BAB I PENDAHULUAN. dengan prevalensi obesitas nasional berdasarkan data Riskesdas 2007 adalah 19,1%.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus dapat menyerang warga seluruh lapisan umur dan status

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus menurut American Diabetes Association (ADA) 2005 adalah

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab

BAB I. Pendahuluan. diamputasi, penyakit jantung dan stroke (Kemenkes, 2013). sampai 21,3 juta orang di tahun 2030 (Diabetes Care, 2004).

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB I PENDAHULUAN. di hampir semua negara tak terkecuali Indonesia. Penyakit ini ditandai oleh

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN. diabetes mellitus semakin meningkat. Diabetes mellitus. adanya kadar glukosa darah yang tinggi (hiperglikemia)

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus (DM) adalah penyakit akibat adanya gangguan

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit. degenerative, akibat fungsi dan struktur jaringan ataupun organ

BAB I PENDAHULUAN. makan, faktor lingkungan kerja, olah raga dan stress. Faktor-faktor tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Association, 2013; Black & Hawks, 2009). dari 1,1% di tahun 2007 menjadi 2,1% di tahun Data dari profil

I. PENDAHULUAN. Diabetes Melitus disebut juga the silent killer merupakan penyakit yang akan

BAB I PENDAHULUAN. tidak adanya insulin menjadikan glukosa tertahan di dalam darah dan

BAB I PENDAHULUAN. yang serius dan merupakan penyebab yang penting dari angka kesakitan,

BAB 1 : PENDAHULUAN. dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun Sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat semakin meningkat. Salah satu efek samping

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup dari pasien DM sendiri.

I. PENDAHULUAN. yang dewasa ini prevalensinya semakin meningkat. Diperkirakan jumlah

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan salah satu faktor resiko mayor penyakit jantung koroner (PJK). (1) Saat ini PJK

BAB 1 PENDAHULUAN. komprehensif pada self-management, dukungan dari tim perawatan klinis,

BAB I PENDAHULUAN. lebih sangat erat kaitannya dengan aspek kesehatan lain. Gizi lebih dan. nama Sindrom Dunia Baru New World Syndrome.

BAB 1 : PENDAHULUAN. karena diabetes mencapai orang per tahun. (1) diabetes mellitus. Sehingga membuat orang yang terkena diabetes mellitus

I. PENDAHULUAN. usia harapan hidup. Dengan meningkatnya usia harapan hidup, berarti semakin

BAB I PENDAHULUAN. suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang karena adanya

BAB 1 PENDAHULUAN. relatif sensitivitas sel terhadap insulin, akan memicu munculnya penyakit tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pada seseorang yang disebabkan adanya peningkatan kadar glukosa darah

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 90% penderita diabetes di seluruh dunia merupakan penderita

BAB I PENDAHULUAN. adanya kenaikan gula darah (hiperglikemia) kronik. Masalah DM, baik aspek

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 PADA ORANG DEWASA DI KOTA PADANG PANJANG TAHUN 2011 OLEH:

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

BAB I PENDAHULUAN. modernisasi terutama pada masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit degeneratif merupakan transisi epidemiologis dari era penyakit

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh masalah kesehatan utama di dunia dan kelima teratas di negara

BAB I PENDAHULUAN. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan


BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tubuh dan menyebabkan kebutaan, gagal ginjal, kerusakan saraf, jantung, kaki


BAB I PENDAHULUAN. Fluktuasi politik dan ekonomi saat ini mengakibatkan perubahan pada tingkat

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus telah menjadi masalah kesehatan di dunia. Insidens dan

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB I PENDAHULUAN UKDW. pada sel beta mengalami gangguan dan jaringan perifer tidak mampu

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen yang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit degeneratif atau penyakit tidak menular akan terus meningkat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dicapai dalam kemajuan di semua bidang riset DM maupun penatalaksanaan

BAB 4 HASIL PENELITIAN

Nidya A. Rinto; Sunarto; Ika Fidianingsih. Abstrak. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus, merupakan penyakit kronis yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. kencing manis semakin mengkhawatirkan. Menurut WHO pada tahun 2000

BAB I PENDAHULUAN. terbesar dari jumlah penderita diabetes melitus yang selanjutnya disingkat

BAB I PENDAHULUAN. adalah diabetes melitus (DM). Diabetes melitus ditandai oleh adanya

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organisation WHO (2014) prevalensi penyakit DM

BAB I PENDAHULUAN. adalah suatu kondisi terganggunya metabolisme di dalam tubuh karena

BAB 1 PENDAHULUAN. Hipoglikemia adalah suatu keadaan dimana kadar glukosa dalam darah

BAB I PENDAHULUAN. setelah diketahui bahwa kegemukan merupakan salah satu faktor risiko. koroner, hipertensi dan hiperlipidemia (Anita, 1995).

