Simulasi Maximum Power Point Tracking pada Panel Surya Menggunakan Simulink MATLAB

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. sumber energi tenaga angin, sumber energi tenaga air, hingga sumber energi tenaga

Kendali Sistem Pengisi Baterai Tenaga Surya Metode Incremental Conductance Berbasis Mikrokontrol

IMPLEMENTASI MAXIMUM POWER POINT TRACKER (MPPT) UNTUK OPTIMASI DAYA PADA PANEL SURYA BERBASIS ALGORITMA INCREMENTAL CONDUCTANCE

PEMODELAN DAN SIMULASI MAXIMUM POWER POINT TRACKER

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

DESAIN DAN IMPLEMENTASI MAXIMUM POWER POINT TRACKER (MPPT) MIKROKONTROLLER AVR. Dosen Pembimbing

ANALISIS STEP-UP CHOPPER SEBAGAI TRANSFORMASI R SEBAGAI INTERFACE PHOTOVOLTAIC DAN BEBAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

RANCANG BANGUN MAXIMUM POWER POINT TRACKER (MPPT) PADA PANEL SURYA DENGAN MENGGUNAKAN METODE FUZZY

Dwi Agustina Hery Indrawati

Hari Agus Sujono a), Riny Sulistyowati a), Agus Budi Rianto a)

MEMAKSIMALKAN KONVERSI ENERGI PV MODULE BERDASARKAN KURVA KARAKTERISTIK PADA LERENG TEGANGAN

Prof.Dr. Ir. Mochamad Ashari, M.Eng. Vita Lystianingrum B.P, ST., M.Sc.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tugas akhir dilaksanakan pada bulan Februari 2014 hingga Januari

Sistem MPPT Untuk PV dan Inverter Tiga Fasa yang Terhubung Jala-Jala Menggunakan Voltage-Oriented Control

Studi Analisa Synchronous Rectifier Buck Converter Untuk Meningkatkan Efisiensi Daya Pada Sistem Photovoltaic

Auto Charger System Berbasis Solar Cell pada Robot Management Sampah

Perancangan Battery Control Unit (BCU) Dengan Menggunakan Topologi Cuk Converter Pada Instalasi Tenaga Surya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konversi energi dari cahaya matahari menjadi energi listrik dilakukan oleh

DESAIN MAXIMUM POWER POINT TRACKER PADA PHOTOVOLTAIC

Oleh : Aries Pratama Kurniawan Dosen Pembimbing : Prof. Dr.Ir. Mochamad Ashari, M.Eng Vita Lystianingrum ST., M.Sc

PERANCANGAN STAND ALONE PV SYSTEM DENGAN MAXIMUM POWER POINT TRACKER (MPPT) MENGGUNAKAN METODE MODIFIED HILL CLIMBING

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan sumber energi listrik terus meningkat seiring meningkatnya

Andriani Parastiwi. Kata-kata kunci : Buck converter, Boost converter, Photovoltaic, Fuzzy Logic

BAB I PENDAHULUAN. Energi listrik adalah energi yang mudah dikonversikan ke dalam bentuk

Simulasi Sel Surya Model Dioda dengan Hambatan Seri dan Hambatan Shunt Berdasarkan Variasi Intensitas Radiasi, Temperatur, dan Susunan Modul

BAB III PERANCANGAN PEMODELAN SISTEM

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dan penulisan laporan tugas akhir dilakukan di Laboratorium

Jurusan Teknik Elektro, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya, Indonesia

Perbandingan Efisiensi Energi Pengontrol T2FSMC dan Pid pada Prototype Panel Surya

DESAIN SISTEM HIBRID PHOTOVOLTAIC-BATERAI MENGGUNAKAN BI-DIRECTIONAL SWITCH UNTUK CATU DAYA KELISTRIKAN RUMAH TANGGA 900VA, 220 VOLT, 50 HZ

BAB I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

Perbaikan Variabel Step Size MPPT pada Aplikasi Panel Surya untuk Perubahan Iradiasi Matahari yang Cepat

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

RANCANG BANGUN KONVERTER PHOTOVOLTAIC DAN PENTAKSIRAN DAYA PHOTOVOLTAIC UNTUK DC POWER HOUSE

Desain Boosting MPPT Tiga Level untuk Distributed Generation Tiga Fasa Presented by: Hafizh Hardika Kurniawan

MEMAKSIMALKAN DAYA PHOTOVOLTAIC SEBAGAI CHARGER CONTROLLER

PENGARUH FILTER WARNA KUNING TERHADAP EFESIENSI SEL SURYA ABSTRAK

DESAIN DAN IMPLEMENTASI MAKSIMUM POWER POINT TRACKER MELALUI DETEKSI ARUS

LAMPIRAN 1 CATU DAYA TRANSFORMATOR RANGKAIAN SENSOR ARUS SENSOR DAYA. Gambar 1. Realisasi alat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 L atar Belakang Masalah

PERBEDAAN EFISIENSI DAYA SEL SURYA ANTARA FILTER WARNA MERAH, KUNING DAN BIRU DENGAN TANPA FILTER

RANCANG BANGUN CATU DAYA TENAGA SURYA UNTUK PERANGKAT AUDIO MOBIL

SISTEM MAXIMUM POWER POINT TRACKER (MPPT) DENGAN KONVERTER DC-DC TIPE BOOST MENGGUNAKAN LOGIKA FUZZY UNTUK PANEL SURYA SKRIPSI

