BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kemampuan informasi sesuai dengan kondisi lingkungan informasi saat ini dan

BAB V. PENUTUP. DeLone & McLean (2003) dengan memformulasikan teori dan literatur yang

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. sangat ditentukan oleh perilaku, sikap, motivasi, semangat, disiplin kepuasan kerja

Kemudahan Prosedur Praktikum di LPKE

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang menitikberatkan pada

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan manusia mampu mempertahankan eksistensi dirinya juga. lingkungannya, namun dalam proses pendidikan banyak faktor yang

I. PENDAHULUAN. Aktivitas pendidikan umumnya banyak membutuhkan faktor pendukung yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk seluruh masyarakat. Untuk dapat mewujudkan keadaan sehat tersebut banyak hal yang

BAB I PENDAHULUAN. perubahan itu dipersepsikan akan berpengaruh negatif terhadap dirinya. Pada. lebih kuat dibandingkan dengan masa-masa biasa.

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan yang sangat pesat. Organisasi bisnis jasa yang mempunyai perhatian

adalah bagian dari komitmen seorang kepala sekolah.

BAB I PENDAHULUAN. perubahan tersebut juga telah membawa manusia ke dalam era persaingan global

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi yang ditandai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan

PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 90 TAHUN 2008 T E N T A N G RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA KANTOR PERPUSTAKAAN UMUM KABUPATEN BANTUL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA TENTANG PERATURAN INTERNAL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan bagian yang sangat penting dalam pembangunan, karena

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan pada pembelajaran sastra saat ini. Kondisi itu menyebabkan hasil belajar

BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN

1.1.2 Visi dan Misi a. Visi Terwujudnya masyarakat informasi Jawa Barat melalui penyelenggaran komunikasi dan informatika yang efektif dan efisien

BAB I PENDAHULUAN. syarat mutlak yang harus dipenuhi dalam menyelenggarakan pembangunan di

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Mengacu pada permasalahan penelitian, yakni bagaimana pengelolaan

TUGAS. Oleh : MEI ZAQI HILDAYANA

BAB 1 PENDAHULUAN. pembelajaran dan evaluasi. Untuk mendapat out-put belajar-mengajar yang

BAB I. kualitas maupun kuantitas. Menurut Rivai (2006) kinerja adalah perilaku nyata yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh kualitas Sumber Daya

BAB VI SIMPULAN, KETERBATASAN DAN REKOMENDASI

MANUAL PROSEDUR AUDIT MUTU INTERNAL SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL STIKES HARAPAN IBU JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pendirian perusahaan adalah untuk memperoleh laba

DAFTAR ISI FILOSOFI PEMBELAJARAN I. HAKEKAT PEMBELAJARAN 1. HAKEKAT PEMBELAJARAN 12/19/2013

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa sebagaimana. diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah sebagai suatu organisasi dan lembaga pendidikan dipimpin

Fungsi PENGORGANISASIAN. Eni Widiastuti

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan pendapat ahli yang menyatakan bahwa:

BAB II LANDASAN TEORI. Kepemimpinan dimasukkan dalam kategori ilmu terapan dari ilmu-ilmu sosial,

BAB I PENDAHULUAN Nurul Ramadhani Makarao, 2013

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Pembentukan karakter bangsa perlu dilakukan penataan terhadap sistem

KODE ETIK REVIEWER MONITORING DAN EVALUASI INTERNAL (MONEVIN) PROGRAM HIBAH KOMPETISI (PHK)

BAB V PENUTUP. A. Simpulan. Dari hasil uraian yang peneliti sampaikan pada bab-bab sebelumnya,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Profesi akuntan publik mempunyai peran penting dalam penyediaan informasi

PEDOMAN PENYELENGGARAAN PROGRAM PENINGKATAN KUALIFIKASI SARJANA (S1) BAGI GURU MADRASAH IBTIDAIYAH DAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SEKOLAH (DUAL

BUPATI MESUJI PERATURAN BUPATI MESUJI NOMOR TAHUN 2017

BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN. Proses perencanaan program pemberdayaan masyarakat yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. bertahan. Setiap organisasi dituntut untuk siap menghadapi perkembangan

RPSEP-82 MEMBANGUN BUDAYA ORGANISASI DAN KODE ETIK PUSTAKAWAN SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS DAN PROFESIONALISME.