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) adalah gangguan metabolisme kronik yang

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk Indonesia (Krisnantuni, 2008). Diabetes melitus merupakan

PENGETAHUAN DIABETES MELITUS DENGAN KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DM TIPE 2

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat PTM mengalami peningkatan dari 42% menjadi 60%. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. yang saat ini makin bertambah jumlahnya di Indonesia (FKUI, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh kelainan sekresi insulin, ketidakseimbangan antara suplai dan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hidup yaitu penyakit Diabetes Melitus. Diabetes Melitus (DM) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Era globalisai membawa pengaruh yang sangat besar tidak hanya dalam

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya (Perkeni, 2011). Diabetes melitus

BAB I PENDAHULUAN. kumpulan gejala yang disebabkan oleh peningkatan kadar gula (glukosa)

BAB I PENDAHULUAN. dunia, lebih dari 1 milyar orang dewasa adalah overweight dan lebih dari 300

BAB I PENDAHULUAN. manifestasi berupa hilangnya toleransi kabohidrat (Price & Wilson, 2005).

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. setelah India, Cina dan Amerika Serikat (PERKENI, 2011). Menurut estimasi

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan data International Diabetes Federation (IDF) pada

BAB 1 PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

BAB 1 PENDAHULUAN. Premier Jatinegara, Sukono Djojoatmodjo menyatakan masalah stroke

BAB I PENDAHULUAN. demografi, epidemologi dan meningkatnya penyakit degeneratif serta penyakitpenyakit

PENGARUH PEMBERIAN DIIT DM TINGGI SERAT TERHADAP PENURUNAN KADAR GULA DARAH PASIEN DM TIPE-2 DI RSUD SALEWANGANG KAB. MAROS

BAB I PENDAHULUAN. gizi ganda, dimana masalah terkait gizi kurang belum teratasi namun telah

I. PENDAHULUAN. masalah utama dalam dunia kesehatan di Indonesia. Menurut American. Diabetes Association (ADA) 2010, diabetes melitus merupakan suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. kelompok penyakit metabolic dengan karakteristik hiperglikemia yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masalah ganda (Double Burden). Disamping masalah penyakit menular dan

EPIDEMIOLOGI DIABETES MELLITUS

I. PENDAHULUAN. sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan merupakan masalah yang ada di setiap negara, baik di

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Ermita (2002 dikutip dari Devita, Hartiti, dan Yosafianti, 2007) bahwa fluktuasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi masalah kesehatan di dunia. Insidens dan prevalens penyakit ini terus

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun oleh ENY SULISTYOWATI J

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya prevalensi diabetes mellitus dibeberapa negara berkembang, akibat peningkatan kemakmuran di negara tersebut. Peningkatan pendapatan dan perubahan gaya hidup terutama di kota kota besar, menyebabkan peningkatan penyakit degeneratif. (FKUI, 2005) Saat ini di Indonesia menghadapi double burden masalah gizi kurang belum teratasi tetapi sudah muncul masalah gizi lebih. Masalah gizi lebih adalah suatu keadaan dimana energi yang dikonsumsi berlebihan dan pengeluaran energi kurang sehingga mengakibatkan berat badan naik (gemuk) (Soekirman,2000). Yang berkaitan dengan masalah gizi lebih yaitu meningkatnya masalah kelebihan berat badan hal ini di buktikan dengan prevalensi obesitas nasional berdasarkan data Riskesdas 2007 adalah 19,1%. Dampak dari kelebihan berat badan berakibat dengan meningkatnya penyakit degeneratif seperti diabetes mellitus. Jumlah penderita diabetes mellitus atau yang lebih dikenal dengan diabetesi di Indonesia setiap tahunnya mengalami kenaikan. Dari data Riset Kesehatan Dasar Kementerian Kesehatan, di Indonesia jumlah pasien diabetes tahun 2010 diperkirakan 5,7% dari seluruh penduduk Indonesia. Dari hasil penelitian pada rentang tahun 1980-2000 menunjukan peningkatan prevalensi yang sangat tajam. Sebagai contoh pada penelitian di Jakarta prevalensi DM dari 1,7% pada tahun 1982 naik menjadi 5,7% pada tahun 1993 dan meroket lagi menjadi 12.8% pada tahun 2001.(Perkeni, 2011) 1

