HUBUNGAN ANTARA STATUS DEMENSIA DENGAN DISABILITAS FUNGSIONAL PADA LANSIA DI DESA GONILAN KARTASURA NASKAH PUBLIKASI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. di atas 65 tahun (7,79 % dari seluruh jumlah penduduk). Bahkan, Indonesia. paling cepat di Asia Tenggara (Versayanti, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperbaiki diri dan mempertahankan fungsi normalnya. adalah intellectual impairment (gangguan intelektual/demensia).

BAB I PENDAHULUAN. jumlah lansia didunia sebesar 400 juta berada di Asia (Data Informasi &

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT AKTIFITAS FISIK DENGAN FUNGSI KOGNITIF PADA LANJUT USIA DI DESA PUCANGAN KECAMATAN KARTASURA

SRAGEN SKRIPSI JURUSAN FAKULTAS. Disusun oleh: J

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI KELURAHAN DALEMAN TULUNG KLATEN SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. lain. Keadaan tersebut sangat berpotensi menimbulkan masalah secara

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta * ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN UKDW. memperbaiki keruskan yang diderita (Martono & Parka, 2009).

HUBUNGAN TINGKAT DEPRESI DENGAN KETERGANTUNGAN DALAM ADL (ACTIVITY OF DAILY LIVING) PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DARMA BHAKTI PAJANG SURAKARTA

e-journal Keperawatan (e-kp) Volume 6 Nomor 1, Februari 2018

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Jumlah lanjut usia (lansia) sekarang ini semakin meningkat. Hal ini

HUBUNGAN DEPRESI DENGAN INTERAKSI SOSIAL LANJUT USIA DI DESA TOMBASIAN ATAS KECAMATAN KAWANGKOAN BARAT. Andriano H Sengkey Mulyadi Jeavery Bawotong

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DENGAN INSOMNIA PADA LANSIA DI DESA TAMBAK MERANG GIRIMARTO WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. harapan hidup, sehingga jumlah populasi lansia juga meningkat. Saat ini

I. PENDAHULUAN. (Nugroho, 2008). Lanjut usia bukanlah suatu penyakit. Lanjut usia adalah

PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI LANSIA DENGAN INTERAKSI SOSIAL LANSIA DI DESA SOBOKERTO KECAMATAN NGEMPLAK BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. menurut tingkatan usia lanjut yakni usia pertengahan (45-59), usia lanjut (60-

BAB I PENDAHULUAN. cukup besar. Di samping populasi yang terus meningkat, Indonesia juga

BAB I PENDAHULUAN. yang terkadang menimbulkan masalah sosial, tetapi bukanlah suatu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sempurna baik fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari. kesehatan dan Keadaan Sejahtera Badan, Jiwa dan Sosial yang

JNPH Volume 4 No. 1 (Juli 2016) The Author(s) 2016

HUBUNGAN KONSEP DIRI DENGAN PENERIMAAN DIRI PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDHI LUHUR KASONGAN BANTUL YOGYAKARTA

HUBUNGAN PELAYANAN POSYANDU X DENGAN TINGKAT KEPUASAN LANSIA

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DAN KEMANDIRIAN LANSIA DENGAN KONSEP DIRI LANSIA DI KELURAHAN BAMBANKEREP KECAMATAN NGALIYAN KOTA SEMARANG

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Proporsi populasi usia lanjut di Indonesia semakin bertambah seiring

BAB I PENDAHULUAN. termasuk Indonesia. The United Nation telah memprediksikan bahwa

PERBEDAAN TINGKAT DEPRESI ANTARA LANSIA YANG TINGGAL DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI DAN YANG BERSAMA KELUARGA DI KELURAHAN PAJANG

BAB 1 PENDAHULUAN. normalnya secara perlahan (Darmojo, 2009). Dalam proses tersebut akan

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA USIA TAHUN DI RW 08 KELURAHAN SUKUN KECAMATAN SUKUN KOTA MALANG

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional telah

KAITAN FAKTOR KESEPIAN DAN FUNGSI KOGNITIF PADA LANSIA DI BHAKTI LUHUR NURSING HOME SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan pada berbagai bidang terutama dibidang. (lansia) terus meningkat dari tahun ke tahun.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

