BAB I PENDAHULUAN. yang bekerja mengalami peningkatan sebanyak 5,4 juta orang dibanding keadaan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. untuk beradaptasi sangat bervariasi dan dipengaruhi oleh banyak faktor.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia baik dampak positif maupun dampak negatif. Dampak

BAB I PENDAHULUAN. dihindari, terutama pada era industrialisasi yang ditandai adanya proses

BAB 1 : PENDAHULUAN. depresi akan menjadi penyakit pembunuh nomor dua setelah penyakit jantung.untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. kemauan hidup sehat bagi seluruh penduduk. Masyarakat diharapkan mampu

BAB I PENDAHULUAN. ketenagakerjaan, merupakan kewajiban pengusaha untuk melindungi tenaga

BAB I PENDAHULUAN. dengan kadar yang melebihi nilai ambang batas (NAB), yang diperkenankan

BAB I PENDAHULUAN. mencakup syarat-syarat keselamatan kerja yang berkaitan dengan suhu,

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan atau lingkungan kerja. Salah satu faktor-faktor bahaya yang

BAB I PENDAHULUAN. contohnya mesin. Bantuan mesin dapat meningkatkan produktivitas,

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan tanaman perkebunan secara besar-besaran, maka ikut berkembang pula

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan diwarnai dengan persaingan yang ketat. Dalam kondisi demikian. hanya perusahaan yang memiliki keunggulan kompetitif yang mampu

BAB I PENDAHULUAN. Setiap tempat kerja selalu mempunyai risiko terjadinya kecelakaan. Besarnya

Indeks Suhu Bola Basah (ISBB)/WBGT (Wet Bulb Globe Temperature Index)

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia, dan belum banyak menjadi perhatian bagi peneliti ergonomis di

BAB I PENDAHULUAN. kesadaran dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. petani, sehingga Indonesia dikenal sebagai negara agraris.

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan suatu bangsa dan negara tentunya tidak bisa lepas dari peranan

BAB I PENDAHULUAN. setiap 15 detik karena kecelakaan kerja dan 160 pekerja mengalami sakit akibat kerja.

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Proses industrialisasi telah mendorong tumbuhnya industri diberbagai sektor dengan

BAB I PENDAHULUAN. pasar lokal, nasional, regional maupun internasional, dilakukan oleh setiap

BAB 1 : PENDAHULUAN. upaya perlindungan terhadap tenaga kerja sangat diperlukan. Salah satunya dengan cara

BAB I PENDAHULUAN. kecelakaan disebabkan oleh perbuatan yang tidak selamat (unsafe act), dan hanya

BAB 1 : PENDAHULUAN. adanya peningkatan kulitas tenaga kerja yang maksimal dan didasari oleh perlindungan hukum.

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan kondisi yang menunjukkan Indonesia tidak dapat menghindarkan diri dari

BAB I PENDAHULUAN. tepat akan dapat merugikan manusia itu sendiri. Penggunaan Teknologi

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam proses pembangunan nasional, titik berat pembangunan nasional

BAB I PENDAHULUAN. untuk keperluan suatu usaha dimana terdapat sumber-sumber bahaya (UU no. 1/

BAB 1 : PENDAHULUAN. faktor yaitu, unsafe action dan unsafe condition. OHSAS menyebutkan risiko

BAB I PENDAHULUAN. sumberdaya manusia yang dimiliki perusahaan. Faktor-faktor produksi dalam

BAB II LANDASAN TEORI. dan proses produksi (Tarwaka, 2008: 4). 1. Mencegah dan Mengurangi kecelakaan.

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia sebagai tenaga kerja dalam perusahaan tidak terlepas dari

adalah 70-80% angkatan kerja bergerak disektor informal. Sektor informal memiliki

BAB I PENDAHULUAN. standar kualitas pasar internasional. Hal tersebut semakin mendorong banyak

BAB 1 : PENDAHULUAN. masalah-masalah baru yang harus bisa segera diatasi apabila perusahaan tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. demikian upaya-upaya berorientasi pada pemenuhan kebutuhan perlindungan tenaga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. gangguan kesehatan maupun penyakit, seperti penyakit kulit.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 : PENDAHULUAN. maupun pemberi kerja, jajaran pelaksana, penyedia (supervisor) maupun manajemen,

BAB 1 PENDAHULUAN. negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusaan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Dunia industri dengan segala elemen pendukungnya selalu berkembang secara

