BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PENELITIAN

Organ yang Berperan dalam Sistem Pernapasan Manusia. Hidung. Faring. Laring. Trakea. Bronkus. Bronkiolus. Alveolus. Paru-paru

SMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN IX (SEMBILAN) ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) SISTEM PERNAPASAN MANUSIA. A. Organ-Organ Pernapasan

Pertukaran gas antara sel dengan lingkungannya

Sistem Respirasi Manusia L/O/G/O

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 5. SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIALATIHAN SOAL

TUTORIAL 2 SISTEM TUBUH 2. Sistem Respirasi Manusia

Sistem Pernafasan Manusia

SPIROMETRI. Deddy Herman. Bagian Pulmonologi & Kedokteran Respirasi FK UNAND

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. membentuk suatu asam yang harus dibuang dari tubuh (Corwin, 2001). duktus alveolaris dan alveoli (Plopper, 2007).

MODUL MATA PELAJARAN IPA

BAB VII SISTEM PERNAPASAN

SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 18. SISTEM PERNAPASANLATIHAN SOAL BAB 18

Bab. Peta Konsep. Gambar 4.1 Orang sedang melakukan pernapasan. Pernapasan dada. terdiri dari. - Inspirasi - Ekspirasi. Mekanisme pernapasan

BAB 1 PENDAHULUAN. Dari latar belakang diatas dapat diperoleh beberapa rumusan masalahnya yaitu antara lain:

mendeskripsikan sistem pernapasan pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan.

BAB II KAJIAN TEORITIS

Indikasi Pemeriksaan

Cara Mengukur Kapasitas dan Volume Paru-Paru

5. Paru-paru dibungkus oleh dua selaput yang dinamakan... a. pleura b. bronkus c. alveolus d. trakea

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB I PENDAHULUAN. pungkiri. Banyak penyakit telah terbukti menjadi akibat buruk dari merokok,

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Paru Anatomi Paru. Paru-paru terletak pada rongga dada, berbentuk kerucut yang

ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIA. Laporan. Disusun untuk memenuhi tugas. Mata kuliah Anatomi Fisiologi Manusia.

SISTEM PERNAPASAN MANUSIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Paru-paru terdiri dari bagian kanan dan kiri. Paru-paru kanan memiliki

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 5. SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIALatihan Soal 5.1

TUGAS BIOLOGI (SISTEM PERNAPASAN MANUSIA)

Uji Fungsi (lung function test) Peak flow meter

menjelaskan struktur dan fungsi organ manusia dan hewan tertentu, kelainan/penyakit yang mungkin terjadi serta implikasinya pada salingtemas.

SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIA

BAB I PENDAHULUAN. A.Mekanisma ini terbahagi kepada tarikan nafas dan hembusan nafas. B.Ia melibatkan perubahan kepada :

BAB VI SISTEM PERNAPASAN PADA MANUSIA

Kamu dapat mendeskripsikan sistem pernapasan pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan. Sistem Pernapasan. artinya

Sistem Pernapasan Manusia. Nama : Kelas : Agustina Putri Puspitasari, , 4a

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

- - SISTEM PERNAFASAN MANUSIA

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 12. RANGKA DAN SISTEM ORGAN PADA MANUSIALatian soal 12.3

Peta Konsep. Kata Kunci. respirasi udara pernapasan pernapasan dada udara cadangan pernapasan perut udara residu. 68 IPA SMP/MTs Kelas VIII.

Sistem Pernapasan - 2

ALAT DAN BAHAN 1. Satu set spirometer 2. Manometer tabung U 3. Respivol 4. Corong 5. Zat Cair 6. Mistar

Sistem pernapasan adalah sistem tubuh manusia yang menghasilkan energi yang diperlukan untuk proses kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. Paru-paru merupakan organ utama yang sangat penting bagi kelangsungan

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Paru. Paru adalah satu-satunya organ tubuh yang berhubungan dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 11. SISTEM EKSKRESI MANUSIALatihan Soal 11.4

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Perokok pasif atau second hand smoke (SHS) istilah pada orang lain bukan

ALAT ALAT INDERA, ALAT PERNAPASAN MANUSIA, DAN JARINGAN TUMBUHAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Paru memiliki area permukaan alveolar kurang lebih seluas 40 m 2 untuk

UJIAN TENGAH SEMESTER RPP KOMIK SISTEM PERNAFASAN KELAS XI

Sistem Respirasi Pada Hewan

BAB I PENDAHULUAN. sering timbul dikalangan masyarakat. Data Report Word Healt Organitation

BAB VI. SISTEM PERNAFASAN PADA MANUSIA DAN VERTEBRATA

Pendidikan Fisika IPA TERPADU Pengikatan O2 dan Pelepasan CO2 pada Paru-paru

SISTEM PERNAFASAN PADA MANUSIA. Drs. Refli., MSc

Kurnia Eka Wijayanti

Keterampilan Klinis UJI FAAL PARU (SPIROMETRI)

PEMERIKSAAN FUNGSI PARU DENGAN SPIROMETRI. Hj. Efy Afifah, SKp, M.Kes. Pengukuran obyektif paru menggunakan alat spirometer.

