BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan Allah SWT dalam jenis berbeda namun berpasangan,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. semua makhluk Tuhan, baik pada manusia, hewan, maupun tumbuh-tumbuhan. 1

BAB I PENDAHULUAN. peraturan tertentu, tidak demikian dengan manusia. Manusia di atur oleh

BAB I PENDAHULUAN. jalan pernikahan. Sebagai umat Islam pernikahan adalah syariat Islam yang harus

H.M.A Tihami dan Sohari Sahrani, Fikih Munakahat Kajian Fikih Nikah Lengkap (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h.6

BAB I PENDAHULUAN. umat manusia untuk menikah, karena menikah merupakan gharizah insaniyah (naluri

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBATALAN PEMINANGAN SEPIHAK DI DESA PENINJAUAN. A. Tradisi Peminangan Di Desa Peninjauan Kecamatan Buay Runjung

BAB I PENDAHULUAN. hubungan biologis antara laki-laki dan perempuan untuk meneruskan keturunan. Hal

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan perkawinan sebagaimana yang diisyaratkan oleh Al-Quran dan

yang lari ke hutan rimba di sekitar Air Hitam Taman Nasioanal Bukit Dua puluh, mereka kemudian dinamakan Moyang Segayo. Sistem kemasyarakatan mereka

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang berlaku untuk semua

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, perseorangan maupun

AKIBAT PERKAWINAN DIBAWAH UMUR DALAM KELANGSUNGAN HIDUP. ( Studi Kasus Pengadilan Agama Blora)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan amat penting dalam kehidupan manusia, baik bagi

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan memerlukan kematangan dan persiapan fisik dan mental karena

BAB I PENDAHULUAN. Rasulullah SAW juga telah memerintahkan agar orang-orang segera

BAB I PENDAHULUAN. dan diabadikan dalam Islam untuk selama-lamanya. Pernikahan secara terminologi adalah sebagaimana yang dikemukakan

PERKAWINAN ADAT. (Peminangan Di Dusun Waton, Kecamatan Mantup, Kabupaten Lamongan. Provinsi Jawa Timur) Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. suci atau jalinan ikatan yang hakiki antara pasangan suami istri. Hanya melalui

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PERKAWINAN. perkawinan, tujuan hak dan kewajiban dalam perkawinan.

BAB I PENDAHULUAN. yang positif dalam mewujudkan tujuan pernikahan. Allah SWT. Berfirman

BAB 1 PENDAHULUAN. sejak jaman dahulu hingga saat ini. Karena perkawinan merupakan suatu

IZIN POLIGAMI AKIBAT TERJADI PERZINAAN SETELAH BERLAKUNYA UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 DI PENGADILAN AGAMA YOGYAKARTA

MENGENAL PERKAWINAN ISLAM DI INDONESIA Oleh: Marzuki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Allah SWT telah menghiasi alam semesta ini dengan rasa cinta dan kasih

BAB I PENDAHULUAN. suatu kelompok dan kemampuan manusia dalam hidup berkelompok ini dinamakan zoon

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem perkawinan exogami merupakan sistem yang dianut oleh

BAB I PENDAHULUAN. senantiasa hidup bersama dengan orang lain. Naluri untuk hidup bersama

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah perkawinan yang dimulai dengan adanya rasa saling cinta dan kasih sayang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Allah SWT dari kaum laki-laki dan perempuan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERKAWINAN. Perkawinan yang dalam istilah agama disebut nikah ialah melakukan

BAB I PENDAHULUAN. melangsungkan pernikahan dalam bentuk Ijab dan Qabul. Dalam pernikahan yang

BAB I PENDAHULUAN. ajaran Islam sangat mementingkan pemeliharaan terhadap lima hal, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada kodratnya adalah sebagai makhluk sosial (zoon politicon)

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan, sebuah tindakan yang telah disyari atkan oleh Allah SWT

yang dapat membuahi, didalam istilah kedokteran disebut Menarche (haid yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Penegasan Judul