IRMA MUSTIKA SARI J

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya gangguan penyakit pada lansia. Salah satu gangguan psikologis

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: RITA SUNDARI

Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia ISSN : e-issn : Vol. 2, No 2 Februari 2017

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proporsi penduduk dunia berusia 60 tahun ke atas tumbuh lebih

Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Kejadian Penurunan Daya Ingat pada Lansia

BAB I PENDAHULUAN di prediksikan jumlah lansia akan mengalami peningkatan sebesar 28,8 juta

PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MEDISTRA INDONESIA BEKASI

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya angka harapan hidup (life expectancy). Dilihat dari masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan Nasional telah mewujudkan

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEMANDIRIAN ADL (ACTIVITY DAILY LIVING) PADA LANSIA

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Jumlah penduduk Indonesia sangat melaju pesat dari tahun ke tahun. Data

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya (Padila, 2013). Pada tahun 2012, UHH penduduk dunia rata rata

BAB I PENDAHULUAN. semakin berkembangnya anggapan bahwa menjadi tua itu identik dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. fisilogis organ tubuhnya (Wahyunita, 2010). Banyak kelainan atau penyakit

HUBUNGAN SOCIAL ENGAGEMENT DENGAN FUNGSI KOGNITIF PADA LANSIA DI POSYANDU LANJUT USIA MEKAR SARI RW V MOJO SURABAYA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas tentang isi dari pendahuluan diantaranya adalah

Hubungan Depresi dan Demensia pada Pasien Lanjut Usia dengan Diabetes Melitus Tipe 2 LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

ABSTRAK HUBUNGAN KEMAMPUAN FUNGSIONAL DENGAN RISIKO JATUH PADA LANSIA DI POSYANDU LANSIA PUSKESMAS ABIANSEMAL II BADUNG

BAB I PENDAHULUAN. berstruktur lanjut usia karena dari tahun ke tahun, jumlah penduduk

BAB 1 : PENDAHULUAN. mobilitas, perawatan diri sendiri, interaksi sosial atau aktivitas sehari-hari. (1)

Jurnal Keperawatan JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN DAN KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO. Jurnal yang berjudul

ABSTRAK PENGARUH PELAKSANAAN SENAM LANSIA TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA DI PUSKESMAS KALUKU BODOA MAKASSAR TAHUN 2015

NI PUTU AYU UTARI LAKSMI G

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO), lanjut usia (lansia) adalah orang berusia

STUDI KORELASI DEMENSIA DENGAN TINGKAT KETERGANTUNGAN LANSIA DALAM PEMENUHAN ACTIVITIES OF DAILY LIVING

Hubungan Tingkat Pengetahuan Dengan Motivasi Memeriksakan Diri Di Posyandu Lansia Desa Sukodono Sidoarjo

JURNAL ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

ANGKA KEJADIAN GANGGUAN CEMAS DAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA WANA SERAYA DENPASAR BALI TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ialah melihat usia harapan hidup penduduknya. Dari tahun ke tahun usia harapan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi usia lanjut dini yaitu berkisar antara tahun, dan lansia yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Menua adalah proses menghilang kemampuan jaringan secara

BAB I PENDAHULUAN. otak secara akut dan dapat menimbulkan kematian (World Health Organization

HUBUNGAN POLA TIDUR TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI SEJAHTERA MARTAPURA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Sesuai dengan UU No.13 tahun 1998 Tentang Kesejahteraan Lanjut Usia

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

@UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. makin meningkat. Peningkatan jumlah lansia yang meningkat ini akan

BAB I PENDAHULUAN. periode yang berurutan, mulai dari periode prenatal hingga lanjut usia atau lansia

HUBUNGAN TINGKAT KECEMASAN DENGAN TINGKAT KEMANDIRIAN ACTIVITIES OF DAILY LIVING (ADL) PADA LANJUT USIA DI PANTI WERDHA

The Association between Social Functions and Quality of Life among Elderly in Denpasar