BAB I PENDAHULUAN. manusia merupakan faktor sentral serta memiliki peranan yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. yang dianut oleh organisasi. Ketiadaan komitmen ini mengakibatkan pelaksanaan. mempertimbangkan pada aturan yang telah ditetapkan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KORELASI KEHADIRAN DAN PENYELESAIAN TUGAS TERHADAP NILAI AKHIR MAHASISWA PENDIDIKAN GEOGRAFI IKIP PGRI PONTIANAK TAHUN 2017

BAB 1 PENDAHULUAN. Riqoh Fariqoh, 2013

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

27 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. penghargaan atas dasar prestasi dan kinerjanya. dengan meningkatkan profesionalisme dalam melakukan pekerjaan sebagai guru.

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam suatu penelitian, metode merupakan satu hal penting sebagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Standard Kualifikasi Akademik dan Kompetensi, guru sebagai pendidik

PERATURAN KEPALA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2017 TENTANG STANDAR NASIONAL PERPUSTAKAAN KHUSUS

BAB I PENDAHULUAN. Penerjemahan merupakan suatu kegiatan transformasi bentuk yakni

BAB I PENDAHULUAN. pada mutu output pengajarannya. Bila seluruh guru menunjukkan. pemimpin pengajaran yang bertanggung jawab untuk pencapaian tujuan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Peran perpustakaan sekolah sangatlah signifikan dalam mencerdaskan

KONTRIBUSI SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL DALAM PENGEMBANGAN MUTU PERGURUAN TINGGI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. belajar mengenali kemampuan diri dan lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. sepanjang hayat. Berbagai desain model dan metode pembelajaran di Indonesia

WALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN

PERPUSTAKAAN FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UGM : INOVASI KEGIATAN DAN IMPAK

BAB II PERENCANAAN KINERJA. mengacu pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara. dan Reformasi Birokrasi Nomor 29 Tahun 2010 tentang Pedoman

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

LAPORAN MONITORING DAN EVALUASI INTERNAL TENGAH TAHUN 2011 PROGRAM HIBAH KOMPETISI PENINGKATAN KUALITAS PENDIDIKAN DOKTER (PHK PKPD)

gugushandaka.wordpress.com RESEP PELAKSANAAN KEGIATAN KKG DAN MGMP Waktu : 3 jam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terkandung informasi yang dapat memberikan bahan pertimbangan bagi para

I. PENDAHULUAN. Kemajuan suatu bangsa tergantung pada kemajuan sumber daya manusianya.

RESENSI SARANA JITU PROMOSI KOLEKSI PERPUSTAKAAN Eni Kustanti,S.Pi, Staff Bidang Akuisisi, Perpustakaan Nasional RI

Perkembangan Sepanjang Hayat

BAB I PENDAHULUAN. kerja selalu dipenuhi oleh para pelamar setiap harinya. Pekerjaan adalah suatu aspek

BAB I PENDAHULUAN. khususnya internal audit sangat diperlukan. Auditor adalah pihak yang diyakini

KEDUDUKAN, TUGAS POKOK DAN FUNGSI UNIT KERJA DI FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UB. Tugas Fakultas ORGANISASI FAKULTAS

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Matematika. Disusun Oleh :

Perancangan dan Evaluasi Framework Arsitektur Pengelolaan Kompetensi Dosen

kebulatan atau totalitas yang berfungsi secara utuh disebabkan adanya saling

BAB V PENUTUP. Islam di Pesisir Selatan maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Menurut Undang-Undang RI no 20 Tahun 2003 pendidikan diartikan

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI MANAJEMEN PERPUSTAKAAN SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan institusi yang kompleks. Kompleksitas tersebut,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Organisasi merupakan sebuah wadah berkumpulnya orang-orang yang

Prosedur Penelitian (1)