BAB I PENDAHULUAN. kalangan manusia, tetapi juga terjadi pada tumbuhan maupun hewan. Perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. (hidup berkelompok) yang biasa kita kenal dengan istilah zoon politicon. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. Agama Republik Indonesia (1975:2) menyatakan bahwa : maka dilakukan perkawinan melalui akad nikah, lambang kesucian dan

BAB I PENDAHULUAN. oleh karena itu manusia wajib berdoa dan berusaha, salah satunya dengan jalan

BAB I PENDAHULUAN. Makna dari mahar pernikahan yang kadang kala disebut dengan belis oleh

PENETAPAN MAHAR BAGI PEREMPUAN DI DESA KAMPUNG PAYA, KECAMATAN KLUET UTARA, KABUPATEN ACEH SELATAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELARANGAN NIKAH DIKALANGAN KIAI DENGAN MASYARAKAT BIASA DI DESA BRAGUNG KECAMATAN GULUK-GULUK KABUPATEN SUMENEP

BAB I PENDAHULUAN. untuk akad nikah.nikah menurut syarak ialah akad yang membolehkan seorang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam pelaksanaan upacara perkawinan, setiap suku bangsa di Indonesia memiliki

I. PENDAHULUAN. mempunyai tata cara dan aspek-aspek kehidupan yang berbeda-beda. Oleh

BAB IV ANALISIS PERSAMAAN DAN PERBEDAAN IMPLIKASI HUKUM PERKAWINAN AKIBAT PEMALSUAN STATUS CALON SUAMI DI KUA

BAB I PENDAHULUAN. Artinya: Maha suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan. maupun dari apa yang tidak mereka ketahui (Q.s. Yasin: 36).

BAB I PENDAHULUAN. Perjanjian dalam Islam menjadi hal yang harus dipatuhi, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. bermakna perbuatan ibadah kepada Allah SWT, dan mengikuti Sunnah. mengikuti ketentuan-ketentuan hukum di dalam syariat Islam.

BAB III KONSEP KHITBAH, HANTARAN, WALIMAH NIKAH DAN ADAT DALAM PANDANGAN ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. makhluk-nya, baik pada manusia, hewan, maupun, tumbuh-tumbuhan. Ia adalah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan mahluk manusia baik itu aqidah, ibadah dan muamalah, termasuk

BAB I PENDAHULUAN. 1 Peunoh Daly, Hukum Perkawinan Islam, Bulan Bintang, Jakarta, 1988, hlm. 104

BAB I PENDAHULUAN. A.Rahman I. Doi, penjelasan lengkap hukum-hukum allah (syariah), PT Raja Grafindo persada, Jakarta, 2002, hal.

BAB I PENDAHULUAN. mahluk Allah SWT, tanpa perkawinan manusia tidak akan melanjutkan sejarah

BAB I PENDAHULUAN. Artinya : Dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah. (Q.S.Adz-Dzariyat: 49).

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan Tuhan Yang Maha Esa secara berpasangpasangan. yaitu laki-laki dan perempuan. Sebagai makhluk sosial, manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berhubungan dengan manusia lain. Timbulnya hubungan ini didukung oleh

BAB IV ANALISIS DATA. A. Pemahaman Masyarakat Desa Surabaya Udik Kecamatan Sukadana Kabupaten Lampung Timur Mengenai Mahar

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

BAB I PENDAHULUAN. sunnatullah yang umumnya berlaku pada semua mahkluk-nya. Hal ini merupakan

I. PENDAHULUAN. sebagaimana yang telah diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1975 dan Peraturan Menteri Agama Nomor 3 dan 4 Tahun 1975 bab II

A. Analisis Tradisi Standarisasi Penetapan Mahar Dalam Pernikahan Gadis dan. 1. Analisis prosesi tradisi standarisasi penetapan mahar

BAB I PENDAHULUAN. menghimpit, menindih atau berkumpul, sedangkan arti kiasanya ialah watha

BAB I PENDAHULUAN. pasal 18B ayat 2 Undang-Undang Dasar tahun 1945 yang berbunyi Negara

Nikah Sirri Menurut UU RI Nomor 1 Tahun 1974 Wahyu Widodo*

BAB I PENDAHULUAN. maka biaya ekonomi semakin tinggi yang tidak diikuti lapangan kerja yang

