PERCEPAT PROYEK MW, PEMERINTAH LAKUKAN BERBAGAI CARA

dokumen-dokumen yang mirip
PERCEPATAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR KETENAGALISTRIKAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR KETENAGALISTRIKAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR KETENAGALISTRIKAN

2017, No Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 133, Tambahan Lemba

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN PROYEK STRATEGIS NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN PROYEK STRATEGIS NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN PROYEK STRATEGIS NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Materi Paparan Menteri ESDM

BERITA NEGARA. No.1665, 2016 KEMEN-ESDM. Percepatan PIK. Penyelesaian Teknis. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

Materi Paparan Menteri ESDM Strategi dan Implementasi Program MW: Progres dan Tantangannya

2 Mengingat Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2007 tentang Kegiatan Usaha Panas Bumi sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 70 T

2015, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Menteri Energi

-2- pembangunan nasional di pusat maupun di daerah sebagaimana penjabaran dari Nawa Cita demi mewujudkan Indonesia yang berdaulat, mandiri dan berkepr

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN PROYEK STRATEGIS NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS DAN INFRASTRUKTUR SELAT SUNDA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KAWASAN STRATEGIS DAN INFRASTRUKTUR SELAT SUNDA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2006 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR PRIORITAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MATRIKS PROGRAM 100 HARI, 1 TAHUN DAN 5 TAHUN (Di Sempurnakan Sesuai dengan Usulan Kadin)

Prioritas Proyek Listrik MW untuk Daerah Kekurangan Pasokan Listrik Rabu, 22 Juni 2016

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 146 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN PEMBANGUNAN DAN PENGEMBANGAN KILANG MINYAK DI DALAM NEGERI

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 96, Tambahan Lemb

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2017 TENTANG KANTOR PERWAKILAN PERUSAHAAN ASING

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,

Sinergi antar Kementerian dan instansi pemerintah sebagai terobosan dalam pengembangan panasbumi mencapai 7000 MW di tahun 2025

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 173/PMK.011/2014 TENTANG

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN INDUSTRI PERIKANAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2015, No Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan Lembar

2017, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Panas Bumi adalah sumber energi panas yang terkand

Pengawasan dan pengendalian; 7. Pemberian pertimbangan hukum; dan/atau. 8. Mitigasi risiko hukum dan non hukum.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PANAS BUMI UNTUK PEMANFAATAN TIDAK LANGSUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LAMPIRAN II: MATRIKS PROGRAM 100 HARI, 1 TAHUN DAN 5 TAHUN. Isu Pokok Output yang Diharapkan Program Aksi Kerangka waktu. Jaminan pasokan energi

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2018, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM

- 3 - BAB I KETENTUAN UMUM

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.445, 2014 BKPM. Pelimpahan Wewenang. Izin Usaha Kepala Administrator. KEK Sei Mangkei.

Menimbang ; a. bahwa dalam pemberian Layanan Cepat Perizinan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,

oleh Direktur Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan Jakarta, 10 Mei 2013

PROGRAM MW DALAM RUPTL PERKUAT SISTEM KELISTRIKAN NASIONAL. Pandu Satria Jati B S.IP

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2018 TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

NOTA KESEPAHAMAN ANTARA KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA, KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA, DAN BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,

PERATURANPRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2014 TENTANG PERCEPATAN PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR PRIORITAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2015, No c. bahwa dalam rangka mendukung penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Bidang Keuangan di Badan Koordinasi Penanaman Modal, perlu

BAB I PENDAHULUAN. Program pembangunan pembangkit listrik Megawatt (MW) merupakan program strategis pemerintahan Jokowi-JK untuk mendukung

PEMAPARAN TIM PENGAWAL DAN PENGAMAN PEMERINTAHAN DAN PEMBANGUNAN DAERAH (TP4D)

TAMBAHAN SUBSIDI LISTRIK RP 24,52 TRILIUN

2 Mengingat d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu mengatur kerjasama Pemerintah dan badan u

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR

POKOK-POKOK PENGATURAN PEMANFAATAN BATUBARA UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK DAN PEMBELIAN KELEBIHAN TENAGA LISTRIK (Permen ESDM No.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,

