BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dan lain-lain. Sebagaimana bentuk-bentuk organisasi lainnya

dokumen-dokumen yang mirip
1. SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH BERDASARKAN PERMENDAGRI NOMOR 13 TAHUN 2006

AKUNTANSI, TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS KEUANGAN PUBLIK (SEBUAH TANTANGAN) OLEH : ABDUL HAFIZ TANJUNG,

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. arah dan tujuan yang jelas. Hak dan wewenang yang diberikan kepada daerah,

BAB III PELAKSANAAN KULIAH KERJA PRAKTEK. Penulis ditempatkan di Bagian Akuntansi dan Pelaporan. Selama

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan. daerah sebagai penyelenggara pemerintah daerah.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

LAPORAN KEUANGAN DINAS PERTANIAN, PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN TAHUN 2014

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 53 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI INDRAGIRI HULU PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 38 TAHUN 2012 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

DAFTAR ISI. Halaman I. DAFTAR ISI... i II. DAFTAR TABEL... iii III. DAFTAR LAMPIRAN... iv

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

Manual Sistem dan Prosedur Akuntansi Pelaporan Keuangan Daerah BAB I PENDAHULUAN

SISTEM AKUNTANSI PPKD

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Dalam Kajian Pustaka ini akan dijelaskan mengenai pengertian-pengertian

BAB III AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH

NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

PROVINSI BANTEN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

Daerah dan Undang-Undang No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan. keuangan dalam rangka peningkatan kesejahteraan dan pelayanan kepada

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun. transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara.

DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN Untuk Tahun yang Berakhir Tanggal 31 Desember 2016 Dengan Angka Perbandingan Tahun

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN CIAMIS

PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 29 TAHUN 2012 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA JAMBI,

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN PADA SEKRETARIAT DAERAH WALIKOTA YOGYAKARTA,

Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah (Konsep dan Implementasi-Untuk Akademisi dan Praktisi)

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG PENETAPAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN SERANG SEBAGAI BADAN LAYANAN UMUM DAERAH

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH (BLHD) PROVINSI BANTEN

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan baru dari pemerintah Republik Indonesia yang mereformasi

BAB I PENDAHULUAN. membawa harapan akan terciptanya good governance yang terbebas dari tindakan

ANALISIS SISTEM INFORMASI AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK PADA BADAN PERENCANAAN DAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KABUPATEN BARITO TIMUR

BUPATI BANGKA BARAT PERATURAN BUPATI BANGKA BARAT NOMOR TAHUN 2010 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. baik (Good Governance) menuntut negara-negara di dunia untuk terus

PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAH BERBASIS AKRUAL SEBAGAI AMANAT UNDANG-UNDANG

WALIKOTA BAUBAU PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

GUBERNUR KALIMANTAN BARAT

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 49 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SIDOARJO

TATA CARA PELAKSANAAN KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SUBANG BAB I PENDAHULUAN

> *\ PEMERINTAH KOTA PEKALONGAN ^UL^pT)

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 62 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. sistem tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) yang ditandai

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

Akuntansi sektor publik memiliki peran utama untuk menyiapkan laporan. keuangan sebagai salah satu bentuk pelaksanaan akuntabilitas publik.

PERATURAN BUPATI OGAN KOMERING ILIR NOMOR : 07 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR

I. PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah adalah organisasi yang memiliki kekuasaan untuk membuat

BUPATI KUANTANSINGINGI PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI KUANTAN SINGINGI NOMOR 23 TAHUN 2017 TENTANG

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI

-169- BAB VI AKUNTANSI DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.3 Tujuan Pembahasan Masalah

PERATURAN BUPATI OGAN KOMERING ILIR NOMOR : 39 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

B E R I T A D A E R A H N US A TENGGARA BARAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 31 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS

B U P A T I K U N I N G A N

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

L A P O R A N K E U A N G A N T A H U N BAB

BAB I PENDAHULUAN 1.2. MAKSUD DAN TUJUAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH. RSUD Dr. MOEWARDI. Jl. Kol. Sutarto 132 Telp Fax Surakarta CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