BAB III Rukun dan Syarat Perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. Hukum Perdata dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia merupakan negara hukum yang berasaskan Pancasila

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Oleh karena itu, dalam hidupnya

BAB IV ANALISIS TERHADAP METODE IJAB QABUL PADA MASYARAKAT SUKU SAMIN

AKIBAT HUKUM PERCERAIAN TERHADAP HARTA. BERSAMA di PENGADILAN AGAMA BALIKPAPAN SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang terletak pada garis khatulistiwa. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan makhluk-makhluk lainnya. Allah telah menetapkan

segera melaksanakannya. Karena perkawinan dapat mengurangi kemaksiatan, baik

BAB IV SISTEM PERNIKAHAN ADAT MASYARAKAT SAD SETELAH BERLAKUNYA UU NO. 1 TAHUN A. Pelaksanaan Pernikahan SAD Sebelum dan Sedudah UU NO.

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai nilai-nilai keagamaan sebagai wujud ibadah kepada Allah. SWT, dan mengikuti sunnah Nabi Muhammad SAW.

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawadah wa rahmah. 3 Agar

BAB I. Pendahuluan. Perkawinan beda agama adalah suatu perkawinan yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia diciptakan Allah Swt dengan jenis yang berbeda

TINJAUAN YURIDIS ANAK DILUAR NIKAH DALAM MENDAPATKAN WARISAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK WARIS ANAK PADA PERKAWINAN SIRRI ABSTRAK

PELAKSANAAN PERKAWINAN DENGAN WALI HAKIM DI KANTOR URUSAN AGAMA KECAMATAN GROGOL KABUPATEN SUKOHARJO

Perkawinan dengan Wali Muhakkam

BAB I PENDAHULUAN. mulia dibanding makhluk lainnya. Manusia memiliki fitrah untuk saling

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kampar Kabupaten Kampar. Desa Koto Tuo Barat adalah salah satu desa dari 13

BAB IV ANALISIS HUKUM TERHADAP PERKAWINAN DI BAWAH UMUR TANPA DISPENSASI KAWIN PENGADILAN AGAMA

BAB I PENDAHULUAN. yang wajar dan dalam ajaran nabi, pernikahan ditradisikan menjadi sunnah beliau. dan Anas melihatnya, dan beliau bersabda:

BAB I PENDAHULUAN. dan perilaku hidup serta perwujudannya yang khas pada suatu masyarakat. Hal itu

BAB I PENDAHULUAN. berpasang-pasangan agar hidup berdampingan, saling cinta-mencintai dan. berkasih-kasihan untuk meneruskan keturunannya.

IMPLEMENTASI PENGENAAN TARIF AKAD NIKAH NASKAH PUBLIKASI. derajat S-I Program Studi Pendidikan. Pancasila dan Kewarganegaraan

BAB IV ANALISIS TERHADAP PROSES PENYELESAIAN WALI ADHAL DI. PENGADILAN AGAMA SINGARAJA NOMOR. 04/Pdt.P/2009/PA.Sgr

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu fitrah manusia adalah adanya perasaan saling suka antara lawan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai makhluk hidup yang hidupnya berpasang-pasangan

KEWENANGAN AYAH BIOLOGIS SEBAGAI WALI NIKAH TERHADAP ANAK LUAR KAWIN (Kajian Komparasi Antara Hukum Perkawinan Indonesia dengan Empat Madzhab Besar)