BAB I PENDAHULUAN. terdapat satuan unit kerja yang dapat berdiri sendiri maupun berada dibawah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi berbagai krisis yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab VI akan dijabarkan kesimpulan dan saran penelitian. Saran penelitian dibagi menjadi saran praktis dan saran akademis yang dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya. 1.1.Kesimpulan Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui proses pelaksanaan pelatihan literasi informasi di perpustakaan perguruan tinggi, khususnya di perpustakaan UAJY. Proses pelaksanaan pelatihan ditentukan sebagai kunci penelitian untuk memperoleh gambaran lebih dalam. Proses pelaksanaan pelatihan ditetapkan berdasarkan fakta yang ada, bahwa hanya sebagian kecil perpustakaan perguruan tinggi yang melaksanakan pelatihan literasi informasi secara terintegrasi, dengan gambaran pelatihan yang masih minim. Proses pelatihan dilihat dari sudut pandang pendesainan pelatihan, yang terdiri dari tujuan pelatihan, materi pelatihan, pelatih dan ahli konten, metode pelatihan dan logistik pelatihan. Gambaran proses pelatihan dalam penelitian ini diperdalam dengan respon peserta yang secara langsung mengikuti pelaksanaan pelatihan, sebagai hasil dari pendesainan pelatihan oleh team pelatihan. Tujuan pelatihan Tujuan pelatihan literasi informasi di perpustakaan UAJY diasumsikan berbeda antara penyelenggara pelatihan dengan peserta pelatihan. Perbedaan tujuan pelatihan terletak pada tujuan pelatihan pertama yang merupakan inti dari

pelatihan literasi informasi, yakni pembelajaran sepanjang hayat. Perbedaan pemahaman tujuan pelatihan mengindikasikan bahwa capaian pelatihan belum terpenuhi secara utuh. Capaian pelatihan yang dimaksud terdiri dari 3 aspek utama, yakni hasil yang ingin diselesaikan; perilaku yang dibutuhkan untuk menyelesaikan hasil; pengetahuan, kemampuan dan sikap. Perbedaan pemahaman berdampak pada perbedaan capaian pengetahuan, kemampuan dan sikap mahasiswa UAJY. Hal tersebut berakibat pada belum terbentuknya perilaku informasi yang diharapkan. Perilaku informasi dapat diartikan sebagai gambaran berbagai cara manusia dalam berinteraksi dengan informasi, khususnya cara mencari informasi dan memanfaatkan informasi (Bates & Maack, 2010), atau dengan kata lain dapat diartikan sebagai keseluruhan proses perilaku manusia yang berkaitan dengan informasi, baik dalam bentuk pencaraian informasi dan penggunaan informasi secara pasif maupun aktif. Perilaku informasi yang belum dapat terbentuk, berhubungan dengan berhasil atau tidaknya pustakawan dalam menjembatani gap kemampuan informasi mahasiswa dengan lingkungan informasi, yakni sebagai hasil dan permasalahan yang ingin diselesaikan. Perbedaan pemahaman tujuan pelatihan literasi informasi di perpustakaan UAJY secara garis besar diindikasikan karena 2 hal, yakni: 1. Pengantar pelatihan Pengantar pelatihan memberikan pengaruh pada peserta dalam memahami dan membayangkan gambaran pelatihan yang diikuti. Pengaruh pengantar pelatihan nampak kuat saat peserta menggambarkan tentang literasi informasi, selanjutnya dibandingkan dengan materi yang diperoleh. Pengaruh yang kuat dari