Perancangan Simulator Panel Surya Menggunakan LabView

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.3 Desember 2017 Page 3122

ISSN : e-proceeding of Engineering : Vol.3, No.2 Agustus 2016 Page 1375

Rancang Bangun Modul DC DC Converter Dengan Pengendali PI

DESAIN DAN IMPLEMENTASI SISTEM PENGISI BATERAI TENAGA SURYA MENGGUNAKAN METODE INCREMENTAL CONDUCTANCE-VOLTAGE CONTROL BERBASIS dspic30f4012

PEMANFAATAN ENERGI MATAHARI MENGGUNAKAN SOLAR CELL SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF UNTUK MENGGERAKKAN KONVEYOR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

DAFTAR GAMBAR. Magnet Eksternal µt Gambar Grafik Respon Daya Output Buck Converter dengan Gangguan Medan

MAXIMUM POWER POINT TRACKER DENGAN METODE INCREMENTAL CONDUCTANCE TRANSCONDUCTANCE CONTROL BERBASIS. dspic30f4012

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DISAIN SWITCHING POWER SUPPLIES

PENGONTROLAN DC CHOPPER UNTUK PEMBEBANAN BATERAI DENGAN METODE LOGIKA FUZZY MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER ATMEGA 128 TUGAS AKHIR

METODE PENGENDALIAN DAYA PADA PHOTOVOLTAIC MODULE DENGAN METODE KENDALI INTERNAL TUGAS AKHIR

PENGGUNAAN TEKNOLOGI MPPT (MAXIMUM POWER POINT TRACKER) PADA SISTEM PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN (PLTB)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

DESAIN DAN IMPLEMENTASI SISTEM PENGISI BATERAI TENAGA SURYA MENGGUNAKAN METODE INCREMENTAL CONDUCTANCE KENDALI ARUS BERBASIS dspic30f4012

Rancang Bangun Interleaved Boost Converter Berbasis Arduino

PERANCANGAN KONVERTER ARUS SEARAH TIPE CUK YANG DIOPERASIKAN UNTUK PENCARIAN TITIK DAYA MAKSIMUM PANEL SURYA BERBASIS PERTURB AND OBSERVE

Perancangan Boost Converter Untuk Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya

SIMULASI MAXIMUM POWER POINT TRACKING (MPPT) PANEL SURYA MENGGUNAKAN PERTURB AND OBSERVE SEBAGAI KONTROL BUCK-BOOST CONVERTER Mochamad Firman Salam

Perancangan Sistem Charger Otomatis pada Pembangkit Listrik Tenaga Surya

DESAIN DAN IMPLEMENTASI PENAIK TEGANGAN MENGGUNAKAN KOMBINASI KY CONVERTER DAN BUCK- BOOST CONVERTER

Pemodelan Sistem Kontrol Motor DC dengan Temperatur Udara sebagai Pemicu

Rancang Bangun Prototipe Emulator Sel Surya Menggunakan Buck Converter Berbasis Arduino

Desain dan Simulasi Konverter Buck Sebagai Pengontrol Tegangan AC Satu Tingkat dengan Perbaikan Faktor Daya

STUDI KOMPARASI MPPT ANTARA SOLAR CONTROLLER MPPT M10-20A DENGAN MPPT TIPE INCREMENTAL CONDUCTANCE SEBAGAI CHARGER CONTROLLER LAPORAN TUGAS AKHIR

PERANCANGAN MULTILEVEL BOOST CONVERTER TIGA TINGKAT UNTUK APLIKASI SEL SURYA

SIMULASI DAN ANALISIS SISTEM MAXIMUM POWER POINT TRACKER BERBASIS RANGKAIAN BOOST CONVERTER SKRIPSI

DESAIN DAN ANALISIS PROPORSIONAL KONTROL BUCK-BOOST CONVERTER PADA SISTEM PHOTOVOLTAIK

RANCANG BANGUN BECAK LISTRIK TENAGA HYBRID DENGAN MENGGUNAKAN KONTROL PI-FUZZY (SUBJUDUL: HARDWARE) Abstrak

BAB II SEL SURYA. Simulator algoritma..., Wibeng Diputra, FT UI., 2008.

Materi 3: ELEKTRONIKA DAYA (2 SKS / TEORI) SEMESTER 106 TA 2016/2017 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRONIKA

Desain Inverter Tiga Fasa dengan Minimum Total Harmonic Distortion Menggunakan Metode SPWM

PENDETEKSI OTOMATIS ARAH SUMBER CAHAYA MATAHARI PADA SEL SURYA. Ahmad Sholihuddin Universitas Islam Balitar Blitar Jl. Majapahit no 4 Blitar.

Desain dan Implementasi Soft Switching Boost Konverter Dengan Simple Auxillary Resonant Switch (SARC)

BAB I PENDAHULUAN. I.I Latar Belakang

Desain Sistem Photovoltaic (PV) Terhubung Dengan Grid Sebagai Filter Aktif

B B BA I PEN EN A D HU LU N 1.1. Lat L ar B l e ak an Mas M al as ah

Diode) Blastica PAR LED. Par. tetapi bisa. hingga 3W per. jalan, tataa. High. dan White. Jauh lebih. kuat. Red. White. Blue. Yellow. Green.

1. BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PV-Grid Connected System Dengan Inverter Sebagai Sumber Arus. Pada Beban Resistif

KENDALI BUCK-BOOST MPPT BERBASIS DIGITAL LAPORAN TUGAS AKHIR

Dielektrika, [P-ISSN ] [E-ISSN X] 147 Vol. 4, No. 2 : , Agustus 2017

Desain. Oleh : Banar Arianto : NIM UNIVERS SEMARANG

INVERTER 15V DC-220V AC BERBASIS TENAGA SURYA UNTUK APLIKASI SINGLE POINT SMART GRID

PENINGKATAN EFISIENSI MODUL SURYA 50 WP DENGAN PENAMBAHAN REFLEKTOR

Rancang Bangun Maximum Power Point Tracking Pada Panel Photovoltaic Berbasis Logika Fuzzy di Buoy Weather Station

DESAIN DAN IMPLEMENTASI MULTI-INPUT KONVERTER DC-DC PADA SISTEM TENAGA LISTRIK HIBRIDA PV/WIND

OPTIMALISASI SEL SURYA MENGGUNAKAN MAXIMUM POWER POINT TRACKER (MPPT) SEBAGAI CATU DAYA BASE TRANSCEIVER STATION (BTS)

Implementasi MPPT (Maximum Power Point Tracker) Pada Sistem Photovoltaic

Desain dan Pemodelan Maximum Power Point Tracking Menggunakan ANFIS pada Sistem Photovoltaic dengan Buckboost Converter

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi konverter elektronika daya telah banyak digunakan pada. kehidupan sehari-hari. Salah satunya yaitu dc dc konverter.

Muhamad Fahri Iskandar Teknik Mesin Dr. RR. Sri Poernomo Sari, ST., MT

UNJUK KERJA PEMBANGKIT ENERGI LISTRIK TENAGA MATAHARI PADA JARINGAN LISTRIK MIKRO ARUS SEARAH Itmi Hidayat Kurniawan 1*, Latiful Hayat 2 1,2

Transkripsi:

Simulasi Maximum Power Point Tracking pada Panel Surya Menggunakan Simulink MATLAB Wahyudi Budi Pramono 1, wi Ana Ratna Wati 2, Maryonid Visi Taribat Yadaka 3 Jurusan Teknik Elektro, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta 1,2,3 wahyudi_budi_p@uii.ac.id 1 Abstrak Matahari merupakan salah satu dari sumber energi terbarukan. Pemanfaatan sinar matahari menggunakan panel surya sebagai pembangkit listrik mulai dikembangkan untuk mengurangi penggunaan bahan bakar fosil. Panel surya memiliki keunggulan seperti ramah lingkungan karena tidak mempunyai limbah yang menyebabkan polusi, murah perawatan, dan mudah dalam penerapannya. aya yang dihasilkan oleh panel surya dipengaruhi faktor suhu dan intensitas cahaya. Masalah utama penggunaan panel surya adalah efisiensi yang masih rendah. Penelitian ini menyajikan usaha untuk meningkatkan efisiensi konversi energi oleh panel surya dengan menggunakan metode Maximum Power Point Tracking [MPPT]. Prinsip utama metode ini adalah mengatur besar tegangan output dari panel surya agar diperoleh daya maksimum untuk setiap intensitas sinar matahari yang berbeda beda. Pengaturan tegangan output panel surya dilakukan dengan menggunakan buck boost converter yang dikendalikan dengan sinyal PWM dengan mempertimbangkan intensitas sinar matahari yang diterima panel surya. Hasil simulasi menunjukkan bahwa penggunaan metode ini daya keluaran panel surya lebih tinggi sebesar 64,78% - 87,6% dibandingkan tanpa MPPT. Kata Kunci: buck boost converter, PWM, MPPT, panel surya 1. Pendahuluan Matahari merupakan salah satu dari sumber energi terbarukan. Pemanfaatan sinar matahari menggunakan panel surya sebagai pembangkit listrik mulai dikembangkan untuk mengurangi penggunaan bahan bakar fosil. Panel surya memiliki keunggulan seperti ramah lingkungan karena tidak mempunyai limbah yang menyebabkan polusi, murah perawatan, dan mudah dalam penerapannya. aya yang dihasilkan oleh panel surya dipengaruhi faktor suhu dan intensitas cahaya. Namun panel surya memiliki kekurangan dalam hal efisiensi yang rendah. Selain itu karakteristik V-I panel surya adalah non-linear dan berubah terhadap radiasi dan suhu permukaan panel surya. Secara umum terdapat titik yang unik pada kurva V-I maupun V-P, yang dinamakan Maximum Power Point (MPP), dimana pada titik tersebut panel surya bekerja pada efisiensi maksimum dan menghasilkan daya keluaran yang paling besar. Letak dari MPP tidak diketahui tetapi dapat dicari menggunakan perhitungan atau algoritma penjejak. Oleh karena itu algoritma Maximum Power Point Tracker (MPPT) dibutuhkan untuk menjaga titik kerja panel surya agar berada pada titik MPP. Penelitian tentang perancangan pengendali fuzzy untuk optimasi panel surya yang dilakukan oleh Wibisono (21). Penelitian ini merancang sistem kendali untuk memaksimalkan transfer daya dari panel surya. Penelitian ini dilakukan dengan cara mengukur keluaran dari NI AQ USB-69 yang dikontrol menggunakan logika fuzzy berupa sebuah sinyal tegangan yang kemudian diteruskan sebagai masukan ke pembangkit PWM (Pulse Width Modulation). aya maksimal yang mampu dihasilkan pada penelitian ini sebesar 23,317 watt. Penelitian selanjutnya tentang perancangan pengendali PI pada optimasi transfer daya panel surya berbasis LAB VIEW telah dilakukan oleh Agus Saputra (211). Penelitian ini mengambil data dari panel surya berupa tegangan dan arus yang kemudian diakuisisi menggunakan NI-AQ yang selanjutnya di-interface menggunakan LAB VIEW 8.6. engan mengunakan kontrol PI didapatkan daya maksimum 5,57 watt dengan tegangan 15,88 volt dan arus sebesar 3,184 ampere. 2. Teori 2.1 Panel Surya Panel surya merupakan suatu alat yang terdiri dari sel sel surya yang dapat mengubah cahaya menjadi listrik. Panel surya sering disebut dengan sel photovoltaic. Untuk menyerap energi, panel surya bergantung pada efek photovoltaic. Penyerapan ini menyebabkan arus mengalir diantara dua lapisan bermuatan yang berlawanan. Untuk mendekati kinerja dari panel surya, suatu modul metematis dikembangkan untuk menirukan karakteristik dari panel surya yang ditunjukkan gambar 1 (selva, 213). Sekolah Tinggi Teknologi Nasional (STTNAS) Yogyakarta 176

