BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari, baik kebutuhan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dengan istilah pembiayaan yang dilakukan oleh Lembaga Keuangan Syari ah baik

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pembiayaan jangka pendek dengan margin yang rendah. Salah. satunya pegadaian syariah yang saat ini semakin berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. di dalamnya juga mencakup berbagai aspek kehidupan, bahkan cakupannya

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan dana untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dalam segala aspek

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI IJĀRAH JASA SIMPAN DI PEGADAIAN SYARIAH CABANG BLAURAN SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama yang amat damai dan sempurna telah diketahui dan dijamin

Kartika dan Nur, Analisis Penerapan Akuntansi Gadai Syariah (Rahn) Pada Pegadaian Syariah Cabang Jember

BAB I PENDAHULUAN. Islam merupakan agama yang sempurna dengan Al-Qur an sebagai sumber

MURA>BAH}AH DAN FATWA DSN-MUI

BAB III A. GAMBARAN UMUM PEGADAIAN SYARI AH BLAURAN. 1. Latar Belakang Berdirinya Pegadaian Syari ah Blauran

BAB III GAMBARAN UMUM PEGADAIAN SYARIAH KENDAL

secara tunai (murabahah naqdan), melainkan jenis yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat tidak sesuai dengan kondisi keuangan yang dimiliki.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai jaminan secara hak, tetapi dapat diambil kembali sebagai tebusan. Gadai

BAB IV ANALISIS APLIKASI RAHN PADA PRODUK GADAI EMAS DALAM MENINGKATKAN PROFITABILITAS BNI SYARIAH KANTOR CABANG SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dapat mengetahui produk apa yang akan mereka butuhkan.

BAB I PENDAHULUAN. bentuk penyaluran dana kemasyarakat baik bersifat produktif maupun konsumtif atas dasar

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pelaksanaan Gadai Emas Syariah Pada PT Bank Syariah Mandiri

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perekonomian masyarakat berdampak terhadap

BAB IV MEKANISME AKAD MURABAHAH PADA PEMBIAYAAN PRODUK MULIA DI PEGADAIAN SYARIAH CABANG PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir, perekonomian yang berdasarkan prinsip-prinsip syariah Islam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Nadhifatul Kholifah, Topowijono & Devi Farah Azizah (2013) Bank BNI Syariah. Hasil Penelitian dari penelitian ini, yaitu:

BAB IV ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN. sistem yang dibutuhkan dalam suatu negara, Menurut Kasmir (2006:1) kemajuan

BAB II REGULASI PERBANKAN SYARI AH DAN CARA PENYELESAIANNYA. kerangka dual-banking system atau sistem perbankan ganda dalam kerangka

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia, bukan hanya dalam permasalahan ibadah ubūdiyah saja

BAB IV ANALISIS PENERAPAN MULTI AKAD DALAM PEMBIAYAAN ARRUM (USAHA MIKRO KECIL) PEGADAIAN SYARIAH (STUDI KASUS DI PEGADAIAN SYARIAH PONOLAWEN KOTA

BAB IV IMPLEMENTASI FATWA DSN NO.25/DSN-MUI/III/2002 TENTANG RAHN PADA PRODUK AR-RAHN. A. Aplikasi Pelaksanaan Pembiayaan Rahn Di Pegadaian Syariah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dunia modern, peran bank sangat besar dalam mendorong pertumbuhan

BAB IV TINJAUAN FATWA NO /DSN-MUI/III/2002 TERHADAP IMPLEMENTASI AKAD IJA>RAH PADA SEWA TEMPAT PRODUK GADAI EMAS BANK BRI SYARIAH KC SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan usahanya agar lebih maju. pembiayaan berbasis Pembiayaan Islami.

