BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan, baik secara pendidikan formal, non formal maupun

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kependidikan sebagai unsur yang mempunyai posisi sentral dan strategis

BAB I PENDAHULUAN. Salis Edward, Total quality Manajement in Educational, Terj. Ali Riyadi dan Fahrurrazi, IRCiSoD, Yogyakarta, 2012, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat menghambat pembangunan dan perkembangan ekonomi nasional.

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi merupakan era kemajuan ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. pada mutu output pengajarannya. Bila seluruh guru menunjukkan. pemimpin pengajaran yang bertanggung jawab untuk pencapaian tujuan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Upaya penyelenggaraan pendidikan formal yang berkualitas sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah baik yang diselenggarakan pemerintah maupun masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan tidak terlepas dari kualitas pendidikan itu sendiri. Banyak

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sebagai sarana vital dalam pengembangan Sumber Daya. Manusia, merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat dipisahkan dari

BAB I PENDAHULUAN. Kepemimpinan selalu diperlukan sebagai aktivitas untuk. mempengaruhi, menggerakkan dan mengarahkan tindakan individu atau

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan yang merupakan organisasi

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai yang ada berlangsung suatu proses pendidikan sesuai dengan tujuan

BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN. Setelah melalui serangkaian proses pengamatan empirik, kajian teoritik, penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan negara. Begitu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia bukan merupakan tugas yang

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kegiatan proses belajar mengajar. 1. kegiatan belajar mengajar dipengaruhi oleh guru.

BAB I PENDAHULUAN. nasional adalah pembangunan di bidang pendidikan yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu persoalan pendidikan yang sedang dihadapi bangsa

BAB I PENDAHULUAN. proses pemanusiaan dan kemanusiaan sudah diterima sepanjang sejarah

BAB I PENDAHULUAN. ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.1

BAB I PENDAHULUAN. berdiri secara utuh. Sekolah adalah organisasi yang komplek dan unit, seiring

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sekolah merupakan salah satu lembaga formal pendidikan yang berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, politik, budaya, sosial dan pendidikan. Kondisi seperti ini menuntut

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. SMA Negeri 2 Sarolangun) dapat disimpulkan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Muhammad Khoerudin, 2016

BAB I PENDAHULUAN. kelas, tapi seorang guru juga harus mampu membimbing, mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memiliki pengetahuan dan keterampilan serta menguasai teknologi, namun juga

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. hlm U. Saefullah, Psikologi Perkembangan dan Pendidikan, CV Pustaka Setia, Bandung, 2012,

BAB I PENDAHULUAN. hlm Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003,

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Menurut Suryadi (2011: 2) warga negara berhak memperoleh pendidikan

BA B I. dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran guna. dikenal dan diakui oleh masyarakat. Pendidikan memberikan konstribusi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Lisna Nurhalisma, 2013

BAB I PENDAHULUAN. kemakmuran atau kemajuan suatu bangsa. Pendidikan yang ada di sekitar kita. tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa:

BAB IV ANALISIS KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN KINERJA GURU DI SMP ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 2000, hlm 38 2 Sudarwan Danim, Inovasi Pendidikan Dalam Upaya Peningkatan Profesioanalisme

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Teras, 2009), hlm Sulistyorini, Manajemen Pendidikan Islam: Konsep, Strategi dan Aplikasi, (Yogyakarta:

BAB I PENDAHULUAN. penyesuaian yang bermakna sehingga bangsa Indonesia dapat mengejar

Moch. Idochi Anwar Administrasi Pendidikan dan Manajenem Biaya Pendidikan, Bandung, Alfabeta, 2003, hal. 70

BAB I PENDAHULUAN. Guru atau seorang pendidik, merupakan ujung tombak pendidikan, karena guru

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Selfi Yugastiyani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu wadah yang sangat penting agar warga negara Indonesia dapat

BAB I PENDAHULUAN. 2011, hlm Lantip Diat Prasojo dan Sudiyono, Supervisi pendidikan, Gava Media, Yogyakarta,

1. PENDAHULUAN. Madrasah, dalam konteks ini Institusi Pendidikan formal yang berbasis Agama

BAB I PENDAHULUAN. Bab pendahuluan ini secara berturut-turut di bahas mengenai latar belakang, fokus

BAB I PENDAHULUAN. tugasnya melalui manajemen pendidikan yang diterapkan. Sebagai pelaksana

BAB II KAJIAN TEORI. jawab baik secara fisik maupun spiritual terhadap keberhasilan aktivitas kerja dari

BAB I PENDAHULUAN. pengamatan penulis di salah satu madrasah di Purbalingga, di mana kepala

PENGARUH KOMITE, PENGAWAS DAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU DI SMAN 7 PURWOREJO TESIS

BAB I PENDAHULUAN. cukup mendasar, terutama setelah diberlakukannya Undang-Undang Republik

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana untuk mencerdaskan kehidupan. bangsa sebagaima diamanatkan dalam Undang Undang Dasar 1945.