5 45 4 8 W/m2 9 W/m2 1 W/m2 35 aya (watt) 3 25 Gambar 1 Rangkaian model panel surya ari gambar 1 direpresentasikan dalam persamaan matematis sebagai berikut (salmi,212) : q(v IRs) V I I Is(exp 1) IRs ph ( 1) NKT R sh Keterangan, I ph adalah arus photovoltaic, q ialah muatan elektron (1.62 x 1-19 ), N ialah faktor ideal panel surya, K merupakan konstanta Boltzman (1.38 x 1-23 JK -1 ), dan I s ialah arus saturasi diode. Untuk mengetahui nilai I ph dapat diketahui dengan persamaan 2 (salmi,212). I ph β (Isc K i (T 298)) ( 2) 1 Keterangan, I sc merupakan arus hubung singkat), T ialah temperatur panel surya dalam derajat kelvin, K i merupakan koefisien suhu arus hubung singkat (.17A/ o ), dan β adalah radiasi matahari (W/m 2 ). Arus saturasi diode dapat dihitung menggunakan persamaan berikut: Is T T q.e g 3 Irs ( ) exp(( 1) ( 3) T ref T ref TKN Keterangan, I rs merupakan arus saturasi diode pada temperatur 298, E g adalah jarak energi dalam bahan semikonduktor. Karakteristik keluaran panel surya berupa kurva non linear dan dipengaruhi oleh suhu dan radiasi sinar matahari yang ditunjukkan pada gambar 2 dan gambar 3. Gambar 2 merupakan grafik hubungan antara tegangan dengan daya panel surya dan gambar 3 merupakan grafik hubungan tegangan dengan arus panel surya menggunakan suhu 298 K, intensitas cahaya 1 W/m 2, 9 W/m 2, dan 8 W/m 2. Arus (A) 2 15 1 5 5 1 15 2 25 Tegangan (V) Gambar 2 Karakteristik V-P untuk level radiasi 3.5 3 2.5 2 1.5 1.5 8 W/m2 9 W/m2 1 W/m2 5 1 15 2 25 Tegangan (V) Gambar 3 Karakteristik V-I untuk level radiasi MPPT merupakan sistem elektronik yang dioperasikan pada sebuah panel surya sehingga panel surya bisa menghasilkan daya maksimum (Abouda,213). ara kerja dari MPPT ini adalah dengan mengubah titik operasi atau titik kerja pada kurva karakteristik P-V dari panel surya sehingga sistem - converter dapat memaksa panel surya untuk membangkitkan daya maksimum sesuai kemampuan panel surya pada setiap perubahan level intensitas penyinaran matahari. MPPT bukan pencarian secara mekanis yang menggeser arah modul panel surya sesuai arah matahari akan tetapi mengoptimalkan daya keluaran pada sistem pengendalinya (Babgei, 212). Gambar 4 menunjukkan prinsip kerja algoritma MPPT yang bekerja pada tiga daerah kondisi yakni kondisi saat kenaikan daya, kondisi saat puncak daya, dan kondisi saat penurunan daya. Kondisi saat kenaikan daya ditunjukkan oleh kenaikan grafik ke arah maksimum dengan perubahan daya bernilai positif (dp>). Ketika berada di kondisi puncak, tidak ada perubahan daya (dp=), sedangkan saat terjadi penurunan daya ditunjukkan oleh grafik yang menurun dengan perubahan daya bernilai negatif (dp<). Gambar 4 Prinsip kerja MPPT Sekolah Tinggi Teknologi Nasional (STTNAS) Yogyakarta 177