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan. Beberapa kalangan mencurigai islam sebagai faktor penghambat

BAB I PENDAHULUAN. kepada Muhammad S.A.W. sebagai petunjuk dan pedoman yang mengandung

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan emas semakin lama disimpan harganya semakin tinggi. Perlahan tapi

BAB III PROFIL PEGADAIAN SYARIAH DI PEKALONGAN. A. Gambaran Umum Objek Penelitian (Pegadaian Syari ah Di

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai syariah dalam operasional kegiatan usahanya. Hal ini terutama didorong

BAB IV IMPLEMENTASI AKAD MURABAHAH PADA PEMBIAYAAN EMAS DI BNI SYARIAH CABANG PEKALONGAN (STUDY KASUS)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

TANGGUNG JAWAB MURTAHIN (PENERIMA GADAI SYARIAH) TERHADAP MARHUN (BARANG JAMINAN) DI PT. PEGADAIAN (PERSERO) CABANG SYARIAH UJUNG GURUN PADANG

mura<bahah saja, namun sebetulnya terdapat akad wadi ah dan akad istishna,

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan perekonomian, seperti perkembangan dalam sistim perbankan. Bank

BAB 1 PENDAHULUAN. mengatur hubungan manusia dan pencipta (hablu min allah) dan hubungan

BAB III PERBANDINGAN HUKUM JAMINAN FIDUSIA MENURUT UNDANG- UNDANG NOMOR 42 TAHUN 1999 DENGAN HUKUM RAHN TASJÎLÎ

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1 Produk-poduk Gadai Syariah berdasarkan PSAK 102, 105, dan 107. berdasarkan PSAK 105 : Akuntansi Mudharabah.

BAB I PENDAHULUAN. yang lainnya. Sebagai makhluk sosial manusia menerima dan memberikan

BAB I PENDAHULUAN 2002), 8. 1 Zainul Arifin, Dasar- Dasar Manajemen Bank Syariah, (Jakarta: Alvabet,

BAB I PENDAHULUAN. barang yang digadaikan tersebut masih sayang untuk dijual. Pengertian gadai

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan ekonomi yang berbasis pada ekonomi kerakyatan. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilepaskan dari sejarah pertumbuhan bank syariah. 1 Bank secara. kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah.

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka menyelenggarakan pemerintahan, pelayanan masyarakat dan

BAB IV ANALISIS DATA. Pegadaian Syariah Cabang Raden Intan Bandar Lampung. mendeskripsikan dan mengilustrasikan rangkaian pelaksaan gadai dari awal

BAB IV ANALISIS BESARAN UJRAH DI PEGADAIAN SYARIAH KARANGPILANG SURABAYA DALAM PERSPEKTIF FATWA DSN-MUI NOMOR 25/III/2002

BAB V PEMBAHASAN. dipaparkan pada bab sebelumnya. Sebagaimana yang ditegaskan dalam teknik analisa data

BAB I PENDAHULUAN. melalui kegiatan pinjam-meminjam. Kegiatan pinjam-meminjam terdapat produk yang dapat

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah diuraikan pada bab. sebelumnya maka peneliti menyimpulkan sebagai berikut :

BAB III PEMBAHASAN HASIL PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

BAB IV. A. Analisis Aplikasi Akad Mura>bah}ah di BMT Mandiri Sejahtera Jl. Raya Sekapuk Kecamatan Ujung Pangkah Kabupaten Gresik.

PENDAHULUAN. maupun individu untuk menjalankan kehidupan ini. Dengan banyaknya

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN. A. Implementasi gadai di PT. Bank BNI Syariah Cabang Dharmawangsa Surabaya

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK PENGGUNAAN AKAD BMT AMANAH MADINA WARU SIDOARJO. Pembiayaan di BMT Amanah Madina Waru Sidoarajo.

BAB II LANDASAN TEORI

PELAKSANAAN AKAD WADI AH DI LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH (Studi di BMT HIRA Gabugan, Tanon, Sragen)

BAB I PENDAHULUAN. menolong, orang yang kaya harus menolong orang yang miskin, orang yang. itu bisa berupa pemberian maupun pinjaman dan lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. terpenuhi. Perkembangan pertumbuhan ekonomi di era globalisasi seperti

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan Lembaga Keuangan Syari ah (LKS) yang pesat, dapat

Analisis Pelaksanaan Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomer : 26/DSN- MUI/III/2002 Tentang Rahn Emas pada Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Cimahi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemasaran merupakan salah satu kegiatan yang utama yang harus

