BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. setiap individu. Berbagai jenis olahraga dari yang murah dan mudah dilakukan,

UPAYA MENINGKATKAN INDUSTRI OLAHRAGA

DAMPAK SARANA OLAHRAGA REKREASI TERHADAP PARTISIPASI BEROLAHRAGA. Mudjihartono. (Universitas Pendidikan Indonesia) Abstrak

2015 PERBANDINGAN PENGARUH SENAM IRAMA LINE DANCE DAN SENAM BODY COMBAT TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI SISWA DI SMAN 1 BATUJAJAR

BAB I PENDAHULUAN. merupakan aktivitas atau kegiatan yang positif dan bermanfaat untuk dilakukan

2016 MOTIVASI KETERLIBATAN SISWA DALAM MENGIKUTI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER OLAHRAGA DI SMA LABORATORIUM PERCONTOHAN UPI BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Definisi Pendidikan Jasmani (Penjas) menurut Harold M. Barrow dalam

BAB I PENDAHULUAN. Stadion Si-jalak Harupat merupakan stadion kebanggaan masyarakat kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa sekarang ini masyarakat telah menyadari akan perlunya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nuraeni Septiawati, 2013

Rahmat Pamuji *) ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lebih nikmat, lebih cepat, dan lebih lancar karenanya. Dengan kemajuan teknologi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dede Shinta Mustika, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Sejak manusia ada dimuka bumi ini mereka tidak terlepas dari aktivitas

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Defri Mulyana, 2013

BAB I PENDAHULUAN. jasmani harus diarahkan pada pencapaian tujuan tersebut. Pendidikan

terhadap kepribadian pelakunya. Kegiatan yang untuk menggunakan tubuh secara menyeluruh dalam bentuk permainan atau pertandingan/ perlombaan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini peradaban manusia semakin pesat, pola kehidupan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PROFIL KOMPETENSI INSTRUKTUR AEROBIK (STUDI DESKRIPTIF PADA GURU PENDIDIKAN JASMANI DI KOTA BANDUNG)

BAB I PENDAHULUAN. A. LatarBelakang

YADY SUPRIYATNA, 2014 KONTRIBUSI TINGKAT VO2 MAX TERHADAP KEPERCAYAAN DIRI DALAM OLAHRAGA BULUTANGKIS

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan penjelasan ketentuan umum undang-undang. keolahragaan No. 5 tahun 2005 tentang sistem keolahragaan, yaitu:

BAB I LATAR BELAKANG. Gilang Ginanjar, 2013 Strategi Pemasaran Olahraga Tradisional Benjang Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

2015 MENINGKATKAN DAYA TAHAN CARDIOVASCULAR MELALUI ZUMBA DANCE

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada saat ini ilmu pengetahuan dan teknologi semakin berkembang. dengan menggunakan tenaga manusia kini sudah banyak diganti dengan

2016 MOTIF MASYARAKAT MELAKUKAN JENIS AKTIVITAS OLAHRAGA DILAPANGAN SABUGA BERDASARKAN USIA

BAB I PENDAHULUAN. Ahmad Hendra Dana, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2015 PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKULIKULER BULUTANGKIS DAN KARATE DALAM PEMBELAJARAN PENJAS

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan rnerupakan suatu kebutuhan bagi setiap orang dalam. dan martabat mereka sendiri. Pendidikan rnempunyai maksud untuk

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

2015 DERAJAT KEBUGARAN JASMANI ANGGOTA KOMUNITAS PELESTARI PERMAINAN TRADISIONAL HONG KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agung Dwi Juniarsyah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Tujuan dari olahraga adalah untuk pendidikan, rekreasi, dan

BAHAN PENATARAN DI BPMD. OLEH: DRA. Hj. TITE JULIANTINE M.Pd

HUBUNGAN KEKUATAN MAKSIMAL OTOT TUNGKAI DAN FREKUENSI LANGKAH (CADENCE) TERHADAP KECEPATAN SPRINT

BAB I PENDAHULUAN. yang mengarah pada tujuan Pendidikan Nasional, yaitu meningkatkan

DONALD HARIANJA J

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berlian Ferdiansyah, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pembinaan olahraga di Indonesia diarahkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. mengolah jasmani. Selaras dengan hal itu Santosa Giriwijoyo (2007) yang