2.2 Buck boost converter Gambar 5 Rangkaian buck boost converter Gambar 5 merupakan rangkaian buck boost converter yang merupakan gabungan dari buck dan boost converter dan berfungsi mengubah titik kerja daya keluaran panel surya (Modabbernia,213). Rangkaian buck boost converter memiliki tegangan keluaran converter besar sedangkan arus keluaran converter kecil atau tegangan keluaran converter kecil sedangkan arus keluaran converter besar. Berikut adalah hubungan antara tegangan dengan duty cycle. V out V in I in I out 1 ari persamaan tersebut dapat diketahui V out V in ( ) 1 1 I out I in ( ) (4) (5) (6) Keterangan V in = tegangan masukan (volt). V out = tegangan keluaran (volt). I in = arus masukan (ampere). I out = arus keluaran (ampere). = duty cycle dengan nilai sampai 1. Buck boost converter digunakan untuk mengkonversi energi dari yang dihasilkan panel surya agar memperoleh daya listrik yang stabil di posisi puncak. Merujuk pada gambar 5 buck boost converter dapat dirumuskan dalam persamaan matematis sebagai berikut (Modabbernia, 213): (r L r m )(R r ) i L L(R R.r.' L(R r R.r L(R i ) L.' io r ) R' V (R R. ' L(R (r m r ) V r ) r d )(R 1 ' ' Vm V L L d r ) i L V (R r ) 1 ' V L G (R '.r V R I out i L i o R r R r R r Keterangan: i L : arus pada induktor V c : tegangan pada kapasitor V G : Tegangan Input V o : tegangan converter I out : arus output converter i o : arus input r L : hambatan pada induktor r m : hambatan pada mosfet r : hambatan pada kapasitor r d : hambatan diode : duty cycle ketika off r ) 2.3 Pulse Width Modulation (PWM) Pulse Width Modulation (PWM) secara umum adalah sebuah cara memanipulasi lebar sinyal yang dinyatakan dengan pulsa dalam satu periode, untuk mendapatkan tegangan yang berbeda. Sinyal PWM pada umumnya memiliki amplitudo dan frekuensi dasar yang tetap, tetapi memiliki lebar pulsa yang bervariasi. Sinyal PWM dapat terlihat seperti gambar 6. Lebar pulsa PWM berbanding lurus dengan amplitudo sinyal asli yang belum termodulasi. Gambar 6 Sinyal PWM Penelitian ini menggunakan fungsi PWM sebagai data masukan kendali suatu perangkat converter. PWM digunakan untuk mengendalikan daya keluaran dari converter. Sinyal PWM memiliki frekuensi gelombang yang tetap akan tetapi duty cycle yang bervariasi dari - 1. ari gambar 6, duty cycle dapat dirumuskan sebagai berikut: R r ) (7) ( 8) R.r.' R R.r V o i L V i o (9) R r R r R r (1) Sekolah Tinggi Teknologi Nasional (STTNAS) Yogyakarta 178

T d on ( 11 T on T ) off engan keterangan d adalah duty cycle, T on merupakan waktu hidup, dan T off adalah waktu off. Penelitian ini akan mensimulasikan perangkat panel surya dan buck boost converter dengan menggunakan simulink MATLAB untuk mendapatkan nilai daya output maksimum. Pengaturan buck boost converter dilakukan dengan menggunakan PWM. 3. Metode Perancangan sistem simulasi panel surya meliputi pemodelan panel surya, duty cycle, dan buck boost converter. Perancangan sistem pengendali ini, keseluruhan sistem disimulasikan dalam perangkat lunak, baik pemodelan panel surya maupun buck boost converter. Perancangan simulasi menggunakan fitur simulink yang terdapat pada MATLAB 7.8. R29a Gambar 9 Simulasi panel surya 3.2 Pemodelan buck boost converter Perancangan sistem panel surya dengan memanfaatkan fasilitas toolbox pada Simulink. Proses komputasi pada panel surya terdiri dari pembacaan input, memproses input, dan menampilkan output. Proses komputasi dalam bentuk diagram alir ditunjukkan gambar 1. Berdasarkan persamaan (9) tegangan keluaran buck boost converter dapat diimplementasikan ke dalam Simulink yang ditunjukkan gambar 11. Gambar 7 Perancangan simulasi panel surya 3.1 Perancangan simulasi panel Surya Perancangan sistem panel surya dengan memanfaatkan fasilitas toolbox pada Simulink. Proses komputasi pada panel surya terdiri dari pembacaan input, memproses input, dan menampilkan output. Proses komputasi dalam bentuk diagram alir ditunjukkan gambar 8. Berdasarkan persamaan (1) panel surya dapat diimplementasikan ke dalam Simulink yang ditunjukkan gambar 9. Gambar 1 iagram alir buck boost converter Gambar 11 Tegangan keluaran buck boost converter Gambar 8 iagram alir simulasi panel surya Sekolah Tinggi Teknologi Nasional (STTNAS) Yogyakarta 179