PENGELOLAAN KEWAJIBAN KONTINJENSI TAHUN ANGGARAN 2011

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG

2012, No Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 001 TAHUN 2006 TENTANG

- 3 - Nomor 05 Tahun 2014 tentang Tata Cara Akreditasi dan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG

RENCANA AKSI PENYELENGGARAAN KEK TANJUNG LESUNG

MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.444, 2014 BKPM. Izin Prinsip. KEK Sei Mankei. Pelimpahan. Wewenang.

- 2 - Koordinasi Penanaman Modal Nomor 13 Tahun 2015 Tentang Tata Cara Permohonan Pemberian Fasilitas Pengurangan Pajak Penghasilan Badan;

2017, No Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); M

2016, No MIGAS/Kom/2016 tanggal 26 September 2016 menyepakati untuk mengganti Peraturan Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi Nomor 12/P/BP

KEBIJAKAN PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK

2017, No Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 4, T

2014, No Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4327); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2007 tentang Kegiatan Usaha

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 96, Tambahan Lemb

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 70, Tambahan

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2016 TENTANG BADAN OTORITA PENGELOLA KAWASAN PARIWISATA DANAU TOBA

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENANAMAN MODAL DI KOTA TANGERANG SELATAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2016 ten

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2015, No Usaha Tertentu dan/atau di Daerah-Daerah Tertentu; c. bahwa sehubungan dengan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan hur

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2001 TENTANG

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Presiden tentang Tata Cara

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

PERCEPAT PROYEK 35.000 MW, PEMERINTAH LAKUKAN BERBAGAI CARA www.detik.com Untuk mempercepat realisasi proyek pembangkit listrik 35.000 megawatt (mw), pemerintah melakukan berbagai cara. Saat memimpin rapat soal kelistrikan di Istana pada 22 Juni 2016 lalu, salah satu arahan yang dikeluarkan Presiden Joko Widodo adalah perlunya penyederhanaan aturan supaya program 35.000 MW bisa berjalan lebih cepat. Menurut Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), penyederhanaan aturan akan dilakukan dengan menghilangkan kewajiban menyetor dana jaminan 10% bagi pemenang lelang pembangkit yang disyaratkan oleh PT Perusahaan Listrik Negara (PLN). Aturan ini dinilai Kementerian ESDM mempersulit kontraktor karena menambah beban keuangan. Kontraktor sudah harus mencari banyak uang untuk membangun pembangkit listrik. Bila harus membayar dana jaminan 10%, keuangan kontraktor makin terbebani dan dapat menghambat proses pembangunan. "Membangun pembangkit kan butuh dana banyak, kalau harus bayar jaminan lagi kan memperberat finansial pembangunannya, lebih baik digunakan untuk mempercepat proses pembangunan," kata Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian ESDM, Sujatmiko. Sujatmiko paham tujuan aturan lelang yang dibuat PLN tersebut. Syarat dana jaminan 10% dibuat PLN untuk mencegah kontraktor 'abal-abal' tak bermodal ikut lelang proyek 35.000 MW. Dana jaminan merupakan bukti komitmen dan menunjukkan kemampuan finansial kontraktor. Kalau itu tujuannya, menurut Sujatmiko, cukup dibentuk saja Independent Procurement Agency yang dapat menguji tuntas kemampuan keuangan dan kemampuan teknis setiap kontraktor. "Untuk membuat lelang lebih cepat dan akuntabel, PLN