BAB 8 SISTEMA RESPIRATORIA

BAB I PENDAHULUAN. Proses penuaan merupakan tantangan yang harus ditanggulangi karena diartikan

ABSTRAK FAAL PARU PADA PEROKOK DENGAN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK) DAN PEROKOK PASIF PASANGANNYA

Disusun Oleh : Intan Nirmala Hasibuan

O 2 + Zat Makanan CO 2 + H 2 O + Energi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. sebagai hasil pengalaman. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penerimaannya dan lain lain serta aspek yang ada pada individu yang

Bronkitis pada Anak Pengertian Review Anatomi Fisiologi Sistem Pernapasan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Yani Mulyani, M.Si, Apt STFB

ANALISIS JURNAL PENGARUH LATIHAN NAFAS DIAFRAGMA TERHADAP FUNGSI PERNAFASAN PADA PASIEN

SISTEM PERNAPASAN. Dr. Refli., MSc JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEHNIK UNIVERSITAS NUSA CENDANA PENDAHULUAN SISTEM PERNAPASAN PARU-PARU O 2 SEL

Lampiran : 1 77

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SUMMARY GAMBARAN KAPASITAS PARU PADA REMAJA PEROKOK DI DESA TULADENGGI KECAMATAN TELAGA BIRU. Dwi Purnamasari Zees

BAB I PENDAHULUAN. merupakan akibat buruk merokok, baik secara langsung maupun tidak langsung.

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Fisiologi dan Ergonomi

Pemakaian obat bronkodilator sehari- hari : -Antikolinergik,Beta2 Agonis, Xantin,Kombinasi SABA+Antikolinergik,Kombinasi LABA +Kortikosteroid,,dll

REFERAT WSD. Oleh : Ayu Witia Ningrum Pembimbing : Dr. Fachry, Sp.P

PRAKTIKUM 10 AUSKULTASI PARU, SUCTION OROFARINGEAL, PEMBERIAN NEBULIZER DAN PERAWATAN WSD

HUBUNGAN ANTARA POSISI TUBUH TERHADAP VOLUME STATIS PARU

BAB III METODE PENELITIAN

PERBANDINGAN NILAI MAXIMAL VOLUNTARY VENTILATION SEBELUM DAN SETELAH REHABILITASI OTOT PERNAPASAN PADA PASIEN-PASIEN PENYAKIT PARU NO: RS/NO.

RESPIRASI MELIBATKAN EMPAT PROSES: VENTILASI (PERGERAKAN UDARA. ANATOMI SISTEM RESPIRASI

BAB V PEMBAHASAN. kelamin pria dipilih karena mayoritas populasi sampel di BBKPM adalah pria dan

MAKALAH KELOMPOK SISTEM PERNAPASAN MANUSIA. Makalah ini ditulis untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Pengetahuan Alam 1

BAB 1. Pendahuluan. Faktor perinatal menjadi faktor risiko gangguan respiratorik kronis masa

ANATOMI DAN FISIOLOGI

EFEK PENUAAN TERHADAP FISIOLOGI SISTEM RESPIRASI

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit paru-paru merupakan suatu masalah kesehatan di Indonesia, salah

BAB 1 ALAT PERNAPASAN MANUSIA DAN BEBERAPA HEWAN. Kamu dapat mengidentifikasi fungsi organ pernapasan manusia dan beberapa hewan

Analisis Kapasitas Paru dan Aliran Udara Pernafasan Manusia Yang Mempunyai Kebiasaan Merokok dan Tidak Merokok

MATERI VI SISTEM RESPIRASI MAHLUK HIDUP

FAAL PERNAPASAN. Prof. DR. dr. Suradi Sp.P (K), MARS, FISR, Kresentia Anita R., Lydia Arista. Bagian Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi

INSUFISIENSI PERNAFASAN. Ikbal Gentar Alam ( )

II. TINJAUAN PUSTAKA. pameran. Pameran merupakan kegiatan untuk memperkenalkan produk, karya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KISI KISI SOAL PRETEST DAN POST TEST. Ranah Kognitif Deskripsi Soal Jawaban

Lampiran 1. Daftar Sekolah dan Buku yang Digunakan. Hasil Observasi Buku Teks Pelajaran Tematik pada Jenjang SD,

BAB I PENDAHULUAN. Semua mahluk hidup pasti bernapas dan butuh bernapas. Bernapas. sederhana, mulai menghirup udara sampai menghembuskannya lagi hanya

Transkripsi:

31 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anatomi Dan Fisiologi Paru 2.1.1. Sistem Pernapasan Organ pernapasan merupakan organ yang mempunyai peranan penting dalam memenuhi kebutuhan oksigen di dalam tubuh. Organ pernapasan dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu bagian penhantar udara dan bagian yang berperan sebagai tempat pertukaran gas. Bagian penhantar udara terdiri dari hidung, faring, laring, trakea, bronkhi dan bronkioli. Sedangkan bagian pertukaran gas terdiri dari bronkhiolus respiratorius, duktus alveolaris dan alveoli. Struktur saluran udara ini berperan dalam mengatur jalannya udara, dengan cara menghangatkan dan serta menyingkirkan benda-benda asing yang masuk (Plopperdan Adams, 1993; Bergman et al 1996). 2.1.2. Rongga hidung Udara dari luar akan masuk lewat rongga hidung (cavum nasalis). Rongga hidung berlapis selaput lendir, di dalamnya terdapat kelenjar minyak (kelenjar sebasea) dan kelenjar keringat (kelenjar sudorifera). Selaput lendir berfungsi menangkap benda asing yang masuk lewat saluran pernapasan. Selain itu, terdapat juga rambut pendek dan tebal yang berfungsi menyaring partikel kotoran yang masuk bersama udara. Juga terdapat konka yang mempunyai banyak kapiler darah yang berfungsi menghangatkan udara yang masuk. Di sebelah belakang rongga hidung terhubung dengan nasofaring melalui dua lubang yang disebut choanae. Pada permukaan rongga hidung terdapat rambut-rambut halus dan selaput lendir yang berfungsi untuk menyaring udara yang masuk ke dalam rongga hidung.( Evelyn, Pearce, 1992)