BAB I PENDAHULUAN. Peranan guru sangat penting dalam mentransformasikan input-input pendidikan, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. daya sekolah untuk dapat menjalankan tugas secara profesional.

Latihan: UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH 2012

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi dipengaruhi oleh perilaku

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan kegiatan yang sangat utama dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Ketatnya persaingan dalam lapangan kerja menuntut lembaga pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. guru, siswa, orang tua, pengelola sekolah bahkan menjadi tujuan pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. mutu sumber daya manusia menuju era globalisasi yang penuh dengan tantangan.

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah organisasi membutuhkan seorang pemimpin untuk mengordinasi semua kegiatan

Kisi-Kisi Uji Kompetensi Kepala Sekolah, UKKS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. antara lain melalui pengembangan kemampuan kepala sekolah. Pernyataan ini mengindikasikan bahwa untuk memajukan sekolah dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERAN KEPALA MADRASAH DALAM UPAYA MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN DI MAN PURWODADI TAHUN AJARAN NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian. Bangsa Indonesia sebagai bagian dari dunia, apabila

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KISI-KISI UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH/MADRASAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Organisasi yang baik dalam lembaga secara umum terutama lembaga

BAB I PENDAHULUAN. pelanggannya. Sebagai pemimpin pendidikan, Kepala sekolah mempunyai peran

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan belajar atau proses pendidikan. Sebagai organisasi pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu unsur penting dalam kegiatan pendidikan di madrasah adalah guru.

Penerapan MBS, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), hlm Nanang Fattah, Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan dalam Konteks

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Mulyasa (2006:3) perwujudan masyarakat yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. E. Mulyasa, Manajemen PAUD, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2014, hlm

BAB I PENDAHULUAN. lulusannya, tetapi juga mencakup bagaimana lembaga pendidikan mampu

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL

BAB I PENDAHULUAN. M, telah membawa perubahan besar pada kebijakan pengembangan sektor

BAB I PENDAHULUAN. pada unsur proses, terutama unsur output atau lulusan sehingga dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting dalam memajukan harkat dan martabat suatu bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. manusia di dalam penyelenggaraan pendidikan sangat penting. pengelolaan sumber daya manusia dapat berjalan sesuai dengan apa yang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat pembudayaan dan peningkatan kualitasnya.1 Pendidikan sebagai

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2006 TENTANG STATUTA UNIVERSITAS AIRLANGGA

I. PENDAHULUAN. Pemerintah dalam rangka mewujudkan peningkatan kualitas pendidikan telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai tingkat akurasi yang tinggi dengan urgensi

I. PENDAHULUAN. kehidupan lainnya seperti keluarga, sosial kemasyarakatan, pemerintahan,

Kinerja guru di Kota Solo masih rendah, seperti yang dikemukakan oleh Kepala Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Kota Solo, Etty Retnowati,

BAB I PENDAHULUAN. Upaya pembangunan pendidikan di Indonesia dilaksanakan dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sebabnya adalah karena dari tahun ke tahun lulusan sekolah, khususnya

BAB I PENDAHULUAN. sempurna sehingga ia dapat melaksanakan tugas sebagai manusia. Pendidikan

