DEPARTEMEN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
MENTERI DALAM NEGERI

MENTERI DALAM NEGERI PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 3 TAHUN 1978 TENTANG FATWA TATA-GUNA TANAH MENTERI DALAM NEGERI,

MENTERI DALAM NEGERI

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 1980 TENTANG ORGANISASI DAN TATAKERJA PENYELENGGARAAN LANDREFORM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG PERTANAHAN

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 3 TAHUN 1977 TENTANG

KEPUTUSAN PRESIDEN No. 131 TAHUN 1961 TENTANG ORGANISASI PENYELENGGARAAN LANDREFORM KAMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PERTANAHAN SUB SUB BIDANG PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI 1. PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA 1.

I. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PERTANAHAN PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA 1. SUB SUB BIDANG PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI 1.

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 1980 TENTANG ORGANISASI DAN TATAKERJA PENYELENGGARAAN LANDREFORM

DEPARTEMEN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA SURAT KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 258 TAHUN 1975 TENTANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 263 TAHUN 1964 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61/KMK.08/2002 TENTANG PANITIA URUSAN PIUTANG NEGARA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 122 / PMK.06 / 2007 TENTANG KEANGGOTAAN DAN TATA KERJA PANITIA URUSAN PIUTANG NEGARA MENTERI KEUANGAN,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1981 TENTANG KOORDINASI PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN PEMBANGUNAN DI DAERAH

BADAN PERTANAHAN NASIONAL

MENTERI PERTANIAN, MENTERI DALAM NEGERI, MENTERI PEKERJAAN UMUM,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1981 TENTANG ORDINASI PENGENDALIAN DAN PENGAWASAN PEMBANGUNAN DI DAERAH.

BADAN PERTANAHAN NASIONAL

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 1993 TENTANG PENGADAAN TANAH BAGI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM

MENTERI DALAM NEGERI PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 15 TAHUN 1975 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN MENGENAI TATA CARA PEMBEBASAN TANAH

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2000 TENTANG BADAN KEBIJAKSANAAN DAN PENGENDALIAN PEMBANGUNAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN NASIONAL

PROVINSI SULAWESI UTARA KEPUTUSAN BUPATI BOLAANG MONGONDOW UTARA NOMOR 194 TAHUN 2014

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 54 TAHUN 1980 TENTANG KEBIJAKSANAAN MENGENAI PENCETAKAN SAWAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 1980 TENTANG BADAN KOORDINASI ENERGI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2000 TENTANG DEWAN PERTIMBANGAN OTONOMI DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Urusan Pemerintahan adalah kekuasaan pemerintahan yang menjadi kewenangan Presiden yang pelaksanaannya dilakukan oleh kementerian negara dan pe

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 1988 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI NASIONAL LANJUT USIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 1988 TENTANG BADAN PERTANAHAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR NO. 8 TAHUN 1974 TENTANG PELAKSANAAN PENEGASAN HAK ATAS TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Keuangan tentang

BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR : 4 TAHUN 1991 TENTANG KONSOLIDASI TANAH KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 112 TAHUN 2006 TENTANG TIM NASIONAL PEMBAKUAN NAMA RUPABUMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 1994 TENTANG BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 55 TAHUN 1993 TENTANG PENGADAAN TANAH BAGI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI NASIONAL LANJUT USIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 1994 TENTANG BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 09 TAHUN 2000 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS PENDAFTARAN PENDUDUK

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1990 TENTANG BADAN KOORDINASI NASIONAL PENANGGULANGAN BENCANA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR KEPUTUSAN WALIKOTA BATU NOMOR: /62/KEP/ /2015 TENTANG

2016, No (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5568) sebagaimana telah

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1980 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 1960 TENTANG PERJANJIAN BAGI HASIL

Keputusan Presiden No. 55 Tahun 1993 Tentang : Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N

KAMI, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG KERJASAMA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL, PERATURAN MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 1 TAHUN 1999

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR. P.47/Menhut -II/2010 TENTANG PANITIA TATA BATAS KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 31 TAHUN 2005 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN TUGAS DEWAN PERTIMBANGAN OTONOMI DAERAH

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1997 TENTANG BADAN PENGENDALI BIMBINGAN MASSAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1994 TENTANG PENGHUNIAN RUMAH OLEH BUKAN PEMILIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEGAL NOMOR 04 TAHUN 2006 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT (PD. BPR) BANK PASAR KABUPATEN TEGAL