32 2.1.3. Faring (Tenggorokan) Udara dari rongga hidung masuk ke faring. Faring merupakan percabangan 2 saluran, yaitu saluran pernapasan nasofaring pada bagian depan dan saluran pencernaan orofaring pada bagian belakang. Pada bagian belakang faring (posterior) terdapat laring (tekak) tempat terletaknya pita suara (pita vocalis). Masuknya udara melalui faring akan menyebabkan pita suara bergetar dan terdengar sebagai suara. Makan sambil berbicara dapat mengakibatkan makanan masuk ke saluran pernapasan karena saluran pernapasan pada saat tersebut sedang terbuka. Walaupun demikian, saraf kita akan mengatur agar peristiwa menelan, bernapas, dan berbicara tidak terjadi bersamaan sehingga mengakibatkan gangguan kesehatan. Fungsi utama faring adalah menyediakan saluran bagi udara yang keluar masuk dan juga sebagi jalan makanan dan minuman yang ditelan, faring juga menyediakan ruang dengung(resonansi) untuk suara percakapan ( Evelyn, Pearce, 1992). 2.1.4 Batang Tenggorokan (Trakea) Tenggorokan berupa pipa yang panjangnya ± 10 cm, terletak sebagian di leher dan sebagian di rongga dada (torak). Dinding tenggorokan tipis dan kaku, dikelilingi oleh cincin tulang rawan, dan pada bagian dalam rongga bersilia. Silia-silia ini berfungsi menyaring bendabenda asing yang masuk ke saluran pernapasan. Batang tenggorok (trakea) terletak di sebelah depan kerongkongan. Di dalam rongga dada, batang tenggorok bercabang menjadi dua cabang tenggorok (bronkus). Di dalam paru-paru, cabang tenggorok bercabang-cabang lagi menjadi saluran yang sangat kecil disebut bronkiolus. Ujung bronkiolus berupa gelembung kecil yang disebut gelembung paru-paru (alveolus). 2.1.5. Pangkal Tenggorokan (Laring) Laring merupakan suatu saluran yang dikelilingi oleh tulang rawan. Laring berada diantara orofaring dan trakea, didepan lariofaring. Salah satu tulang rawan pada laring disebut epiglotis. Epiglotis terletak di ujung bagian pangkal laring. Laring diselaputi oleh membrane mukosa yang terdiri dari epitel berlapis pipih yang cukup tebal sehingga kuat untuk menahan

33 getaran-getaran suara pada laring. Fungsi utama laring adalah menghasilkan suara dan juga sebagai tempat keluar masuknya udara. Pangkal tenggorok disusun oleh beberapa tulang rawan yang membentuk jakun. Pangkal tenggorok dapat ditutup oleh katup pangkal tenggorok (epiglotis). Pada waktu menelan makanan, katup tersebut menutup pangkal tenggorok dan pada waktu bernapas katu membuka. Pada pangkal tenggorok terdapat selaput suara yang akan bergetar bila ada udara dari paru-paru, misalnya pada waktu kita bicara. 2.1.6. Cabang Batang Tenggorokan (Bronkus) Tenggorokan (trakea) bercabang menjadi dua bagian, yaitu bronkus kanan dan bronkus kiri. Struktur lapisan mukosa bronkus sama dengan trakea, hanya tulang rawan bronkus bentuknya tidak teratur dan pada bagian bronkus yang lebih besar cincin tulang rawannya melingkari lumen dengan sempurna. Bronkus bercabang-cabang lagi menjadi bronkiolus. Batang tenggorokan bercabang menjadi dua bronkus, yaitu bronkus sebelah kiri dan sebelah kanan. Kedua bronkus menuju paru-paru, bronkus bercabang lagi menjadi bronkiolus. Bronkus sebelah kanan(bronkus primer) bercabang menjadi tiga bronkus lobaris (bronkus sekunder), sedangkan bronkus sebelah kiri bercabang menjadi dua bronkiolus. Dinding alveolus mengandung kapiler darah, melalui kapiler-kapiler darah dalam alveolus inilah oksigen dan udara berdifusi ke dalam darah. Fungsi utama bronkus adalah menyediakan jalan bagi udara yang masuk dan keluar paruparu ( Evelyn, Pierce, 1992).

34 Gambar 2.1 : Anatomi Paru Sumber : (Evelyn. Pearce, Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis, 1992, Hal 219). Tahun