PENGARUH SENAM OTAK (BRAIN GYM) TERHADAP TINGKAT DEMENSIA PADA LANSIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lanjut usia merupakan suatu anugerah. Menjadi tua, dengan segenap

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

HUBUNGAN ANTARA TIPE KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANJUT USIA DI DESA CELEP KECAMATAN KEDAWUNG KABUPATEN SRAGEN

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk serta meningkatkan umur harapan hidup manusia. Akibatnya jumlah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peningkatan jumlah lansia juga terjadi di negara Indonesia. Persentase penduduk

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun. Pada tahun 2010, diprediksi jumlah lansia sebesar 23,9 juta jiwa dengan

SKRIPSI. Penelitian Keperawatan Gerontik

I. PENDAHULUAN. sesuai kemampuannya (Darmajo, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. baik pula kualitas hidupnya, tetapi lain halnya jika menghadapi. sebagai persepsi individu mengenai keberfungsian mereka di dalam

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA INSOMNIA PADA LANJUT USIA (LANSIA) DI DESA GAYAM KECAMATAN SUKOHARJO KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. dan kapan saja, yang dapat menimbulkan kerugian materiel dan imateriel bagi

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Data dari World Health Organization (WHO) mencatat pada tahun 2015

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Lansia dapat menjadi salah satu tolok ukur kesejahteraan bangsa.

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan gejala utama nyeri (Dewi, 2009). Nyeri Sendi merupakan penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki, mengganti, dan

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 3, September 2017 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. (Activity Daily Living/ADL) (Effendi,2008). tidak lepas dari bimbingan dan perhatian yang diberikan oleh keluarga,

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Daerah Istimewa Yogyakarta masuk dalam kategori 10 besar provinsi di

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Dengan jumlah penduduk yang lebih dari 200 juta jiwa pada tahun 2000,

Priyoto Dosen S1 Keperawatan STIKes Bhakti Husada Mulia Madiun ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. WHO akan mengalami peningkatan lebih dari 629 juta jiwa, dan pada tahun 2025

Transkripsi:

HUBUNGAN ANTARA STATUS DEMENSIA DENGAN DISABILITAS FUNGSIONAL PADA LANSIA DI DESA GONILAN KARTASURA NASKAH PUBLIKASI Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat Disusun Oleh: Maftukhah J 410 080 025 PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013

ii

HUBUNGAN ANTARA STATUS DEMENSIA DENGAN DISABILITAS FUNGSIONAL PADA LANSIA DI DESA GONILAN KARTASURA Maftukhah 1, Ambarwati 2*, Sri Darnoto 2* 1 Alumni Prodi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta ²Prodi Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta ABSTRAK Proses penuaan merupakan suatu proses yang diikuti oleh beberapa kemunduran fisik. Kemunduran itu biasanya diikuti dengan munculnya berbagai gangguan fisiologis, gangguan kognitif, gangguan afektif, dan psikososial. Salah satu gangguan kognitif yang dialami lansia adalah demensia. Demensia merupakan efek yang terjadi dari perubahan fisiologis yang berupa kemunduran kognitif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara status demensia dengan disabilitas fungsional pada lansia di Desa Gonilan Kartasura. Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilakukan di Desa Gonilan Kartasura dengan jumlah sampel penelitian 75 orang lansia yang memenuhi kriteria inklusi. Demensia diukur dengan menggunakan Mini Mental State Examination (MMSE), dan disabilitas fungsional dengan menggunakan Groningen Activity Retriction Scale (GARS). Uji statistik menggunakan Rank Spearman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai p= 0,001, artinya ada hubungan antara status demensia dengan disabilitas fungsional pada lansia dan nilai r= - 0,413 artinya, semakin besar skor MMSE, maka semakin kecil skor GARS, begitu pula sebaliknya semakin kecil skor MMSE maka semakin besar skor GARS. Kata kunci : Demensia, Disabilitas Fungsional, Lansia ABSTRACT The aging process is a process which is followed by some physical decline. It is usually followed by the emergence of a variety of psychological, cognitive, affective, and psychosocial disorders. One of the cognitive interferences experienced by the elderly is the dimensia. Dimensia is the effects that occur from psychological changes in the form of cognitive decline. The aims of this research are to know the relationship between the status of the dimensia with functional disabilitas of the elderly in Gonilan Kartasura. The type of the research is observational analytic research using Cross Sectional approach. This research was conducted in Gonilan Kartasura with the number of the elderly sample of research are 75 who meets the criteria of inclusion. Dimensia was measured with the use of Mini Mental State Examination (MMSE), and functional disabilitas using Groningen Activity Retriction Scale (GARS). Statistical test is using Rank 1