2015 KONTRIBUSI DENYUT NADI ISTIRAHAT DAN KAPASITAS VITAL PARU-PARU TERHADAP KAPASITAS AEROBIK

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani ditandai dengan proses mempelajari gerak

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting bagi. tinggi dan berbagai keterampilan khusus yang dimiliki oleh peserta didik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yudi Fika Ismanto, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Satryandi Ahmad Fauzi, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Donny Suhartono, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga telah menjadi sesuatu yang tidak terpisahkan dari kehidupan

ARTIKEL SKRIPSI. Oleh: BENY SUNU PRASETYO NPM:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang A Wahid Hasyim, 2014 Pengaruh Pendekatan Bermain Terhadap Motivasi Siswa Dalam Aktivitas Pembelajaran Renang

BAB I PENDAHULUAN. Permainan bola basket di Indonesia telah berkembang sangat pesat. Event kejuaraan olahraga

BAB I PENDAHULUAN. minat, bakat dan potensi yang dimiliki oleh siswa. Melalui kegiatan olahraga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hakekat olahraga merupakan kegiatan teknik yang mengandung sifat permainan

BAB I PENDAHULUAN. tidak bisa dipisahkan. Didalam hidup manusia dituntut untuk dapat menjaga

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga futsal kini menjadi olahraga permainan yang diminati dari

MOTIVASI SISWA DALAM MENGIKUTI LATIHAN SENAM AEROBIK MENGGUNAKAN VARIASI MUSIK DI SMA NEGERI 5 KOTA JAMBI Oleh : Defi Rahmah

A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. secara sistematis dengan melibatkan gerakan-gerakan yang terpilih dan terencana

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rahmad Santoso, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Ini merupakan proses yang

dapat terwujud. Pendidikan jasmani di sekolah merupakan bagian integral aktivitas jasmani dipakai sebagai wahana atau pengalaman belajar, maka

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memperbaiki potensi fisik, mengurangi pemberian obat-obatan, memperbaiki

SEBAGAI TESTOR TINGKAT KEBUGARAN JASMANI SISWA SD, SMP SE KABUPATEN SLEMAN DALAM RANGKA PENELITIAN SPORT DEVELOPMENT INDEX (SDI)

BAB I PENDAHULUAN. (

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dea Wulantika Utami, 2013

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan zaman fitness centre ini seperti menjadi kebutuhan sekarang ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. kompetisi kemenangan merupakan suatu kebanggaan dan prestasi. serta keinginan bagi setiap orang yang mengikuti pertandingan

KRISIS PENDIDIKAN JASMANI DITINJAU DARI PERSEPSI FILSAFAT

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Hakikat Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan di Sekolah Dasar

BAB I PENDAHULUAN. dari pendidikan, karena pendidikan memiliki peran penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. yang melatar belakangi suatu gerak yang ditampilkan dalam suatu perbuatan yang nyata dan

I. PENDAHULUAN. Perkembangan olahraga di dunia pada saat ini semakin pesat, olahraga sangat

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara

Definisi aerobik Aerobik berasal dari kata aero yang berarti oksigen. Jadi aerobik sangatlah erat dengan penggunaan oksigen. Dalam hal ini berarti

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Hakikat pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia.

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN LARI AEROBIK DAN LATIHAN RENANG TERHADAP PENINGKATAN KEBUGARAN

MEMBENAHI SISTEM PEMBINAAN OLAHRAGA KITA Oleh: Agus Mahendra

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan olahraga permainan khususnya sepak bola

baik dan benar. Para pemain sebaiknya berlatih dengan rutin dan penuh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Randy Suwandi Yusuf, 2013

2015 DAMPAK LATIHAN FARTLEK TERHADAP PENINGKATAN V02MAX.

BAB I PENDAHULUAN. diciptakan oleh George Hancock di kota Chicago pada tahun Softball di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. antara guru dan peserta didik, tujuan dari pembelajaran tersebut meliputi tiga

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran, terjadi kegiatan belajar mengajar. Sagala (2008:61)