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 82 /KPTS/013/2013 TENTANG

DEPARTEMEN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1979 TENTANG BADAN KOORDINASI BIMAS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

WALIKOTA MAKASSAR PROVINSI SULAWESI SELATAN

Presiden Republik Indonesia,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. NOMOR 26 TAHUN 1980 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL DAERAH

GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR NOMOR 7 TAHUN 1992 TENTANG IURAN PELAYANAN IRIGASI

Institute for Criminal Justice Reform

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1984 TENTANG DEWAN RISET NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 1980 TENTANG BADAN KOORDINASI ENERGI NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 5 TAHUN 1973 TENTANG KETENTUAN-KETENTUAN MENGENAI TATA CARA PEMBERIAN HAK ATAS TANAH

PERATURAN DAERAH PROPINSI LAMPUNG NOMOR 2 TAHUN 1989 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DAN KEKAYAN DESA, PENGURUSAN DAN PENGAWASANNYA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 11 TAHUN 2009 SERI E.5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR : 21 TAHUN 2002 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT KOTA BANDUNG

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH TINGKAT I LAMPUNG NOMOR 2 TAHUN 1977 TENTANG PEMBENTUKAN DINAS PERKEBUNAN DAERAH PROVINSI DAERAH TINGKAT I LAMPUNG

Draft 0 PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. /Menhut -II/2014 TENTANG PANITIA TATA BATAS KAWASAN HUTAN

BUPATI SUKOHARJO BUPATI SUKOHARJO,

WALIKOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR KEPUTUSAN NOMOR 35 TAHUN 1995 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor P.93/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2016 TENTANG PANITIA TATA BATAS KAWASAN HUTAN

KEPPRES 31/1983, BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN *42361 KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA (KEPPRES) NOMOR 31 TAHUN 1983 (31/1983)

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1982 TENTANG DEWAN GULA INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH PROPINSI BALI NOMOR : 61 TAHUN : 2000 SERI : D NO.55 GUBERNUR BALI KEPUTUSAN GUBERNUR BALI NOMOR 78 TAHUN 2000

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

BADAN PERWAKILAN DESA SIDOMULYO. KEPUTUSAN BADAN PERWAKILAN DESA SIDOMULYO NOMOR: 01/Kep.BPD/2002 TENTANG: TATA TERTIB BADAN PERWAKILAN DESA

1. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pemerintahan Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Jawa Barat (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 1950

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1965 TENTANG DEWAN TENAGA ATOM DAN BADAN TENAGA ATOM NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1989 TENTANG LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 1997 TENTANG BADAN PENGENDALI BIMBINGAN MASSAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1976 TENTANG PANITIA URUSAN PIUTANG NEGARA DAN BADAN URUSAN PIUTANG NEGARA

KEANGGOTAAN PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM PARTAI POLITIK ATAU GOLONGAN KARYA Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1976 Tanggal 7 Agustus 1976

BADAN PERTANAHAN NASIONAL

GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR NOMOR 20 TAHUN 1998 TENTANG

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 1981 TENTANG PENYELENGGARAAN URUSAN HAJI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2003 TENTANG KEBIJAKAN NASIONAL DI BIDANG PERTANAHAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Tata Tertib DPR Bagian Kesatu Umum Pasal 99 Pasal 100 Pasal 101 Pasal 102

2015, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lem

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1981 TENTANG BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR KEPALA DAERAH TINGKAT I JAWA TIMUR KEPUTUSAN NOMOR 659 TAHUN 1991 TENTANG

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 1981 TENTANG PENYELENGGARAAN URUSAN HAJI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 1994 TENTANG PENGHUNIAN RUMAH OLEH BUKAN PEMILIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2002 TENTANG DEWAN PENGEMBANGAN KAWASAN TIMUR INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