35 2.1.7. Fisiologi Pernapasan Paru-paru dan dinding dada adalah struktur yang elastis. Dalam keadaan normal terdapat lapisan cairan tipis antara paru-paru dan dinding dada sehingga paru-paru dengan mudah bergeser pada dinding dada. Tekanan pada ruangan antara paru-paru dan dinding dada berada di bawah tekanan atmosfer. Paru-paru teregang dan berkembang pada waktu bayi baru lahir. Pada akhir ekspirasi tenang, cenderung terjadi recoil dinding dada yang diimbangi oleh kecenderungan dinding dada berkerut kearah yang berlawanan (Guyton, 2006). Otot diafragma yang terletak di bagian dalam dan luar interkostalis kontraksinya bertambah dalam. Rongga toraks menutup dan mengeras ketika udara masuk ke dalam paruparu, diluar muskulus interkostalis menekan tulang iga dan mengendalikan luas rongga toraks yang menyokong pada saat ekspirasi sehingga bagian luar interkostalis dari ekspirasi menekan bagian perut. Kekuatan diafragma kearah atas membantu mengembalikan volume rongga pleura (Guyton, 2006). Pada waktu menarik napas dalam, maka otot berkontraksi, tetapi pengeluaran pernapasan dalam proses yang pasif. Ketika diafragma menutup dalam, penarikan napas melalui isi rongga dada kembali memperbesar paru-paru dan dinding badan bergerak hingga diafragma dan tulang dada menutup ke posisi semula. Aktivitas bernapas merupakan dasar yang meliputi gerak tulang rusuk sewaktu bernapas dalam dan volume udara bertambah (Syaifuddin, 2001). Paru-paru merupakan struktur elastik yang mengempis seperti balon yang mengeluarkan semua udaranya melalui trakea bila tidak ada kekuatan untuk mempertahankan pengembangannya, tidak terdapat perlengketan antara paru-paru dan dinding rongga dada. Paruparu mengapung dalam rongga dada dan dikelilingi lapisan tipis berisi cairan pleura yang menjadi pelumas bagi gerakan paru-paru dalam rongga dada. Ketika melakukan pengembangan dan berkontraksi maka paru-paru dapat bergeser secara bebas karena terlumas dengan rata (Ganong, 2005). Inspirasi merupakan proses aktif kontraksi otot-otot. Inspirasi menaikkan volume intratoraks. Selama bernapas tenang, tekanan intrapleura kira-kira 2,5mmHg relatif terhadap atmosfer. Pada permulaan, inspirasi menurun sampai -6mmHg dan paru-paru ditarik ke posisi yang lebih mengembang dan tertanam dalam jalan udara sehingga menjadi sedikit negatif dan udara mengalir ke dalam paru-paru. Pada akhir inspirasi, recoil menarik dada kembali ke posisi

36 ekspirasi dimana tekanan recoil paru-paru dan dinding dada seimbang. Tekanan dalam jalan pernapasan seimbang menjadi sedikit positif sehingga udara mengalir ke luar dari paru-paru (Syaifuddin, 2001). Pada saat inspirasi, pengaliran udara ke rongga pleura dan paru-paru berhenti sebentar ketika tekanan dalam paru-paru bersamaan bergerak mengelilingi atmosfer. Pada waktu penguapan, pernapasan volume sebuah paru-paru berkurang karena naiknya tekanan udara untuk memperoleh dorongan keluar pada sistem pernapasan (Syaifuddin, 2001). Selama pernapasan tenang, ekspirasi adalah pasif, dalam arti bahwa tidak ada otot-otot yang menurunkan volume unuk toraks berkontraksi. Pada permulaan ekspirasi, kontraksi ini menimbulkan kerja yang menahan kekuatan recoil dan melambatkan ekspirasi. Insiprasi yang kuat berusaha mengurangi tekanan intrapleura sampai 30mmHg sehingga menimbulkan pengembangan paru-paru dengan derajat yang lebih besar. Bila ventilasi meningkat seluas deflasi maka paru-paru meningkat dengan kontraksi otot-otot pernapasan yang menurunkan volume intratoraks (Syaifuddin, 2001). 2.1.9. Uji Faal Paru Uji faal paru bertujuan untuk mengetahui apakah fungsi paru seseorang individu dalam keadaan normal atau abnormal. Pemeriksaan faal paru biasanya dikerjakan berdasarkan indikasi atau keperluan tertentu, misalnya untuk menegakkan diagnosis penyakit paru tertentu, evaluasi pengobatan asma, evaluasi rehabilitasi penyakit paru, evaluasi fungsi paru bagi seseorang yang akan mengalami pembedahan toraks atau abdomen bagian atas, penderita penyakit paru obstruktif menahun, akan mengalami anestasi umum sedangkan yang bersangkutan menderita penyakit paru atau jantung dan keperluan lainnya. Secara lengkap uji faal paru dilakukan dengan menilai fungsi ventilasi, difusi gas, perfusi darah paru dan transport gas O 2 dan CO 2 dalam peredaran darah. Fungsi pam disebut normal apabila PaO2 lebih dari 50mmHg dan PaCO 2 kurang dari 50mmHg dan disebut gagal napas apabila PaCO 2 kurang dari 50mmHg dan PaCO 2 lebih dari 50mmHg. Apabila PaO 2 lebih dari 50mmHg dan PaCO 2 kurang dari 50mmHg, dikatakan bahwa fungsi difusi gas berlangsung normal.