Spearman. The result showed that the value of p=0,001, it means that there is a relationship between the status of the dimensia with functional disabilitas on the elderly and the value of r=-0,413, it means the higher of MMSE the lower of GARS score, so the reverse. The keyword : Dimensia, Functional disabilitas, The elderly PENDAHULUAN Jumlah penduduk lanjut usia (lansia) sekarang ini semakin meningkat. Hal ini tidak hanya terjadi di negara-negara maju, tetapi di Indonesia pun terjadi hal yang serupa. Saat ini di Indonesia terdapat sekitar 10 juta orang yang berusia di atas 65 tahun (4,6% dari seluruh jumlah penduduk). Bahkan, Indonesia termasuk salah satu negara, yang jumlah penduduk lansianya bertambah paling cepat di Asia Tenggara (Versayanti, 2008). Pola perkembangan penduduk lansia yang ada di Indonesia cukup unik. Dari tahun ke tahun jumlahnya cenderung meningkat. Kantor Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat (KESRA) melaporkan, jika tahun 1980 usia harapan hidup (UHH) 52,2 tahun dan jumlah lansia 7.998.543 orang (5,45%) maka pada tahun 2006 menjadi 19 juta orang (8,90%) dan UHH sekitar 67,4 tahun. Sepuluh tahun kemudian atau pada 2020 perkiraan penduduk lansia di Indonesia mencapai 28,8 juta atau 11,34% dengan UHH sekitar 71,1 tahun (Muhammad, 2010). Peningkatan jumlah penduduk lansia ini sebagai konsekuensi dari peningkatan usia harapan hidup. Peningkatan usia harapan hidup penduduk Indonesia ini merupakan indikasi berhasilnya pembangunan jangka panjang, salah satu di antaranya yaitu bertambah baiknya keadaan ekonomi dan taraf hidup masyarakat. Akan tetapi dengan bertambahnya umur rata-rata ataupun harapan 2

hidup (life expectancy) pada waktu lahir, karena berkurangnya angka kematian kasar (crude date rate) maka persentasi golongan tua akan bertambah dengan segala masalah yang menyertainya (Maramis, 2004). Kelompok lansia dipandang sebagai kelompok masyarakat yang berisiko mengalami gangguan kesehatan. Masalah keperawatan yang menonjol pada kelompok tersebut adalah meningkatnya disabilitas fungsional fisik. Disabilitas fungsional pada lansia merupakan respons tubuh sejalan dengan bertambahnya umur seseorang dan proses kemunduran yang diikuti dengan munculnya gangguan fisiologis, gangguan kognitif, gangguan afektif, dan gangguan psikososial (Palestin, 2006). Peningkatan harapan hidup tentunya mempunyai dampak lebih banyak pada terjadinya gangguan penyakit lansia. Pada lansia di atas usia 65 tahun berisiko terkena penyakit demensia alzheimer. Penyakit ini dapat dialami semua orang tanpa membedakan gender, status sosial, ras, bangsa, ataupun suku. Edukasi bagi tenaga perawatan, anggota keluarga, dan relawan sangat penting dalam upaya memberi asuhan keperawatan lanjut usia penyandang demensia alzheimer (Nugroho, 2008). Tingginya jumlah lansia membutuhkan perhatian khusus terutama masalah kesehatan, salah satunya ditunjukkan dengan gejala depresi yang sering muncul pada lansia. Gejala depresi ini dapat memperpendek harapan hidup dengan mencetuskan atau memperburuk kemunduran fisik (Stanley dan Beare, 2006). Demensia merupakan salah satu gangguan yang terjadi pada lansia sebagai efek dari perubahan fisiologis yang berupa kemunduran kognitif. Perubahan khas 3

