remaja, termasuk kehamilan yang tidak diinginkan, aborsi yang tidak aman, penyakit menular seksual, HIV/AIDS, dan melakukan advokasi kepada pelajar untuk lebih menyadari hak kesehatan reproduksi remaja, antara lain yaitu hak untuk menentukan jumlah anak, hak atas kesehatan seksual, hak untuk memperoleh informasi dan layanan kesehatan reproduksi, dalam rangka pemberdayaan pelajar menjadi remaja yang bertanggungjawab. Kegiatan ini diharapkan akan sangat bermanfaat untuk (1) Peningkatan pemahaman dan kesadaran remaja mengenai kesehatan seksual dan reproduksi,(2) Pemberdayaan remaja guna memperbaiki sikap dan prilaku remaja dalam pergaulan dan kehidupan sehari-hari dalam rangka menjadi seorang remaja yang bertanggungjawab yang dapat menjaga kesehatan seksual dan reproduksi. 2 Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Andalas, 2010

METODE KEGIATAN Kegiatan ini dilaksanakan dengan dua cara, pertama memberikan materi secara teoritis tentang kepada pelajar tentang konsep, pengertian dan elemen-elemen kesehatan seksual dan reproduksi dan kedua mendiskusikan isu-isu kesehatan seksual dan hak reproduksi remaja, termasuk kehamilan yang tidak diinginkan, aborsi yang tidak aman, dan penyakit menular seksual, HIV/AIDS, Pertama nara sumber memberikan pengetahuan dasar mengenai kesehatan reproduksi remaja antara lain gambaran mengenai tahapan perkembangan remaja dan hak-hak remaja dalam kesehatan seksual dan reproduksi serta informasi kasus-kasus kesehatan seksual dan reproduksi yang pernah dialami oleh remaja. Setelah pemberian informasi dasar ini, peserta pelatihan difasilitasi bagaimana mengidentifikasi permasalahan yang dialami dalam diri sendiri menyangkut kesehatan seksual dan reproduksi tersebut, barulah kemudian dirumuskan alternatif pemecahan masalah HASIL KEGIATAN Pelaksanaan penyuluhan dan pelatihan yang telah dilaksanakan pada hari Kamis, tanggal 6 Agustus 2009. Penyuluhan dan pelatihan sekaligus dilaksanakan pada waktu yang bersamaan,dimana nara sumber tenaga penyuluhan yang diundang berasal dari lembaga PKBI Cemara Sumatera Barat, yang merupakan lembaga advokasi berbagai permasalahan remaja, atau tempat curhatnya para remaja. Acara dibuka oleh moderator dengan memperkenalkan tim pengabdian kepada peserta pelatihan, tujuan dan maksud diadakannya pelatihan serta sistem/aturan dalam kegiatan penyuluhan dan pelatihan ini. Sebelum nara sumber memberikan penyuluhan waktu diminta sebentar oleh salah satu anggota tim pengabdian yang kebetulan sebagai ketua jurusan Sosiologi untuk memperkenalkan jurusan Sosiologi. Kemudian baru acara dilanjutkan oleh nara sumber, dengan memberikan pengetahuan dasar mengenai kesehatan seksual dan reproduksi, mengidentifkasi permasalahan dan merumuskan alternatif pemecahan masalah. Kegiatan pengabdian yang dilakukan ini menghasilkan yaitu pertama, berupa peningkatan pengetahuan dan kedua berupa identifikasi kasus-kasus kesehatan seksual dan reproduksi yang sering dialami remaja serta perumusan alternatif langkah-langkah pemecahan masalah tersebut. Pengetahuan peserta terlihat dalam proses diskusi atau tanya jawab dilakukan pada prosespemberian penyuluhan oleh nara sumber. Demikian juga dengan pengidentifikasian kasus-kasus dan pemecahannya. Diketahui bahwa remaja masih malu- Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Andalas 3