BAB II TINJAUAN/KAJIAN PUSTAKA. mencapai tujuan penyelenggaraan negara. dilakukan oleh badan eksekutif dan jajaranya dalam rangka mencapai tujuan

BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2008 NOMOR : 26 PERATURAN WALIKOTA BANDUNG NOMOR : 542 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI MALUKU TENGGARA

BAB III PEMBAHASAN 3.1 Tinjauan Teori Pengertian Sistem Akuntansi Pemerintahan

BAB V PEMBAHASAN SISTEM DAN PROSES AKUNTANSI PADA BENDAHARA PENGELUARAN DI DINAS PENDIDIKAN KOTA PADANG

BERITA DAERAH KOTA SOLOK NOMOR : 3 TAHUN 2011 PERATURAN WALIKOTA SOLOK NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN BUPATI PEMALANG TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI

WALIKOTA BIMA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BAB 1 PENDAHULUAN. dibangku perkuliahan. Magang termasuk salah satu persyaratan kuliah yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

B U P A T I T A N A H L A U T PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG

PROSEDUR PENCATATAN DANA PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SELAKU BLUD

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN JEMBRANA BUPATI JEMBRANA,

Prosedur Pencairan Dana Uang Persediaan Dan Ganti Uang

Struktur HOBO Persamaan Akuntansi Proses Akuntansi Bagan Akun Standar BAS tedi last 01/17

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 110 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 37 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI BUNGO PERATURAN BUPATI BUNGO NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. untuk menerapkan akuntabilitas publik. Akuntabilitas publik dapat diartikan sebagai bentuk

TENTANG MENTERI KEUANGAN,

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 43 TAHUN 2011 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT

SKRIPSI ANALISA PENERAPAN SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH PADA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KOTA PADANG WINDA PUSPITA SARI FAKULTAS EKONOMI

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan otonomi daerah. Dimana otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sistem akuntansi menurut Mulyadi (2001 : 3) adalah Organisasi formulir,

BUPATI SERANG PERATURAN BUPATI SERANG NOMOR 52 TAHUN 2012 TENTANG

LAPORAN KEUANGAN DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KOTA SERANG TAHUN ANGGARAN 2016 (AUDITED)

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 12 TAHUN 2015

WALIKOTA SOLOK PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA SOLOK NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KEBIJAKAN AKUNTANSI PELAPORAN KEUANGAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKANBARU,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN TERDAHULU. Pada Pemerintah Daerah Kabupaten Banyuwangi. Tujuan dari penelitian ini

oleh: Perwakilan BPKP Sumbar

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Instansi pemerintah merupakan salah satu bentuk organisasi non profit yang bertujuan untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat umum, seperti peningkatan keamanan, peningkatan mutu pendidikan atau peningkatan mutu kesehatan dan lain-lain. Sebagaimana bentuk-bentuk organisasi lainnya pemerintah juga memiliki aspek sebagai lembaga ekonomi. Dimana organisasi pemerintah melakukan berbagai bentuk pengeluaran guna membiayai kegiatankegiatan yang dilakukan, dan pemerintah harus melakukan berbagai upaya untuk memperoleh penghasilan guna menutupi biaya. Sebagaimana halnya organisasi swasta (perusahaan), organisasi pemerintah juga berusaha untuk mencegah atau menghindari pemborosan dan hal-hal lain yang dianggap merugikan keuangan oerganisasi pemerintah. Untuk menjamin adanya efisiensi dan efektifitas dalam pengelolaan keuangan maka diperlukan sebuah sistem akuntansi keuangan yang tepat dan benar-benar diterapkan dalam organisasi tersebut. Sistem akuntansi keuangan dalam organisasi pemerintah merupakan suatu hal yang penting untuk diperhatikan karena sistem akuntansi keuangan dibutuhkan untuk mengatur dan pengendalian terhadap seluruh kegiatan keuangan. Penerapan sistem akuntansi keuangan bertujuan untuk mengatur dan melindungi kekayaan (aset) yang dimiliki oleh pemerintah. Dengan diterapkan sistem akuntansi keuangan diharapkan semua aktifitas organisasi pemerintah 1