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada era globalisasi dan pasar bebas (World Trade Organization/WTO) dan

BAB I PENDAHULUAN. makin terangkat ke permukaan, terutama sejak di keluarkannya Undang Undang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, terdapat tiga kali lipat tingkat kematian dibandingkan dengan di

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidup manusia secara luas, namun tanpa disertai dengan

BAB I PENDAHULUAN. ribuan orang cedera setiap tahun (Ramli, 2009). (K3) perlu mendapat perhatian yang sebaik-baiknya sehingga diharapkan

BAB 1 : PENDAHULUAN. Setiap tempat kerja selalu mengandung berbagai potensi bahaya yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. panas umumnya lebih banyak menimbulkan masalah dibanding iklim kerja dingin,

BAB I PENDAHULUAN. dan dikondisikan oleh pihak perusahaan. Dengan kondisi keselamatan kerja

BAB 1 : PENDAHULUAN. ditandai dengan semakin berkembangnya prindustrian dengan mendayagunakan

Kesehatan Lingkungan Kerja

UNIVERSITAS INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. yang dihasilkan oleh industri harus memenuhi standar kualitas yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. solusi alternatif penghasil energi ramah lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya, serta cara-cara melakukan pekerjaan. Keselamatan kerja

BAB 1 PENDAHULUAN. bersangkutan.secara umum, kecelakaan selalu diartikan sebagai kejadian yang. yang dapat mengakibatkan kecelakaan(simanjuntak,2000).

TATA LETAK PABRIK. terhadap kelangsungan proses pabrik yang meliputi keberhasilan dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang International Labour Organization (ILO), pada tahun 2008 memperkirakan

BAB I PENDAHULUAN. tindakan/perbuatan manusia yang tidak memenuhi keselamatan (unsafe

BAB I PENDAHULUAN. bertahap. Kelelahan dapat disebabkan secara fisik atau mental. Salah satu


BAB 1 : PENDAHULUAN. dinyatakan bahwa pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. maupun mahluk hidup lainnya. Tanpa makan manusia bisa hidup untuk beberapa. udara kita hanya dapat hidup untuk beberapa menit saja.

BAB I PENDAHULUAN. maupun psikis terhadap tenaga kerja (Tarwaka, 2014). Dalam lingkungan

PENDAHULUAN. yang memiliki peran penting dalam kegiatan perusahaan. dari potensi bahaya yang dihadapinya (Shiddiq, dkk, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. International Laboir Organization (ILO) tahun 2010, diseluruh dunia terjadi

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan kerja ditempat kerja. Dalam pekerjaan sehari-hari pekerjaan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Semakin ketatnya persaingan di bidang industri menuntut perusahaan

commit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tempat Kerja Didalam Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan

I. PENDAHULUAN. populasi kambing di Provinsi Lampung pada tahun 2009 baru mencapai

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini industrialisasi berkembang dengan pesat. Untuk lebih menjamin

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan pekerja dan akhirnya menurunkan produktivitas. tempat kerja harus dikendalikan sehingga memenuhi batas standard aman,

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu bentuk upaya

BAB I PENDAHULUAN. kimia, biologi, ergonomi, psikologis. 8 Salah satu jenis lingkungan kerja fisik.

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Wilayah Indonesia

HUBUNGAN IKLIM KERJA DAN STATUS GIZI DENGAN PERASAAN KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA BAGIAN PRODUKSI DI PABRIK KOPI PD. AYAM RAS KOTA JAMBI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan dan kesehatan yang datang dari pekerjaan mereka tersebut. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Repository.unimus.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Menurut Badan Pusat Statistik, tenaga kerja di Indonesia per bulan Februari

BAB 1 : PENDAHULUAN. perhatian dan kerja keras dari pemerintah maupun masyarakat.

KEADAAN KETENAGAKERJAAN BANTEN AGUSTUS 2016

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Melihat perkembangan dunia modern saat ini, kegiatan industri telah menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Temperature merupakan keadaan udara pada waktu dan tempat. pertukaran panas diantara tubuh dan lingkungan sekitar.

