UJI PETIK RANCANGAN PERATURAN MENTERI KEBUDAYAAAN DAN PARIWISATA TENTANG PASAR PESONA BUDAYA

dokumen-dokumen yang mirip
MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN PASAR TRADISIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Dana Tugas Pembantuan. Pembangunan. Pengembangan. Pengelolaan.

BUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.208, 2010 KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Dana Alokasi Khusus. Petunjuk Teknis.

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 42 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI,

PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN PASAR DESA DI LINGKUNGAN KABUPATEN BANDUNG BARAT

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITAR SERI C PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

Menteri Perdagangan Republik Indonesia

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYERAHAN PASAR DESA KEPADA PEMERINTAH DESA DI KABUPATEN TAPIN

Himpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN PASAR DESA DI KABUPATEN KENDAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

- 1 - MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

BUPATI LAMPUNG TENGAH PROVINSI LAMPUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TENGAH NOMOR TAHUN TENTANG : PENGELOLAAN PASAR KAMPUNG

Menetapkan : PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI TENTANG PEDOMAN PENGAKUAN DAN PERLINDUNGAN MASYARAKAT HUKUM ADAT. BAB I KETENTUAN UMUM.

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI LAHAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAHAT NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LAHAT,

PEMERINTAH KABUPATEN ALOR

BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG

Disampaikan pada: SOSIALISASI PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NO.6 TAHUN 2014 TENTANG DESA dan TRANSISI PNPM MANDIRI Jakarta, 30 April 2015

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PEMBINAAN DAN PEMBERDAYAAN PASAR RAKYAT

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG PERIZINAN PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO MODERN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN WILAYAH KECAMATAN TULAKAN KANTOR DESA NGUMBUL Jl.Raya Desa Ngumbul Kec.Tulakan Kode Pos 63571

-1- BUPATI ACEH TIMUR PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN PERDAGANGAN. Dana Alokasi Khusus. Bidang Perdagangan.

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG ACUAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN PERUMAHAN TAPAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 33 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN EKOWISATA DI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PEMBINAAN DAN PEMBERDAYAAN PASAR RAKYAT

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG PERATURAN BUPATI KARAWANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 112 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN PASAR TRADISIONAL PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO MODERN

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG KEWENANGAN DESA

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 91 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN PASAR DESA

BUPATI BANGKA TENGAH

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI KECAMATAN PURWOHARJO DESA KRADENAN SALINAN PERATURAN DESA KRADENAN NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG

WALIKOTA PRABUMULIH PERATURAN WALIKOTA PRABUMULIH NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PROVINSI JAMBI PERATURAN BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 34 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI LUWU UTARA PROPINSI SULAWESI SELATAN

2017, No Indonesia Tahun 1962 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2387); 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Area Pasar;

PERATURAN BUPATI SERANG NOMOR 23 TAHUN 2016 TENTANG KEWENANGAN DESA BERDASARKAN HAK ASAL USUL DAN KEWENANGAN LOKAL BERSKALA DESA DI KABUPATEN SERANG

PENJELASAN ATAS PERATURAN MENTERI DESA, PDT DAN TRANSMIGRASI NOMOR 1,2,3,4 dan 5 TAHUN 2015 DALAM RANGKA IMPLEMENTASI UU DESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DI KABUPATEN CILACAP

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN DAERAH

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2000 TENTANG BADAN KEBIJAKSANAAN DAN PENGENDALIAN PEMBANGUNAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN NASIONAL

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN BUPATI TEMANGGUNG NOMOR 42 TAHUN 2012 TENTANG PENATAAN TOKO MODERN DI KABUPATEN TEMANGGUNG

Mengingat :.1. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2003 tentang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 8 Tahun : 2016

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR WBAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 40 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI MADIUN BUPATI MADIUN,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 125 TAHUN 2012 TENTANG KOORDINASI PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 125 TAHUN 2012 TENTANG KOORDINASI PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN TENTANG PENGELOLAAN DAN PEMBERDAYAAN PASAR MILIK PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 14 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 14 TAHUN 2011

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 2014 tentang Perubahan Kelima Atas Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR USAHA SANGGAR SENI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2005 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERDAYAAN KOMUNITAS ADAT TERPENCIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN PASAR DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUARA ENIM NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN PASAR DESA DI KABUPATEN MUARA ENIM

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 112 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN DAN PEMBINAAN PASAR TRADISIONAL, PUSAT PERBELANJAAN DAN TOKO MODERN

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMEN BERBELANJA DI PASAR MODERN PLAJU

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c perlu menetapkan Peraturan Menteri Pariwisata dan Ekonomi

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 78 Tahun : 2015

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2016 TENTANG KEWENANGAN DESA

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 73 TAHUN 2005 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

MEMUTUSKAN : Menetapkan :

TENTANG WALIKOTA CIMAHI, selain. Kota. Cimahi;

PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 15 TAHUN 2009 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT.