BAB I PENDAHULUAN. kebudayaan dan tradisinya masing-masing. Syari at Islam tidak

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia diciptakan Allah SWT dalam jenis berbeda namun berpasangan, dengan maksud mengembangkan keturunan. Islam telah memberikan jalan yang sah untuk mengembangkan keturunan ialah melalui pernikahan sesuai dengan firman Allah SWT: و ا ان ا ازوا ن ا و 1 دةور)'& ان %$ ذا"! م ون Ayat di atas menjelaskan bahwa manusia mengetahui bahwa mereka mempunyai perasaan-perasaan tertentu terhadap jenis yang lain. Perasaan yang ditimbulkan oleh daya tarik yang ada pada masing-masing mereka yang menjadikan yang satu pada yang lain. Sehingga antar kedua jenis peria dan wanita terjalin hubungan yang wajar. Mereka melangkah maju dan bergiat agar perasaan-perasaan itu dan kecenderungan- kecenderungan antara laki-laki dan perempuan itu tercapai. Puncak dari kesemuanya itu ialah terjadi perkawinan antara laki-laki dan perempuan itu. Dalam keadaan demikian, bagi laki-laki hanya isterinyalah wanita yang paling cantik dan yang paling baik. Sedang bagi wanita hanya suaminyalah laki-laki yang menarik hatinya. Masing-masing mereka tenteram hatinya dengan ada pihak yang 1 Al-Qur an, Ar-Ruum: 21. 1

2 lain itu. Semuanya ini merupakan modal yang paling bahagia dalam rumah tangga bahagia. Kemudian dengan adanya rumah tangga yang berbahagia jiwa dan pikiran yang tenteram tubuh dan hati mereka menjadi tenang serta kehidupan dan penghidupan mereka menjadi mantap, kegairahan hidup akan tumbuh dan ketenteraman bagi laki-laki dan perempuan secara menyeluruh akan tercapai. 2 Undang-Undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dalam Pasal 1 mengartikan perkawinan adalah sebuah ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. 3 Menurut Sabiq (2012 : 10) Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang berlaku pada semua makhuk Tuhan, baik pada manusia hewan dan tumbuh-tumbuhan. Perkawinan merupakan cara yang dipilih Allah sebagai jalan bagi manusia untuk beranak-pinak, berkembang biak dan melestarikan hidupnya, setelah masing-masing pasangan siap melakukan perannya yang positif dalam mewujudkan perkawinan. Allah tidak menjadikan manusia seperti makhluk lainnya yang hidup bebas mengikuti nalurinya dan berhubungan secara anarki tanpa aturan. Demi menjaga kehormatan dan martabat kemuliaan manusia, Allah mengadakan hukum sesuai dengan martabatnya, sehingga hubungan antara laki-laki dan perempuan diatur secara terhormat dan berdasarkan dengan rasa saling meridhai, dengan upaya ijab kabul sebagai lambang adanya rasa ridhameridhai, dan dengan dihadiri para saksi yang menyaksikan bahwa pasangan laki-laki dan perempuan itu telah saling terkait. Bentuk perkawinan ini telah memberikan jalan yang aman pada naluri seks, memelihara keturunan dengan baik, dan memelihara perempuan agar tidak laksana rumput yang bisa dimakan oleh binatang ternak dengan seenaknya. Pergaulan suami isteri menurut ajaran Islam diletakkan dibawah naluri keibuan dan kebapaan 2 Dasuki, Hafidz. 1993, Al-Qur an Dan Terjemahannya Jilid VIII, Semarang: Citra Efhar, Hlm 552-553. 3 Shomad, Abd. 2012. Hukum Islam Penormaan Prinsip Syariah Dalam Hukum Indonesia,Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, Hal 259-260.