Berdasarkan persamaan (1) arus keluaran buck boost converter dapat diimplementasikan ke dalam Simulink sebagai berikut: aya panel surya (watt) 6 5 4 3 2 Grafik tegangan dengan daya pada panel surya 1 5 1 15 2 25 Tegangan panel surya (V) Gambar 14 Pengaruh tegangan terhadap daya panel surya Gambar 12 Arus keluaran buck boost converter 4. Hasil dan Pembahasan Pengujian ini menampilkan hasil uji coba simulasi, analisis, dan pembahasan kinerja sebuah sistem MPPT. Pulsa PWM dioperasikan pada frekuensi 14 khz dengan duty cycle 1-9%. 4.1 Pengujian panel surya Berdasarkan pengujian sistem kalang terbuka menggunakan intensitas penyinaran 1 W/m 2 dan suhu permukaan panel surya 298 K diperoleh nilai tegangan naik dari 21 volt, sedangkan arus bergerak turun dari 3,3 ampere. Grafik hubungan tegangan dan arus yang ditunjukkan pada gambar 13. Arus panel surya (A) 3.5 3 2.5 2 1.5 1.5 Grafik tegangan dan arus pada panel surya 5 1 15 2 25 Tegangan panel surya (V) Gambar 13 Pengaruh tegangan terhadap arus panel surya Gambar 13 merupakan gambar hubungan antara tegangan dan arus dimana arus bernilai konstan hingga terjadi penurunan nilai arus ketika kenaikan nilai tegangan dari 21 volt. Berbeda dengan arus, daya memiliki kenaikan nilai hingga pada tegangan tertentu nilai daya berkurang. Pada simulasi ini daya mengalami kenaikan dari 5 watt pada tegangan 16,5 volt, tetapi saat tegangan naik dari 16,5 21, terjadi penurunan daya dari 5 watt. Grafik hubungan antara tegangan dan daya ditunjukkan pada gambar 14. Tabel 1 Perbandingan datasheet dengan simulasi Parameter atasheet Simulasi Error aya maksimum 5 watt 5,6 watt 1,2% I sc 3,3 A 3,3 A % V oc 22,2 V 21,3 V 4,5% V max 17,5 V 17,4 V 2,6% I max 3 A 2,97 A 1,% Perbandingan nilai datasheet panel surya dengan simulasi terlihat pada tabel 1. Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa nilai error daya maksimum sebesar 1,2%, error tegangan hubung buka sebesar 4,5%, error tegangan maksimal sebesar 2,6%, dan error arus maksimal sebesar 1,%. Nilai error yang kurang dari 5% menunjukkan bahwa simulasi ini masih baik. 4.2 Pengujian buck boost converter Berdasarkan hasil pengujian menggunakan sistem kalang terbuka terjadi kenaikan tegangan dan daya sampai titik puncak dan kemudian turun pada saat kenaikan duty cycle. Lain halnya dengan arus ketika terjadi kenaikan duty cycle besar arus keluaran akan turun hingga titik terendah dan kemudian nilai arus akan meningkat. Berikut hasil pengujian dari buck boost converter: Tabel 2 Pengujian buck boost converter dengan intensitas 1 W/m 2 dan suhu 318 K No uty V output I output P output cycle (V) (A) (W) 1 1%,7 2,9 2,6 2 2% 2,33 2,84 6,64 3 3% 4,33 2,77 12,2 4 4% 6,83 2,68 18,35 5 5% 1,2 2,56 25,75 6 6% 14,11 2,42 34,16 7 7% 19,15 2,23 42,86 8 8% 23,44 2,8 48,82 9 9% 13,95 2,42 33,85 Berdasarkan tabel 2 nilai daya keluaran buck boost converter lebih rendah dari daya maksimal keluaran panel surya, akan tetapi tegangan keluaran converter lebih besar dari keluaran panel surya. aya keluaran converter lebih rendah dari daya masukan karena di dalam converter tersebut terdapat rugi-rugi. Kerugian ini dapat diminimalkan dengan mengoptimalkan nilai duty cycle. uty cycle dapat menaikkan daya hingga Sekolah Tinggi Teknologi Nasional (STTNAS) Yogyakarta 18