dapat dijalankan dengan efisien dan efektif sesuai dengan kebijakan yang telah diterapkan. Akuntansi keuangan daerah merupakan salah satu bidang dalam akuntansi sektor publik yang mendapatkan perhatian besar dari berbagai pihak semenjak reformasi. Hal itu disebabkan oleh adanya kebijakan baru dalam pemerintah republik indonesia yang mereformasi berbagai hal termasuk pengelolaan keuangan daerah. Sistem akuntansi keuangan daerah merupakan instrumen kebijakan yang utama bagi pemerintah karena akuntansi keuangan daerah dapat digunakan menentukan besarnya pendapatan dan pengeluaran serta membantu untuk pengambilan keputusan dan perencanaan pembangunan sehingga pemerintah terus melakukan perubahan-perubahan kebijakan. Perubahan kebijakan dalam pengelolaan keuangan daerah salah satunya yaitu dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang keuangan negara dan daerah, undang-undang 108 tahun 2005 tentang pemerintah daerah, peraturan pemerintah nomor 24 tahun 2005 tentang standar pemerintahan, peraturan pemerintah nomor 58 tahun 2005 tentang pengelolaan keuangan daerah dan peraturan menteri dalam negeri nomor 13 tahun 2006 tentang pedoman pengelolaan keuangan daerah serta tata cara penyusunan anggaran pendapatan dan belanja daerah, pelaksanaan tata usaha keuangan daerah dan penyusunan perhitungan anggaran pendapatan dan belanja daerah. Dalam beberapa pelatihan dan bimbingan teknis perencanaan daerah dan pengelolaan keuangan daerah pernah juga dijelaskan bahwa tujuan lain diberlakukannya undang-undang tersebut adalah desentralisasi. Implikasi otonomi daerah atau desentralisasi ini dapat dilihat dalam pelaksanaan otonomi daerah. 2

Perubahan yang jelas dari otonomi daerah yaitu dengan dikeluarkannya undangundang nomor 32 tahun 2004 tentang otonomi daerah dan undang-undang nomor 33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan pusat dan daerah serta peraturan pendukung yang nantinya akan bermuara pada pelaksanaan good governance (tata kelola pemerintahan yang baik). Untuk mewujudkan good governance diperlukan perubahan paradigma pemerintahan yang mendasar dari sistem lama yang serba sentralistis, dimana pemerintah pusat sangat kuat dalam menentukan kebijakan. Paradigma baru tersebut menuntut suatu sistem yang mampu mengurangi ketergantungan pemerintah daerah kepada pemerintah pusat serta bisa memberdayakan daerah agar mampu berkompetensi baik secara regional maupun internasional. Terlaksananya good governance merupakan syarat utama untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dalam pencapaian tujuan dan cita-cita bangsa. Salah satu upaya kongkrit untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara adalah penyampaian laporan pertanggungjawaban pemerintah yang memenuhi prinsip tepat waktu dan disusun mengikuti standar akuntansi pemerintah yang berterima umum. Hal tersebut diatur dalam undangundang nomor 17 tahun 2003 tentang keuangan negara dan daerah yang mensyaratkan bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD disusun dan disajikan sesuai dengan standar akuntansi pemerintah yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah. Salah satu tujuan akuntansi keuangan daerah adalah menyediakan informasi keuangan yang lengkap, cermat dan akurat sehingga dapat menyajikan laporan keuangan yang handal, dapat dipertanggungjawabkan dan dapat digunakan 3