3 sebagaimana ladang yang baik nanti menumbuhkan tumbuh- tumbuhan yang yang baik dan menghasilkan buah yang baik pula. 4 Sebelum memasuki jenjang pernikahan, dalam syariat Islam ditetapkan tata cara peminangan. Hal ini penting dilakukan agar kehidupan keluarga nanti berjalan dengan baik, penuh kasih sayang, dan diliputi suasana kebahagiaan. Peminangan merupakan langkah pertama yang dilakukan oleh seorang laki-laki sebelum proses akad nikah. Dalam acara peminangan, pihak laki-laki ingin mengetahui apakah lamarannya dapat diterima atau tidak oleh keluarga wanita. Untuk melakukan proses peminangan, dapat dilakukan oleh dirinya sendiri atau pun dipercayakan kepada salah seorang keluarganya atau saudara laki-lakinya. Tujuannya tidak lain untuk menghindari terjadinya kesalahpahaman diantara kedua belah pihak. Juga agar perkawinannya itu sendiri dapat berjalan atas dasar pemikiran yang mendalam dalam mendapatkan hidayah. Lebih jauh lagi, dengan itu, suasana kekeluargaan nantinya akan berjalan erat antara suami dan isteri, anak-anak dan anggota keluarga lainnya. 5 Menurut Kompilasi Hukum Islam Pasal 1 huruf a: Peminangan ialah kegiatan upaya ke arah terjadinya hubungan perjodohan antara seorang pria dan wanita. 6 Ada beberapa motivasi yang mendorong laki-laki memilih seorang perempuan untuk pasangan hidupnya dalam perkawinan dan demikian pula dorongan seorang perempuan untuk memilih laki-laki menjadi pasangan hidupnya. Yang pokok 10-11. 4 Gozali, Abdul Rahman. 2014, Fiqh Munakahat, Jakarta: Kencana Prenada Media Gru. Hlm, 5 Wulan, Abdullah Nashih, 2006. Tata Cara Meminang Dalam Islam, Jakarta: Qisthi Press. Hlm 37-38. 6 Shomad, Abd, Op. Cit, Hlm, 273.

4 diantaranya adalah karena kecantikan seorang waita atau kegagahan seorang laki-laki atau kesuburan keduanya dalam mengharapkan anak keturunan; karena kekayaannya; kebangsawanannya, dan karena keberagamaannya. diantara alasan yang banyak itu, maka yang paling utama dijadikan motivasi adalah karena keberagamaannya. Hal ini dijelaskan Nabi dalam hadisnya yang muttafaq alaih berasal dari Abu Hurairah, ucapan Nabi yang bunyinya:, ا$ ھة ر/$ الله - 1,, ا $3 12 الله, و 7 6 ل : ' و; ا'أة!ر: : 3 و>' و= % ظ?ات ا= 8-7, &: ا (&3 =اك( - Yang dimaksud dengan keberagamaan disini adalah komitmen keagamaannya dan kesungguhan dalam menjalankan agamanya. Ini dijadikan pilihan utama. Karena inilah yang akan langgeng. Kekayaan sesuatu saat akan lenyap dan kecantikan suatu ketika akan pudar demikian pula kedudukan, suatu ketika akan hilang. Setelah ditentukan pasangan yang akan dikawini sesuai dengan kriteria yang telah disampaikan di atas, langkah selanjutnya penyampaian kehendak untuk menikahi pilihan yang telah ditentukan itu. Penyampaian kehendak untuk menikahi Amani. Hlm 470. 7 Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani. 2000. Terjemah Bulughul Maram. Jakarta. Pustaka

5 seorang itu disebut dengan khitbah atau dalam bahasa melayu disebut dengan peminangan 8 Sebagaimana telah kita ketahui bahwa salah satu kekayaan nasional Bangsa Indonesia adalah banyak adat istiadat yang hidup dan berkembang dalam masyarakat, termasuk dalam masalah perkawinan. Dalam perkawinan hampir setiap daerah di Indonesia hampir mempunyai kebiasaan tersendiri yang kelestariannya tetap di jaga dan dipertahankan, meskipun daerah itu sudah maju dan sudah tampak sudah menjadi adat setempat yang berhubungan dengan perkawinan seseorang. Adat adalah aturan tentang beberapa segi kehidupan yang tumbuh untuk berkembang untuk usaha satu daerah tertentu yang mengatur tingkah laku masyarakat. Adat perkawinan sebagai salah satu sistem sosial yang menonjol dan banyak perbedaan kebudayaan yang merupakan sebagai identitas suku bangsa yang ada di Indonesia. Namun, perbedaan tersebut tidak menyebabkan terpecahnya bangsa Indonesia, tidak pula dibertentangan antara suku yang satu dengan suku yang lain. Hal ini karena Bangsa Indonesia mempunyai Falsafah dan pandangan hidup bernegara yaitu pancasila. Sehubungan dengan keanekaragaman adat istiadat yang melingkari peristiwa untuk menempuh dalam melaksanakan perkawinan, masyarakat Desa Peninjauan juga memiliki adat istiadat yang tetap berkembang dan masih dipatuhi serta dijadikan 8 Syarifuddin, Amir. 2009. Hukum Perkawinan Di Indonesia,Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, Hal 48-49.