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 83 TAHUN 2006 TENTANG DEWAN KETAHANAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PENATAAN DAN PEMBERDAYAAN PASAR RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Penghematan. Penggunaan. Air Tanah. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 83 TAHUN 2006 TENTANG DEWAN KETAHANAN PANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2014 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PELESTARIAN TRADISI

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 20 Tahun : 2015

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL. Inspektorat Kabupaten Bantul. PELAYANAN UMUM. PRASARANA. Hari. Kawasan. Bebas Kendaraan Bermotor.

Transkripsi:

UJI PETIK RANCANGAN PERATURAN MENTERI KEBUDAYAAAN DAN PARIWISATA TENTANG PASAR PESONA BUDAYA Disampaikan oleh HARRY WALUYO Puslitbang Kebudayaan Badan Pengembangan Sumber Daya KEMENTERIAN KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA harry.waluyo@budpar.go.id 7/16/2010 1

DAFTAR ISI (9 BAB, 25 Pasal) RANCANGAN PERATURAN MENTERI KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA NOMOR : / TENTANG PASAR PESONA BUDAYA / DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHAESA/ MENTERI KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA, MENIMBANG (3 Butir) MENGINGAT (13 Butir) MEMUTUSKAN, Menetapkan I. KETENTUAN UMUM ( 1 Pasal) II. III. IV. MAKSUD DAN TUJUAN (2 Pasal) RUANG LINGKUP (4 Pasal) PENYELENGGARAAN (10 Pasal) V. PEMBINAAN DAN PENGAWASAN (2 Pasal) VI. PENGHARGAAN (1 Pasal) VII. PERANSERTA MASYARAKAT (1 Pasal) VIII. PENDANAAN (3 Pasal) IX. KETENTUAN PENUTUP (1 Pasal) 7/16/2010 2

PASAL 32 UUD 1945 Negara (dibaca: pemerintah dan masyarakatpen) memajukan kebudayaan nasional di tengah-tengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat untuk mengembangkan nilai-nilai budayanya. Catatan: Pasal tersebut tidak ada penjelasannya. 7/16/2010 3

MENIMBANG a. bahwa dalam upaya memajukan kebudayaan nasional, pemerintah perlu melestarikan budaya lokal; b. bahwa pasar tradisional merupakan salah satu wujud budaya lokal dan ekonomi rakyat yang dapat menjadi wahana efektif untuk melestarikan kebudayaan; c. bahwa dalam rangka meningkatkan dan memajukan pasar tradisional yang berbasis budaya dan wisata, perlu ditetapkan Peraturan Menteri tentang Pasar Pesona Budaya. 7/16/2010 4

MENGINGAT (1/4) 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4966); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 7/16/2010 5

MENGINGAT (1/4) 4. Peraturan Presiden Nomor 112 Tahun 2007, tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern; 5. Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009 mengenai Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu II; 6. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara; 7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 42 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Pasar Desa; 7/16/2010 6

MENGINGAT (3/4) 8. Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 53/M-DAG/PER/12/2008 tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern; 9. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 519/MENKES/SK/VI/2008 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pasar Sehat; 7/16/2010 7

MENGINGAT (4/4) 10. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor PM. 04/UM.001/MKP/2008 tentang Sadar Wisata; 11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007; 12. Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor PM.17/HK.001/MKP-2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kebudayaan dan Pariwisata sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor PM.07/HK.001/MKP-2007; 13. Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Nomor 42 Tahun 2009 dan Nomor 40 Tahun 2009 tentang Pedoman Pelestarian Kebudayaan. 7/16/2010 8