perlu membentuk Independent Procurement Agency, jadi ada due diligence aspek teknis dan keuangan IPP. Kalau itu diterapkan membantu mempercepat proses lelang," paparnya. Selain itu, untuk mempercepat proyek 35.000 MW, Presiden Joko Widodo menerbitkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 4 Tahun 2016 tentang Percepatan Pembangunan Infrastruktur Ketenagalistrikan. Perpres tersebut ditujukan untuk PLN dan anak perusahaannya, Pengembang Pembangkit Listrik (PPL), lembaga keuangan, serta pemerintah pusat/daerah. Kepala Satuan Hukum Korporat PLN Dedeng Hidayat mengatakan bahwa tugas yang diberikan kepada PLN untuk merealisasikan pembangunan listrik dan jaringan transmisi dalam jangka waktu lima tahun adalah tugas yang cukup berat. Namun, lanjut Dedeng Hidayat, terbitnya Perpres ini begitu membantu terutama bagi PLN dalam merealisasikan program tersebut. Perpres ini adalah bentuk dukungan dari pemerintah kepada PLN dimana dukungan itu ada tujuh dukungan kepada PLN, ujar Dedeng Hidayat. Pertama, dukungan dalam hal penjaminan. Pemerintah menugaskan PT PLN untuk menyelenggarakan Pembangunan Infrastruktur Ketenagalistrikan (PIK). Namun, terkait dengan pelaksanaanya sendiri, dapat dilakukan melalui dua cara, yakni swakelola dan kerja sama penyediaan tenaga listrik, yang keduanya sama-sama diberikan jaminan oleh Pemerintah. Kalau PLN bisa jaminan langsung, sementara untuk anak perusahaan dan PPL diberikan dalam bentuk jaminan kelayakan usaha, kata Dedeng Hidayat. Kedua, dukungan dalam percepatan perizinan dan nonperizinan. PLN, anak perusahaan PLN, serta PPL dapat mengajukan penyelesaian perizinan melalui Perijinan Terpadu Satu Pintu (PTSP) di Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM). Baik itu, Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (UPTL), Penetapan Lokasi, Izin Lingkungan, Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan, dan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) dapat dilakukan terpusat di BKPM. Sekarang kita sudah ada PTSP melalui BKPM hanya tiga hari, kata Dedeng Hidayat. Ketiga, dukungan dalam penyediaan energi primer. Pada prinsipnya, pelaksanaan PIK harus mengutamakan pemanfaatan energi baru dan terbarukan. Dalam Perpres, pemerintah pusat atau pemerintah daerah dapat memberikan dukungan berupa pemberian insentif fiskal, kemudahan perizinan dan nonperizinan, penetapan harga beli tenaga listrik dari sumber energi baru dan terbarukan, pembentukan badan usaha tersendiri untuk penyediaan tenaga listrik,

serta penyediaan subsidi. Tidak ada alasan lagi kalau proyek itu tidak berjalan karena alasan tidak ada pasokan energi primer, ujar Dedeng Hidayat. Keempat, dukungan tata ruang. Pelaksanaan PIK dilakukan sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah, Rencana Detil Tata Ruang Daerah, atau Rencana Zonasi Wilayah Pesisi dan Pulau-Pulau Kecil. Dalam hal ada perubahan, baik PLN, anak perusahaan PLN dan PPL dapat mengajukan usulan perubahan kepada kementerian, lembaga, atau Pemerintah Daerah bersangkutan. Kalau koordinatnya sudah ditentukan dan tidak bisa diubah, maka yang mengalah adalah peraturan perundang-undangan tentang tata ruang. Tapi diusulkan dulu oleh PLN, kata Dedeng Hidayat. Kelima, dukungan penyediaan tanah. Baik Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah mendukung proses pengadaan tanah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Misalnya, ketika pemegang hak atas tanah yang luasnya tidak lebih dari lima hektar tidak sepakat dengan besaran hasil penilaian jasa penilai, maka PLN dan anak perusahaannya serta PPL dapat menetapkan nilai jual beli atau tukar menukar sesuai kesepakatan kedua belah pihak dengan skema analisis manfaat dan biaya (cost and benefit analysis). Selain itu, ketika penyediaan tanah tidak dapat dilakukan pengadaannya, maka dapat dilakukan sewa, pinjam pakai, atau kerjasama dengan pemegang hak atas tanah. Terus terang dukungan ini sangat penting. Proyek PLN banyak terkendala masalah tanah. Pembebasan tanah saat lelang sudah jalan, tidak sesuai waktu yang ditetapkan. Saat kontrak efektif, tanahnya belum siap sehingga terjadi case dimana-mana, papar Dedeng Hidayat. Keenam, dukungan penyelesaian hambatan dan permasalahan. Pimpinan PLN, anak perusahaan PLN, atau Pimpinan PPL diwajibkan mengambil langkah dalam penyelesaian hambatan dalam percepatan pelaksanaan PIK sesuai dengan kewenangannya. Seperti misalnya, PLN dapat meminta BPKP untuk menghitung besaran tambahan biaya dalam hal penyelesaian pelaksanaan kontrak yang terkendala. Untuk menyelesaikan hambatan dalam proyek. Bisa lakukan diskresi namun tetap mengacu ke Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014, kata Dedeng Hidayat. Ketujuh, dukungan penyelesaian hukum yang dihadapi. Dari catatan Dedeng Hidayat, setidaknya telah ada sekitar 29 pejabat PLN mulai dari tingkatan General Manager hingga Manager senior lapis kedua yang tersandung permasalahan hukum ketika bertugas. Akibatnya, cukup banyak pejabat pengambil kebijakan di PLN yang ketakutan dalam