BAB 1 PENDAHULUAN. pekerja seperti yang tercantum dalam UU No.13 Tahun 2003 pasal 86 ayat 1

BAB I PENDAHULUAN. saling berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan industri di Indonesia sekarang ini berlangsung sangat

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data International Labour Organization (ILO) tahun 2012, angka

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan traumatic injury. Secara keilmuan, keselamatan dan

BAB I PENDAHULUAN. tempo kerja pekerja. Hal-hal ini memerlukan pengerahan tenaga dan pikiran

BAB I PENDAHULUAN. Vesta (2012) dalam penelitiannya menyatakan bahwa perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu upaya

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dalam sektor pekerjaan menjadi salah satu fokus utama dari strategi pembangunan Indonesia. Pada Februari 2014 tercatat jumlah penduduk yang bekerja mengalami peningkatan sebanyak 5,4 juta orang dibanding keadaan pada Agustus 2013 dengan penggolongan lapangan pekerjaan utama penduduk Indonesia yaitu pertanian, industri, konstruksi, pedagang, transportasi, penggudangan dan komunikasi, keuangan, jasa kemasyarakatan, pertambangan, listrik, gas dan air (Badan Pusat Statistik (BPS), 2014). Sektor industri menjadi penyumbang terbesar penyerapan tenaga kerja ketiga di Indonesia yaitu sebanyak 15,39 juta orang dengan enam aktivitas ekonomi utama, yakni pengembangan industri baja, makanan dan minuman, industri tekstil, mesin dan peralatan transportasi, industri perkapalan, serta pengembangan industri pangan (International Labour Organization (ILO), 2011a). Beragamnya jenis aktivitas ekonomi untuk perindustrian maka semakin banyak pula jumlah pembangunan sektor industri di Indonesia. Jumlah sektor industri mengalami peningkatan sebesar 1,4% pada tahun 2013 dibandingkan dengan tahun sebelumnya dengan sektor terbesar yaitu pada subsektor makanan (BPS, 2014). Hal tersebut menunjukan bahwa selain sebagai negara agraris, Indonesia juga membangun industri-industri dalam hal pengelolaan hasil produksi. Sektor Industri merupakan tempat dimana kebutuhan masyarakat diproduksi dan dihasilkan. Perkembangan industri didukung dengan penggunaan teknologi yang semakin modern. Penggunaan teknologi modern sangat diperlukan untuk 1

2 dapat menghasilkan barang produksi yang berkualitas. Apabila tidak disertai dengan pengendalian yang tepat maka akan memberikan efek samping dalam penggunaannya seperti bertambahnya jumlah dan ragam sumber bahaya. Potensi bahaya yang ada di tempat kerja yaitu bahaya mekanis, bahaya listrik, bahaya fisis, bahaya kimia dan bahaya biologi (Djajaningrat, 2010). Bahaya yang timbul akibat aktivitas maupun kondisi lingkungan tersebut apabila tidak dikendalikan dengan baik maka akan merugikan kesehatan dan keselamatan pekerja. Beragamnya jenis bahaya yang ditimbulkan pada lingkungan kerja akan memberikan dampak buruk bagi pekerja seperti kecelakaan kerja. Tingkat kecelakaan-kecelakaan fatal di negara-negara berkembang empat kali lebih tinggi dibanding negara-negara industri (ILO, 2011a). Kecelakaan kerja mengalami peningkatan setiap tahunnya, dimana pada tahun 2011 terjadi 99.491 kasus atau rata-rata 414 kasus kecelakaan kerja per hari dengan sektor industri sebagai penyumbang terbesar dari jumlah tersebut (Dalimunthe, 2012). Kecelakaan kerja akan menyebabkan lima jenis kerugian yaitu kerusakan, kekacauan organisasi, keluhan dan kesedihan, kelainan dan cacat dan kematian (Suma mur, 2009). Kerugian-kerugian tersebut dapat diukur dengan besarnya biaya yang dikeluarkan bagi terjadinya kecelakaan sehingga akan berujung pada kerugian dalam hal keuangan, baik keuangan individu maupun negara. ILO (2011a) memperkirakan kerugian yang dialami sebagai akibat kecelakaan-kecelakaan dan penyakit akibat kerja setiap tahunnya yaitu 4% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Untuk menghindari hal tersebut, perusahaan perlu memiliki sertifikasi kesehatan dan keselamatan kerja sebagai bentuk komitmen perusahaan dalam memperhatikan kesehatan dan keselamatan pekerja. Tetapi dari 208.529 jumlah perusahaan di Indonesia, hanya 0,6 persen atau 1.310 perusahaan yang bersertifikasi Sistem

