BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 48 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 56 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 49 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 33 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 06 TAHUN 2009 TENTANG

BUPATI ACEH TIMUR PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 25 TAHUN 2016 TENTANG PENETAPAN NOMENKLATUR PERANGKAT DAERAH

BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG

-1- BUPATI ACEH TIMUR PROVINSI ACEH QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN BENGKULU TENGAH

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 54 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 03/Permentan/OT.140/1/2011 TENTANG

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 05 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 5 TAHUN 2010

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 55 TAHUN 2012 TENTANG

2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Luwu Timur dan Kabupaten Mamuju Utara di Provinsi Sulawesi Selatan (Lembaran Negara

BUPATI MADIUN BUPATI MADIUN,

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 47 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI BIMA PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR 04 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 53 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 60 TAHUN 2012 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 4 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG

PERAT URAN DAERAH K ABUP AT EN BAT ANG NOMOR

QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN, DAN KEHUTANAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUARA ENIM NOMOR 5 TAHUN 2008

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 52 TAHUN 2012 TENTANG

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG SISTEM PENYELENGGARAAN PENYULUHAN PERTANIAN DI KABUPATEN BANJAR. BAB I KETENTUAN UMUM.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI (RDK) DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI (RDKK)

PEDOMAN PEMBINAAN TENAGA HARIAN LEPAS TENAGA BANTU PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 21 TAHUN 2009 PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG

BUPATI TEMANGGUNG BUPATI TEMANGGUNG,

BUPATI SIGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 10 TAHUN 2010 T E N T A N G

BUPATI ACEH TIMUR PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG

-1- PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TIMUR PROVINSI ACEH QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG KAWASAN KOTA TERPADU MANDIRI SEUMANAH JAYA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PERATURAN BUPATI TEMANGGUNG NOMOR 77 TAHUN 2008 TENTANG

5. Badan adalah Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Bulungan. 6. Kepala Badan adalah Kepala Badan Pelaksana Penyuluhan dan

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 28 TAHUN 2008 T E N T A N G

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI BAB I PENDAHULUAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI PAKPAK BHARAT

-1- BUPATI ACEH TIMUR PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 38 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI KARO PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI KARO NOMOR 34 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR : 30 TAHUN 2008 TENTA NG

PEDOMAN SISTEM KERJA LATIHAN DAN KUNJUNGAN BAB I PENDAHULUAN

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BARRU

BUPATI LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LOMBOK BARAT,

PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG

-1- GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 126 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 07 TAHUN 2009 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 21 TAHUN TENTANG

- 1 - PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 30 TAHUN 2013 TENTANG MEKANISME KERJA DAN METODE PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN, DAN KEHUTANAN

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.42/Menhut-II/2012 TENTANG PENYULUH KEHUTANAN SWASTA DAN PENYULUH KEHUTANAN SWADAYA MASYARAKAT

BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PENGGUNAAN BIAYA PEMUNGUTAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 36 TAHUN 2010 TENTANG BADAN KOORDINASI PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN PROVINSI JAWA BARAT

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 30 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 47 TAHUN 2016 TENTANG

PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS PERTANIAN, PERKEBUNAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN TEMANGGUNG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.13/MEN/2011 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PROGRAMA PENYULUHAN PERIKANAN

PEDOMAN EVALUASI KINERJA PENYULUH PERTANIAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2009 TENTANG

BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI BARAT, Menimbang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2009 TENTANG PEMBIAYAAN, PEMBINAAN, DAN PENGAWASAN

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP

2016, No Kehutanan tentang Penyuluh Kehutanan Swasta dan Penyuluh Kehutanan Swadaya Masyarakat; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 199

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PEMBIAYAAN, PEMBINAAN, DAN PENGAWASAN PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN, DAN KEHUTANAN.

BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR PER. 13/MEN/2011 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PROGRAMA PENYULUHAN PERIKANAN

BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 53 TAHUN 2009 TENTANG

GUBERNUR LAMPUNG PERATURAN GUBERNUR LAMPUNG NOMOR 39 TAHUN 2007

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

2018, No Menteri Pertanian sebagaimana dimaksud dalam huruf a perlu ditinjau kembali; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud da

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 61/Permentan/OT.140/11/2008 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2011 NOMOR 54 PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 15-X TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HALMAHERA TIMUR NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lemb

BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL. Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Kabupaten Bantul. Penyelenggaraan, penyuluhan, Tingkat Kecamatan.