pengantar pelatihan menyebabkan bagian ini menjadi bagian yang sulit bagi pelatih, sehingga banyak pelatihan yang tidak berani memberikan sesi pengantar. Kesulitan memberikan sesi pengantar bukan hanya karena pengaruhnya dalam memberikan gambaran besar pelatihan, tetapi kondisi dari pelatih secara personal masih kesulitan dalam menemukan metode penyampaian materi. 2. Materi pelatihan Materi pelatihan diindikasikan menjadi salah satu hal yang menyebabkan perbedaan pemahaman tujuan pelatihan literasi informasi dilihat dari gambaran peserta pelatihan. Materi yang disampaikan cenderung pada teknis penggunaan teknologi informasi, sedangkan etika dan bagaimana menggunakan informasi masih sangat minim. Maka dimungkinkan peserta membentuk pemahaman tujuan pelatihan dengan membandingkan antara materi yang diperoleh dengan pengantar pelatihan. Gap pemahaman tujuan pelatihan antara penyelenggara pelatihan dan peserta pelatihan diindikasikan terletak pada bagaimanakah penyampaian tujuan yang sesuai untuk menyamakan pemahaman tujuan pelatihan. Kesesuaian cara penyampaian inilah yang menjadi pekerjaan rumah bagi penyelenggara pelatihan, mengingat tidak semua pelatih berani memberikan pengantar pelatihan meskipun kesempatan diberikan sama besarnya bagi setiap pelatih. Sesi pengantar menjadi bagian yang seringkali dihindari oleh pelatih karena besarnya pengaruh dari pengantar, dimana gaya komunikasi dan pemilihan kata atau istilah khusus berkontribusi dalam penyamaan pemahaman. Hal tersebut masih diupayakan agar

maksimal, bukan hanya kesediaan pelatih memberikan pengantar tetapi juga menemukan cara yang tepat dalam menyampaikan pengantar agar terjadi kesamaan pemahaman. Penyampaian tujuan tidak hanya terjadi antara peserta dan team pelatihan, tetapi dilakukan juga antara penyelenggara pelatihan dengan pihak universitas sebagai lembaga induk, dan seluruh bagian manajemen di dalamnya (fakultas, prodi, dosen dan staf). Pengintegrasian tujuan untuk pengintegrasian pelatihan LI di tingkat yang lebih tinggi, yakni penyampaian pandangan yang sama ke seluruh stakeholder. Pandangan yang sama di seluruh pihak mempermudah dalam integrasi desain pelatihan dengan kepentingan seluruh pihak yang terkait dalam upaya mensukseskan pelatihan. Materi Pelatihan Materi pelatihan disusun secara bertahap dan terus dikembangkan dengan berbagai bahan, baik dari pelatihan yang diikuti oleh pelatih, studi banding dengan perpustakaan lain, maupun pengembangan dari evaluasi di lapangan. Materi yang diterapkan cenderung ke teknis penggunaan teknologi informasi. Kesulitan dalam penyusunan materi berkaitan dengan penyesuaian konsep materi dengan kebutuhan dan keinginan dari pihak prodi atau fakultas. Kesulitan dan kecenderungan materi kearah teknis menyebabkan materi belum sepenuhnya memiliki model yang mapan. Materi telah dibagi permodul untuk setiap tahapan pelatihan/setiap sesi pelatihan, namun dalam prakteknya masih terdapat penggabungan modul karena terdapat gap kuantitas dan bobot modul.

Penggabungan materi dilakukan untuk memenuhi durasi pelatihan yang telah ditetapkan. Materi yang belum sepenuhnya mapan inilah yang memungkinkan terus dilakukan pengembangan dan penyesuaian oleh pihak penyelenggara, dengan tujuan penyempurnaan materi maupun penyesuaian dengan kebutuhan peserta. Materi yang dihasilkan dengan berbagai pengembangan, dalam penerapannya mendapatkan respon positif dari peserta pelatihan. Peserta merasakan kontribusi pelatihan dalam penyelesaian masalah informasi bagi kebutuhan akademis. Hal ini menunjukkan terdapat kesesuaian, korelasi dan relevansi pelatihan pada peran mahasiswa. Hal penting dalam pencapaian hasil pelatihan, bahwa peserta merasa puas dengan apa yang diperoleh bahkan melebihi dari harapan peserta. Kesesuaian ini memberikan gambaran pelatih, bahwa mengarahkan dan menjelaskan materi yang seharusnya dipahami, materi yang dibutuhkan dan materi yang ingin diketahui, menjadikan peran pustakawan penting dan dibutuhkan secara penuh. Pelatih dan Ahli Konten Proses penentuan pelatih yang cukup lama dengan berbagai kriteria pada dasarnya dilakukan dengan memberikan kesempatan seluas mungkin bagi seluruh pustakawan untuk mengembangkan diri melalui pelatihan literasi informasi. Kesempatan yang sama bagi pustakawan merupakan salah satu upaya agar dapat dilakukan regenerasi pelatih, namun hal ini sulit dilakukan mengingat banyaknya tuntutan untuk menjadi seorang pelatih. Tuntutan inilah yang menjadi hambatan