PENERAPAN KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI MATA PELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Upaya peningkatan Sumber daya Manusia salah satunya dilakukan melalui pendidikan, baik secara pendidikan formal, non formal maupun informal. Pendidikan yang lebih banyak dirasakan seorang manusia dari lahir hingga mencapai tahap dewasa adalah pendidikan informal dan nonformal namun demikian pendidikan yang membuat seseorang mengalami lingkungan sosial adalah pendidikan formal karena memiliki jenjang yang akan memenuhi kebutuhan yang sesuai dengan tingkat usia. Pendidikan tidak hanya membekali kecerdasan, tetapi juga kompetensi dan nilai-nilai etik serta pembentukan watak yang membuat anak didik mempunyai jatidiri dan kepercayaan yang kuat terhadap kompetensinya.1 Sekolah bukan hanya sekedar proses yang berkaitan dengan pengetahuan, tetapi juga mencakup beberapa hal yang berkaitan dengan masalah fisik, emosional, dan aspek-aspek finansial dalam mewujudkan visi dan misi. Cara ini merupakan usaha sistematis dan secara terus menerus memperbaiki kualitas layanan, sehingga fokusnya diarahkan ke pelanggan, dalam hal ini peserta didik, orang tua peserta didik, pemakai lulusan, guru, pemerintah dan karyawan. Setidaknya ada lima layanan yang harus dimiliki yaitu, layanan sesuai dengan yang dijanjikan (reliability), mampu menjamin pembelajaran 1 Edward Sallis, Manajemen Mutu Pendidikan, IRCiSoD, Yogyakarta, 2010, hlm 56.

2 (assurance), iklim sekolah yang kondusif (tangible), memberikan perhatian penuh kepada peserta didik (empaty), serta cepat tanggap terhadap kebutuhan peserta didik (responsiveness).2 Sesuai dengan perkembangan masyarakat dan perkembangan pendidikan di Indonesia, paradigma tenaga kependidikan sudah seharusnya mengalami perubahan pula, khususnya yang berkaitan dengan supervisi atau kepengawasan pendidikan. Dari paradigma lama dapat dipahami bahwa pengawasan cenderung bersifat otokratis, mencari-cari kesalahan atau kelemahan orang lain dan berorientasi pada kekuasaan. Pengertian pengawasan seperti ini sering disebut inspeksi atau memeriksa, orang yang melakukan pemeriksaan itu sendiri disebut inspektur. Pengertian pengawasan dalam pendidikan dirubah menjadi supervisi maksudnya hampir sama dengan inspeksi tapi istilah supervisi memiliki arti yang lebih luas dan demokratis, tidak hanya melihat apakah kepala sekolah, guru, dan para karyawan telah melakukan tugas dan kegiatan sesuai dengan pedoman yang ada, akan tetapi juga berusaha mencari jalan keluar bagaimana cara memperbaikinya. Dengan paradigma baru ini diharapkan para pendidik dan para supervisor dapat menjalin kerjasama yang lebih harmonis dalam rangka mengemban tugas pendidikan. 3 Pengawasan bertujuan untuk meningkatkan kinerja para pendidik dan pegawai sekolah lainnya dengan cara memberikan pengarahan-pengarahan yang baik dan bimbingan serta masukan tentang cara atau metode mendidik 2 Mulyasa, Menjadi kepala sekolah professional. PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2013, hlm 26. 3 Edward Sallis., Op.Cit., hlm 57.

3 yang baik dan profesional. Perkembangan supervisi pendidikan memberikan pengaruh yang baik pada pendidikan di Indonesia sehingga para pendidik memiliki kemampuan mendidik yang kreatif, aktif, efektif dan inovatif. Aspek lain yang mengakibatkan kegiatan supervisi kurang bermanfaat adalah sistem supervisi yang kurang memadai dan sikap mental dari supervisor yang kurang sehat. 4 Salah satu bentuk supervisi adalah supervisi manajerial. Supervisi ini sangat penting karena manajemen merupakan mesin organisasi yang menggerakkan seluruh progam sekolah, mulai kepemimpinan, kurikulum, kesiswaan, sarana prasarana, anggaran, hubungan masyarakat dan lain sebagainya. Manajerial adalah individu yang menjadi manajer menangani tugas-tugas baru dalam pelaksanaan manajemen. Peraturan menteri Pendidikan Nasional Nomor 12 Tahun 2007 tentang Standar Pengawas Sekolah disyaratkan bahwa pengawas sekolah dituntut untuk menguasai kompetensi supervisi manajerial. Esensi dari supervisi manajerial adalah berupa kegiatan pemantauan, pembinaan, dan pengawasan terhadap kepala sekolah dan seluruh elemen sekolah dalam mengelola, mengadministrasikan, dan melaksanakan seluruh aktivitas sekolah. 4 5 Keberhasilan seorang manajer diukur berdasarkan Abd. Kadim Masaong, Supervisi Pembelajaran dan Pengembanga Kapasitas Guru memberdayakan pengawas sebagai Gurunya Guru, Alfabeta, Bandung, 2012, hlm 54. 5 Jamal Ma mur Asmani, Tips efektif supervisi pendidikan sekolah, Asmani, DIVA Press. 2012, hlm. 116