maksimal pada nilai tertentu. Ketika duty cycle melewati titik puncak maka akan terjadi penurunan daya. Hasil pengujian keluaran daya converter tersebut ditunjukkan pada gambar 15. 5 Grafik duty cycle dengan daya keluaran converter aya (watt) 49.7 49.6 49.5 49.4 49.3 49.2 Perbandingan daya input dan output converter aya output converter aya input converter aya keluaran converter (watt) 4 3 2 1-1.1.2.3.4.5.6.7.8.9 1 uty cycle Gambar 15 Hubungan duty cycle dengan daya 49.1 49 2 4 6 8 1 Waktu (detik) Gambar 16 Perbandingan daya panel surya dengan daya converter Perbandingan daya input dan output converter berubah intensitas 5 daya output converter daya input converter 4 Gambar 15 merupakan respons dari converter terhadap kenaikan duty cycle. Ketika duty cycle dinaikkan dari - 9% maka mengakibatkan daya mengalami kenaikan dan mencapai titik puncak pada duty cycle tertentu dan kemudian turun. Nilai maksimal daya converter diperoleh pada saat duty cycle bernilai 81,49% dengan 48,95 watt. 4.3 Analisis Hasil Simulasi Berdasarkan pengujian menggunakan duty cycle 81,49%, intensitas cahaya 1 W/m 2, dan suhu panel surya 45 o diperoleh perbedaan arus panel surya dengan arus converter ditunjukkan pada gambar 16. Gambar 16 merupakan grafik hubungan daya input dan daya output converter. aya input converter memiliki nilai 49,42 watt sedangkan daya keluaran converter 48,95 watt. Pengujian kedua menggunakan intensitas 8 W/m 2, 2 W/m 2, dan 98 W/m 2 dengan duty cycle 81,49% yang ditunjukkan gambar 17 dan 18. Gambar 17 merupakan perbandingan nilai daya input converter dengan output converter dengan perubahan intensitas dari 8 W/m 2, 2 W/m 2, dan 98 W/m 2. aya keluaran converter memiliki nilai yang lebih kecil dari daya input converter. Hal ini dikarenakan terdapat rugi-rugi dalam pemakaian converter. Gambar 18 merupakan grafik perbandingan tegangan input dan output dari converter dengan perubahan tingkat penyinaran. Nilai tegangan keluaran converter memiliki nilai yang lebih besar dari input. Hal ini dikarenakan karakteristik converter yang meningkatkan tegangan keluaran tetapi mengurangi nilai arus keluaran. Namun saat intensitas penyinaran kurang dari 2 W/m 2 tegangan keluaran converter lebih rendah dari tegangan input converter. aya (watt) 3 2 1 2 4 6 8 1 12 Waktu (detik) Gambar 17 Grafik perbandingan daya input dan output converter Perbandingan tegangan input dan output converter berbagai intensitas 25 Tegangan (V) 2 15 1 5 tegangan output tegangan input 2 4 6 8 1 12 Waktu (detik) Gambar 18 Grafik perbandingan tegangan input dan output converter 4.4 Pengujian MPPT Pengujian ini menggunakan panel surya yang terhubung beban langsung dan panel surya yang terhubung dengan converter. Pengujian ini dilakukan untuk mendapatkan daya maksimum panel surya pada tingkat intensitas cahaya dan suhu panel surya tertentu, serta mengetahui daya yang diserap beban tanpa menggunakan sistem MPPT. 4.5 Pengujian dengan perubahan intensitas Pengujian ini menggunakan rangkaian panel surya yang terhubung beban dan panel surya yang terhubung converter dengan duty cycle 81,49%, suhu panel surya yang tetap, dan intensitas cahaya yang berubah. Pengujian ini juga menggunakan beban yang berubah dari 12 Ohm, 15 Ohm, dan 18 Ohm. Hasil pengujian panel surya dengan MPPT dan non-mppt menggunakan suhu 45 o ditunjukkan pada tabel 3. Sekolah Tinggi Teknologi Nasional (STTNAS) Yogyakarta 181

Tabel 3 Perbandingan aya antara sistem non-mppt dengan sistem MPPT dengan Perubahan Intensitas Beban (Ohm) Intensita s (W/m 2 ) MPPT (watt) 12 15 18 Non- MPPT (watt) Persen tase kenaik an (%) 1 24,71 46,21 87, 8 19,61 35,43 8,67 6 11,9 19,61 64,78 1 19,77 36,97 87, 8 15,69 28,34 8,62 6 9,52 15,69 64,81 1 16,47 3,81 87,6 8 13,7 23,62 8,71 6 7,93 13,7 64,81 Pengujian ini menggunakan intensitas 1 W/m 2, 8 W/m 2, dan 6 W/m 2 dengan hambatan 12 Ohm, 15 Ohm, dan 18 Ohm. Panel surya dengan sistem MPPT memiliki daya yang lebih besar daripada panel surya tanpa sistem MPPT. Selisih daya yang dihasilkan dari kedua sistem antara 7,71 watt hingga 14,34 watt dengan persentase 64,78% hingga 87,6%. surya yang berubah dan intensitas cahaya yang tetap. Pengujian ini juga menggunakan beban yang berubah dari 12 Ohm, 15 Ohm, dan 18 Ohm. Hasil pengujian panel surya dengan MPPT dan non-mppt menggunakan intensitas pencahayaan 1 W/m 2 ditunjukkan pada tabel 4. Tabel 4 Perbandingan aya antara sistem non-mppt dengan sistem MPPT dengan Perubahan Suhu Panel Surya Beban (Ohm) MPPT (watt) Persentase kenaikan 12 Ohm 15 Ohm 18 Ohm Suhu Panel Surya (K) Non- MPPT (watt) 298 25,14 47,16 87,43% 313 24,82 46,44 87,1% 318 24,71 46,21 87,% 323 24,6 45,98 86,91% 298 2,11 37,7 87,46% 313 19,86 37,15 87,5% 318 19,77 36,97 87,% 323 19,68 36,79 86,94% 298 16,76 31,42 87,47% 313 16,55 3,96 87,6% 318 16,47 3,81 87,6% 323 16,4 3,65 86.89% Gambar 19 Perbandingan Sistem MPPT dengan Non- MPPT menggunakan beban 12 Ohm Gambar 19 merupakan hasil pengujian menggunakan sistem MPPT dan non-mppt pada beban 12 Ohm dengan intensitas 1 W/m 2, 8 W/m 2, dan 6W/m 2. ari gambar 19 diketahui bahwa pada intensitas 1 W/m 2 nilai daya yang menggunakan sistem MPPT mempunyai nilai 46,21 watt sedangkan panel surya non-mppt 24,71 watt. Pada intensitas 8 W/m 2 MPPT memiliki daya 35,43 watt sedangkan non-mppt 19,61 watt. engan menggunakan intensitas 6 W/m 2 sistem MPPT mengeluarkan daya sebesar 19,61 watt sedangkan sistem non-mppt mengeluarkan daya sebesar 11,9 watt. Berdasarkan gambar 19 dapat diketahui bahwa penggunaan sistem MPPT memiliki daya keluaran yang lebih besar daripada sistem non-mppt. 4.6 Pengujian dengan perubahan suhu Pengujian ini menggunakan rangkaian panel surya yang terhubung beban dan panel surya yang terhubung converter dengan suhu panel Pengujian ini menggunakan 298, 313 K, 318, dan 323 K dengan hambatan 12 Ohm, 15 Ohm, dan 18 Ohm. Panel surya dengan sistem MPPT memiliki daya yang lebih besar daripada panel surya tanpa sistem MPPT. Selisih daya yang dihasilkan dari kedua sistem antara 14,24 watt 21,98 watt dengan persentase 86,89% - 87,46%. Pada tabel 4 diketahui bahwa daya yang dihasilkan panel surya berbanding terbalik dengan suhu permukaan panel surya. Semakin tinggi suhu permukaan panel surya maka daya yang dihasilkan lebih kecil akan tetapi ketika suhu permukaan panel surya semakin rendah maka daya yang dihasilkan semakin besar. Kenaikan nilai daya panel surya juga tergantung pada beban yang terpasang. Beban yang terpasang berbanding terbalik dengan daya yang dihasilkan panel surya. Semakin besar beban yang terpasang maka daya keluaran akan semakin kecil sebaliknya semakin kecil beban yang terpasang maka daya keluaran semakin besar. Grafik hubungan pemasangan beban yang berbeda dengan suhu permukaan 313 K ditunjukkan pada gambar 2. Gambar 2 Perbandingan sistem MPPT dengan non-mppt dengan beban yang berubah Sekolah Tinggi Teknologi Nasional (STTNAS) Yogyakarta 182