37 Untuk keperluan praktis dan uji skrining, biasanya penilian faal paru seseorang cukup dengan melakukan uji fungsi ventilasi paru. Apabila fungsi ventilasi nilainya baik, dapat mewakili keseluruhan fungsi paru dan biasanya fungsi-fungsi paru lainnya juga baik. Penilaian fungsi ventilasi berkaitan erat dengan penilaian mekanika pernapasan. Untuk menilai fungsi ventilasi digunakan spirometer untuk mencatat grafik pernapasan berdasarkan jumlah dan kecepatan udara yang keluar atau masuk ke dalam spirometer (Alsagaff,dkk, 2005). 2.1.10. Spirometri Spirometri merupakan suatu metode sederhana yang dapat mengukur sebagian terbesar volume dan kapasitas paru-paru. Spirometri merekam secara grafis atau digital volume ekspirasi paksa dan kapasitas vital paksa. Volume Ekspirasi Paksa (VEP) atau Forced Expiratory Volume (FEV) adalah volume dari udara yang dihembuskan dari paru-paru setelah inspirasi maksimum dengan usaha paksa minimum, diukur pada jangka waktu tertentu. Biasanya diukur dalam 1 detik (VEP 1 ). Kapasitas Vital paksa atau Forced Vital Capacity (FVC) adalah volume total dari udara yg dihembuskan dari paru-paru setelah inspirasi maksimum yang diikuti oleh ekspirasi paksa minimum. Pemeriksaan dengan spirometer ini penting untuk pengkajian fungsi ventilasi paru secara lebih mendalam. Jenis gangguan fungsi paru dapat digolongkan menjadi dua yaitu gangguan fungsi paru obstruktif (hambatan aliran udara) dan restriktif (hambatan pengembangan paru). Seseorang dianggap mempunyai gangguan fungsi paru obstruktif bila nilai VEP 1 /KVP kurang dari 70% dan menderita gangguan fungsi paru restriktif bila nilai kapasitas vital kurang dari 80% dibanding dengan nilai standar (Alsagaff, dkk, 2005). Prosedur yang paling umum digunakan adalah subyek menarik nafas secara maksimal dan menghembuskannya secepat dan selengkap mungkin dan Nilai KVP dibandingkan terhadap nilai normal dan nilai prediksi berdasarkan usia, tinggi badan dan jenis kelamin. Spirometer menggunakan prinsip salah satu hukum dalam fisika yaitu hukum Archimedes. Hal ini tercermin pada saat spirometer ditiup, ketika itu tabung yang berisi udara akan naik turun karena adanya gaya dorong ke atas akibat adanya tekanan dari udara yang masuk ke spirometer. Spirometer juga menggunakan hukum newton yang diterapkan dalam sebuah katrol. Bandul ini kemudian dihubungkan lagi dengan alat pencatat yang bergerak diatas silinder berputar. Pemeriksaan dengan spirometer ini penting untuk pengkajian fungsi ventilasi paru secara lebih mendalam.

38 Melalui spirometri ini, bisa diketahui gangguan obstruksi,sumbatan dan restriksi atau pengembangan paru. (Blondshine,2000 ) Gambar 2.2: Spirometri ( Dewan Asma Nasional Australia) 2.1.11 Faktor yang perlu dipertimbangkan ketika Memilih sebuah spirometer Mudah digunakan Penyediaan mudah dibaca menampilkan real-time grafis dari manuver Pemberian umpan balik langsung tentang kualitas penerimaan termasuk reproduktifitas Penyediaan laporan spirometri disesuaikan akhir Harga dan biaya operasional Keandalan dan kemudahan pemeliharaan Pelatihan, pelayanan dan perbaikan spirometer disediakan Kemampuan untuk percobaan spirometer dalam pengaturan Anda sebelum membeli Penyediaan sensor sekali pakai atau sirkuit pernapasan yang dapat dengan mudah dibersihkan dan didesinfeksi Penyediaan sesuai nilai normal dengan batas bawah normal Penyediaan sebuah manual yang komprehensif yang menjelaskan operasi spirometer itu pemeliharaan dan kalibrasi

39 Kalibrasi persyaratan Kesesuaian dengan standar kinerja spirometri diterima Sesuai standar keselamatan listrik (Dewan Nasional Asma Australia). 2.1.12. Sejarah Terciptanya Spirometer 129-200 A.D.: Galen melakukan eksperimen volumetric terhadap saluran udara manusia. Dia menyuruh seorang anak menghirup dan mengeluarkan udara dan menemukan volum gas,setelah beberapa waktu,tetap. Galen menemukan ukuran yang mutlak dari ukuran paru-paru. 1681: Borelli mencoba untuk mengukur volume inspirasi dalam satu kali bernafas. Dia melakukannya dengan menghisap cairan dari tabung silinder. (JPHAS, Winter 2005) 1718: Jurin J. meniupkan udara dalam kantung dan mengukur volume udara menggunakan prinsip arcimedes.dia mengukur 650 ml volum tidal dan volume ekspirasi maksimal sebanyak 3610 ml. 1788: Goodwyn E. menghisap air ke dalam bejana berisi udara yang sudah diukur beratnya dalam skala. Dia menyebutkan bahwa kapasitas vital paru-paru dapat mencapai 4460 ml. Dia memeriksa temperaturnya, tapi dia tidak menggunakan nose-clip. 1793: Abernethy mencoba untuk menentukan seberapa jauh kadaluarsa gas yang dihabiskan oksigen. Dia mengumpulkan gas-gas kadaluarsa di sekeliling merkuri. Abernethy mengukur kapasitas vital paru-paru adalah 3150 ml. (JPHAS, Winter 2005) 1796: Menzies R. mencelupkan seorang laki-laki ke dalam air berisi lebih dari satu barel ke dagunya dan mengukur kenaikan dan penurunan tingkatan sekitar dagu. Dengan metode body plethysmography,dia menentukan volume tidal paru-paru.