mengambil kebijakan. Saat ini, dengan terbitnya Perpres itu pejabat PLN yang sedang mengemban tugas untuk pelaksanaan proyek ini mendapat perlindungan. Kita pernah alami kriminalisasi. Itu memberi keragu-raguan sehingga tidak berani ambil keputusan sehingga proyek-proyek terhambat, kata Dedeng Hidayat. Setidaknya ada tiga pasal dalam Perpres Nomor 4 Tahun 2016, yakni Pasal 41 hingga Pasal 43 yang mengatur bagaimana bentuk perlindungan hukum yang diberikan. Apabila terdapat permasalahan hukum, penyelesaiannya dilakukan dengan mendahulukan pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perseroan terbatas. Dalam hal pengaduan terkait dengan kewenangan administrasi pemerintahan, pimpinan PLN atau anak perusahaan PLN meneruskan dan menyampaikan kepada Menteri ESDM selaku Pembina teknis dan Menteri BUMN selaku pembina korporasi dan manajeman penyelenggaraan PIK. Selain itu, dalam hal pengaduan masyarakat terkait penyimpangan PIK kepada Kejaksaan dan Kepolisian, penyelesaian dilakukan dengan mendahulukan proses administrasi. Dalam melaksanakan mega proyek pembangunan pembangkit listrik 35.000 mw, PLN telah meminta pengawalan dari Kejaksaan Agung. Untuk memberikan pengawalan tersebut, Kejagung pun menurunkan Tim Pengawalan, Pengamanan Pemerintahan dan Pembangunan Pusat (TP4P). i Salah satu proyek yang kini dikawal adalah pengadaan marine vessel power plant di Sulawesi Utara. Pengawalan yang ditawarkan TP4P yaitu mengidentifikasi peluang penyimpangan sedini mungkin. Dari sisi pengamanan dilakukan pada tahap lelang hingga proyek selesai. Ia meyakini, dengan adanya pengawalan tersebut maka penyimpangan seperti korupsi bisa dicegah. Bila ada temuan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), maka Kejaksaan Agung akan bersinergi dengan BPK untuk melakukan pendampingan terhadap hasil audit yang dikeluarkan BPK. "Temuan BPK maupun satuan pengawas internal bisa dilakukan tindak lanjut pendampingan oleh TP4P. Jadi betul-betul penyimpangan bisa dicegah dengan melakukan deteksi dini. Kami bisa berikan konsultasi. Jika terjadi penyimpangan, sifatnya hanya administratif," jelas Anggota TP4P Kejaksaan Agung, Firdaus Dewilmar. Sumber berita: 1. www.detik.com, Percepat Proyek 35.000 MW, Aturan Lelang Ini Akan Direvisi, Senin, 11 Juli 2016. 2. www.hukumonline.com, Ingat! Aparat Penegak Hukum Tak Bisa Asal Pidanakan Pejabat PLN, Jumat, 15 April 2016.