I. KETENTUAN UMUM Pasal 1 (1/3) 1. Kebudayaan adalah keseluruhan gagasan, perilaku, dan hasil karya manusia dan/atau kelompok manusia yang diperoleh melalui proses belajar dan adaptasi terhadap lingkungannya. 2. Kebudayaan nasional adalah buah usaha budi rakyat Indonesia, yang tampak pada kebudayaan lokal dari seluruh ragam suku-suku bangsa di Indonesia. 3. Budaya lokal adalah budaya yang dimiliki dan dipraktekkan oleh masyarakat setempat. 4. Nilai budaya adalah konsep abstrak mengenai masalah dasar yg sangat penting dan bernilai dalam kehidupan manusia. 5. Perilaku budaya adalah aktivitas manusia yang didasarkan pada pola atau adat tata kelakuan tertentu. 6. Budaya fisik adalah hasil karya dari aktivitas manusia yang berupa benda untuk memenuhi kebutuhan manusia. 7/16/2010 9

I. KETENTUAN UMUM (2/3) 7. Pelestarian kebudayaan adalah upaya perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan kebudayaan yang dinamis. 8. Daya Tarik Wisata adalah keunikan, keindahan, dan nilai yang terdapat pada keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan. 9. Pembinaan adalah upaya yang dilakukan oleh pemerintah, gubernur selaku wakil pemerintah di daerah dan/ atau pemerintah kabupaten/ kota untuk mewujudkan pelestarian budaya lokal yang dilaksanakan di pasar tradisional hingga mencapai sasaran serta melakukan pengawasan dan evaluasi atas pelaksanaan setiap kegiatan. 10. Pasar Tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta, BUMN, BUMD termasuk kerja sama dengan Swasta dengan tempat usaha berupa toko, kios, los, dan tenda yang dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil, dan dengan proses jual-beli barang dagangan melalui tawar-menawar. 7/16/2010 10

I. KETENTUAN UMUM (3/3) 11. Pasar Pesona Budaya adalah pasar tradisional yang mencerminkan aktualisasi nilai-nilai budaya lokal. 12. Produk lokal adalah komoditas yang dihasilkan oleh masyarakat setempat. 13. Pakaian daerah adalah pakaian tradisional setempat yang digunakan oleh para pelaku di pasar tradisional. 14. Pemerintah daerah adalah Gubernur, Bupati/Walikota dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. 15. Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah unsur pembantu kepala daerah dalam menyelenggarakan pemerintahan daerah. 7/16/2010 11

II. MAKSUD Pasal 2 1. Peraturan pasar pesona budaya ini dimaksudkan untuk memberikan pedoman kepada Pemerintah Daerah dalam mengintegrasikan kebijakan dan program pasar pesona budaya ke dalam perencanaan pembangunan daerah. 2. Perencanaan pembangunan daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertujuan untuk mengembangkan dan meningkatkan kualitas pasar tradisional menjadi pasar pesona budaya. 7/16/2010 12

TUJUAN Pasal 3 Tujuan pengaturan tentang pasar pesona budaya sebagai pedoman untuk: 1. melestarikan nilai dan perilaku budaya dalam pasar tradisional; 2. membangun, merenovasi, dan merevitalisasi arsitektur pasar tradisional sesuai kondisinya; 3. menata pasar tradisional dalam mengembangkan usaha bagi pedagang serta mewujudkan kenyamanan bagi pembeli; 4. mengembangkan pasar tradisional menjadi daya tarik wisata guna meningkatkan Pendapatan Asli Daerah. 7/16/2010 13

III. RUANG LINGKUP Pasal 4 1. Mengembangkan dan meningkatkan kualitas pasar tradisional menjadi pasar pesona budaya, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) meliputi aspek: a. nilai budaya; b. perilaku budaya; dan c. budaya fisik. 2. Aspek nilai budaya, perilaku budaya, dan budaya fisik merupakan dasar penyelenggaraan pasar pesona budaya. 7/16/2010 14

ASPEK NILAI BUDAYA Pasal 5 Aspek nilai budaya sebagaimana dimaksud pada Pasal 4, ayat (1) huruf a meliputi: a. nilai keseimbangan hidup; b. nilai gotong royong; c. nilai kejujuran; d. nilai musyawarah dan mufakat; e. nilai toleransi; dan f. nilai ketertiban. 7/16/2010 15

ASPEK PERILAKU Pasal 6 Aspek perilaku budaya sebagaimana dimaksud pada Pasal 4, ayat (1) huruf b meliputi: 1. perilaku religius; 2. tolong menolong dan kerja sama; 3. tidak menipu; 4. tawar menawar barang dengan harga wajar; 5. jaminan atas kualitas barang yang benar; 6. jaminan alat ukur atau timbang yang sudah ditera; 7. saling menghormati hak sesama pedagang dan pembeli; 8. taat norma setempat; 9. mengutamakan musyawarah dan mufakat; dan 10. menggunakan bahasa lokal. 7/16/2010 16