4 kemampuanya menyelenggarakan fungsi-fungsi manajerial. Fungsi tersebut berupa teori, metode, dan tehnik. 6 Manajemen dan kepemimpinan kepala sekolah perlu lebih ditekankan dalam koordinasi, komunikasi, dan supervisi. Karena kelemahan hambatan pendidikan seringkali bersumber dari kurangnya koordinasi, komunikasi, dan supervisi, sehingga menyebabkan persepsi yang berbeda di antara komponenkomponen pelaksana di lapangan (kepala sekolah dan guru) serta kurangnya sosialisasi daripada kepala sekolah dengan guru. Kepemimpinan kepala sekolah merupakan faktor penting yang mendorong terciptanya sekolah efektif, efisien, produktif, mandiri dan akuntabel. 7 Manajemen supervisi merupakan salah satu kompetensi yang harus dikuasai oleh kepala sekolah, dan sebagai dimensi utama dari tiga dimensi yang harus diperhatikan dalam manajemen dan kepemimpinan kepala sekolah. Dimensi lainya adalah koordinasi dan komunikasi yang sama-sama menentukan keberhasilan, kemandirian, efektifitas, efesiensi, produktifitas, dan akuntabilitas sekolah. Manajemen dan kepemimpinan kepala sekolah secara langsung akan memberikan hasil yang memuaskan. 8 Kondisi pendidikan kita saat ini, dapat dirasakan kurangnya pendidikandalam segi mutu. Pendidikan bermutu ditentukan oleh kesiapan dan kemampuan seluruh komponen pendidikan untuk dapat menyaingi atau 6 7 Sondang Siagian, Fungsi-Fungsi Manajerial, Bumi Aksara, Jakarta, 2007, hlm 32. Mulyasa, Menjadi kepala sekolah professional. PT. Remaja Rosdakarya, Bandung, 2013, hlm 6. 8 Ibid., hlm 212.

5 mengimbangi kemajuan teknologi yang pesat. Keunggulan dalam manajemen akan meningkatkan efektifitas dan efisien dalam proses peningkatan mutu. 9 Meurut Edward Sallis yang dikutip oleh Toto Suharto, bahwa untuk mencapai kesuksesan kepemimpinan pada lembaga pendidikan Islam maupun kesuksesan dalam interaksi sosial dengan orang lain, terutama para bawahan, seorang pemimpin dituntut memiliki sifat-sifat ideal yang bervariasi. Idealnya sifat-sifat yang baik dapat terkumpul pada diri seorang pemimpin, sehingga dapat memberikan jaminan perbaikan suatu lembaga pendidikan Islam yang dikendalikannya. Berdasarkan pernyataan ini pendidikan Islam bertugas membimbing manusia agar dapat menjalankan amanat yang diembankan.10 Secara umum pendidikan nasional harus mampu menghasilkan manusia sebagai individu dan anggota masyarakat yang sehat dan cerdas, dengan kepribadian kuat, religious dan menjunjung tinggi budaya luhur bangsa, serta kesadaran demokrasi dalam kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara, juga kesadaran moral, hukum yang tinggi dan kehidupan yang makmur dan sejahtera. 11 Kepala sekolah mempunyai tugas yang sangat penting mendorong guru untuk malakukan proses pembelajaran di dalam untuk mampu menumbuhkan kemampuan kreatifitas, daya inovatif, kemampuan pemecahan masalah, berpikir kritis dan memiliki naluri jiwa kewirausahaan bagi siswa sebagai produk suatu sistem pendidikan. Kepala madrasah juga memiliki 9 Bambang Sumarjoko, Membangun Budaya Pendidikan Mutu Perguruan Tinggi, Bumi Aksara, Yogyakarta, 2010, hlm 12. 10 Sallis, Op.Cit., hlm 22. 11 Usman Abu Bakar, Paradigma dan epistemologi pendidikan Islam, UAB Media, Yogyakarta, 2013, hlm 143.