sebagai dasar untuk mengevaluasi pelaksanaan keuangan masa lalu dalam rangka pengambilan keputusan ekonomi oleh pihak eksternal pemerintah daerah untuk masa yang akan datang. Untuk memenuhi tujuan tersebut, laporan keuangan pemerintah daerah menyajikan informasi mengenai pendapatan, belanja, pembiayaan, aset, kewajiban, ekuitas dana dan arus kas pemerintah daerah. Untuk menentukan kapan suatu transaksi dicatat, digunakan basis atau sistem pencatatan yang berkaitan dengan penetapan waktu atas pengukuran yang dilakukan. Menurut peraturan menteri dalam negeri nomor 13 tahun 2006 yang digunakan dalam laporan keuangan pemerintah daerah adalah basis kas untuk pengukuran pendapatan, belanja dan pembiayaan dalam laporan realisasi anggaran dan basis akrual untuk pengakuan aset, kewajiban dan ekuitas dalam neraca. Basis kas dalam laporan realisasi anggaran berarti bahwa pendapatan diakui pada saat kas diterima di rekening kas umum daerah dan belanja diakui pada saat kas keluarkan dari rekening kas umum daerah. Basis akrual untuk neraca berarti aset, kewajiban dan ekuitas diakui dan dicatat pada saat terjadinya transaksi atau peristiwa berpengaruh pada keuangan pemerintah tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas diterima atau dibayarkan. Sistem akuntansi dapat dijelaskan secara terperinci melalui siklus akuntansi. Pengertian siklus akuntansi adalah tahap-tahap yang ada dalam sistem akuntansi. Tahap-tahap tersebut menurut Slamet Sugiri yang diungkapkan oleh Abdul Halim dan Muhammad Syam Kusufi (2012 : 57) meliputi : 1. Mendokumentasikan transaksi keuangan dalam bukti dan melakukan analisis transaksi keuangan tersebut. 2. Mencatat transaksi keuangan dalam buku jurnal. 4

3. Meringkas dalam buku besar. 4. Menentukan saldo-saldo buku besar di akhir periode dan menuangkannya dalam neraca saldo. 5. Menyesuaikan buku besar berdasar pada informasiyang paling up-to-date. 6. Menentukan saldo-saldo buku besar setelah penyesuaian dan menuangkannya dalam neraca saldo setelah penyesuaian. 7. Menyusun laporan keuangan berdasarkan pada neraca saldo setelah penyesuaian. 8. Menutup buku besar. 9. Menentukan saldo-saldo dan menuangkannya dalam neraca saldo setelah tutup buku. Berdasarkan peraturan menteri dalam negeri nomor 13 tahun 2006 pasal 240 ayat (1), pemerintah daerah sebagai entitas pelaporan menyusun laporan keuangan pemerintah daerah, ayat (2) kepala SKPD sebagai entitas akuntansi menyusun laporan keuangan SKPD yang disampaikan kepada PPKD untuk digabung menjadi laporan keuangan pemerintah daerah. Jadi pada Badan Pemberdayaan Masyarakat Kabupaten Solok sebagai entitas akuntasi diharapkan dapat menyusun laporan keuangan SKPD yang meliputi : 1. Laporan Realisasi Anggaran. Laporan Realisasi Anggaran menyajikan ikhtisar sumber daya ekonomi, alokasi pemakaian sumber daya ekonomi yang dikelola oleh pemerintah yang menggambarkan perbandingan antara anggaran pendapatan, belanja dan pembiayaan dengan realisasinya dalam satu periode pelaporan. 5