40 1799: Pepys W.H. jun. menemukan volum tidal biasa menjadi 270 ml dengan menggunakan dua gasometer air raksa dan sebuah gastometer biasa. 1800: Davy H. mengukur kapasitas vital paru-parunya sendiri sebesar 3110 ml. volume tidal paru-paru sebesar 210 ml menggunakan gasometer dan volume residu paru-paru sebesar 590-600 ml menggunakan metode pengenceran hidrogen atau hydrogen dilution method. ( JPHAS,2005) 1813: Kentish E. menggunakan pulmometer yang cukup sederhana untuk mempelajari volum saluran udara ketika sakit. 1831: Thrackrah C.T. menggambarkan pulmometer mirip dengan Kentish, tetapi udara memasuki botol kaca dari bawah. Disana tidak terdapat perbaikan untuk tekanan, sehingga pengukuran mesin tidak hanya terpaku pada volume respirasi tetapi juga kekuatan dari otot-otot ekspirasi. 1844: Maddock, A.B. mempublikasikan di Lancet, sebuah surat untuk editor tentang Pulmometer nya. Penemuan luar biasa yang saya temukan sangat berguna untuk mengukur kekuatan dari paru-paru di dalam lingkungan dan kondisi yang berbeda. Maddock tidak menyebutkan Thrackrah atau Kentish. 1845: Vierordt mempublikasikan bukunya Physiologie des Athmens mit besonderer Rücksicht auf die Auscheidung der Kohlensäure. Walaupun Vierordt tertarik tentang penentuan penghembusan nafas, dia telah melakukan penentuan parameter volume dengan seksama. Dalam percobaannya dia menggunakan expirator. Vierordt mendeskripsikan beberapa parameter tersebut masih digunakan dewasa ini dalam spirometer modern. Sebagai contoh volume residu ( Rückständige Luft ), kapasitas vital ( vitales Atmungsvermögen ) 1852: John Hutchinson mempublikasikan laporannya tentang air di spirometer yang tetap digunakan sampai hari ini hanya dengan perubahan kecil (perubahan besar yang terjadi sekarang adalah penambahan alat pengukur

41 grafik dan waktu dan reduksi masa bel). Hutchinson mencatat kapasitas vital paru-paru 4000 orang dengan spirometernya. Dia mengklasifikasikan manusia, sebagai contoh Paupers, First Battalion Grenadier Guards, Pugilists and Wrestlers, Giants and Dwarfs, Girls, Gentleman, Deseased cases. Dia menunjukan bahwa kapasitas vital paru-paru berbanding lurus dengan tinggi dan dia pun menunjukan bahwa kapasitas vital paru-paru tidak memiliki kaitan dengan berat badan. Hutchinson telah memulai pekerjaannya dengan spirometers pada tahun 1844. (Tissier) 1854: Wintrich mengembangkan spirometer yang sudah diperbaharui, pengunaan spirometer ini lebih sederhana dibandingkan dengan spirometer Hutchinson. Wintrich menguji 4000 orang dengan spirometernya. Terdapat 500 kasus tentang penyakit di paru-paru. Dia menyimpulkan ada 3 parameter yang menentukan kapasitas vital paru-paru yaitu tinggi badan, berat badan dan umur. (Tissier) 1859: E.Smith mengembangkan konsep spirometer portabel dan mencoba untuk mengukur metabolisme gas. 1866: Salter menambahkan kymograph pada spirometer untuk merekam waktu serta volume yang diperoleh. 1868: Bert.P memperkenalkan plethysmography total tubuh. 1879: Gad.J menerbitkan sebuah artikel tentang pneumatography yang ditambahkan sebagai parameter dar pemeriksaan spirometer dan juga perubahan volume rongga dada selama inspirasi dan ekspirasi. 1902: Brodie.T.G adalah yang pertama mengunnakan spirometer baji bawah, pendahulu dari spirometer fleisch yang masih digunakan saat ini.

42 1904: Tissor memperkenalkan spirometer sirkuit tertutup. 1959: Wright B.M dan McKerrow C.B memperkenalkan peak flow meter. 1974: Campbell memperkembangkan suatu peak flow meter yang ringan dan murah. (Brockbank) 2.1.13. Indikasi Spirometri Ada beberapa indikasi-indikasi dari pemeriksaan spirometri seperti: Diagnostik- Untuk mengevaluasi gejala dan tanda Untuk mengukur efek penyakit pada fungsi paru Untuk menilai resiko pra-operasi Untuk menilai prognosis Untuk menilai status kesehatan sebelum memulai aktivitas fisik berat program Monitoring- Untuk menilai intervensi terapeutik Untuk menggambarkan perjalanan peyakit yang mempengaruhi fungsi paru-paru Untuk memantau efek samping obat dengan toksisitas paru diketahui Untuk memantau orang terkena agen merugikan Penurunan Nilai Evaluasi- Untuk menilai pasien sebagai bagian dari program rehabilitasi Untuk menilai resiko seb agai bagian dari evaluasi asuransi

43 2.1.14. Volume Statik Dan Volume Dinamik Dibawah ini adalah jenis-jenis volume statik dan volume dinamik yang dapat diukur dengan menggunakan spirometri kecuali Volume Residu, Kapasitas Total paru dan Kapasitas Residu Fungsional: Volume Statik- Volume Tidal ( VT ) Volume Cadangan Inspirasi ( VCI ) Volume Cadangan Ekspirasi ( VCE ) Volume Residu ( VR ) Kapasiti Vital ( KV ) Kapasiti Vital Paksa ( KVP ) Kapasiti Residu Fungsional ( KRF ) Kapasiti Paru Total ( KPT ) Volume Dinamik- Volume Ekspirasi Paksa Detik Pertama ( VEP 1 ) Maximal Voluntary Ventilasi ( MVV ) e) Vital Capacity (VC): adalah jumlah udara (dalam liter) yang keluar dari paru sewaktu pernapasan yang normal. Responden diinstruksi untuk menginhalasi dan mengekspirasi secara normal untuk mendapat ekspirasi yang maksimal. Nilai normal biasanya 80% dari jumlah total paru. Akibat dari elastisitas paru dan keadaan toraks, jumlah udara yang kecil akan tersisa didalam paru selepas ekspirasi maksimal. Volume ini disebut residual volume (RV). (Guyton, 2006) f) Forced vital capacity (FVC): Seetelah mengekspirasi secara maksimal, responden disuruh menginspirasi dengan usaha maksimal dan mengekspirasi secara kuat dan