pada demensia terjadi pada kognisi, memori, bahasa, kemampuan, visuospasial, dan gangguan perilaku serta pemenuhan kebutuhan lainnya (Yosep, 2009). Lansia yang mengalami demensia dilaporkan juga memiliki defisit aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS) dan aktivitas instrumen kehidupan sehari-hari (AIKS) (Palestin, 2006). METODE Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilakukan di Desa Gonilan Kartasura. Populasi dalam penelitian ini adalah lansia yang ada di Desa Gonilan Kartasura. Pengambilan sampel menggunakan teknik simple random sampling, dengan jumlah sampel sebanyak 300 orang lansia. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara terstruktur menggunakan alat ukur MMSE untuk mengukur demensia dan GARS untuk mengukur disabilitas fungsional. Analisis data digunakan untuk mengetahui hubungan antara status demensia dengan disabilitas fungsional pada lansia dengan uji Rank Spearmean. HASIL Luas wilayah Kecamatan Kartasura pada tahun 2010 tercatat 1.923 Ha atau sekitar 4,12% dari luas Kabupaten Sukoharjo (46.666 Ha). Desa Gonilan merupakan desa yang terluas di wilayah kartasura yaitu 432 Ha atau 12,06%. Jarak Desa Gonilan ke Kecamatan Kartasura 3 Km dengan luas wilayah 232 Ha (12,06%). Jumlah penduduk di Desa Gonilan 6.330 orang dan terdapat 10 posyandu, di Gonilan terdapat 300 lansia yang masih aktif mengikuti posyandu lansia. 4

1. Subjek penelitian dengan MMSE Klasifikasi MMSE N (orang) % Berat 21 28,00 Ringan 31 41,33 Normal 23 30,67 Jumlah 75 100 Berdasarkan Tabel diatas dapat dilihat bahwa subjek terbanyak termasuk kategori menderita gangguan kognitif ringan (41,33%) dan paling sedikit kategori gangguan kognitif berat (28,00%). 2. Subjek penelitian dengan GARS Gambaran Lansia Berdasarkan Klasifikasi GARS di Desa Gonilan Kartasura Tahun 2012 Kategori f(orang) % Baik 60 80,0 Buruk 15 20,0 Jumlah 75 100 Berdasarkan Tabel diatas dapat dilihat bahwa responden termasuk kategori baik untuk melakukan aktivitas sehari-hari (80,0%) dan kategori buruk perlu bantuan orang lain untuk melakukan aktivitas sehari-hari (20,0%). PEMBAHASAN Berdasarkan analisis bivariat status demensia berhubungan dengan disabilitas fungsional pada lansia di Desa Gonilan Kartasura yaitu p = 0,001 dan r 5

= - 0,413. Hasil Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Palestin (2006), yang menyatakan bahwa umur, depresi dan demensia berhubungan dengan disabilitas fungsional lansia di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Abiyoso dan PSTW Budi Dharma Provinsi D.I. Yogyakarta. Pada penelitian ini hubungan antara status demensia dengan disabilitas fungsional memang menunjukkan hubungan yang negatif artinya, semakin rendah nilai MMSE maka nilai GARS semakin tinggi. Responden yang mengalami gangguan kognitif (demensia) nilai MMSE cenderung rendah ( 23), sedangkan yang mengalami gangguan fungsional maka nilai GARS cenderung meningkat (tinggi). Responden demensia yang mengalami gangguan fungsi kognitif, pada jaringan otak memiliki risiko lebih berat dibandingkan responden yang mengalami gangguan fungsi afektif. Fungsi kognitif ditemukan sebagai indikator mortalitas dan terdapat pada banyak kasus disabilitas fungsional. Perubahan fungsi kognitif terlihat sebagai gejala awal faktor neurologis sebelum muncul gangguan perilaku sosial seperti gangguan aktivitas sehari-hari, gangguan perilaku okupasional, dan gangguan partisipasi sosial (Palestin, 2006). Faktor lain penyebab disabilitas fungsional adalah kemunduran fisik, seperti pada sistem muskuloskeletal pada otot. Perubahan akibat sistem musculoskeletal morfologis otot yang menyebabkan terjadinya penurunan kekuatan, berubahnya kontraksi, elastisitas, fleksibilitas, kecepatan waktu reaksi, kecepatan waktu relaksasi, dan kinerja fungsional sehingga kekuatan otot dasar panggul mengalami penurunan serta perubahan postur otot. Masalah tersebut di 6