2. Neraca. Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan mengenai aset, kewajiban dan ekuitas dana pada tanggal tertentu. Unsur-unsur neraca terdiri dari aset, kewajiban dan equitas dana. 3. Laporan Arus Kas. Laporan arus kas menyajikan informasi kas sehubungan dengan kegiatan operasional, investasi, pembiayaan dan transaksi nonanggaran, penerimaan, pengeluaran dan saldo akhir kas pemerintah pada periode tertentu. 4. Catatan Atas Laporan Keuangan. Catatan atas laporan keuangan ini meliputi penjelasan naratif atau rincian dari angka yang tertera dalam laporan realisasi anggaran, neraca dan laporan arus kas. Catatan atas laporan keuangan juga mencakup informasi tentang kebijakan akuntansi yang dipergunakan oleh entitas pelaporan dan informasi lain yang diharuskan dan dianjurkan untuk diungkapkan tentang penyajian laporan keuangan. Catatan atas laporan keuangan APBD merupakan dokumen yang disampaikan oleh Kepala Daerah dihadapan siding paripurna DPRD. Catatan atas laporan keuangan pada dasarnya menurut kinerja keuangan daerah dan ringkasan realisasi APBD yang disajikan dalam laporan perhitungan APBD. Peraturan menteri dalam negeri nomor 13 tahun 2006 juga menjelaskan bahwa adanya pemisahan jurnal atas transaksi keuangan yang mengakibatkan penerimaan kas dicatat dalam buku jurnal penerimaan dan transaksi yang mengakibatkan pengeluaran kas dicatat dalam buku jurnal pengeluaran kas serta 6

kejadian yang tidak mengakibatkan penerimaan dan pengeluaran kas dicatat dalam buku jurnal umum. Pada Badan Pemberdayaan Masyarakat Kabupaten Solok masalah yang ditemui adalah tidak adanya pencatatan jurnal umum, dimana transaksi yang mengakibatkan terjadinya penerimaan kas dan pengeluaran kas hanya dicatat dalam Buku Kas Umum (BKU). Buku Kas Umum ini merupakan buku yang dugunakan untuk mencatat semua transaksi penerimaan dan pengeluaran kas, mutasi mutasi kas dari bank ke tunai serta perbaikan / koreksi kesalahan pembukuan dibawah pengurusan bendahara yang harus dipertanggungjawabkan secara berkala. Sedangkan untuk proses pengeluaran kas dimulai dari diterbitkannya SPD (Surat Penyediaan Dana) yang disiapkan oleh Bendahara Umum Daerah (BUD) untuk ditandatangani oleh PPKD, kemudian Bendahara pengeluaran mengajukan SPP (Surat Perintah Pembayaran) kepada pengguna anggaran melalui PPK- SKPD. Jika dokumen SPP telah lengkap dan sah pengguna anggaran menerbitkan SPM (Surat Perintah Membayar) dan diajukan kepada kuasa bendahara umum daerah untuk penerbitkan SP2D (Surat Perintah Pencairan Dana), kemudian kuasa SP2D menyerahkan SP2D yang diterbitkan untuk keperluan uang persediaan kepada pengguna anggaran yang kemudian dicatat oleh Bendahara Pengeluaran di Buku Kas Umum (BKU) tanpa adanya penjurnalan (baik itu jurnal penerimaan kas, jurnal pengeluaran kas, jurnal umum, dan jurnal penyesuaian). Masalah lainnya yaitu pada Badan Pemberdayaan Masyarakat Kabupaten Solok juga tidak membuat Buku Besar, dalam proses akuntansi. Dalam penyusunan Laporan keuangan, Badan Pemberdayaan Masyarakat Kabupaten 7

Solok berdasarkan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) yang digunakan sebagai dasar pelaksanaan anggaran, dan juga diambil dari Buku Kas Umum (BKU) yang berfungsi untuk mencatat semua transaksi penerimaan dan pengeluaran kas. Semua transaksi kemudian dikelompokkan berdasarkan kegiatannya kedalam perincian penerimaan dan pengeluaran, semua biaya pengeluaran dicatat kedalam Surat Pengesahan Pertanggungjawaban (SPJ Belanja - Fungsional). Secara sederhana proses tersebut dapat terlihat pada gambar dibawah ini : Gambar 1.1. : Proses Akuntansi Badan Pemberdayaan Masyarakat Transaksi Pengelompokkan transaksi BKU Berdasarkan fenomena diatas, maka penulis tertarik untuk menelaah dan mengkaji lebih dalam tentang penerapan sistem akuntansi keuangan daerah pada Badan Pemberdayaan Masyarakat Kabupaten Solok. Untuk mengetahui bagaimana penerapan sistem akuntansi keuangan daerah pada Badan Pemberdayaan Masyarakat Kabupaten Solok, maka penulisan ini penulis wujudkan dalam bentuk skripsi dengan judul Analisis Penerapan Sistem Akuntasi Keuangan Daerah Pada Badan Pemberdayaan Masyarakat Kabupaten Solok (Sesuai Permendagri Nomor. 13 Tahun 2006) Surat Pengesahan Pertanggungjawaba n ( SPJ Belanja Fungsional) 8