Digambarkan suatu model terapi Gizi Medis pada rekomendasi The American Diabetes Association (ADA) 2003. Model tersebut memerlukan pendekatan tim yang terdiri dari dokter, ahli gizi, perawat dan petugas kesehatan lain serta pasien itu sendiri untuk meningkatkan kemampuan setiap pasien dalam mencapai kontrol metabolik yang baik. Kunci keberhasilan terapi pengkajian parameter metabolik individu dan gaya hidup, mendorong pasien berpartisipasi pada penentuan tujuan yang akan dicapai, memilih intervensi gizi yang memadai dan mengevaluasi efektifnya perencanaan pelayanan gizi. Berdasarkan PERKENI tahun 2002 antara lain memberikan pedoman daftar bahan makanan penukar dalam penyuluhan perencanaan makan orang diabetes. (FKUI, 2005) Pada saat bulan puasa sebagian diabetes tidak di perkenankan untuk berpuasa. Tetapi di berbagai literatur kedokteran, sebenarnya puasa itu aman dan dianjurkan untuk penderita diabetes. Namun mengingat setiap penderita diabetes memiliki derajat penyakit yang tidak sama maka ada beberapa kriteria dari penderita diabetes yang tidak dianjurkan untuk berpuasa. Ada hal-hal khusus yang harus diingat oleh diabetesi dalam berpuasa karena di khawatirkan terjadi hipoglikemi dan hiperglikemi. Berdasarkan penelitian kedokteran Universitas Trisakti 2002 dari 57 responden yang berpuasa responden yang mengalami gejala hipoglikemia meningkat dari 14,1% sebelum berpuasa menjadi 33%. Diperlukan kewaspadaan yang lebih tinggi terhadap terjadinya hipoglikemia pada penyandang diabetes penggunaaan insulin selain itu bisa juga disebabkan asupan yaitu zat gizi yang di konsumsi serta aktifitas yang dilakukan berlebihan. Pemantauan gula darah mandiri di rumah sangat dianjurkan untuk diabetesi. Pemantauan dilakukan sebelum makan sahur dan dua jam setelahnya serta sebelum berbuka puasa dan dua jam sesudahnya. Selain pada waktu-waktu ini, kapan saja 2

diabetesi merasakan gejala hipoglikemi yang ditandai dengan berkeringat dingin, jantung berdebar-debar, lemas bahkan sampai tidak sadarkan diri maka harus segera memeriksakan diri. Diabetesi disarankan agar tidak ragu untuk membatalkan puasa jika ada gejala hipoglikemia (kadar gula darah <60 mg/dl) dan hiperglikemia (kadar gula darah naik lebih dari 200 mg/dl) (dr. Suryadi, 2012) Selain itu salah satu faktor penghambat ketidakberhasilan pengendalian diabetes adalah faktor asupan energi dan aktivitas di hubungkan dengan tidak mengontrol kadar gula darahnya hal ini di buktikan dari data Riskesdas 2007 sebanyak 75.9% penderita diabetes mellitus tidak mengontrol kadar gula darahnya. Dari hal hal tersebut peneliti ingin mengetahui hubungan asupan energi dan aktifitas diabetes yang berpuasa dihubungkan dengan kadar gula darah penderita diabetes. 1.2 Identifikasi Masalah Pertambahan usia dapat menyebabkan bertambahnya penyakit, begitu pula para diabetes semakin bartambahnya usia maka semakin besar kecenderunngan komplikasinya jika kadar gula darah tidak di kendalikan. Pengendalian kadar gula darah penting artinya selain untuk memperpanjang usia juga dapat menurunkan resiko terjadinya komplikasi. Pada saat bulan Ramadhan diabetes memiliki kadar gula darah sehingga perlu dipantau kondisi tubuhnya. 1.3 Pembatasan Masalah 1.3.1 Dalam penelitian ini, variabel yang akan diteliti adalah jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, indeks massa tubuh (IMT), kadar gula darah puasa, asupan energi dan aktifitas. Variabel dependent yang ditentukan adalah asupan energi dan aktifitas 3

terhadap kadar gula darah pada diabetes yang berpuasa. Variabel independen adalah jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, indeks massa tubuh (IMT). 1.3.2 Membatasi masalah karena keterbatasan kemampuan, waktu, biaya dan tenaga sehingga penelitian maka yang digunakan adalah yang diambil secara langsung ketika diadakannya acara seminar gizi diabetes mellitus pada saat bulan Ramadhan oleh PT. Roche Indonesia. 1.4 Perumusan Masalah Bagaimanakah hubungan asupan energi dan aktifitas dengan gula darah pada diabetes yang menjalankan puasa 1.5 Tujuan Penelitian 1.5.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan asupan energi dan aktifitas dengan gula darah pada diabetes yang menjalankan puasa 1.5.2 Tujuan Khusus 1.5.2.1 Mengidentifikasi karakteristik diabetesi yang meliputi jenis kelamin, umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, Indeks Massa Tubuh dan kadar gula darah puasa 1.5.2.2 Menilai asupan energi diabetes yang menjalankan puasa 1.5.2.3 Menilai aktifitas diabetes yang menjalankan puasa 1.5.2.4 Menganalisis hubungan asupan energi dengan kadar gula darah pada diabetes yang menjalankan puasa 1.5.2.5 Menganalisis hubungan aktifitas dengan kadar gula darah pada diabetes yang menjalankan puasa 4

1.6 Manfaat dan Hasil 1.6.1 Bagi Institusi Sebagai masukan pada mahasiswa untuk asupan energi dan aktifitas dengan kadar gula darah pada diabetes yang menjalankan puasa dan menambah wawasan mengenai akar masalah pengendalian diabetes mellitus 1.6.2 Bagi Diabetesi Memberikan bahan informasi asupan energi dan aktifitas dengan kadar gula darah pada diabetes yang menjalankan puasa pada diabetes. 1.6.3 Bagi Peneliti Melatih menulis dan berfikir secara sistematis dan ilmiah juga sebagai pengalaman belajar dalam melakukan penelitian. Menggali akar masalah diabetes mellitus sebagai bagian dari pengembangan konsep. 5