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan umum usaha agribisnis di Indonesia, terutama yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. sehingga pinjam meminjam menjadi salah satu cara terbaik untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pelembagaan Bisnis gadai pertama kali di Indonesia sejak Gubernur

BAB IV ANALISIS. A. Pelaksanaan Lelang Barang Jaminan pada Perum Pegadaian Cabang Bandar Lampung

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRODUK KEPEMILIKAN LOGAM MULIA (KLM) DI PT. BRI SYARIAH KCP SIDOARJO

BAB V PEMBAHASAN. A. Kebijakan Harga Jual Pembiayaan Murabahah di BMT Istiqomah Unit

BAB IV ANALISIS FATWA DSN-MUI NOMOR 25/III/2002 TERHADAP PENETAPAN UJRAH DALAM AKAD RAHN DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG WARU SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan Allah S.W.T. sebagai khalifah untuk memakmurkan

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh keuntungan di masa mendatang (Halim, 2005:4). Ada berbagai

BAB I PENDAHULUAN. modal, reksa dana, dana pensiun dan lain-lain). Pengertian bank menurut UU No.

BAB I PENDAHULUAN. usahanya berdasarkan prinsip syariah, yaitu aturan perjanjian (akad) antara

BAB I PENDAHULUAN. Sebelum melangkah pada pembahasan selanjutnya, terlebih dahulu akan

ANALISIS PENENTUAN TARIF POTONGAN IJARAH DAN PERLAKUAN AKUNTANSI ATAS PEMBIAYAAN IJARAH OLEH PERUM PEGADAIAN SYARIAH CABANG MALANG.

BAB III LUMAJANG. berbeda beda untuk jangka waktu cicilan yang berbeda. Penerapan keuntungan transaksi pembiayaan mura>bah{ah ditetapkan

Elis Mediawati, S.Pd.,S.E.,M.Si.

BAB I PENDAHULUAN. Para ahli hukum Islam memberikan pengertian harta ( al-maal ) adalah. disimpan lama dan dapat dipergunakan waktu diperlukan.

dasarnya berlandaskan konsep yang sesuai dengan Syariat agama Islam. perubahan nama di tahun 2014 Jamsostek menjadi BPJS (Badan

1. Analisis Praktek Gadai Emas di Bank Syariah Mandiri Cabang Karangayu. akad rahn sebagai produk pelengkap yang berarti sebagi akad tambahan

BAB I PENDAHULUAN. baik dalam ibadah dan juga mu amalah (hubungan antar makhluk). Di antara

STAIN Ponorogo Press, 2010, h Agustina Wulansari, "Prosedur Pembiayaan Gadai Emas Syariah Pada PT

RINGKASAN TUGAS AKHIR. Koperasi Agro Niaga Indonesia (KANINDO) Syari ah Malang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan merupakan salah satu bagian dari aktivitas ekonomi yang

BAB I PENDAHULUAN. Muhammadiyah dalam bentuk lembaga keuangan syari ah, yang sudah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank atau perbankan merupakan salah satu lembaga keuangan di

AKUNTANSI MURABAHAH. Materi: 5-6. Afifudin, SE., M.SA., Ak.

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan jaminan, hal ini demi keamanan pemberian kredit tersebut dalam

BAB IV. IMPLEMENTASI FATWA DSN-MUI No.23/DSN-MUI/III/2002 PADA POTONGAN PELUNASAN DALAM MURABAHAH DI BNI SYRIAH CABANG PEKALONGAN