3 Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (SMK3) (ILO, 2011a). Hal ini menunjukan bahwa masih sedikitnya kesadaran dari pemilik perusahaan di Indonesia akan pentingnya memperhatikan kesehatan dan keselamatan para pekerja sehingga dapat memperkecil peluang untuk mencapai zero accident pada sektor industri. Kecelakaan akibat kerja dapat disebabkan dari aktivitas para pekerja. Dalam melakukan aktivitasnya, pekerja membutuhkan kenyamanan dari lingkungan kerjanya. Kenyamanan bekerja dipengaruhi oleh lingkungan kerja atau kondisi kerja (suhu, cahaya, kebisingin, asap, keamanan, kecelakaan, debu dan bau) dan faktor yang terkait dengan pekerjaan itu sendiri (Ahmad, 2008). Kesan manusia tentang kenyamanan adalah dipengaruhi secara umum oleh empat faktor yang menentukan pertukaran panas yaitu temperatur udara, temperatur permukaan dinding yang berdekatan, kelembaban udara, dan aliran udara (Nurmianto, 2004). Hal ini menyatakan bahwa iklim kerja menjadi salah satu faktor kenyamanan dari pekerja. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. PER 13/MEN/X/2011 menyatakan bahwa Iklim kerja merupakan hasil perpaduan antara suhu, kelembaban, kecepatan gerakan udara dan panas radiasi dengan tingkat pengeluaran panas dari tubuh tenaga kerja sebagai akibat pekerjaannya (Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, 2011). Lingkungan kerja harus dibuat senyaman mungkin yaitu dengan mengatur dan mengendalikan iklim ditempat kerja secara berkala guna menjaga produktivitas para pekerja. Iklim kerja yang paling dirasakan yaitu suhu udara. Suhu nyaman bekerja bagi orang Indonesia adalah 24-26⁰C (Suma mur, 2009). Suhu ekstrim tidak hanya terjadi pada suhu panas, melainkan suhu dingin juga dapat mengganggu kesehatan pekerja. Data yang didapatkan oleh Mc Connel & Spiegelman (Suma mur, 2009), pekerja merasakan kedinginan ketika

4 suhu kerja dibawah 23⁰C. Paparan suhu dingin menyebabkan tubuh manusia selalu mempertahankan suhu tubuh tetap pada keadaan normal sehingga dapat beradaptasi dengan perubahan lingkungan sekitar. Kesehatan pekerja yang terganggu akibat suhu dingin akan merubah fisiologi tubuh manusia. Suhu dingin menjadi salah satu hazard baru bagi industri di Indonesia yang menuntut lingkungan kerjanya untuk selalu berada di bawah suhu standar sehingga dapat mempengaruhi kesehatan para pekerjanya. Industri dengan lingkungan kerja di bawah suhu nyaman yaitu industri jasa boga, pengepakan ikan segar, pabrik es dan penyimpanan daging. Penggunaan suhu dingin pada industri sebagian besar terdapat pada industri makanan untuk meningkatkan kualitas hasil produksinya dengan menghindari pertumbuhan bakteri. PT. Sari Segar Laut Indonesia merupakan salah satu industri perikanan yang berada di Pelabuhan Benoa dengan sasaran dari hasil produksinya yaitu berupa ikan segar siap dikonsumsi. Inti dari pekerja di PT. Sari Segar Laut Indonesia ada pada pekerja bagian produksi. Berdasarkan survei awal yang dilakukan, dari 10 orang yang telah diwawancarai menyatakan bahwa 7 orang merasakan kedinginan saat bekerja yang disertai dengan menggigil ketika berada di ruang kerja. Ruang kerja pada bagian produksi memiliki standar suhu ruangan yaitu 16-21⁰C selama 8 jam bekerja. Suhu tersebut sudah berada di bawah standar rasa nyaman bekerja bagi orang Indonesia yaitu 24-26⁰C. Pekerja yang terpapar suhu ruangan di bawah 24-26⁰C akan mengalami gangguan kesehatan pada tubuhnya seperti penurunan suhu tubuh yang disertai dengan keluhan akibat suhu dingin. Dalam penelitian Nugroho (2009) menunjukan bahwa dengan suhu dingin di bawah 18⁰C pada ruang control room Kujang 1B, 44,4% pekerja mengalami penurunan suhu tubuh dengan rata-rata penurunan 0,55⁰C. Penelitian tersebut juga memaparkan terjadinya keluhan-