1.2. RUMUSAN DAN BATASAN MASALAH 1. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang penulis dikemukakan diatas, maka permasalahan dalam penelitian ini yaitu : Bagaimana penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah pada Badan Pemberdayaan Masyarakat Kabupaten Solok diterapkan sesuai dengan Permendagri Nomor. 13 Tahun 2006 2. Batasan Masalah. Dalam menganalisa penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah pada Badan Pemberdayaan Masyarakat Kabupaten Solok ini, penelitian lebih difokuskan bagaimana pelaksanaan proses yang ada dalam elemen sistem akuntansi yang dimulai dari pencatatan bukti transaksi ke buku jurnal hingga penyusunan laporan keuangan. Peneliti menganalisa dari kegiatan dokumentasi dan tata usaha keuangan yang mendukung penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor. 13 Tahun 2006. Penerapan prosedur pendukung Sistem Akuntansi Keuangan Daerah seperti prosedur penerimaan dan pengeluaran kas hanya dibahas sepintas saja. 1.3. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN 1. Tujuan penelitian. Tujuan dari penelitian ini adalah : Untuk mengetahui bagaimana Badan Pemberdayaan Masyarakat Kabupaten Solok menerapkan sistem akuntansi keuangan daerah sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor. 13 tahun 2006. 9

2. Manfaat Penelitian. Adapun kegunaan penelitian ini adalah : a. Bagi penulis melengkapi bahan dan memenuhi sebagian syarat dalam mencapai gelar kesarjanaan pada Fakultas Ekonomi jurusan Akuntansi Pemerintahan kelas STAR BPKP Universitas Andalas. b. Sebagai masukan yang dapat digunakan Badan Pemberdayaan Masyarakat Kabupaten Solok untuk perbaikan-perbaikan dalam penyempurnaan penerapan sistem akuntansi keuangan daerah. c. Sebagai bahan referensi bagi akademisi untuk penelitian yang sejenis. 1.4. SISTEMATIKA PENULISAN Untuk memudahkan penulisan skripsi ini maka penulis mempedomani sistematika penulisan sebagai berikut : BAB I (satu) yaitu pendahuluan yang berisikan latar belakang masalah, rumusan dan batasan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, sistematika penulisan. BAB II (dua) yaitu landasan teori pengertian sistem akuntansi keuangan daerah, tujuan akuntansi keuangan daerah, perbedaan akuntansi keuangan daerah dengan perusahaan, lingkungan akuntansi keuangan daerah, sistem pencatatan dan pengakuan akuntansi keuangan daerah dan elemen-elemen akuntansi keuangan daerah serta penelitian terdahulu. BAB III (tiga) yaitu metodologi penelitian yang berisikan jenis penelitian, lokasi penelitian, jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data. BAB IV (empat) yaitu gambaran umum Badan Pemberdayaan Masyarakat Kabupaten Solok yang menguraikan sejarah singkat Badan Pemberdayaan 10

Masyarakat Kabupaten Solok, visi dan misi, tujuan dan sasaran serta struktur organisasi. Pembahasan hasil penelitian yang menyangkut penerapan sistem akuntansi keuangan daerah pada Badan Pemberdayaan Masyarakat Kabupaten Solok. BAB V (lima) yaitu penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran 11