DEPARTEMEN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 38 TAHUN 1981 TENTANG PELAKSANAAN KEPUTUSAN PRESIDEN NO. 55 TAHUN 1980 MENGENAI PERINCIAN TUGAS DAN TATA KERJA PELAKSANAAN LANDREFORM. MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan penataan kembali penggunaan, penguasaan dan pemilikan tanah adalah mutlak perlu diadakan sebagai salah satu usaha untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan yang adil dan merata bagi masyarakat pada umumnya khususnya para petani; b. Bahwa dalam rangka meningkatkan pelaksanaan landreform telah diatur kembali organisasi dan tata kerja penyelenggaraannya dengan Keputusan Presiden No. 55 tahun 1980; c. Bahwa untuk kelancaran pelaksanaan landreform serta guna lebih memantapkan tugas operasional dipandang perlu mengatur kembali perincian tugas dan tata kerja pelaksanaannya. Mengingat : 1. Undang-Undang No. 5 tahun 1960, tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (Lembaran Negara Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2043); 2. Undang-Undang No. 2 tahun 1960, tentang Perjanjian Bagi Hasil; 3. Undang-Undang No. 5 tahun 1974, tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah (Lembaran Negara Tahun 1974 No. 38, Tambahan Lembaran Negara No. 3037); 4. Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 32 Tahun 1980, tentang Organisasi dan Tata Kerja Penyelenggaraan Landreform. 5. Instruksi Presiden No. 13 Tahun 1980 tentang Pedoman Pelaksanaan Undang-Undang No. 2 tahun 1960 tentang Perjanjian Bagi Hasil. 6. Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 6 tahun 1972, tentang Pelimpahan Wewenang Pemberian Hak-Hak Atas Tanah. 7. Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 133 tahun 1978 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Direktorat Agraria Propinsi dan Kantor Agraria Kabupaten/Kotamadya. M E M U T U S K A N Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI TENTANG PELAKSANAAN KEPUTUSAN PRESIDEN NO. 55 TAHUN 1980 MENGENAI PERINCIAN TUGAS DAN TATA KERJA PELAKSANAAN LANDREFORM. BAB I PERINCIAN KEGIATAN PELAKSANAAN TUGAS LANDREFORM

- 2 - Pasal 1 Berdasarkan kebijaksanaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 Keputusan Presiden Nomor 55 tahun 1980, kegiatan pelaksanaan tugas Landreform dilakukan oleh Menteri Dalam Negeri dan para Gubernur/Bupati/Walikotamadya/Camat/Kepala Desa selaku kepala Wilayah menurut perincian dan ketentuan-ketentuan tersebut dalam pasal-pasal di bawah ini: Pasal 2 Kegiatan Menteri Dalam Negeri sebagai dimaksud dalam pasal diatas meliputi: a. Menetapkan kebijaksanaan tekhnik pelaksanaan landreform; b. Mengambil keputusan terhadap persoalan pokok mengenai pelaksanaan Landreform; c. Mengajukan masalah untuk mendapatkan saran dan pertimbangan dari Panitia Pertimbangan Landreform Pusat; d. Memberi bimbingan, petunjuk serta pedoman pelaksanaan Landreform untuk Daerahdaerah; e. Meyelesaiakn dan memutuskan sengketa-sengketa yang timbul karena pelaksanaan Landreform yang tidak dapat diselesaikan oleh Daerah; f. Melakukan pengawasan umum dalam pelaksanaan Landreform; g. Memberikan laporan kepada Presiden tentang Pelaksanaan Landreform. Pasal 3 Kegiatan Gubernur Kepala Daerah sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 di atas meliputi: a. Melaksanakan instruksi-instruksi yang ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri; b. Menyusun rencana pelaksanaan Landreform pada Daerah Tingkat I sesuai dengan instruksi dan pedoman dari Menteri Dalam Negeri; c. Mengajukan masalah untuk mendapatkan saran dan pertimbangan dari Panitia Pertimbangan Landreform Propinsi; d. Memberikan bimbingan, pembinaan dan petunjuk mengenai pelaksanaan Landreform didaerahnya masing-masing; e. Mengambil keputusan tentang hal-hal yang berhubungan dengan pelaksanaan redistribusi tanah; f. Memberikan hak milik atas tanah yang dibagi-bagiakan dalam rangka pelaksanaan Landreform; g. Menyelesaikan dan memutus sengketa yang timbul berhubungan dengan pelaksanaan Landreform sesuai dengan kewenangannya; h. Mengadakan pengawasan dan evaluasi terhadap pelaksanaan Landreform didaerahnya masing-masing; i. Memberikan laporan tentang pelaksanaan Landreform di daerahnya kepada Menteri Dalam Negeri. Pasal 4 Kegiatan Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah sebagai dimaksud dalam pasal 1 di atas, meliputi: a. Melaksanakan instruksi-instruksi dari Menteri Dalam Negeri dan Gubernur Kepala Daerah Tingakt I; b. Menyususn rencana kerja pelaksanaan Landreform pada Daerahnya sesuai dengan pedoman/instruksi tersebut huruf a di atas meliputi kegiatan inventarisasi pemilikan, penggunaan dan penguasaan tanah-tanah pertanian yang ada didaerahnya; c. Mengajukan dan memperhatikan saran dan pertimbangan dari Panitia Pertimbangan Landreform Kabupaten/Kotamadya;