6 ukuran dalam menilai hidup dan tingkah laku warganya. Salah satunya adalah adat dalam lamaran pada perkawinan. Dalam masyarakat Desa Peninjauan Kecamatan Buay Runjung Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan. Terdapat suatu adat yang tetap berkembang dan masih dilakukan yaitu adat dalam pembatalan peminangan di Desa Peninjauan bukan hal yang baru. Ada beberapa pasangan yang melakukan pembatalan peminangan, baik dilakukan oleh pihak laki-laki maupun dilakukan oleh pihak perempuan. Mengenai adat istiadat dalam perkawinan ini, dalam masyarakat Desa Peninjauan Kecamatan Buay Runjung Kecamatan Buay Runjung Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan, terdapat kebiasaan tersendiri dalam lamaran. Berdasarkan informasi awal yang peneliti peroleh menyatakan bahwa dalam upacara lamaran pihak laki-laki memberikan hadiah kepada pihak calon mempelai perempuan sebagai tanda ikatan antara kedua belah pihak. Namun apabila terjadi pembatalan peminangan yang di sebabkan oleh hal-hal tertentu, maka pihak calon laki-laki boleh menuntut kembali pemberiannya dan pihak calon perempuan wajib mengembalikan pemberian tersebut bahkan bisa jadi dua kali lipat. 9 Dari latar belakang di atas, penulis tertarik membahas masalah pembatalan peminangan dalam sebuah karya ilmiah yang berbentuk skripsi yang berjudul Tinjauan Hukum Islam Terhadap Perjanjian Tebus Malu Yang Disebabkan Oleh Pembatalan Peminangan Sepihak (Studi Kasus Di Desa Peninjauan Kecamatan Buay Runjung Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan). 9 Wawacara: Ketua Hukum Adat Desa Peninjauan 23 Febuari 2015.

7 B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas maka penulis merumuskan pokok-pokok permasalahannya sebagai berikut : 1. Faktor Dan Dampak Apa Saja Yang Menyebabkan Terjadinya Perjanjian Tebus Malu Yang Disebabkan Oleh Pembatalan Peminangan Sepihak di Desa Peninjauan? 2. Bagaimana Pelaksanaan Perjanjian Tebus Malu Yang Disebabkan Oleh Pembatalan Peminangan Sepihak di Desa Peninjauan? 3. Bagaimana Tinjauan Hukum Islam Terhadap Perjanjian Tebus Malu Yang Disebabkan Oleh Pembatalan Peminangan Sepihak (Studi Kasus Di Desa Peninjauan Kecamatan Buay Runjung Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui faktor-faktor dan dampak dari Perjanjian Tebus Malu yang disebabkan oleh pembatalan peminangan sepihak di Desa Peninjauan. 2. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan perjanjian tebus malu yang disebabkan oleh pembatalan peminangan sepihak di Desa Peninjauan Kecamatan Buay Runjung Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan. 3. Untuk mengetahui bagaimana pandangan hukum Islam terhadap Perjanjian Tebus Malu Yang Disebabkan Oleh Pembatalan Peminangan Sepihak (Studi Kasus Di