44 cepat. KVP adalah volume udara yang diekspirasi ke dalam spirometri dengan usaha inhalasi yang maksimum ( Ganong, 2005) g) Forced expiratory volume (FEV: Pada awalnya maneuver KVP diukur dengan volume udara keluar ke dalam spirometri dengan interval 0.5, 1.0, 2.0, dan 3.0 detik. Jumlah dari semua nilai itu memberikan ukuran sebanyak 97% dari KVP. Secara umum, VEP 1 digunakkan lebih banyak yaitu volume udara yang diekspirasi ke dalam spirometri pada 1 saat. Nilai normalnya adalah 70% dari KVP. (Ganong, 2005) h) Maximal voluntary ventilation (MVV): Responden akan bernapas sedalam dan secepat mungkin selama 15 detik. Rerata volume udara (dalam liter) menunjukkan kekuatan otot respiratori. (Guyton, 2006) 2.1.15. Cara Pengunaan Spirometri Siapkan alat spirometer, dan kalibrasi harus dilakukan sebelum pemeriksaan. Pasien harus dalam keadaan sehat, tidak ada flu atau infeksi saluran napas bagian atas dan hati-hati pada penderita asma karena dapat memicu serangan asma. Pasien harus menghindari memakai pakaian yang ketat dan makan makanan berat dalam waktu 2 jam. Pasien juga tidak harus merokok dalam waktu 1 jam dan menkonsumsi alkohol dalam waktu 4 jam. Masukkan data yang diperlukan, yaitu umur, jenis kelamin, tinggi badan, berat badan, dan ras untuk megetahui nilai prediksi. Beri pentunjuk dan demonstrasikan maneuver pada pasien, yaitu pernafasan melalui mulut, tanpa ada udara lewat hidung dan celah bibir yang mengatup mouth piece. Pasien dalam posisi duduk atau berdiri, lakukan pernapasan biaa tiga kali berturutturut, dan langsung menghisap sekuat dan sebanyak mungkin udara ke dalam paruparu, dan kemudian dengan cepat dan sekuat-kuatnya dihembuskan udara melalui mouth piece. Manuver dilakukan 3 kali untuk mendapatkan hasil terbaik ( Johns DP, Pierce, 2007).

45 Gambar 2.3: Cara Melakukan Pemeriksaan Spirometri (British Thoracic Society) 2.1.16. Beberapa Masalah yang berkaitan dengan pemeriksaan spirometri: 1. Submaksimal usaha 2. Kebocoran antara bibir dan mulut 3. Tidak lengkap inspirasi atau ekspirasi (sebelum atau selama manuver paksa) 4. Ragu-ragu pada awal pemeriksaan 5. Batuk (terutama dalam hitungan detik pertama ekspirasi) 6. Penutupan Glotis 7. Obstruksi corong dengan lidah 8. Fokalisasi selama manuver dipaksa 9. Buruknya postur tubuh.

46 Sekali lagi, demonstrasi prosedur akan mencegah banyak masalah yang berkaitan dengan pemeriksaan spirometri dan, mengingat bahwa semua upaya pengukuran tergantung akan variabel pada pasien yang tidak kooperatif atau mencoba untuk menghasilkan nilai-nilai rendah. Penutupan glotis harus dicurigai jika aliran berhenti tiba-tiba selama tes bukan menjadi halus terus menerus kurva. Rekaman dengan batuk, terutama jika ini terjadi dalam hitungan detik pertama, atau ragu-ragu di awal harus ditolak. Fokalisasi selama pengujian akan mengurangi arus dan tidak bisa melakukan manuver dengan leher diperpanjang sering membantu. Upaya yang kuat diperlukan untuk spirometri sering difasilitasi dengan menunjukkan tes sendiri. Instrumen- Terkait Masalah Ini sangat tergantung pada jenis spirometer yang digunakan. Pada volumeperpindahan spirometer mencari kebocoran pada koneksi selang; pada aliran-sensing spirometer mencari robekan dan air mata dalam tabung konektor flowhead, di spirometer elektronik sangat berhati-hati tentang kalibrasi, akurasi dan linearitas. Standar menyarankan memeriksa kalibrasi setidaknya setiap hari dan diri-tes sederhana spirometer merupakan pemeriksaan, tambahan sehari-hari berguna bahwa instrumen berfungsi dengan benar. (Johns DP, Pierce R, 2007) 2.1.16. Prediksi Normal Prediksi Nilai normal Untuk menginterpretasikan tes fungsi ventilasi dalam setiap individu, bandingkan hasilnya dengan nilai-nilai referensi yang diperoleh dari yang jelas populasi subyek normal cocok untuk jenis kelamin, umur, tinggi dan asal etnis dan menggunakan tes serupa protokol, dan instrumen hati-hati dikalibrasi dan divalidasi. Nilai diprediksi Normal untuk fungsi ventilasi umumnya bervariasi sebagai berikut: 5) Jenis Kelamin: Untuk ketinggian tertentu dan usia, laki-laki memiliki VEP 1, KVP, FEF 25%-75% dan PEF yang lebih besar tetapi memiliki VEP 1 /KVP yang relatif lebih kecil. 6) Umur: VEP 1, KVP, FEF 25-75% dan PEF meningkat sementara penurunan VEP 1 / KVP dengan usia sampai sekitar 20 tahun pada wanita dan 25 tahun pada pria. Setelah ini, semua indeks bertahap turun, meskipun kadar penurunan yang tepat tidak diketahui karena keterkaitan antara usia dan tinggi badan. Penurunan VEP 1 / KVP dengan usia pada orang dewasa karena penurunan yang lebih besar pada VEP 1 dari KVP.