Gambar 2 merupakan pengujian sistem MPPT dengan non-mppt dengan intensitas cahaya 1 W/m 2, temperatur 313 K, dan hambatan bervariasi dari 12 Ohm, 15 Ohm, dan 18 Ohm. Sistem non-mppt memiliki daya sebesar 24,82 watt, 19,86 watt, dan 16,55 watt sedangkan sistem MPPT memiliki daya 46,44 watt, 37,15 watt, dan 3,96 watt. aya yang dihasilkan panel surya mengalami penurunan seiring dengan penambahan beban yang terpasang pada rangkaian. Semakin besar beban yang terpasang maka daya yang diserap semakin besar pula akan tetapi daya yang dapat dimanfaatkan semakin kecil. 5. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian tugas akhir ini diperoleh beberapa kesimpulan antara lain: 1. Panel surya menggunakan sistem MPPT menghasilkan daya keluaran yang lebih besar daripada Panel Surya tanpa sistem MPPT. Persentase selisih daya panel surya tanpa MPPT dan panel surya dengan MPPT 64,78% - 87,6%. 2. aya yang dihasilkan oleh panel surya lebih dipengaruhi oleh intensitas cahaya yang diserap oleh panel surya daripada suhu permukaan panel surya. Selisih daya yang dihasilkan dari kedua sistem antara 14,24 watt 21,98 watt dengan persentase 86,89% - 87,46% 3. aya maksimal panel surya dapat dihasilkan dengan menggunakan duty cycle 81,49% omputer Science and Engineering (IJSE), vol. 5, pp. 12-125. Salmi, T., 212, Matlab/Simulink Based Modelling of Solar Photovoltaic ell, International Journal of Renewable Energy Research, vol. 2, pp. 231-215. Saputra A., 211, Perancangan Pengendali PI pada Optimasi Transfer aya Panel Surya Berbasis Lab View, Jurusan Teknik Elektro UII, Yogyakarta. Selva S., 213, Modeling and Simulation of Incremental onductance MPPT Algorithm for Photovoltaic Applications, International Journal of Scientific Engineering and Technology, vol. 2, pp. 681-684. Wibisono R.. G., 21, Perancangan Pengendali Fuzzy untuk Optimasi Panel Surya, Jurusan Teknik Elektro UII, Yogyakarta. Ucapan Terima Kasih Terima kasih kami sampaikan kepada Jurusan Teknik Elektro yang telah membantu dalam pendanaan penelitian ini aftar Pustaka Abouda, S., 213, esign, Simulation, and Voltage ontrol of Standalone Photovoltaic System Based MPPT Aplplication to a Pump system, International Journal of Renewable Energy Research, vol. 3, pp. 541-542. Babgei A. F., 212, Rancang Bangun Maximum Power Point Tracker (MPPT) pada Panel Surya engan menggunakan metode Fuzzy, Institut Teknologi Sepuluh November, Surabaya. Modabbernia M. R., 213, The State Space Average Model of Buck-Boost Switching Regulator Including all of The System Uncertainties, International Journal on Sekolah Tinggi Teknologi Nasional (STTNAS) Yogyakarta 183