8 Desa Peninjauan Kecamatan Buay Runjung Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan. D. Tinjauan Pustaka Ada beberapa tulisan hasil penelitian rekan-rekan dari Fakultas Syari ah UIN Raden Fatah Palembang mengenai peminangan yang dibentuk skripsi adapun hasil penelitian tersebut: Telaah Hukum Islam Terhadap Pembatalan Peminangan Menurut Adat Di Desa Tanjung Pering Kecamatan Indralaya OKI Oleh Pahrudin (2004). Hasil penelitian ini menyimpulkan proses pembatalan peminangan yang terjadi di Desa Tanjung Pering OKI adalah disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya yaitu karena cacat yang ditimbulkan oleh kedua belah pihak, misalnya seorang laki-laki menbatalkan peminangan pada perempuan, karena wanita itu cacat fisik maupun non fisik. Alasan lainnya karena ada gadis lain yang ingin di pinang. ataupun sebaliknya jika wanita yang membatalkan peminang, hal ltu dikarenakan terdapat cacat fisik laki-laki yang datang meminang. 10 Batalnya Rencana Perkawinan Karena Tidak Terpenuhi Pintaan Di Desa Aur Kecamatan Lubay Kabupaten Muara Enim Ditinjau Oleh Mazhab Syafi i Oleh Siti Narwiro (2011). Hasil penelitian ini menyimpulkan beberapa alasan pembatalan peminangan kadar pintaan yang berlaku di Desa Aur Kecamatan Lubay Kabupaten 10 Pahrudin. (2004). Telaah Hukum Islam Terhdap Pembatalan Peminangan Menurut Adat Di Desa Tanjung Pering Kecamatan Indralaya OKI. Skripsi Fakultas Syari ah UIN Raden Fatah, Hlm 49.

9 Muara Enim yang mayoritas terjadi yaitu berupa uang 10 juta, emas tiga suku dan dodol 250 kg. Pintaan ini hendaklah diantarkan oleh mempelai laki-laki dua minggu atau sepuluh hari sebelum pernikahan. Dan akibat dari batalnya rencana pernikahan karena besarnya pintaan, mengakibatkan kedua mempelai kawin lari bahkan ada yang hamil diluar nikah karena tidak dapat memenuhi pintaan calon mempelai perempuan. 11 Tinjauan Fiqh Munakahat Terhadap Penambahan Jumlah Pintaan Dari Orang Tua Calon Mempelai Perempuan Di Desa Lembur Kecamatan Tanjung Agung Kabupaten Muara Enim Oleh Nesti Munawira (2011). Hasil penelitian ini menyimpulkan proses terjadinya adat di Desa Lembur Kecamatan Tanjung Agung Kabupaten Muara Enim tentang Penambahan Jumlah Pintaan Dari Orang Tua Calon Mempelai Perempuan ini ketika pihak keluarga dari calon laki-laki menyampaikan beberapa mahar kepada si gadis (calon mempelai perempuan), setelah si gadis menyebutkan maharnya baru pihak keluarga si laki-laki meminta waktu terlebih dahulu kepada keluarga si gadis untuk bermusawarah terlebih dahulu dengan keluarganya. Setelah beberapa hari orang tua laki-laki ke rumah si gadis, keluarga si laki-laki datang kembali untuk menyampaikan pintaan orang tua si gadis tersebut, ada juga faktor orang tua calon mempelai laki-laki kedua ada campur tangan orang lain. 12 11 Narwiro, Siti. 2011. Batalnya Rencana Perkawinan Karena Tidak Terpenuhi Pintaan Di Desa Aur Kecamatan Lubay Kabupaten Muara Enim Ditinjau Oleh Mazhab Syafi i. Skripsi Fakultas Syari ah UIN Raden Fatah, Hlm 56. 12 Munawira, Nesti. (2011). Tinjauan Fiqh Munakahat Terhadap Penambahan Jumlah Pintaan Dari Orang Tua Orang Tua Calon Mempelai Perempuan Di Desa Lembur Kecamatan Tanjung Agung Kabupaten Muara Enim. Skripsi Fakultas Syari ah UIN Raden Fatah. Hlm 56.

10 E. Metodelogi Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini terletak di Desa Peninjauan Kecamatan Buay Runjung Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan. 2. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah ketua hukum adat, tokoh agama dan masyarakat yang membatalkan peminangan di Desa Peninjuan Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan. Berdasarkan Joko Subagio penelitian ini menggunakan metode Purposive Sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan khusus sehingga layak dijadikan sampel. Kriteria informan yang diambil berdasarkan tingkat pendidikan, wawasan, dan pengetahuan agama. 13 3. Jenis dan Sumber Data 1. Jenis data dalam penelitian ini adalah deskripstif kualitatif yaitu mengemukakan permasalahan yang bersifat penjelasan, permasalahan yang dimaksud adalah tentang kebiasaan masyarakat di Desa Peninjauan Kecamatan Buay Runjung Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan, yang masih ada permasalahan tebus malu yang disebabkan Pembatalan Peminangan sepihak. 14 13 Subagyo, P Joko. 2011. Metode Penelitian Dalam Teori & Praktik, Jakarta: Rineka Cipta, Hlm, 31. 14 Ibid. Subagyo, P Joko. Hlm. 31.