3. www.hukumonline.com, Cegah Persoalan Hukum, Kejagung Kawal Proyek 35.000 MW, Kamis, 7 Januari 2016. 4. www.hukumonline.com, Percepatan Pembangunan Infrastruktur Ketenagalistrikan, Kamis, 10 Maret, 2016. Catatan: Perpres Nomor 4 Tahun 2016 mulai berlaku sejak tanggal 19 Januari 2016. Perpres tersebut diterbitkan guna mendorong pertumbuhan ekonomi melalui percepatan Pembangunan Infrastruktur Ketenagalistrikan ( PIK ) dalam rangka memproduksi tenaga listrik sebesar 35.000 MW. Tenaga listrik ini akan disalurkan melalui jaringan transmisi baru sepanjang 46.000 KM. Proyek PIK ini juga akan mengutamakan penggunaan energi baru dan terbarukan dibanding bahan bakar minyak. Perpres Nomor 4 Tahun 2016 ditujukan untuk PT Perusahaan Listrik Negara ( PLN ) dan anak perusahaannya, Pengembang Pembangkit Listrik ( PPL ), lembaga keuangan, serta pemerintah pusat/daerah. Beberapa ketentuan penting dari Perpres Nomor 4 Tahun 2016 adalah sebagai berikut. A. Mekanisme Pelaksanaan Berdasarkan Perpres Nomor 4 Tahun 2016 dalam Pasal 4 (1), PLN bertanggung jawab untuk melakukan percepatan pembangunan proyek PIK melalui dua mekanisme pelaksanaan berikut: 1. Swakelola; dan 2. Kerja sama penyediaan tenaga listrik dengan anak perusahaan PLN atau PPL. 1. Swakelola PLN dapat melakukan pelaksanaan PIK melalui swakelola sepanjang persyaratan berikut dapat dipenuhi: a. PLN memiliki kemampuan pendanaan untuk ekuitas dan sumber pendanaan murah, b. proyek PIK yang bersangkutan memiliki risiko konstruksi yang rendah, c. tersedianya pasokan bahan bakar yang memadai untuk menghasilkan tenaga listrik, dan

d. terdapat pembangkit listrik pemikul beban puncak (peaker) dan/atau pengembangan sistem isolated. PLN dapat memfasilitasi pembiayaan proyek PIK melalui swakelola dengan cara: penyertaan modal negara, penerusan pinjaman dari pemerintah luar/dalam negeri, pembebasan pajak, dan pendanaan lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 2. Kerja Sama PLN dapat melakukan kerja sama penyediaan tenaga listrik ( Kerja Sama ) dengan PPL, asalkan PLN diwakili oleh salah satu anak perusahaannya. Mekanisme kerja sama dapat ditempuh menggantikan mekanisme swakelola jika kerja sama tersebut memiliki nilai yang strategis bagi PLN ditinjau dari aspek ketersediaan pendanaan dan pasokan energi. Kerja Sama dapat dilakukan berdasarkan alasan-alasan berikut. a. Membutuhkan pendanaan yang sangat besar; b. Proyek tersebut memiliki risiko konstruksi yang cukup besar, terutama untuk lokasi baru yang membutuhkan proses pembebasan lahan; c. Belum mempunyai kepastian pasokan energi untuk PIK; d. Melibatkan pembangkit dari sumber energi baru dan terbarukan; e. Melibatkan ekspansi dari pembangkit PPL yang telah ada; f. Terdapat beberapa PPL yang akan mengembangkan pembangkit di suatu wilayah tertentu. B. Perizinan dan Nonperizinan Proyek PIK yang dilakukan secara swakelola maupun Kerja Sama wajib memperoleh berbagai dokumen perizinan dan nonperizinan dari kantor PTSP tingkat pusat maupun daerah, meliputi: 1. Izin usaha penyediaan tenaga listrik (jangka waktu pemrosesan 3 sampai 5 hari); 2. Penetapan lokasi (jangka waktu pemrosesan 3 sampai 5 hari); 3. Izin lingkungan (jangka waktu pemrosesan 60 hari); 4. Izin pinjam pakai kawasan hutan (jangka waktu pemrosesan 30 hari)