5 keluhan akibat terpapar suhu dingin seperti menggigil (72%), kulit terasa dingin dan pucat (94,4%) dan otot terasa kaku (80,6%). Hal tersebut menunjukan bahwa paparan suhu dingin juga menimbulkan keluhan-keluhan yang merupakan reaksi tubuh dari penurunan suhu tubuh pada pekerja. Keluhan-keluhan tersebut juga dialami oleh pekerja dengan rata-rata terpapar suhu kurang dari 18⁰C (Amalia dan Hestyn, 2006). Ketika paparan suhu dingin mengganggu sistem termoregulasi tubuh, suhu inti mulai menurun tetapi belum mencapai 35ºC maka pekerja dianggap dalam keadaan akan menderita hipotermia (ILO, 2011b). Kasus yang terjadi di India Selatan, suhu lingkungan yang dingin juga mengakibatkan penurunan suhu tubuh hingga 26,3⁰C (Anand dkk., 2014). Hal tersebut menunjukan bahwa paparan suhu dingin dapat mengganggu kesehatan pekerja seperti suhu tubuh yang menurun dan timbulnya gejala-gejala akibat cold stress yang nantinya akan mengarah pada penyakit akibat kerja. Sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu dilakukan penelitian mengenai gambaran gangguan kesehatan pekerja dengan paparan suhu dingin di bagian produksi PT. Sari Segar Laut Indonesia dengan memperhatikan suhu ruangan, suhu tubuh, keluhan subyektif, karakteristik pekerja dan Alat Pelindung Diri (APD). 1.2 Rumusan Masalah PT. Sari Segar Laut Indonesia memiliki standar suhu ruang kerja dibagian produksi yaitu 16-21⁰C. Hal tersebut menuntut pekerja untuk bekerja di bawah suhu nyaman bekerja bagi orang Indonesia yaitu 24-26⁰C dengan waktu kerja yaitu 8 jam kerja. Suhu ruangan tersebut juga dirasakan dingin oleh pekerja karena berada dibawah 23⁰C sehingga menimbulkan gejala akibat cold stress ketika terpapar suhu dingin (Suma mur, 2009). Pekerja yang terpapar suhu dingin selama bekerja akan

6 mengalami gangguan kesehatan seperti penurunan suhu tubuh dengan rata-rata penurunan 0,55⁰C yang disertai dengan keluhan yang merupakan reaksi tubuh dari penurunan suhu tubuh seperti menggigil (72%), kulit terasa dingin dan pucat (94,4%) dan otot terasa kaku (80,6%) (Nugroho, 2009). Dengan demikian perlu dilakukan penelitian terhadap gambaran gangguan kesehatan pekerja yang terpapar suhu dingin di bagian produksi PT. Sari Segar Laut Indonesia. 1.3 Pertanyaan Penelitian Bagaimana gambaran gangguan kesehatan pekerja dengan paparan suhu dingin di bagian produksi di PT. Sari Segar Laut Indonesia tahun 2015? 1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan umum Mengetahui gambaran gangguan kesehatan pekerja dengan paparan suhu dingin di bagian produksi PT. Sari Segar Laut Indonesia tahun 2015. 1.4.2 Tujuan khusus 1. Mengetahui karakteristik pekerja di bagian produksi PT. Sari Segar Laut Indonesia tahun 2015. 2. Mengetahui penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) pekerja di bagian produksi PT. Sari Segar Laut Indonesia tahun 2015. 3. Mengetahui paparan suhu dingin di bagian produksi PT. Sari Segar Laut Indonesia tahun 2015. 4. Mengetahui gambaran gangguan kesehatan pekerja secara obyektif (suhu tubuh) dan subyektif (keluhan subyektif) di bagian produksi PT. Sari Segar Laut Indonesia tahun 2015.

7 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Teoritis Peningkatan ilmu pengetahuan dan wawasan mengenai keselamatan dan kesehatan kerja khususnya paparan suhu dingin pada pekerja. 1.5.2 Praktis Memberikan gambaran kepada pihak perusahaan mengenai kondisi tubuh pekerja yang terpapar suhu dingin untuk mencegah terjadinya penyakit akibat kerja dan sebagai bahan evaluasi manajemen keselamatan dan kesehatan kerja. 1.6 Ruang Lingkup Ruang lingkup penelitian ini adalah bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) khususnya pada gangguan kesehatan pekerja dengan paparan suhu dingin di bagian produksi PT. Sari Segar Laut Indonesia.

8