11 2. Sumber data dalam penelitian ini ada dua macam yakni sumber data Primer dan data sekunder. Data primer adalah data pokok yang diperoleh dengan menggunakan penelitian secara langsung terhadap objek-objek penelitian yang akan diteliti, seperti data hasil wawancara tentang adat tebus malu yang disebabkan Pembatalan Peminangan sepihak dari pemuka adat di Desa Peninjauan Kecamatan Buay Runjung Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan. Sedangkan data sekunder adalah data yang dari buku berkaitan dengan pernikahan, seperti Fiqh Munakahat, Fiqh keluarga, Fiqh Sunnah dan buku lainnya yang berkaitan dengan masalah yang dibahas. 15 4. Teknik Pengumpulan Data a. Metode Kepustakaan Studi kepustakaan ini digunakan untuk mendapatkan data skunder yaitu dengan cara membaca, menelaah, mengkaji dan menganalisis buku-buku yang berkaitan dengan pembahasan permasalahan. b. Metode Observasi Salah satu metode pengumpulan data dilakukan melalui wawancara yaitu suatu kegiatan dilakukan untuk mendapatkan informasi secara langsung dengan mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan pada para responden, baik kepada ketua hukum adat, P3N maupun orang yang melakukan 15 Ibid. Subagyo, P Joko. Hlm. 31.

12 pembatalan peminangan tersebut maupun tokoh masyarakat dan tokoh agama. 16 c. Wawancara Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan berhadapan secara langsung dengan diwawancarai tetapi juga diberikan daftar pertanyaan dahulu untuk dijawab pada kesempatan lain, wawancara ini baik kepada ketua hukum adat, P3N ataupun orang yang melakukan pembatalan peminangan tersebut maupun tokoh masyarakat dan tokoh agama. 5. Tehnik Analisis Data Data yang telah diperoleh dari beberapa sumber sebagaimana disebutkan di atas kemudian diseleksi dan diteliti, lalu dianalisis dengan cara mengemukakan permasalahan yang ada dengan sejelas-jelasnya. Lalu penyajian tersebut disimpulkan secara induktif, yakni menarik simpulan dari pernyataan-pernyataan khusus menjadi umum. 6. Sistematika Penulisan Skripsi ini disusun dalam 5 (lima) bab dan mencakup hal-hal yang berhubungan dengan Perspektif Tinjauan Hukum Islam Terhadap Perjanjian Tebus Malu Yang Disebabkan Oleh Pembatalan Peminangan Sepihak (Studi Kasus Di Desa Peninjauan Kecamatan Buay Runjung Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan). Secara garis besar sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut : 16 Ibid. Subagyo, P Joko. Hlm. 30.

13 Bab I. Pendahuluan Dalam bab ini berisi Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Metode Penelitian. Bab II. Gambaran Umum Dalam bab ini berisi uraian umum tentang Gambaran Umum Tempat Penelitian. Yaitu Sejarah Desa Peninjauan, keadaan penduduk dan mata pencaharian, agama dan pendidikan. Bab III. Landasan Teori Dalam bab ini berisi tentang Teori- teori yang Mendukung Penelitian. Yaitu penegrtian peminangan, dasar hukum peminangan, tatacara lamaran. Bab IV. Hasil Penelitian Dan Pembahasan Dalam bab ini berisi penjelasan dan Pembahasan Hasil Penelitian. Yaitu tradisi peminangan, penyebab pembatalan peminangan, Tata cara pembatalan peminangan, akibat hukum pembatalan peminangan dan tinjauan hukum Islam terhadap perjanjian tebus malu yang disebabkan oleh pembatalan peminangan di Desa Peninjauan. Bab V. Kesimpulan Dan Saran Dalam bab ini berisi kesimpulan terhadap hasil penelitian dan saran.