- 3 - d. Menetapkan tanah kelebihan dari batas maksimum; e. Menetapkan bentuk, jumlah dan cara pemberian ganti kerugian kepada bekas pemilik menurut pedoman yang diberikan oleh Gubernur Kepala Daerah dan atau Menteri Dalam Negeri; f. Mendaftar para penggarap dan menetapkan prioritas para petani yang akan mendapat bagian tanah, serta menetapkan luas dan letak tanah yang akan dibagikan; g. Mengeluarkan surat izin menggarap (S.I.M) dan menetapkan besarnya sewa tanah obyek Landreform yang akan diredistribusikan serta pencabutan izin menggarap tanah karena tidak memenuhi syarat; h. Menentukan tanah-tanah yang masih tetap akan dimiliki oleh pemilik dna mengatur jumlah dan cara pembayaran ganti kerugian tanah dari petani yang memperoleh bagian tanah; i. Mengusulkan redistribusi tanah obyek landreform; j. Memberikan izin pemindahan hak atas tanah pertanian yang diredistribusikan; k. Menetapkan cara-cara pengembalian tanah-tanah pertanian yagn digadaikan; l. Mencegah terjadinya pemilikan/penguasaan tanah pertanian oleh orang-orang yang tempat tinggalnya diluar letak tanahnya; m. Mengadakan dan atau mengusulkan pembinaan petani Landreform; n. Meningkatkan pelaksanaan Undang-Undang No. 2 tahun 1960 tentang perjanjian bagi hasil, sesuai dengan Instruksi Presiden No. 13 tahun 1980; o. Memberikan petunjuk, pedoman bimbingan dan penyuluhan mengenai pelaksanaan Landreform didaerahnya masing-masing; p. Mengadakan pengawasan dan evaluasi mengenai pelaksanaan landreform didaerahnya masing-masing; q. Mendamaikan dan memberi putusan tentang sengketa-sengketa yang timbul akibat pelaksanaan Landreform; r. Memberikan laporan mengenai pelaksanaan Landreform didaerahnya kepada Gubernur Kepala Daerah dan Menteri Dalam Negeri. Pasal 5 Kegiatan Camat sebagai dimaksud dalam pasal 1 di atas meliputi: a. Membantu Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah dalam kegiatan: a.1. Pelatian mengenai pemilikan, penggunaan, dan penguasaan tanah pertanian yang terkena Landreform; a.2. Penetuan bagian tanah yang tetap dimiliki bekas pemilik dan tanah-tanah yang dikuasai oleh Pemerintah; a.3. Inventarisasi mengenai tanah-tanah obyek Landreform; a.4. Inventarisasi dan penelitian mengenai para penggarap tanah obyek Landreform; a.5. Penelitian dan menentukan prioritas bagi petani yang akan menerima redistribusi tanah; a.6. Pengumpulan data mengenai pembayaran ganti kerugian atas tanah kelebihan dan absentee; a.7. Memberikan pertimbangan dalam pemberian izin pemindahan hak atas tanah pertanian; a.8. Memberikan pertimbangan mengenai penyelesaian sengketa Landreform; b. Melaksanakan instruksi dan petunjuk Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah; c. Melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya: c.1. Menerima pembayaran uang dimasukan dari penerima redistribusi dan menyetorkan kepada Cabang Bank Rakyat Indonesia setempat; c.2. Melaksanakan ketentuan pelaksanaan perjanjian Bagi Hasil sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No. 2 tahun 1960 dan peraturan pelaksanaannya;