BAB III LAPORAN PENELITIAN. A. Profil Pegadaian KC Syariah Raden Intan Lampung

BAB I PENDAHULUAN. dari beberapa istilah-istilah yang terkait dengan judul skripsi ini.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari, baik kebutuhan primer, sekunder maupun tersier tidak semuanya dapat terpenuhi, karena tidak memiliki dana yang cukup, sehingga tidak jarang karena tidak ada barang yang dijual, ia terpaksa mencari pinjaman kepada orang lain. Dengan berkembangnya perekonomian masyarakat yang semakin meningkat, maka seorang dapat mencari uang pinjaman melalui jasa pembiayaan baik melalui lembaga keuangan bank maupun lembaga keuangan non Bank, diantaranya adalah Lembaga Pegadaian. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1990 menegaskan misi yang harus diemban oleh Pegadaian untuk mencegah praktik riba, dimana misi ini tidak berubah hingga terbitnya PP. No. 103 tahun 2000 yang dijadikan landasan kegiatan usaha Perum Pegadaian sampai sekarang. Setelah melalui kajian yang panjang, akhirnya disusunlah suatu konsep pendirian unit Layanan Gadai Syariah sebagai langkah awal pembentukan divisi khusus yang menangani kegiatan usaha syariah 1. Pengertian gadai syariah dalam hukum Islam adalah rahn yang mempunyai arti menahan salah satu harta milik si peminjam ( rahin) sebagai jaminan atas pinjaman yang diterima dari peminjam atau murtahin. Rahn terjadi karena adanya transaksi muamalah tidak secara tunai (hutang piutang). Dan apabila bermuamalah tidak secara tunai, hendaknya ditulis sebagai bukti agar tidak terjadi 1 Abdul Ghofur Anshari, Gadai Syariah Di Indonesia, Konsep Implementasi Dan Institusionalisasi, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2006), Hal. 3. 1

2 perselisihan dikemudian hari. Sayid Sabiq mendefinisikan rahn adalah: menjadikan suatu barang yang mempunyai nilai harta dalam pandangan syara sebagai jaminan utang yang memungkinkan untuk mengambil seluruh atau sebagian utang dari barang tersebut 2. Produk Pegadaian Syariah yang ditawarkan pada umumnya meliputi: 1. Penyaluran pinjaman secara gadai yang didasarkan pada penerapan prinsip Syariah Islam dalam transaksi ekonomi secara syariah (gadai emas biasa). 2. Pembiayaan ARRUM ( Ar Rahn Untuk Usaha Mikro/Kecil), yaitu pembiayaan yang dikhususkan untuk UKMM (Usaha Kecil Mikro Menengah) dengan obyek jaminan berupa BPKB (Bukti Permilikan Kendaraan Bermotor). 3. Pembiayaan MULIA ( Murabahah Logam Mulia Untuk Investasi Abadi), yaitu penjualan logam mulia oleh PT. Pegadaian kepada masyarakat secara tunai atau angsuran, dan agunan jangka waktu fleksibel 3. Sedangkan bentuk akad pada pembiayaan Mulia adalah sebagai berikut: 1. Akad Murabahah Bahwa antara pihak pertama (PT. Pegadaian) dengan pihak kedua (nasabah/pembeli) sepakat dan setuju untuk mengadakan akad murabahah logam mulia, dengan syarat dan ketentuan dalam pasal-pasal yang telah ditentukan dan menjadi kesepakatan bersama antara pihak pertama dengan pihak kedua. 2 Sayyid Sabiq, al-fiqh as-sunnah, (Beirut: Dar al-fikr,1995), Jilid 3, hal. 187. 3 Dikutip dari Dokumen Pegadaian Syariah Cabang Bangkinang. Th. 2008.

3 2. Akad Rahn Bahwa sebelumnya para pihak menerangkan telah mengadakan akad murabahah logam mulia, dimana pihak pegadaian ( murtahin) telah memberikan fasilitas pembiayaan murabahah kepada pihak kedua (rahin) dengan syarat- syarat dan ketentuan yang berlaku. Dengan adanya pembiayaan emas yang dibeli dijadikan jaminan hutangnya 4. Transaksi gadai syariah harus sesuai dengan prinsip syariah sebagaimana transaksi dalam bank syariah. Suatu transaksi bank syariah dikatakan sesuai dengan prinsip syariah apabila telah memenuhi seluruh syarat sebagai berikut: 1. Transaksi tidak mengandung kezaliman. 2. Bukan riba. 3. Tidak membahayakan pihak sediri atau pihak lain. 4. Tidak ada penipuan (gharar). 5. Tidak mengandung materi-materi yang diharamkan. 6. Tidak mengandung unsur judi (maisyir) 5. Pengertian murabahah adalah penjualan dengan harga pembelian barang berikut untung yang diketahui 6. Pengertian lain murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan ( margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli 7. 4 Ibid. 5 Wiroso, Jual Beli Murabahah, (Yogyakarta: UUI Press, 2005), Ctk. Pertama, Hal. 64. 6 Sayyid Sabiq, Al-Fiqh As-Sunnah, Alih Bahasa Oleh Kamaludin A. M, ( Bandung: PT. Al- Ma arif,1988), Jilid 12, Hal. 82. 7 Adiwarman Karim, Bank Islam Analisis Fiqih Dan Keuangan, ( Jakarta: Prenada Media, 2003), Hal.161.