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya olahraga sangat digemari oleh seluruh masyarakat dunia sehingga menjadi satu kebudayaan bagi bangsa dunia. Istilah olahraga jika ditinjau dari asal kata, terdiri dari dua kata yaitu kata Olah dan Raga. Arti dari kedua kata tersebut diterangkan oleh Dirjen PLS dan Olahraga (1977:23) di dalam http://www.dikti.go.id.adalah sebagai berikut: Olahraga terdiri dari dua kata yaitu kata olah dan raga, kata olah di sini berarti mengolah, meramu, mengurus, memasak, atau mematangkan serta membina materi yaitu bahan atau potensi. Kata raga bukan berarti semata-mata berarti badan, tetapi terdiri dari raga badag dan raga halus. Antara raga badag dan raga halus atau lazimnya dikenal dengan jasmani dan rohani yang tidak dapat terpisahkan atau dibagi. Dalam Kepres No. 131 Tahun 1982 didalam http://www.scribd.com. dijelaskan, Olahraga mempunyai arti yang seluas-luasnya yang meliputi segala kegiatan dan usaha untuk mendorong, membimbing, membangkitkan, mengembangkan dan membina kekuatan jasmani maupun rohani. Menurut Internasional Council of Sport and Physical Education (ISCPE) yang dikutip oleh Rusli Lutan (1992:17) sebagai berikut: 1. Setiap perjuangan fisik yang mengandung setiap permainan dan berisi perjuangan dengan diri sendiri atau orang lain, atau konfrontasi dengan unsurunsur alam disebut olahraga. 2. Kalau kegiatan ini meliputi juga pertandingan, maka kegiatan itu harus dilaksanakan dengan semangat jiwa sportif. Tidak mungkin olahraga dalam arti sebenarnya tanpa Fair Play. Kemudian Giriwijoyo (1992:19) menjelaskan, Olahraga mengandung arti akan adanya sesuatu yang berhubungan dengan peristiwa mengolah raga/mengolah jasmani. Berdasarkan beberapa penjelasan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa olahraga merupakan peristiwa yang mengandung aktivitas raga atau jasmani.

2 Untuk melengkapi pengertian olahraga yang telah dijelaskan tersebut, terdapat beberapa ciri khas dalam olahraga yang penulis rangkai dari penjelasan Rusli Lutan (1992:12-15) sebagai berikut: a. Olahraga ditekankan pada kegiatan jasmani yang berwujud keterampilan gerak, daya tahan, kekuatan, kecepatan, jadi dalam olahraga yang lebih dominan adalah kegiatan jasmani b. Olahraga sebagai realitas. Olahraga dilakukan dalam suasana yang tidak sebenarnya, tetapi keterlibatan seseorang dalam melakukan olahraga merupakan suatu yang nyata. c. Prinsip prestasi dalam olahraga. Mengenai tanda-tanda prinsip prestasi dalam olahraga adalah: a) Peragaan kemampuan jasmani ditunjukkan secara maksimal b) Kegiatan olahraga dilakukan secra sukarela c) Tidak bertujuan untuk menghancurkan lawan d. Aspek sosial dari olahraga, dalam melakukan olahraga akan memungkinkan terjadi interaksi dan sosial yang akan membentuk kelompok social. Dari penjelasan di atas mengenai ciri-ciri olahraga berarti olahraga merupakan kegiatan fisik yang lebih dominan, kegiatan yang nyata terdapat prinsip prestasi, dan terdapat aspek sosial. Partisipasi seseorang dalam kegiatan memiliki tujuan yang ingin di capai. Demikian pula kegiatan olahraga, seseorang mungkin melakukan olahraga dengan tujuan untuk kesehatan, sedangkan orang lain untuk rekreasi atau mendapatkan kesenangan dan kepuasan. Berkenaan dengan hal tersebut, Giriwijoyo (1995:8) menjelaskan tentang pembagian jenis olahraga sebagai berikut: Olahraga dibagi menjadi: a. Olahraga profesi yaitu olahraga yang diselenggarakan untuk tujuan mata pencaharian b. Olahraga prestasi yaitu olahraga yang diselenggarakan untuk tujuan pencapaian prestasi maximal dalam suatu cabang olahraga dan merupakan jenis-jenis olahraga pertandingan. c. Olahraga rekreasi yaitu olahraga yang diselenggarakan untuk tujuan kegembiraan dan menghilangkan ketegangan. d. Olahraga kesehatan yaitu olahraga yang diselenggarakan untuk tujuan pemeliharaan dan atau peningkatan derajat kesehatan. e. Olahraga pendidikan yaitu olahraga yang diselenggarakan untuk tujuan pendidikan.