malu mengungkap masalah yang pernah dialami. Dapat dikatakan bahwa mereka relatif belum peduli dengan masalah kesehatan seksual dan reproduksi serta tidak memahami adanya hakhak mereka sebagai remaja dalam memenuhi kesehatan seksual dan reproduksi mereka. Beberapa langkah-langkah yang berhasil dirumuskan antara nara sumber dengan peserta pelatihan yaitu antara lain; a. Memberikan pengetahuan atau informasi yang memadai kepada pihak orang tua mengenai kesehatan seksual dan reproduksi, karena mereka mempunyai peran yang penting untuk mensosialisasikannya kepada anak-anak di rumah, sehingga orang tua dapat memahami secara tepat dan benar serta tidak risih lagi dalam membekali anak-anak mereka mengenai hal tersebut. b. Begitu juga dengan guru, harus memberikan waktu atau pelajaran khusus dalam membahas tentang kesehatan seksual dan remaja, tidak hanya diselipkan sedikit dalam pelajaran biologi. Pihak guru haruslah memberikan pemahaman yang benar agar remaja dapat memahami diri mereka, dan pihak guru dapat menjadi tempat bertanya atau curhat remaja mengenai kasus/permasalahan yang mereka alami. c.beritahu dan diskusikan segera kepada guru atau orang tua mengenai permasalahan yang dialami, tidak dipendam atau dipikirkan sendiri untuk mencari alternatif pemecahannya. d. Jika remaja masih malu-malu atau riskan membicarakannya dengan pihak orang tua dan pihak guru, mereka dianjurkan untuk berkonsultasi dengan pihak Cemara PKBI Sumbar. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Kegiatan pengabdian mengenai kesehatan seksual dan reproduksi remaja ini menyimpulkan bahwa; 1. Kesehatan seksual dan reproduksi remaja merupakan persoalan yang relatif belum dipahami baik oleh remaja sendiri, maupun oleh pihak orang tua dan guru. 2. Tahapan perkembangan remaja adalah tahapan yang rawan terhadap terjadinya berbagai kasus kesehatan seksual dan reproduksi. Untuk itu mereka (remaja, orang tua, guru) perlu diberi pelatihan yang berkesinambungan dan diberdayakan agar remaja terhindar dari kasus tersebut. Saran-Saran 1. Berdasarkan hasil kesimpulan kegiatan pengabdian ini, maka disarankan kepada orang tua dan guru agar lebih membekali diri dengan informasi/pengetahuan yang benar 4 Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Andalas, 2010

mengenai kesehatan seksual dan reproduksi remaja, serta lebih membuka diri dan mendekatkan diri kepada anak-anak agar mereka tidak risih bertanya atau berdiskusi 2. Kepada pihak Cemara PKBI, disarankan lebih proaktif mensosialisasikan kesehatan seksual dan reproduksi kepada remaja, tidak hanya pada remaja diperkotaan tapi juga kepada remaja yang bermukim di daerah. 3. Kepada remaja itu sendir diharapkan lebih menjadikan orang tua dan guru sebagia tempat bertanya dan mendapatkan informasi yang benar serta berdiskusi mengenai persoalan-persoalan yang dihadapi. UCAPAN TERIMA KASIH Pengabdian ini terlaksana berkat kerjasama antara tim dengan Lembaga Pengabdian Masyarakat Universitas Andalas serta pihak sekolah yang di tuju. Oleh sebab itu, tim mengucapkan terima kasih kepada LPM UNAND yang telah mengalokasikan sejumlah dana dalam pelaksanaan pengabdian ini, juga kepada pihak sekolah dan para siswa SMAN No 4 Padang. DAFTAR PUSTAKA Adriana dkk. 1998. Hak-Hak Reproduksi Perempuan yang Terpasung. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Dewi, Made Heni Urmila. 1997. Aborsi Pro Kontra di Kalangan Petugas Kesehatan. Yogyakarta: Pusat Penelitian Kependudukan UGM. Fachrina dan Zuldesni, 2006. Hubungan Tingkat Pendidikan dan Pekerjaan Orang Tua dengan Tingkat Pengetahuan dan Kesadaran Remaja Usia Subur terhadap Kesehatan Seksual dan Reproduksi. Laporan Penelitian, Lembaga Penelitian UNAND. Tidak Diterbitkan. Fitrawati. 2002. Seks dan Seksualitas di kalangan Remaja; Kajian Simbolik di Tingkat komunitas Siswa SMU. Skripsi. FISIP. Universitas Andalas. Jendrius dkk. 2003. Tanggapan Pemerintah dan Publik terhadap Masalah Kesehatan Reproduksi Remaja di Kota Padang. Laporan Penelitian. Padang: Laboratorium Sosiologi. FISIP. Universitas Andalas. Musdah. Memberi Informasi yang Benar tentang Kesehatan Reproduksi. Kompas. 2 September 2002. PUSKOMKES JENDER. 2001. Jender & Kesehatan. Kumpulan Artikel 1998-2001. Jakarta. PUSKOMKES JENDER & FORD Foundation. Sarumpung, Elga. 1999. Agama dan Kesehatan Reproduksi.Seri Kesehatan Reproduksi. Jakarta Kebudayaan dan Masyarakat. Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Andalas 5

Sucipto, Helly P. dan Faturrochman. 1989. Pengetahuan, Sikap, dan Pratik Kesehatan Reproduksi Remaja, Yogyakarta. Pusat Penelitian Kependudukan. Gagjah Mada. www.jai.or.id/jurnal/2003. Menyelamatkan Hidup Perempuan dengan Membuka Kesadaran akan Hak-Hak Reproduksi. Jurnal Perempuan No. 53, 2007. Kesehatan Reproduksi; Andai Perempuan Bisa Memilih. Yayasan Jurnal Perempuan. Jakarta. 6 Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Andalas, 2010