6 peran yang penting dalam usaha memajukan sekolah yang dipimpinnya, hal ini karena kepala madrasah adalah seorang yang professional, mereka mengatur sumberdaya yang ada dalam organisasi dan bekerjasama dengan guru dalam mendidik siswa untuk mencapai tujuan pendidikan. Kepala madrasah merupakan kunci kesuksesan madrasah dalam mengadakan perubahan. Seorang kepala madrasah yang ditugaskan untuk memimpin dan membawahi para pegawainya sangat dituntut kepiawaiannya dalam mengelola dan mengorganisir lembaga pendidikan yang dijalankannya, maka kepala madrasah perlu menguasai kompetensi supervisi yang tertuang dalam Permendiknas Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala sekolah atau madrasah, sehingga apa yang menjadi tujuan pendidikan itu dapat tercapai secara optimal. Karena itulah kepala madrasah berkewajiban untuk memberikan bimbingan dan pembinaan terhadap staf-stafnya khususnya guru dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan. 12 Perkembangan supervisi pendidikan memberikan pengaruh yang baik pada pendidikan di Indonesia sehingga para pendidik memiliki kemampuan mendidik yang kreatif, aktif, efektif dan inovatif. Aspek lain yang mengakibatkan kegiatan supervisi kurang bermanfaat adalah sistem supervisi yang kurang memadai dan sikap mental dari supervisor yang kurang sehat. 13 12 Permendiknas Nomor 13 tahun 2007, Tentang Standar Kepala Sekolah atau Madrasah Depdikbud, Jakarta, 2007, hlm 78. 13 Masaong Abd. Kadim, Supervisi Pembelajaran dan Pengembanga Kapasitas Guru memberdayakan pengawas sebagai Gurunya Guru, Alfabeta, Bandung, 2012, hlm. 4

7 Kepala sekolah tidak hanya mengelola sekolah dalam makna statis, tetapi juga mengerakkan semua potensi yang berhubungan langsung atau tidak langsung bagi kepentingan pembelajaran siswa. Kepemimpinan kepala sekolah bersifat situasional, artinya suatu kepemimpinan dapat efektif untuk situasi tertentu dan kurang efektif untuk situasi yang lainnya. 14 Kepala sekolah disamping harus mampu melaksanakan proses manajemen yang merujuk pada fungsi-fungsi manajemen, juga dituntut untuk memahami sekaligus menerapkan seluruh substansi kegiatan pendidikan. Kepala sekolah sebagai salah satu kategori administrator pendidikan perlu melengkapi wawasan kepemimpinan pendidikannya dengan pengetahuan dan sikap yang antisipatif terhadap perubahan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat, termasuk perkembangan kebijakan pendidikan. Kepemimpinan sekolah yang baik akan menciptakan kultur sekolah yang berhasil mendorong guru bekerja dengan penuh dedikasi. 15 Kepala sekolah dalam menjalankan fungsi-fungsi manajemen mengerakkan berbagai kegiatan organisasi untuk mencapai tujuan. Tujuan organisasi yang dipimpinya dapat berhasil apabila melaksanakan beberapa faktor yaitu: (1) akseptasi atau penerimaan dari kelompoknya, (2) kapabilitas atau kemampuan pribadinya, (3) kemampuan mendorong dan mengajak orang 14 Danim, Manajemen dan Kepemimpinan Transformasional Kekepalasekolahan, Rineka Cipta, Jakarta, 2009, hlm 13 15 Suparno. Manajemen dan Kepemimpinan Transformasional Kekepalasekolahan, Rineka Cipta, Jakarta, 2009, hlm 14