3 Berdasarkan beberapa penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa hakikat olahraga adalah mengolah raga melalui aktivitas fisik yang teratur, bertujuan dan dilakukan dengan sadar dan sengaja melalui dukungan aspek psikis. Selanjutnya Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1984/1985:47) menjelaskan sebagai berikut: Bermacam-macam tujuan olahraga ialah: a. Untuk mencari kesenangan (rekreasi) b. Untuk mengisi waktu luang c. Untuk kesehatan tubuh d. Untuk physical fitness e. Untuk penyembuhan dan pengobatan f. Untuk pembentukan tubuh/sikap g. Untuk mencapai prestasi h. Untuk prestise i. Untuk mencari nafkah j. Untuk alat untuk mencapai pendidikan Dari kedua pendapat tersebut, seseorang melakukan olahraga memiliki tujuan tertentu seperti untuk mendapatkan kesenangan dan kepuasaan atau rekreasi, pendidikan, pemeliharaan dan peningkatan derajat kesehatan, prestise serta mata pencaharian. Dari tujuan tujuan tersebut pusat kebugaran jasmani merupakan salah satu cara untuk mencapai tujuan tujuan diatas. Pusat kebugaran (fitness center)harsono (1988:23) menjelaskan Pusat kebugaran merupakan salah satu tempat yang menyediakan fasilitas untuk kegiatan olahraga rekreatif dan prestatif melalui program latihan yang menggunakan bobotbobot besi sebagai alat bantunya. Program latihan pendukung lainnya pada pusat kebugaran jasmani, diantaranya berupa program latihan senam aerobik, senam bahasa tubuh (body language) dan program latihan lainnya. Program latihan senam aerobik sebagai salah satu program yang diminati oleh para member pusat kebugaran merupakan indikasi semakin diterimanya olahraga senam aerobik sebagai salah satu wahana pemenuhan kebutuhan masyarakat. Hal ini dikarenakan olahraga senam aerobik tidak saja bermanfaat secara fisiologis melainkan dapat dijadikan sarana aktualisasi dan sosialisasi diri.

4 Pelaksanaan program latihan senam aerobik di pusat kebugaran ini didasarkan pada kebutuhan masyarakat akan kesehatan, peningkatan prestasi, baik prestasi kerja maupun prestasi olahraga, dan juga didasarkan atas kebutuhan rekreasi dalam hal penyediaan waktu luang untuk individu yang sehari-harinya sibuk. Keberadaan pusat kebugaran melalui program latihan senam aerobik dalam pola kehidupan masyarakat menciptakan fenomena baru terutama menyangkut keberagaman kebutuhan masyarakat yang nampak dalam aktivitasnya. Sebagian masyarakat memanfaatkan program senam aerobik sebagai sarana untuk memenuhi kebutuhannya. Hal ini berkaitan dengan kebutuhan manusia yang meliputi kebutuhan fisiologis, rasa aman, aktualisasi diri, harga diri, serta kebutuhan akan cinta dan ketergantungan. Berbagai cara dilakukan oleh setiap individu untuk memenuhi segala kebutuhan, salah satunya dengan menjadi anggota tetap dan anggota tidak tetap pusat kebugaran. Indikasi meningkatnya keinginan masyarakat akan derajat kesehatan yang tinggi, penampilan jasmani yang proporsional dan aktualisasi diri yang lebih luas dalam lingkungannya mencerminkan bahwa kebutuhan masyarakat semakin beragam sehingga membutuhkan tempat atau wahana yang dapat menyalurkan serta memenuhi kebutuhan tersebut. Pusat kebugaran sebagai produk atau komoditi membutuhkan pengelolaan yang baik, karena berkaitan dengan minat dan ketertarikan para konsumen sebagai pengguna sarana dan prasarana tersebut. Banyaknya pusat kebugaran yang didirikan dan semakin banyak program-program latihan yang ditawarkan memungkinkan para konsumen untuk memilih pusat kebugaran yang sesuai dan dapat memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya. Berkenaan dengan adanya persaingan antar pusat kebugaran untuk menarik minat konsumen, maka penerapan fungsi manajemen dalam bisnis perlu ditangani secara profesional. Hampir di setiap pelosok wilayah Kota Bandung berdiri pusat kebugaran dengan berbagai skala, mulai dari yang kecil sampai yang besar dan dikelola secara profesional.