atas berhubungan erat dengan kemampuan gerak dan fungsi (Pudjiastuti dan Utomo, 2003). Berdasarkan hasil penelitian ini tingkat gangguan kognitif yang diukur dengan MMSE meliputi perilaku, emosi, isi fikir, kemampuan intelektual, dan sensoris. MMSE memiliki rentang skor 0-30 nilai, dan nilai 1 untuk tiap item. Pada penelitian ini lansia yang ada di posyandu Gonilan memiliki rentang nilai dari 7-30, dimana nilai yang sering muncul pada bagian orientasi waktu, perhitungan, dan daya ingat. Berdasarkan pada data yang telah dipaparkan oleh peneliti pada bab sebelumnya, bahwa dalam mengunakan MMSE terdapat tiga kriteria dimensia, yaitu: gangguan kognitif berat (21) orang, gangguan kognitif ringan (31) orang, dan tidak ada gangguan (23) orang. Berdasarkan data hasil temuan yang ada di Desa Gonilan, menunjukkan bahwa para lansia di Desa Gonilan Kartasura mayoritas mengalami gangguan kognitif berat, dengan gejala: susah mengingat orientasi waktu (waktu, hari, tanggal), urutan angka (menghitung), dan daya ingat yang kurang. Gejala yang banyak terjadi pada lansia dengan gangguan kognitif berat adalah pada orientasi waktu. Dalam kriteria gangguan kognitif ringan, gejala yang ada pada lansia antara lain: menyebutkan suatu benda (buku), meminta untuk mengulang kalimat (kalau), dan mematuhi pesan (tutup mata). Tidak ada gangguan (normal), di mana para lansia tidak mengalami gangguan demensia. Penanganan lansia yang mengalami gangguan kognitif ringan dan sedang, oleh kader adalah dengan memberikan senam gerak latih otak agar dapat memulihkan daya ingat lansia. Selain itu, dukungan dan motivasi dari keluarga juga sangat 7

dibutuhkan, karena keluarga merupakan orang terdekat dan sering bersama dengan lansia. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, tidak tampak adanya peningkatan skor MMSE pada responden menurut umur, sedangkan pada skor MMSE akan berpengaruh pada skor GARS, jika MMSE rendah akan berpengaruh pada peningkatan GARS walaupun tidak terjadi pada seluruh responden secara signifikan. Pada penelitian ini disabilitas fungsional diukur dengan menggunakan GARS (Groningen Activity Retricton Scale), yang memiliki rentang nilai 17 68. GARS disini memiliki dua komponen kemampuan fungsional yang berupa Activities of Daily Living (ADL), dan Instrumental Activities of Daily Living (IADL). GARS digunakan dalam penelitian ini karena memiliki semua komponen aktivitas yang lengkap mulai dari ADL yang terdiri dari memakai baju, bangun dari tidur sendiri, bangun dari kursi, mencuci muka dan tangan, mandi, makan, keliling rumah, naik turun tangga, berjalan-jalan di sekitar rumah, dan merawat kaki dan kuku. Sedangkan IADL terdiri dari kemampuan menyiapkan sarapan dan makan siang, menyiapkan makan malam, mengerjakan pekerjaan rumah tangga ringan (membersihkan debu atau merapikan sesuatu) dan pekerjaan berat (mengepel, dan mencuci baju). Pada Penelitian ini responden yang diteliti memiliki rentang nilai GARS 17 37, dimana nilai yang sering muncul pada bagian ADL yaitu naik turun tangga, dan pada bagian IADL yaitu pekerjaan berat (mengepel). Dari penelitian ini aktivitas yang tidak bisa dilakukan oleh responden adalah naik turun tangga, melakukan pekerjaan berat, dan mencuci baju sendiri. 8