- 4 - c.3. Melaksanakan perjanjian bagi hasil atas tanah-tanah sebagaimana dimaksud dalam Keputusan Presiden No. 54 tahun 1980 tentang kebijaksanaan mengenai pencetakan sawah; c.4. Melaksanakan pengawasan dan evaluasi pelaksanaan Landreform di daerahnya; c.5. Mencegah timbulnya pemilikan/penggunaan tanah pertanian yang melampaui batas maksimum dan absentee; c.6. Mengawasi pelaksanaan Landreform dan perjanjian bagi hasil diwilayahnya; c.7. Membuat laporan bulanan pelaksanaan Camat Kepala Wilayah mengenai pelaksanaan perjanjian bagi hasil dan pelaksanaan Landreform; BAB II TATA KERJA PELAKSANAAN LANDREFORM Pasal 7 (1) Pelaksanaan tekhnis operasional kegiatan Menteri Dalam Negeri seperti yang dimaksud dalam pasal 2 Keputusan ini dilakukan oleh Direktur Jenderal Agraria sesuai dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 94 tahun 1975. (2) Pelaksanaan kegiatan operasional Gubernur Kepala Daerah Tingkat I sebagai Kepala Wilayah seperti yang dimaksud dalam pasal 3 Keputusan ini dilakukan oleh kepala Direktorat Agraria Propinsi sesuai denga Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 133 tahun 1978. (3) Pelaksanaan kegiatan operasional Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah Tingkat II sebagai Kepala Wilayah seperti yang dimaksud dalam pasal 4 Keputusan ini dilakukan oleh Kepala Kantor Agraria Kabupaten/Kotamadya sesuai denga Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 133 tahun 1978. Pasal 8 Untuk mencapai daya guna dan hasil guna sebesar-besarnya dalam pelaksanaan Landreform, maka Gubernur/Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah wajib menyelenggarakan koordinasi atas kegiatan-kegiatan pelbagai instansi yang ada hubungannya dengan pelaksanaan Landreform, baik dalam penyusunan dengan pelaksanaan Landreform, baik dalam penyusunan program maupun dalam pelaksanaan operasional. Pasal 9 Untuk daerah-daerah yang dipandang perlu, Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah dapat menegaskan petugas Kantor Agraria setempat untuk membantu Camat Kepala Wilayah dan Kepala Desa dalam melaksanakan Landreform, seperti yang dimaksud dalam pasal 5 dan 6 Keputusan ini. Pasal 10 Dalam melaksanakan kegiatannya sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 2, 3, dan 4 Keputusan ini Menteri Dalam Negeri, Gubernur, Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah dapat meminta saran dan pertimbangan dari Panitia Pertimbangan Landreform Pusat, Panitia Pertimbangan Landreform Propinsi dan Panitia Pertimbangan Landreform Kabupaten/Kotamadya.

- 5 - BAB III KEGIATAN DAN TATA CARA KERJA PANITIA PERTIMBANGAN LANDREFORM Pasal 11 Kegiatan Panitia Pertimbangan Landreform Pusat, Panitia Petimbangan Landreform Propinsi dan Panitia Pertimbangan Landreform Kabupaten/Kotamadya dalam memberikan saran pertimbangan masing-masing kepada Menteri Dalam Negeri, Gubernur Kepala Daerah, Bupati/Kotamadya dalam memberikan saran pertimbangan masing-masing kepada Menteri Dalam Negeri, Gubernur Kepala Daerah, Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah meliputi segala hal yang dianggap perlu dalam penyelenggaraan Landreform. Pasal 12 (1) Panitia Pertimbangan Landreform Pusat, Panita Pertimbangan Landreform Propinsi dan Panitia Pertimbangan Landreform Kabupaten/Kotamadya dapat membentuk kelompok kerja sesuai dengan keperluan. (2) Tugas kelompok kerja ialah menyiapkan bahan, membahas serta merumuskan rencana, saran dan pertimbangan yang akan dibahas lebih lanjut dalam Sidang Panitia Pertimbangan Landreform. Pasal 13 (1) Pengusulan pemberhentian dan penggantian anggota Panitia Pertimbangan Landreform diajukan oleh instansi dan Pimpinan HKTI yang bersangkutan. (2) Pejabat-pejabat yang karena jabatannya menjadi anggota Panitia Pertimbangan Landreform tidak memerlukan Pengangkatan secara khusus. (3) Anggota Panitia Pertimbangan Landreform berhenti karena: a. meninggal dunia; b. pensiun; c. berhenti; d. diganti. Pasal 14 (1) Sidang Panitia Pertimbangan Landreform dipimpin oleh Ketua dan atau wakil Ketua. (2) Sidang Panitia Pertimbangan Landreform Pusat diadakan sekurang-kurangnya dua kali dalam setahun. (3) Sidang Panitia Pertimbanga Landreform Propinsi diadakan sekurang-kurangnya enam kali dalam setahun. (4) Sidang Panitia Pertimbangan Landrefrom Kabupaten/Kotamadya diadakan sekurangkurangnya enam kali dalam setahun. Pasal 15 (1) Rapat Panitia Pertimbangan Landreform terdiri atas: a. Rapat anggota Panitia Pertimbangan Landreform. b. Rapat Kelompok Kerja. (2) Keputusan Rapat Anggota Panitia Pertimbangan Landreform diambil atas dasar musyawarah dan mufakat.