4 Logam mulia atau emas mempunyai berbagai aspek yang menyentuh kebutuhan manusia disamping memiliki nilai estetis yang tinggi yang juga merupakan jenis investasi yang nilainya sangat stabil, likuid, dan aman secara riil. Untuk menfasilitasi kepemilikan emas batangan kepada masyarakat, PT. Pegadaian Syariah menawarkan produk jual beli logam mulia secara tunai atau dengan pola angsuran dengan proses cepat dalam jangka waktu tertentu yang fleksibel. Jual beli logam mulia yang ditawarkan oleh PT. Pegadaian Syariah bernama: Pembiayaan MULIA (Murabahah Logam Mulia Untuk Investasi Abadi) dengan menggunakan akad murabahah dan rahn. Jenis emas batangan yang disediakan oleh Pegadaian Syariah berupa logam mulia dengan kadar 99,99 % dengan berat 4, 25 gr, 5 gr, 10 gr, 25 gr, 50 gr, 100 gr, 250 gr dan 1 kg 8. Seperti diketahui bahwa harga emas saat ini semakin hari semakin melambung. Emas sering diidentikkan sebagai barang berharga yang bernilai estetis yang tinggi, nomor satu, prestisius dan elegan, sehingga orang menyebutnya sebagai logam mulia, karena dalam keadaan murni atau dalam udara biasa, emas tidak dapat teroksidasi atau dengan kata lain tahan karat. Dalam pelaksanaan jual beli logam mulia di PT. Pegadaian Syariah ada tiga pihak yang terkait, yaitu pihak penjual, pembeli dan pemasok. PT. Pegadaian Syariah selaku pihak penjual menawarkan emas batangan kepada nasabah selaku pihak pembeli, dimana harga beli dan margin keuntungan diberitahukan oleh PT. Pegadaian Syariah kepada pihak pembeli (nasabah), setelah ada kesepakatan, kemudian pihak penjual melakukan pemesanan emas logam mulia kepada pihak 8 Dokumen PT. Pegadaian Syari ah Cabang Bangkinang, Thn. 2008

5 pemasok PT. ANTAM (Aneka Tambang) sesuai dengan permintaan pihak pembeli. Dalam pembiayaan murabahah logam mulia untuk investasi abadi (Mulia) ini, pihak penjual ( PT. Pegadaian Syariah) memberikan fasilitas pembiayaan kepada pihak pembeli (nasabah) dengan akad murabahah. Pihak pembeli (nasabah) harus membayar uang muka sesuai dengan kesepakatan, biaya administrasi, biaya distribusi serta denda apabila terjadi keterlamabatan dalam pembayaran angsuran. Selama pembayaran angsuran belum lunas, maka pihak pembeli (nasabah) diwajibkan menyerahkan barang jaminan sebagai pelunasan pembiayaan murabahah berupa logam mulia yang dibeli itu, jaminan Logam Mulia yang dibeli tidak diserahkan langsung kepada pihak pembeli (nasabah), melainkan ditahan, tetap berada di bawah penguasaan pihak pertama sebagai barang jaminan ( marhun) sampai pembayaran angsuran lunas, sehingga pihak pembeli (nasabah) tidak dapat menikmati emas yang dibelinya. Murabahah biasanya digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumtif masyarakat. Dapat dikatakan bahwa murabahah dapat sangat membantu seseorang yang sangat membutuhkan suatu barang, tetapi tidak mempunyai cukup dana, maka dengan adanya murabahah ini orang tersebut dapat memperoleh dan memiliki barang yang dibutuhkan tanpa harus menyediakan uang tunai terlebih dahulu. Adapun kelebihan kontrak murabahah dengan pembayaran tangguh (ditunda) adalah:

6 1. Pembeli mengetahui semua biaya (cost) yang semestinya serta mengetahui harga pokok barang dan keuntungan (mark -up). 2. Obyek penjualan adalah barang /komoditas. 3. Obyek penjualan hendaknya dimiliki penjual dan ia harus mampu mengirimkannya ke pada pembeli. 4. Pembayaran ditunda 9. Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No.4/DSN- MUI/V/2000 tentang murabahah diperbolehkan adanya jaminan. Jaminan dalam akad murabahah dibolehkan agar nasabah serius dengan pesanannya. Sehingga Bank atau PT. Pegadaian sebagai murtahin dapat meminta nasabah sebagai rahin untuk menyediakan barang jaminan (al-marhun) yang dapat dipegang 10. Sedangkan dalam KUH Perdata penjaminan terdapat dalam pasal 1131 dan 1132. Dalam pasal 1131 KUH Perdata disebutkan bahwa : segala kebendaan si berhutang, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang baru akan ada di kemudian hari, menjadi tanggungan segala perikatannya perorangan 11. Pasal 1132 KUH Perdata disebutkan bahwa: Kebendaan tersebut menjadi jaminan bersama-sama bagi semua orang yang menguntungkan padanya, pendapatan penjualan benda-benda itu dibagi menurut keseimbangan, yaitu menurut besar kecilnya piutang masing-masing kecuali diantara para berpiutang itu ada alasan-alasan yang sah untuk didahulukan. 146. 9 Ibid. 10 Bambang Hermanto, Hukum Perbankan Syari ah, ( Pekanbaru: Suska Press, 2013), hal. 11 Subekti dan Tjirosudibio, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, (Jakarta: PT. Pradnya Paramita, 2009), Cet Ke-40, hal. 291.

7 Dari penjelasan tentang pembiayaan Mulia di PT. Pegadaian Syariah sebagaimana tersebut di atas, ada permasalahan yang perlu digaris bawahi, yaitu adanya denda keterlambatan pembayaran, adanya ketidak pastian (gharar) dalam akad dimana pihak pembeli (nasabah) tidak mengetahui secara pasti akad mana yang berlaku, akad murabahah atau akad rahn, dan juga dalam akad rahn nasabah tidak dibebani biaya penitipan barang jaminan, dan adanya unsur pemaksaan, dimana tidak ada kebebasan bagi pihak pembeli (nasabah), kecuali harus menyerahkan atau merelakan emas yang dibeli dijadikan jaminan hutang. Untuk mengetahui yang sebenarnya, bagaimana praktik pembiayaan murabahah logam mulia untuk investasi abadi ( Mulia) ini, maka perlu mengadakan penelitian pada PT. Pegadaian Syariah Cabang Bangkinang. Oleh karena itu penulis tertarik untuk menulis skripsi ini dengan judul: Penerapan Transaksi Pembiayaan Murabahah Logam Mulia Untuk Investasi Abadi (Mulia) Di PT. Pegadaian Syari ah Cabang Bangkinang Menurut Ekonomi Islam. Dijadikannya, PT. Pegadaian Syari ah Cabang Bangkinang ini sebagai sasaran penelitian, karena ia merupakan satu-satunya PT. Pegadaian yang berbasis Syari ah yang ada di Bangkinang kabupaten Kampar yang menyediakan pembiayaan murabahah logam mulia untuk investasi abadi (Mulia), karena produk Mulia ini merupakan produk baru yang ditawarkan oleh PT. Pegadaian Syari ah untuk kepemilikan logam mulia tidak secara tunai.