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan berikut: Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai 1. Berdasarkan penelitian ini masih banyak (20,0%) lansia di Desa Gonilan Kartasura yang memerlukan bantuan orang lain untuk melakukan aktivitas sehari-hari. 2. Lansia dengan demensia berat 28% dan lansia dengan demensia ringan 41,33%. 3. Ada hubungan antara status demensia dengan disabilitas fungsional pada lansia di Desa Gonilan Kartasura (p= 0,001). Saran Saran yang dapat diberikan: 1. Bagi Posyandu, Pengelola posyandu perlu memberikan senam gerak latih otak, terapi perilaku untuk memulihkan daya ingat lansia. 2. Bagi Keluarga Lansia, Hendaknya keluarga lansia dapat memahami pentingnya perawatan lansia dengan demensia, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup lansia. 3. Bagi peneliti lain, Peneliti lain diharapkan dapat meneliti variabel lain terkait hubungan demensia dengan disabilitas fungsional pada lansia seperti tingkat depresi pada lansia. DAFTAR PUSTAKA Aminah, Siti. 2010. Perawatan Lansia dengan Demensia; Universitas Sumatra Utara; diakses pada tanggal 29/03/2012, dari http://digilib.unimus.ac.id. 9

Budiarto, Eko. 2001. Biostatistika untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta. EGC. Departemen Sosial RI. 1999. Pedoman Penyelenggara Kesejahteraan Sosial Usia Lanjut Melalui Panti Sosial Tresna Werdha. Jakarta: Depsos RI. Heryati, E, 2010; Fungsi Luhur; diakses pada tanggal 03/12/2011, dari http://file.upi.edu/ai.php Khairan, I. H. 2011. Korelasi antara Nilai Ankle Brachial Index dengan Status Kognitif pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 Lanjut Usia. [Artikel Ilmiah]. Undip. Kuntjoro, ZS, 2002; Gangguan Psikologis dan Perilaku pada Demensia; diakses pada tanggal 18/11/2011, dari http;//www.e-psikologi.com/epsi/ lanjut usiadetail.asp?id=182. Kushariyadi, 2010. Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia. Jakarta: Salemba Medika. Ma rifatul, L. 2011. Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta: Graha Ilmu. Maramis, W, F. 2004. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga University. Muhammad, N. 2010. 100 Tanya Jawab Kesehatan Harian untuk Lansia. Yogyakarta. Tunas Publising. Notoadmodjo S. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Notoatmodjo, S. 2010. Metode Penelitian Kesehatan Edisi revisi 2010. Jakarta: Rineka Cipta. Nugroho, W. 2008. Keperawatan Gerontik. Jakarta : EGC. Palestin B, 2006; Pengaruh Umur, Depresi, dan Demensia terhadap Disabilitas Fungsional Lansia; diakses tanggal 18/11/2011, dari http://innappni.or.id. Pudjiastuti S, dan Utomo B., 2003; Fisioterapi pada Lansia; penerbit buku Kedokteran EGC, Jakarta. Suumeijer, TPBM, et al. 1994. The Groningen Activity Retriction Scale For Measuring Disability Its Utility In Internasional Comparisons: diakses tanggal 13/5/2012, dari American Journal of Public Health. Suyono, H, 2009; Menyambut Lansia; diakses tanggal 18/11/2011, dari http//gemari.or.id/detail.php. Stanley, M., dan Beare, P.G. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik (Gerontological Nursing: A Health Promotion / Protection/ Protection Approach). Alih Bahasa: Nety Juniarti dan Sari Kurnianingsih. Jakarta; Buku Kedokteran EGC. Syafriani, 2009. Perawatan Lanjut Usia dengan Demensia oleh Keluarga di Kelurahan Timbang Deli Kecamatan Medan Amplas. [ Abstrak ]. Universitas Sumatera Utara. Versayanti. 2008. Merawat Lansia di Rumah. http://www.tanyadokteranda.com/artikel/2008/06. merawat_lansia_di rumah. 24 November 2011 10