5 B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut di atas, maka masalah penelitian yang diajukan adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana gambaran tingkat motivasi peserta latihan senam aerobik laki laki di pusat kebugaran jasmani sabuga Bandung? 2. Bagaimana gambaran tingkat motivasi peserta latihan senam aerobic perempuan di pusat kebugaran jasmani sabuga Bandung? 3. Bagaimana gambaran tingkat motivasi peserta latihan senam aerobik usia muda di pusat kebugaran jasmani sabuga Bandung 4. Bagaimana gambaran tingkat motivasi peserta latihan senam aerobik usia tua di pusat kebugaran jasmani sabuga Bandung C. Tujuan Penelitian Berdasarkan masalah penelitian di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Ingin mengetahui Gambaran tingkat motivasi peserta latihan senam aerobic laki laki dipusat kebugaran jasmani Sabuga Bandung. 2. Ingin mengetahui Gambaran tingkat motivasi peserta latihan senam aerobic perempuan dipusat kebugaran jasmani Sabuga Bandung. 3. Ingin mengetahui Gambaran tingkat motivasi peserta latihan senam aerobic usia muda dipusat kebugaran jasmani Sabuga Bandung. 4. Ingin mengetahui Gambaran tingkat motivasi peserta latihan senam aerobic usia tua dipusat kebugaran jasmani Sabuga Bandung. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis sebagai berikut: 1. Secara teoritis:

6 a. Dapat dijadikan sumbangan keilmuan yang berarti bagi dunia pendidikan, khususnya bagi disiplin ilmu manajemen pendidikan, kepelatihan olahraga, sosiologi olahraga dan faal olahraga. b. Informasi dan masukan bagi lembaga pendidikan khususnya Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan dalam kaitannya dengan kurikulum dan proses belajar mengajar manajemen olahraga, sosiologi olahraga dan faal olahraga. c. Informasi bagi manajemen pusat kebugaran dalam mengatur strategi perusahaan terutama berkaitan dengan tujuan para pengunjung mengikuti kegiatan latihan senam aerobik. 2. Secara praktis: a. Dapat digunakan sebagai acuan dalam pengelolaan kegiatan senam aerobik. b. Dapat digunakan sebagai acuan dalam pengelolaan kegiatan olahraga, baik di lingkungan masyarakat pendidikan maupun masyarakat umum. c. Dapat digunakan sebagai acuan bagi peneliti atau mahasiswa dalam menyusun rencana penelitian yang berkaitan dengan manajemen olahraga, sosiologi olahraga dan faal olahraga. E. Pembatasan Penelitian Dalam penelitian ini perlu diberikan pembatasan agar dalam pelaksanaannya tidak menyimpang dari masalah dan tujuan penelitian. Mengenai pembatasan masalah penelitian dijelaskan oleh Surakhmad (1998:36) sebagai berikut: Pembatasan ini diperlukan bukan saja untuk memudahkan atau menyederhanakan masalah bagi penyelidik tetapi juga untuk dapat menetapkan lebih dahulu segala sesuatu yang diperlukan untuk pemecahannya: tenaga, kecekatan, waktu, biaya, dan lain sebagainya yang timbul dari rencana tersebut. Adapun ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Pusat kebugaran yang dijadikan obyek penelitian adalah pusat kebugaran yang berskala menengah ke bawah yang berada di wilayah Kota Bandung. 2. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah motivasi dan tujuan para pengunjung pusat kebugaran.

7 3. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kegiatan latihan senam aerobik. 4. Populasi penelitian ini adalah para peserta latihan senam aerobik di pusat kebugaran jasmani. F. Batasan Istilah Dalam bagian ini penulis kemukakan batasan dan definisi istilah yang digunakan atau yang menjadi kerangka acuan peristilahan dalam penelitian ini. Batasan istilah tersebut adalah sebagai berikut: 1. Motivasi Harsono (1988:250) mengemukakan bahwa motivasi adalah ujud yang tidak nampak pada orang dan yang tidak bisa kita amati secara langsung. 2. Pusat Kebugaran Jasmani adalah tempat yang mengelola dan menyediakan sarana dan prasarana latihan kebugaran jasmani yang meliputi alat-alat latihan yang bersifat manual dan mesin serta fasilitas penunjang lainnya seperti ruang istirahat, kantin dan lain-lainnya. 3. Senam Aerobik menurut Tangkudung (2004:5) adalah serangkaian gerak yang dipilih secara sengaja dengan cara mengikuti irama musik yang juga dipilih sehingga melahirkan ketentuan ritmis, kontinuitas, dan durasi tertentu.