47 7) Tinggi: Semua indeks selain VEP 1 / KVP meningkat. 8) Etnis asal: Polinesia termasuk yang paling rendah memiliki VEP 1 dan KVP dari berbagai kelompok etnis seperti kaukasia dan afrika. (Miller MR, Hanikinson JL, 2005) 2.1.17. Interpretasi Fungsi Ventilasi Pengukuran fungsi ventilasi sangat berguna dalam arti diagnostik dan juga berguna dalam mengikuti riwayat alami penyakit selama periode waktu, menilai risiko pra operasi dan dalam mengukur dampak pengobatan. Kelainan ventilasi dapat disimpulkan jika ada VEP 1, KVP, PEF atau VEP 1 /KVP adalah luar kisaran normal. Normal: KVP 80%, VEP 1 /KVP 75% Gangguan Obstruksi: VEP 1 < 80% nilai prediksi, VEP 1 /KVP< 70% nilai prediksi Gangguan Restriksi: Kapasitas Vital (KV)< 80% nilai prediksi, KVP<80% Gangguan Campuran: KVP< 80% nilai prediksi, VEP 1 /KVP< 75% nilai prediksi (Johns DP, Pierce, 2007). 2.1.18. Cek Kalibrasi Dari sudut pandang praktis maka perlu melakukan pemeriksaan kalibrasi pada spirometer jarum suntik kalibrasi biasanya dibutuhkan. Frekuensi melakukan pemeriksaan akan berbeda dengan setting klinis dan jenis instrumen yang digunakan, dan kebutuhan untuk menyesuaikan kalibrasi akan tergantung pada apakah itu adalah di luar batas kontrol. Spirometer yang dikenali sebagai Flow spirometer umumnya memerlukan pemeriksaan kalibrasi sehari-hari. Faktor penting adalah stabilitas kalibrasi dari waktu ke waktu dan ini hanya dapat dibentuk dengan tabir, setelah dilakukan pemeriksaan kalibrasi banyak pada instrumen. Semua spirometer harus dikalibrasi ulang setelah pembersihan atau disinfeksi, atau jika hasil yang tidak biasa atau tidak diharapkan menunjukkan masalah. Biasanya, spirometer harus akurat (volume ke dalam ± 0,05 L atau ± 3%, mana yang lebih besar; mengalir ke dalam ± 0,2 L/detik atau ± 5%, mana yang lebih besar) dan dikalibrasi secara berkala dengan jarum suntik (bersertifikat) yang akurat 3L. Ketika

48 sebuah spirometer akan dipindahkan ke lingkungan yang lebih dingin atau lebih panas, penting untuk memberikan waktu untuk itu untuk mencapai baru suhu dan mengukurnya. Demikian pula, kalibrasi jarum suntik harus pada suhu yang sama seperti spirometer dan untuk alasan ini biasanya disimpan di dekat spirometer. Untuk mendeteksi perubahan kinerja spirometer keseluruhan, fungsi ventilasi dari satu atau lebih subyek dengan fungsi pernafasan yang stabil harus diukur dan dicatat secara teratur sebagai bagian dari kualitas yang sedang berlangsung mengendalikan program. Rekaman pemeriksaan kalibrasi, kontrol kualitas dan sejarah pelayanan harus disimpan dengan peralatan. Dalam operasi, menguji diri sendiri (jika Anda memiliki fungsi stabil) pada spirometer Anda setiap minggu atau dua adalah cara yang praktis memastikan kontrol kualitas. Sebuah variasi dari> 5% pada VEP 1 atau KVP harus mengingatkan Anda untuk masalah dan kebutuhan untuk memiliki instrumen Anda dengan benar diperiksa dan diservis Perangkat pengukuran aliran (pneumotachographs misalnya, turbinometers) harus diperiksa secara teratur untuk linearitas selama rentang fisiologis arus (0-14 L per detik). Sebuah tes yang baik dari linearitas adalah untuk memberikan volume tertentu (misalnya dengan jarum suntik 3L) di berbagai arus, memastikan bahwa volume dicatat oleh instrumen dekat dengan 3,00 L selama rentang seluruh arus. Ketika 3L dilewatkan ke dalam spirometer harus merekam volume ke dalam ± 3,5%; yaitu, spirometer adalah akurat jika volume tercatat adalah antara 2,895 L dan 3.105 L. Peak flow meter umumnya dapat diharapkan aus setelah sekitar 12 sampai 24 bulan penggunaan berat, meskipun ada ini sedikit dipublikasikan data untuk mendukung ini, sedangkan spirometer volume perpindahan akan biasanya tahun terakhir jika benar service dan pemeliharaan. (Johns DP, Pierce, 2007)