5. Izin mendirikan bangunan (jangka waktu pemrosesan 3 sampai 5 hari); 6. Izin lokasi (jangka waktu pemrosesan 3 sampai 5 hari); 7. Izin gangguan (jangka waktu pemrosesan 3 sampai 5 hari); dan 8. Dokumen fasilitas perpajakan (jangka waktu pemrosesan 28 hari). C. Perubahan Zonasi Dalam rangka percepatan proyek PIK, setiap izin lokasi yang telah disetujui tetapi tidak sesuai dengan zonasi atau rencana tata ruang wilayah/daerah yang ada, dan secara teknis tidak dimungkinkan untuk dipindahkan, dapat diubah. Untuk melakukan perubahan, pemilik proyek PIK (PLN/anak perusahaan PLN/PPL) wajib mengajukan usulan perubahan kepada pemerintah pusat/daerah yang bersangkutan. D. Energi Baru dan Terbarukan Perpres Nomor 4 Tahun 2016 mengutamakan proyek PIK yang menggunakan bentuk energi baru dan terbarukan. Dalam rangka mendukung kebijakan ini, pemerintah pusat dan/atau daerah dapat memberikan fasilitas-fasilitas berikut kepada pemilik proyek PIK (PLN, anak perusahaan PLN, PPL): 1. Insentif fiskal; 2. Kemudahan perizinan dan nonperizinan; 3. Penetapan harga beli tenaga listrik dari masing-masing jenis sumber energi baru dan terbarukan; 4. Pembentukan badan usaha tersendiri yang akan menjual tenaga listrik ke PLN; dan/atau 5. Penyediaan subsidi. E. Kewajiban Penggunaan Komponen Dalam Negeri Perpres Nomor 4 Tahun 2016 mengutamakan penggunaan komponen dalam negeri untuk setiap proyek PIK, baik berupa barang maupun jasa. Kewajiban ini diterapkan melalui mekanisme berikut. 1. Penerapan open-book system; 2. Pemberian preferensi harga; atau

3. Reverse engineering. F. Pengadaan Tanah PIK merupakan proyek untuk kepentingan umum. Tanah untuk proyek PIK yang telah ditetapkan lokasinya oleh Gubernur tidak dapat dilakukan pemindahan hak atas tanahnya oleh pemilik hak kepada pihak lain selain Badan Pertanahan Nasional (BPN). Selain larangan menjual kepada pihak ketiga, pemilik proyek dapat melakukan pengadaan tanah secara langsung untuk tanah yang luasnya tidak lebih dari 5 ha. Ketentuan Perpres Nomor 4 Tahun 2016 menyatakan bahwa metode pengadaan tanah secara langsung seperti ini dilakukan dengan cara: jual beli, tukar menukar, sewa, pinjam pakai, atau cara lain yang diperbolehkan dalam peraturan perundang-undangan. i TP4 dibentuk berdasarkan Keputusan Jaksa Agung RI Nomor Kep-152/A/JA/10/2015 tanggal 1 Oktober 2015 tentang Pembentukan Tim Pengawal dan Pengaman Pemerintahan dan Pembangunan Kejaksaan Republik Indonesia. TP4 terdiri dari Direktur I pada Jaksa Agung Muda Bidang Intelijen, Direktur Pemulihan dan Perlindungan Hak (PPH) pada Jaksa Agung Muda Bidang Perdata dan Tata Usaha Negara, Koordinator pada Jaksa Agung Muda Bidang Intelijen, Jaksa pada Bidang Tindak Pidana Khusus, dan Jaksa pada Bidang Perdata dan Tata Usaha Negara.