utama dalam penetapan pelatih, bahwa tidak semua pustakawan memiliki kompetensi yang diharapkan. Tuntutan pelatih yang masih sulit dipenuhi lebih pada kemampuan dan kondisi personal pelatih, yakni terkait dengan rasa percaya diri dan kepekaan pelatih dalam menangkap situasi. Permasalahan pada pelatih adalah bagaimana pelatih mampu mengeksplore kemampuan; pengetahuan; dan pengalaman yang diperoleh sebagai pengelola informasi, lalu dikolaborasikan dengan materi yang telah ditetapkan untuk dituangkan dalam sebuah pelatihan. Kesulitan pelatih sebagai dampak kurangnya rasa percaya diri antara lain kemampuan berbicara atau berkomunikasi dengan peserta. Hal ini terus berulang pada hampir seluruh pelatih, bahwa menyatakan kemampuan sebagai pelatih yang mengkomunikasikan materi dengan baik, dan sesuai dengan kondisi lapangan masih menjadi pembahasan baik di tingkat pelatih maupun manajemen pelatihan. Permasalahan pelatih yang juga menonjol adalah bagaimanakah pelatih memposisikan diri sebagai pelatih yang peka pada situasi peserta. Kemampuan pelatih untuk memahami situasi peserta tidak sepenuhnya dimiliki oleh seluruh pelatih, dampaknya pelatih yang belum peka kebingungan dalam menentukan langkah yang tepat untuk menguasai dan mengatur kelas. Dengan demikian, secara garis besar pelatih masih berusaha memposisikan diri dan menentukan langkah yang tepat dalam berbagai kasus dalam proses pelatihan.

Metode Pelatihan Metode pelatihan menjadi sorotan manajemen pelatihan, karena belum tersedia pakem metode yang dapat digunakan sebagai contoh maupun pedoman oleh pelatih, untuk memudahkan dalam menemukan gambaran langkah yang tepat apabila terdapat kasus khusus. Proses penentuan atau pemilihan metode dimasingmasing pelatih dilakukan dengan proses yang berbeda, terutama dengan adanya perbedaan background pendidikan dan pengalaman mengajar. Penentuan metode pelatihan dan penerapannya ditentukan berdasarkan kemampuan pelatih dan kenyamanan pelatih. Metode yang digunakan terus mengalami penyesuaian, khususnya pelatih yang memerlukan pengembangan, memahami bahwa mahasiswa memerlukan lebih dari sekedar penjelasan biasa agar semakin memahami kompleksitas literasi informasi (seperti penggunaan gambar, bukan tulisan). Logistik Pelatihan Logistik pelatihan merupakan penunjang yang berkontribusi besar dalam kelancaran pelaksanaan pelatihan. Setiap bagian dalam logistik memberikan kontribusi satu sama lain, sehingga pemenuhan seluruh bagian logistik mendorong pelaksanaan pelatihan semakin maksimal. Permasalahan dalam logistik pertama kali adalah peserta dan promosi. Peserta minim meskipun dilakukan berbagai promosi, sehingga merubah bentuk promosi kearah promosi aktif secara perseorangan (baik dosen maupun pimpinan) dan dilakukan kerjasama dengan berbagai pihak dalam universitas, dengan tujuan meningkatkan keikutsertaan