8 B. Batasan Masalah Untuk mendapatkan rincian yang lebih aktual tentang inti pemasalahan maka pembahasan dalam tulisan ini lebih di fokuskan pada penerapan murabahah logam mulia untuk investasi abadi (Mulia) Di PT. Pegadaian syari ah Cabang Bangkinang di tinjau menurut Ekonomi Islam. C. Rumusan Masalah Bertolak dari latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana penerapan transaksi pembiayaan murabahah logam mulia untuk investasi abadi (Mulia ) di PT. Pegadaian Syari ah Cabang Bangkinang? 2. Bagaimana tinjauan ekonomi Islam terhadap penerapan pembiayaan murabahah logam mulia di PT. Pegadaian Syari ah Cabang Bangkinang? D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan penelitian Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah: a. Untuk mengetahui penerapan pembiayaan murabahah logam mulia untuk investasi abadi (Mulia) Di PT. Pegadaian Syari ah Cabang Bangkinang b. Untuk mengetahui tinjauan Ekonomi Islam terhadap pembiayaan murabahah logam mulia untuk investasi abadi (Mulia ) Di PT. Pegadaian Syari ah Cabang Bangkinang.

9 2. Kegunaan Penelitian Adapun yang menjadi kegunaan dari penelitian ini adalah: a. Untuk mendapatkan pengetahuan yang mendalam tentang penerapan pembiayaan murabahah logam mulia untuk investasi di PT. Pegadaian Syari ah Cabang Bangkinang. b. Untuk mendapatkan pengetahuan tentang bagaimana tinjauan Ekonomi Islam terhadap pembiayaan murabahah logam mulia untuk investasi abadi (Mulia) Di PT. Pegadaian Syari ah Cabang Bangkinang. E. Metode Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini bersifat lapangan (field research) yang dilakukan pada PT. Pegadaian syari ah Cabang Bangkinang Kabupaten Kampar. Penulis memilih tempat ini, karena lokasi tersebut merupakan satu-satunya PT. Pegadaian yang berbasis Syari ah yang menerapkan murabahah logam mulia, sedangkan Bangkinang merupakan kota yang mulai berkembang pesat dan mayoritas penduduknya muslim. Kemudian letak PT. Pegadaian Syari ah ini yang strategis sehingga mudah di kunjungi oleh masyarakat yang membutuhkan. 2. Subjek dan Objek Subjek dalam penelitian ini adalah pimpinan, karyawan dan nasabah di PT. Pegadaian Syri ah Cabang Bangkinang. Sedangkan yang menjadi objeknya adalah penerapan transaksi pembiayaan Mulia dengan akad murabahah dan rahn di PT. Pegadaian Syari ah Cabang Bangkinang.

10 3. Populasi dan sampel a. Populasi Populasi adalah keseluruhan atau himpunan subyek dengan ciri-ciri yang sama. Populasi dalam penelitian ini adalah pimpinan dan karyawan PT. Pegadaian Syari ah sebanyak 5 orang sedangkan dari nasabah yang memanfaatkan produk Mulia berjumlah 95 orang, jadi jumlah keseluruhan sebanyak 100 orang. b. Sampel Sampel adalah sebagian dari populasi yang di ambil secara refpresentif atau mewakili populasi yang bersangkutan atau sebagian kecil yang diamati 12. Untuk mengingat waktu tenaga dan biaya maka penulis mengambil sampel 50 orang atau 50% dengan teknik random sampling (acak), yaitu pengambilan sampel secara acak. Semua individu dalam populasi mendapatkan kesempatan untuk dijadikan sampel. 4. Sumber Data Penelitian ini membutuhkan dua jenis data yaitu data primer dan data sekunder. Adapun sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah: a. Sumber data primer. Yaitu data yang diperoleh dari sumber utama yaitu data yang barasal dari masyrakat yang melakukan transaksi dan pimpinan PT. Pegadaian Syari ah Cabang Bangkinang yang mengetahui pembiayaan Mulia. 12 Iskandar, Metode Penelitian Pendidikan Dan Social, (Jakarta: GP Press, 2010). Hal. 69.