ASPEK BUDAYA FISIK Pasal 7 Aspek budaya fisik sebagaimana dimaksud pada Pasal 4, ayat (1) huruf c meliputi: 1. lokasi dan tata ruang; 2. corak arsitektur; 3. sarana; 4. lembaga; 5. produk lokal; dan 6. pakaian daerah. 7/16/2010 17

IV. PENYELENGGARAAN Pasal 8 (1/11) 1. Pemerintah daerah dalam menyelenggarakan pasar pesona budaya dapat bekerja sama dengan Swasta, BUMN, atau BUMD. 2. Penyelenggaraan pasar pesona budaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mencerminkan nilai budaya lokal. 3. Penyelenggaraan pasar pesona budaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diwujudkan sekurang-kurangnya 1 (satu) pasar dalam kabupaten/ kota di setiap provinsi. 7/16/2010 18

PENYELENGGARAAN Pasal 9 (2/11) 1. Dalam mengembangkan dan meningkatkan kualitas pasar tradisional menjadi pasar pesona budaya, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) dilakukan dengan: a) sosialisasi; b) peningkatan sumber daya manusia; dan c) membangun, merenovasi, merevitalisasi fasilitas dan bangunan pasar. 2. Sosialisasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dilaksanakan melalui pertemuan secara berkala dengan para pelaku pasar untuk memperoleh pemahaman yang sama tentang dasar penyelenggaraan pasar pesona budaya. 3. Peningkatan sumber daya manusia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dilaksanakan melalui bimbingan dan pelatihan yang dilakukan secara berjenjang dan bertahap. 7/16/2010 19

PENYELENGGARAAN Pasal 10 & 11 (3/11) Penyelenggaraan pasar pesona budaya dilakukan oleh pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/ kota, dan SKPD yang menangani bidang kebudayaan, pariwisata, perdagangan, dan pengelola pasar di masing-masing wilayah kerjanya. Pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/ kota, serta pengelola pasar dalam menyelenggaraan pasar pesona budaya perlu memerhatikan budaya fisik sebagai cerminan budaya lokal meliputi lokasi dan tata ruang, corak arsitektur, sarana, lembaga, produk lokal, dan pakaian daerah 7/16/2010 20

PENYELENGGARAAN Pasal 12 (4/11) 1. Lokasi dan tata ruang dalam penyelenggaraan pasar pesona budaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 meliputi: a. lokasi; dan b. penataan ruang terbuka dan tertutup. 2. Lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a meliputi: a. sesuai Rancangan Umum Tata Ruang (RUTR) setempat; b. dekat dengan permukiman; c. tidak terletak pada daerah rawan bencana alam; d. tidak terletak pada daerah rawan kecelakaan; e. tidak terletak pada daerah bekas tempat pembuangan akhir sampah atau bekas pertambangan; f. mempunyai batas wilayah yang jelas, antara pasar dengan lingkungannya. 7/16/2010 21

PENYELENGGARAAN (5/11) 3. Penataan ruang terbuka sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, adalah pengaturan penggunaan tempat di luar area bangunan yang dimaksudkan untuk mengatur letak fungsi-fungsi: a. akses; b. pertamanan; c. tempat parkir; d. tempat penampungan sampah; dan e. sistem pembuangan limbah. 7/16/2010 22

PENYELENGGARAAN (6/11) 4. Penataan ruang tertutup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, adalah pengaturan tempat di dalam ruangan bangunan yang dimaksudkan untuk mengatur: a. akses; b. pengelompokan tiap-tiap jenis barang dagangan; c. sistem pembuangan sampah; d. sistem pembuangan limbah; e. sistem pencegahan kebakaran; f. kantor; g. fasilitas ibadah; dan h. fasilitas toilet. 7/16/2010 23

PENYELENGGARAAN Pasal 13 (7/11) Corak arsitektur dalam penyelenggaraan pasar pesona budaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 meliputi: a. bentuk bangunan dengan ciri khas lokal; b. bentuk atap dengan ciri khas lokal; dan c. ragam hias bangunan dengan ciri khas lokal. 7/16/2010 24