mahasiswa dalam pelatihan literasi informasi dan optimalisasi pelatihan. Bentuk promosi mempengaruhi bentuk kepesertaan dan jadwal pelatihan. Kepesertaan (baik bentuk dan kuantitas peserta) berkontribusi pada penentuan jadwal pelatihan, yang berdampak pula pada fasilitas pelatihan. Sebaliknya ketersediaan fasilitas mempengaruhi jadwal pelatihan. Kondisi logistik pelatihan tersebut pada dasarnya terletak pada bagaimana penyelenggara pelatihan mempromosikan pelatihan, yang akhirnya berdampak diseluruh proses pelatihan. Pelaksanaan pelatihan literasi informasi oleh pustakawan di perpustakaan UAJY berdasarkan proses pelatihan dan dilihat dari pendesainan pelatihan, secara garis besar dapat disimpulkan bahwa penyelenggara pelatihan masih mencari bentuk desain pelatihan yang sesuai dengan kondisi lapangan dalam upaya integrasi seluruh proses pelatihan dengan pihak universitas, mahasiswa dan pengajar. Hal ini terlihat dari: a. Bagaimana pelatih mencari cara yang tepat untuk menyampaikan tujuan pelatihan, sehingga seluruh tujuan dan gambaran pelatihan secara detail dapat dipahami peserta. b. Dilihat dari materi, materi masih disesuaikan dengan permintaan maupun kebutuhan perkelompok yang dikembangkan dari modul utama pelatihan, atau dengan penggabungan materi. c. Dilihat dari pelatih, regenerasi pelatih masih terus dilakukan dan dilakukan berbagai pelatihan untuk meningkatkan kemampuan pelatih. Pencarian model yang sesuai cenderung pada pelatih secara personal, yakni bagaimana pelatih

mampu menempatkan diri sebagai pelatih dan memfasilitasi pelatihan secara maksimal. Hal yang masih terus digali disetiap pelatih. d. Dilihat dari metode, metode yang digunakan pada setiap pelatih (khususnya yang tidak berlatarbelakang pendidikan pengajar) saat ini masih terus dikembangkan untuk menemukan kesesuaian. Kebingungan dan turunnya kepercayaan diri pelatih karena merasa tidak mampu menjadi mengindikasikan model yang digunakan masih belum menjawab permasalahan yang ditemui dalam pelatihan. e. Dilihat dari logistik pelatihan, khususnya di bagian promosi. Koordinator pelatihan sebagai penanggungjawab kebingungan dalam menentukan bentuk promosi yang paling efektif selain pendekatan dengan dosen. Promosi belum dapat berjalan lancar, bahkan ditemukan masih banyak mahasiswa yang menyatakan tidak mengetahui adanya promosi pelatihan literasi informasi. Promosi menjadi bagian utama pemasalahan logistik. Proses pelaksanaan pelatihan meskipun masih mencari model yang tepat untuk diaplikasikan, tetapi dilihat dari sudut mahasiswa menunjukkan bahwa pelatihan literasi informasi menjadi salah satu jawaban kebutuhan mahasiswa terkait dengan kompetensi informasi. Mahasiswa memerlukan pendampingan dalam menghadapi perkembangan lingkungan informasi yang kompleks. Kerjasama menjadi kunci keberhasilan pendampingan tersebut. Kerjasama selain meningkatkan keikutsertaan mahasiswa, juga meningkatkan upaya evaluasi hasil pelatihan untuk melihat hasil, optimalisasi pelatihan dan pentingnya pelatihan.

Pelatihan literasi dari sudut kepustakawanan, menujukkan bahwa pelatihan ini menjadi salah satu wadah bagi pustakawan mengembangkan kemampuan informasi dan share pengetahuan dari pengalaman kerja. Pelatihan literasi informasi menjadikan pustakawan lebih aktif dalam melakukan pendampingan mahasiswa. Pustakawan dengan perannya sebagai pelatih menjadi awal perluasan eksistensinya sebagai penyokong kelancaran proses belajar mengajar di UAJY. Perubahan paradigma mulai terjadi didalamnya, bahwa pustakawan mulai dilihat oleh sub unit lain bukan lagi sekedar sebagai penata atau penjaga buku, tetapi sebagai profesi yang memiliki kemampuan untuk berkembang, meskipun bukan berarti posisi pustakawan akan dengan cepat sejajar dengan pengajar. Perubahan pandangan ini membuka jalan bagi pustakawan untuk memperoleh kepercayaan dari unit lain dan mengembangkan kerjasama dengan seluruh pihak dalam universitas, saat terdapat pengembangan program perpustakaan.