- 6 - (3) Hasil Rapat Panitia Pertimbangan Landreform Pusat, Panitia Pertimbangan Landreform Propinsi, Panitia Pertimbangan Landreform Kabupaten/Kotamadya yang berupa acara dan pertimbangan disampaikan masing-masing kepada Menteri Dalam Negeri, Gubernur Kepala Daerah, Bupati/Walikotamdya Kepala Daerah. Pasal 16 Sekretaris Panitia Pertimbangan Landreform Pusat, Propinsi dan Kabupaten/Kotamadya bertugas: a. Menyiapkan bahan yang diperlukan oleh Panitia Pertimbangan Landreform dalam melaksanakan tugasnya. b. Menyelenggarakan segala sesuatu yang bersangkutan dengan administrasi pelaksanaan tugas Panitia Pertimbangan Landreform. Pasal 17 (1) Dalam melaksanakan tugasnya, Sekretariat dibagi dalam dua seksi yaitu: a. Seksi Tata Usaha. b. Seksi Keuangan. (2) a. Seksi Tata Usaha bertugas: - menyiapkan bahan-bahan untuk keperluan rapat Panitia Pertimbangan Landreform. - mempersiapkan sidang/rapat Panitia Pertimbangan Landreform. - menyelenggarakan administrasi Sekretariat. b. Seksi Keuangan bertugas: - menyelenggarakan keuangan Sekretariat. - mengelola keuangan. Pasal 18 (1) Semua biaya yang diperlukan untuk pelaksanaan Landreform dan Panitia Pertimbangan Landreform dibebankan kepada: a. Anggota Belanja dan Anggaran Pembangunan Departemen Dalam Negeri cq. Direktorat Jenderal Agraria. b. Yayasan Dana Landreform. (2) Anggota-anggota Panitia Pertimbangan Landreform menerima uang sidang yang jumlahnya akan diatur lebih lanjut. (3) Anggota-anggota Sekretaris Panitia Pertimbangan Landreform menerima honorarium tatap yang jumlahnya akan diatur lebih lanjut. BAB V KETENTUAN PERALIHAN Pasal 19 (1) Dengan beralihnya tugas dan kewenangan Panitia Landreform kepada Menteri Dalam Negeri, Gubernur Kepala Daerah, Bupati/Walikotamadya Kepala Daerah, Camat dan Kepala Desa, maka Direktur Jenderal Agraria, Kapala Direktorat Agraria Propinsi, Kapala Kantor Agraria, Camat dan Kepala Desa mengadakan Inventarisasi mengenai permasalahan dan obyek Landreform serta berkas yang ada diwilayahnya masingmasing. (2) Semua keputusan mengenai pelaksanaan Landreform yang dikeluarkan setelah berlakunya Kaputusan Presiden No. 55 Tahun 1980 yang didasarkan pada Keputusan Presiden No. 263 Tahun 1964 agar dikirim ke Pusat untuk mendapatkan pengesahan.

- 7 - (3) Sepanjang mengenai daerah yang belum berbentuk Sub Direktorat Landreform pada Kantor Direktorat Agraria Propinsi dan Seksi Landreform pada Kantor Agraria Kabupaten/Kotamadya, Sekretaris Panitia Pertimbangan Landreform Propinsi, Kabupaten/Kotamadya ditunjuk oleh Kepala Direktorat Agraria dan Kepala Kantor Agraria Kabupaten/Kotamadya yang bersangkutan. BAB VI KETENTUAN PENUTUP Pasal 20 Hal-hal yang belum atau belum cukup diatur dalam Keputusan ini akan diatur lebih lanjut dalam Keputusan lain. Pasal 21 Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di : Jakarta Pada tanggal : 21 Pebruari 1981 MENTERI DALAM NEGERI, Ttd AMIRMACHMUD