PENYELENGGARAAN Pasal 14 (8/11) Sarana dalam penyelenggaraan pasar pesona budaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 meliputi: a. sarana ibadah; b. sarana berjualan; c. sarana penyimpanan barang; d. sarana kebersihan; e. sarana keamanan; f. sarana kenyamanan; g. sarana kesehatan; h. sarana ketertiban; i. sarana informasi; dan j. sarana kesenian. 7/16/2010 25

PENYELENGGARAAN Pasal 15 (9/11) Lembaga dalam penyelenggaraan pasar pesona budaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 meliputi: a. perkumpulan atau paguyuban pedagang; b. sekretariat perkumpulan atau paguyuban pedagang; dan c. koperasi pedagang. 7/16/2010 26

PENYELENGGARAAN Pasal 16 (10/11) Produk lokal dalam penyelenggaraan pasar pesona budaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 meliputi: a. makanan; b. minuman; c. kerajinan tradisional; d. produk pertanian; e. produk perkebunan; f. produk kehutanan; g. produk perikanan; dan h. produk peternakan 7/16/2010 27

PENYELENGGARAAN Pasal 17 (11/11) Pakaian daerah dalam penyelenggaraan pasar pesona budaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 terdiri atas penutup atas, penutup bawah, dan perlengkapan tradisional yang digunakan oleh para pelaku di pasar tradisional. 7/16/2010 28

V. PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 18 (1/2) 1. Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata melakukan pembinaan dan pengawasan dalam penyelenggaraan pasar pesona budaya (ayat 1). 2. Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui pemberian bimbingan, konsultasi, supervisi agar pasar tradisional dapat menjadi pasar pesona budaya serta untuk meningkatkan kualitas pasar pesona budaya. 3. Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan memantau dan mengevaluasi penyelenggaraan pasar pesona budaya. 7/16/2010 29

PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 19 (2/2) 1. Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota melaksanakan pembinaan pasar tradisional agar menjadi pasar pesona budaya serta meningkatkan kualitas pasar pesona budaya. 2. Pemerintah Daerah Provinsi melaksanakan pengawasan atas pelaksanaan pembinaan pasar tradisional dan pasar tradisional yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota. 7/16/2010 30

VI. PENGHARGAAN Pasal 20 1. Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata memberikan penghargaan kepada pemerintah daerah atas keberhasilannya dalam mewujudkan dan mengelola pasar pesona budaya berdasarkan dengan kriteria yang ditetapkan (ayat 1). 2. Penghargaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa tropi ADI CITRA BUDAYA. 3. Pemerintah Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota dapat memberikan penghargaan kepada pasar tradisional yang telah menjadi pasar pesona budaya. 7/16/2010 31

VII. PERANSERTA MASYARAKAT Pasal 21 1. Masyarakat berperanserta dalam mewujudkan pasar pesona budaya (ayat 1. 2. Peranserta masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan melalui perorangan dan/ atau organisasi kemasyarakatan di provinsi, kabupaten/ kota, dan desa. 3. Peranserta masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan dalam kegiatan revitalisasi dan promosi pasar tradisional menjadi pasar pesona budaya. 7/16/2010 32

VIII. PENDANAAN Pasal 22 (1/3) Pendanaan terhadap pembinaan, pengawasan, dan pemberian penghargaan Adi Citra Budaya dibebankan pada anggaran Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata dan sumber dana lain yang sah dan tidak mengikat sesuai ketentuan peraturan perundangundangan 7/16/2010 33

PENDANAAN Pasal 23 (2/3) Pendanaan terhadap pelaksanaan, pengawasan, dan pemberian penghargaan kepada pasar pesona budaya yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah Provinsi dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi dan sumber dana lain yang sah dan tidak mengikat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. 7/16/2010 34

PENDANAAN Pasal 24 (3/3) Pendanaan terhadap pelaksanaan, pengawasan, dan pemberian penghargaan pasar pesona budaya yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten/ Kota dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/ Kota dan sumber dana lain yang sah dan tidak mengikat sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. 7/16/2010 35

IX. KETENTUAN PENUTUP Pasal 25 Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal MENTERI KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA, Ir. JERO WACIK, SE 7/16/2010 36

TERIMA KASIH Masukan dapat disampaikan kepada DIREKTORAT TRADISI DIREKTORAT JENDERAL NILAI BUDAYA, SENI DAN FILM Jalan Jenderal Sudirman, Kompleks Kemendiknas Gedung E, Lantai 4 T/F (021) 5725542/ 5725579 email: tradisi@yahoo.co.id 7/16/2010 37