8 lain untuk berbuat sesuatu guna mencapai tujuan bersama, (4) kemampuan dan penguasaan pengetahuan di bidang manajemen sekolah. 16 Kepala sekolah merupakan pemimpin pendidikan tingkat satuan pendidikan, yang harus bertaggungjawab terhadap maju mundurnya sekolah. Kepala sekolah bertanggungjawab atas penyelenggaraan pendididkan, administrasi sekolah, pembinaan tenaga kependidikan serta pemeliharaan sarana prasarana. 17 Kepala sekolah merupakan figur sentral yang harus menjadi teladan bagi seluruh warga sekolah. Untuk mewujudkan visi dan misi sekolah, serta mencapai tujuan yang diharapkan, kepala sekolah harus mampu memahami manajerial kepala sekolah. Pelaksaanaan tanggungjawab tersebut, menuntut kepala sekolah untuk memiliki kemampuan dan keterampilan kepemimpinan agar mutu yang diharapkan dapat tercapai. 18 SMP Negeri 2 Bae Kudus berdiri di tengah-tengah masyarakat yang mayoritas penduduknya berpegang teguh kepada syariat Islam, sehingga SMP ini mendapatkan murid mayoritas beragama Islam. Berdasarkan pengamatan awal peneliti simpulkan bahwa manajemen supervisi sekolah belum berjalan sesuai dengan konsep teoritik yang ada sebab tidak adanya koordinasi antara kepala sekolah dengan guru PAI. Manajemen di 16 Suparno. Manajemen dan Kepemimpinan Transformasional Kekepalasekolahan, Rineka Cipta, Jakarta, 2009, hlm 15 17 Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional dalam Konteks mensukseskan MBS dan KBK, Remaja Rosdakarya, Jakarta, 2013, hlm 25 18 Bambang Sumarjoko., Membangun Budaya Pendidikan Mutu Perguruan Tinggi, Bumi Aksara, Yogyakarta, 2010, hlm 12.

9 sekolah tersebut bukan hanya perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan bahkan pengawasan dibuat secara rapi dan sudah dilaksanakan tetapi belum tercapai secara maksimal. Permasalahan ini disebabkan kurangnya kordinasi antara kepala sekolah dengan staf, kurangnya professional kepala sekolah, kurangnya sarana prasarana. Dari uraian latar belakang di atas, maka peneliti mengangkat tesis ini dengan judul: Implementasi Manajemen Supervisi Sekolah dalam Peningkatan Mutu Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 2 Bae Kudus Tahun Pelajaran 2014/2015. B. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimanakah manajemen supervisi sekolah dan mutu pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 2 Bae Kudus Tahun Pelajaran 2014/2015?. 2. Bagaimanakah implementasi manajemen supervisi sekolah dalam peningkatan mutu pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 2 Bae Kudus Tahun Pelajaran 2014/2015?. 3. Apa faktor pendukung dan penghambat implementasi manajemen supervisi sekolah dalam meningkatkan mutu pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 2 Bae Kudus Tahun Pelajaran 2014/2015?. C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

10 1. Untuk mengetahui manajemen supervisi sekolah dan mutu pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 2 Bae Kudus Tahun Pelajaran 2014/2015. 2. Untuk mengetahui implementasi manajemen supervisi sekolah dalam peningkatan mutu pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 2 Bae Kudus Tahun Pelajaran 2014/2015. 3. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat implementasi manajemen supervisi sekolah dalam meningkatkan mutu pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 2 Bae Kudus Tahun Pelajaran 2014/2015. D. Kegunaan Penelitian Kegunaan penelitian ini terdiri dari: 1. Manfaat Teoritis a. Sebagai rujukan atau literatur kajian ilmiah tentang khasanah teori pendidikan terkait manajemen supervisi sekolah dalam meningkatkan mutu pembelajaran Pendidikan Agama. b. Sebagai bahan informasi ilmiah bagi penelitian lanjutan terkait manajemen supervisi sekolah dalam meningkatkan mutu pembelajaran Pendidikan Agama Islam. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Instansi Sebagai bahan masukan yang positif dalam peningkatan kinerja pengawas khususnya dalam manajemen supervisi sekolah dalam

11 meningkatkan mutu pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 2 Bae Kudus. b. Bagi Kepala Sekolah Bagi kepala sekolah, hasil penelitian ini diharapkan menambah sumbangan informasi dan pertimbangan untuk meninjau kembali serta memperbaiki dan memberikan pemikiran kepada lembaga sekolah guna memecahkan permasalahan sebagai usaha meningkatkan mutu pembelajaran pendidikan agama terutama bagi peserta didik. c. Bagi Guru Pendidikan Agama Islam Bagi guru, hasil penelitian dapat digunakan salah satu sumber masukan dan menjadi bahan pertimbangan guna perbaikan dan penyempurnaan progam peningkatan mutu pembelajaran Pendidikan Agama Islam. d. Bagi peneliti Sebagai instrument dan wawasan bagi penulis sebagai wujud dharma bakti terhadap dunia pendidikan. e. Bagi pembaca Menambah pengetahuan bagi pembaca mengenai peranan pengawas Pendidikan Agama Islam di lingkungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengenai ihwal tugas pokok dan fungsinya.