11 b. Sumber data sekunder. Data Sekunder yaitu data yang bersumber dari buku-buku dan kitabkitab yang memuat informasi yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti. 5. Metode pengumpulan Data Untuk penelitian perpustakaan dilakukan dengan menelaah literatur yang ada hubungan dengan penelitin ini. Data tersebut dipilah- pilah dan kemudian dianalisa, sesuai dengan permasalahan yang akan dibahas. Sedangkan untuk penelitian lapangan ( field researh ) dilakukan dengan menggunakan teknik: a. Wawancara Yaitu tanya jawab kepada nasabah dan pimpinan PT. Pegadaian Syari ah Cabang Bangkinang tentang pelaksanaan akad murabahah dan rahn dalam transaksi pembiayaan Mulia. b. Angket Angket adalah pernyataan yang berbentuk tulisan yang disebarkan kepada sejumlah nasabah PT. Pegadaian Syari ah Cabang Bangkinang yang menjadi sampel dengan memberi pernyataan-pernyataan yang berhubungan yang dibahas peneliti. c. Observasi Penulis akan melakukan pengamatan dilokasi penelitian untuk mendapatkan gambaran yang tepat mengenai subjek dan objek kajian.

12 d. Dokumentasi Metode dokumentasi adalah metode yang dilakukan untuk mencari data yang menganai hal-hal atau variabel yang berupa catatan buku, surat kabar, prasasti, notulen, dan dokumen 13. 6. Metode Analisa Data Dalam penlitian ini penulis menggunakan metode deskristif kualitatif, yaitu dimana setelah data dikumpulkan kemudian dilakukan penganalisaan secara kualitatif lalu digambarkan dalam bentuk uraian. 7. Metode Penulisan Metode penelitian setelah data diperoleh, maka data tersebut penulis akan mengolah data tersebut dengan menggunakan metode sebagai berikut: a. Metode Deduktif, yaitu menggambarkan kaidah-kaidah umum yang ada kaitannya dengan permasalahan yang di teliti, kemudian di analisa dan diambil kesimpulan secara khusus. b. Metode Induktif, menggambarkan data-data khusus yang ada kaitannya dengan masalah yang diteliti, dianalisa kemudian diambil kesimpulan secara umum. c. Metode Deskriptif, yaitu pemaparan yang berusaha menggambarkan realitas apa adanya dilapangan kemudian di analisa dengan teliti. 13 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.(Jakarta: Rineka Cipta, 1998), Hal. 115.

13 8. Sistematika Penulisan Untuk memudahkan para pembaca dalam memahami dan lebih terarahnya penulisan ini, maka penulis mengklasifikasikan penelitian ini dalam beberapa bab yaitu: BAB I : PENDAHULUAN Dalam bab ini akan dikemukakan latar belakang masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, metode penelitian serta sistematika penulisan. Dalam bab ini juga digambarkan tentang system murabahah logam mulia di PT. Pegadaian Syari ah Cabang Bangkinang secara umum. BAB II : GAMBARAN UMUM PT. PEGADAIAN SYARI AH CABANG BANGKINANG Bab ini diuraikan mengenai sejarah berdirinya PT. Pegadaian Syari ah di Indonesia serta sejarah berdirinya PT. Pegadaian Syari ah Cabang Bangkinang, visi dan misi PT. Pegadaian Syari ah Cabang Bangkinang, budaya perusahaan, stuktur organisasi PT. Pegadaian Syari ah Cabang Bangkinang serta produk-produk PT. Pegadaian Syari ah Bangkinang. BAB III : TINJAUAN UMUM TENTANG TRANSAKSI PEMBIYAAN MULIA (MURABAHAH LOGAM MULIA UNTUK INVESTASI ABADI) Bab ini akan dikemukakan beberapa teori tentang transaksi dan bagian-bagiannya, teori tentang logam mulia atau emas, teori tentang

14 pembiayaan serta bagian-bagiannya pula, teori tentang murabahah, landasan hukum syari ah, rukun dan syarat, serta aplikasi murabahah dalam perbankan. Teori tentang rahn, landasan hukum, syarat dan rukun rahn serta aplikasinya dalam perbankan. Bagaimana penerapan transaksi pembiayaan murabahah logam mulia untuk investasi abadi (Mulia) pada PT. Pegadaian S yari ah tersebut dan bagaimana Islam memandangnya akan dibahas pada bab IV. BAB IV : HASIL PENELITIAN Dalam bab ini, penulis akan membahas tentang penerapan transaksi pembiayaan murabahah logam mulia untuk investasi abadi (Mulia) di PT. Pegadaian Syari ah Cabang Bangkinang. BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab terakhir ini, terdiri dari kesimpulan dan saran yang disimpulkan dari pembahasan.