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 56 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 62 TAHUN 2014 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TIMUR PROVINSI ACEH QANUN KABUPATEN ACEH TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 61/Permentan/OT.140/11/2008 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTAWARINGIN BARAT,

BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG

Transkripsi:

BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN PADA BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN ACEH TIMUR ATAS RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA BUPATI ACEH TIMUR, Menimbang : a. bahwa untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan Penyuluhan Pertanian, Perikanaan dan Kehutanan di tingkat Kecamatan pada Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Aceh Timur serta sebagai implementasi pelaksanaan ketentuan Pasal 8 ayat (2) huruf d Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan, perlu membentuk Balai Penyuluhan Petanian, Perikanan dan Kehutanan; b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Pembentukan Susunan Organisasi dan Tata kerja Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Pada Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Aceh Timur; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 7 Drt Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kabupaten-Kabupaten Dalam Lingkungan Daerah Propinsi Sumatera Utara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1092); 2. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Propinsi Atjeh dan Perubahan Peraturan Pembentukan Propinsi Sumatera Utara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1103); 3. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Keistimewaan Propinsi Daerah Istimewa Aceh (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 172, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3893);

4. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 62, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4633); 5. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 92, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4660); 6. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2010 tentang Hortikultura (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5170); 7. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); 8. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor 227, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5360) 9. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2013 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Petani (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 131, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5433); 10. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 246, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5589); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593); 12. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741); 13. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2009 tentang Pembiayaan, Pembinaan dan Pengawasan Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 87, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5018);

14. Qanun Kabupaten Aceh Timur Nomor 5 Tahun 2010 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (Lembaran Daerah Kabupaten Aceh Timur Tahun 2010 Nomor 5, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Aceh Timur Nomor 34); MEMUTUSKAN Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG PEMBENTUKAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN PADA BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN ACEH TIMUR BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan: 1. Kabupaten adalah Kabupaten Aceh Timur. 2. Pemerintah Daerah Kabupaten yang selanjutnya disebut Pemerintah Kabupaten adalah unsur penyelenggara Pemerintah Kabupaten Aceh Timur yang terdiri atas Bupati dan Perangkat Daerah Kabupaten Aceh Timur. 3. Bupati adalah Bupati Aceh Timur. 4. Sekretaris Daerah Kabupaten Aceh Timur yang selanjutnya disebut Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Kabupaten Aceh Timur. 5. Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Aceh Timur yang selanjutnya disingkat BP4K adalah Lembaga Teknis Kabupaten Aceh Timur yang berbentuk Badan sebagai unsur penunjang dalam penyelenggaraan kegiatan penyuluhan di Kabupaten Aceh Timur. 6. Kepala Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kabupaten yang selanjutnya disebut Kepala Badan adalah Kepala Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Aceh Timur. 7. Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan kehutanan yang selanjutnya disebut Penyuluhan adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong serta mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup. 8. Pertanian yang mencakup tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan yang selanjutnya disebut Pertanian adalah seluruh kegiatan yang meliputi usaha hulu, usaha tani, agroindustri,

pemasaran, dan jasa penunjang pengelolaan sumber daya alam hayati dalam agroekosistem yang sesuai dan berkelanjutan, dengan bantuan teknologi, modal, tenaga kerja, dan manajemen untuk mendapatkan manfaat sebesar-besarnya bagi kesejahteraan masyarakat. 9. Perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan dan lingkungannya secara berkelanjutan, mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan; 10. Kehutanan adalah sistem pengurusan yang bersangkut paut dengan hutan, kawasan hutan, dan hasil hutan yang diselenggarakan secara terpadu dan berkelanjutan. 11. Pelaku Utama kegiatan pertanian, perikanan, dan kehutanan yang selanjutnya disebut Pelaku Utama adalah masyarakat di dalam dan di sekitar kawasan hutan, petani, pekebun, peternak, nelayan, pembudi daya ikan, pengolah ikan, beserta keluarga intinya. 12. Pelaku Usaha adalah perorangan warga negara Indonesia atau korporasi yang dibentuk menurut hukum Indonesia yang mengelola usaha pertanian, perikanan, dan kehutanan. 13. Penyuluh Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disebut Penyuluh PNS adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang pada satuan organisasi lingkup pertanian, perikanan atau kehutanan untuk melakukan kegiatan penyuluhan. 14. Penyuluh Pertanian, Penyuluh Perikanan atau Penyuluh kehutanan, baik Penyuluh PNS, swasta maupun swadaya, yang selanjutnya disebut Penyuluh adalah perorangan warga negara Indonesia yang melakukan kegiatan penyuluhan. 15. Penyuluh Swasta adalah Penyuluh yang berasal dari dunia usaha dan/atau lembaga yang mempunyai kompetensi dalam bidang penyuluhan. 16. Penyuluh Swadaya adalah pelaku utama yang berhasil dalam usahanya dan warga masyarakat lainnya yang dengan kesadarannya sendiri mau dan mampu menjadi penyuluh. 17. Programa Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan yang selanjutnya disebut Programa Penyuluhan adalah rencana tertulis yang disusun secara sistematis untuk memberikan arah dan pedoman sebagai alat pengendali pencapaian tujuan penyuluhan. 18. Kelembagaan Penyuluhan adalah lembaga Pemerintah dan/atau masyarakat yang mempunyai tugas dan fungsi menyelenggarakan penyuluhan. 19. Kecamatan adalah wilayah kerja Camat sebagai perangkat daerah Kabupaten. 20. Gampong adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah, yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat

setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. 21. Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan yang selanjutnya disingkat BP3K adalah kelembagaan penyuluhan yang berada di tingkat kecamatan. 22. Kepala BP3K adalah Kepala Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan. 23. Penyuluh Kecamatan adalah tenaga fungsional sesuai dengan bidang keahliannya. 24. Rencana Kerja Definitif Kelompok yang selanjutnya disingkat RDK adalah rencana kerja usaha tani dari kelompok tani untuk 1 (satu) musim tanam yang disusun melalui musyawarah dan berisi rincian kegiatan dan kesepakatan bersama dalam pengelolaan usaha tani. 25. Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok yang selanjutnya disingkat RDKK adalah rencana kebutuhan kelompok tani untuk 1 (satu) musim tanam yang disusun berdasarkan musyawarah anggota kelompok tani, meliputi kebutuhan benih, pupuk, pestisida, alat dan mesin pertanian serta modal kerja, untuk mendukung pelaksanaan RDK yang dibutuhkan oleh Petani yang merupakan pesanan Kelompok Tani kepada gabungan kelompok tani atau lembaga lain (distributor sarana produksi dan perbankan). 26. Latihan dan Kunjungan yang selanjutnya disingkat LAKU adalah: a. latihan : suatu kegiatan alih pengetahuan dan ketrampilan baik berupa teori maupun praktek dari fasilisator ke Penyuluh melalui metode partisipatif; dan b. kunjungan : kegiatan kunjungan Penyuluh kepada Kelompok Tani di wilayah kerjanya yang dilakukan secara teratur, terarah dan berkelanjutan. 27. Wilayah Kerja Balai Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan yang selanjutnya disingkat WKBP3K adalah merupakan Wilayah Kerja Balai Penyuluhan. 28. Penyuluh WKBP3K adalah Penyuluh Pertanian, Penyuluh Perikanan dan Penyuluh Kehutanan baik PNS, Penyuluh dengan Perjanjian Kerja, Swasta maupun Swadaya yang melakukan kegiatan penyuluhan di wilayah yang telah ditetapkan. 29. Pos Penyuluhan adalah kelembagaan penyuluh pada tingkat gampong. BAB II Pembentukan, Kedudukan dan Wilayah Kerja Pasal 2 Dengan Peraturan ini dibentuk BP3K, yang terdiri dari: 1. BP3K Birem Bayeun berkedudukan di Kecamatan Birem Bayeun dengan wilayah kerja Kecamatan Birem Bayeun;

2. BP3K Rantau Selamat berkedudukan di Kecamatan Rantau Selamat dengan wilayah kerja Kecamatan Rantau Selamat; 3. BP3K Sungai Raya berkedudukan di Kecamatan Sungai Raya dengan wilayah kerja Kecamatan Sungai Raya; 4. BP3K Peureulak Timur berkedudukan di Kecamatan Peureulak Timur dengan wilayah kerja Kecamatan Peureulak Timur; 5. BP3K Peureulak berkedudukan di Kecamatan Peureulak dengan wilayah kerja Kecamatan Peureulak; 6. BP3K Peureulak Barat berkedudukan di Kecamatan Peureulak Barat dengan wilayah kerja Kecamatan Peureulak Barat; 7. BP3K Peudawa berkedudukan di Kecamatan Peudawa dengan wilayah kerja Kecamatan Peudawa; 8. BP3K Idi Timur berkedudukan di Kecamatan Idi Timur dengan wilayah kerja Kecamatan Idi Timur; 9. BP3K Idi Rayeuk berkedudukan di Kecamatan Idi Rayeuk dengan wilayah kerja Kecamatan Idi Rayeuk; 10. BP3K Idi Tunong berkedudukan di Kecamatan Idi Tunong dengan wilayah kerja Kecamatan Idi Tunong; 11. BP3K Banda Alam berkedudukan di Kecamatan Banda Alam dengan wilayah kerja Kecamatan Banda Alam; 12. BP3K Darul Ihsan berkedudukan di Kecamatan Darul Ihsan dengan wilayah kerja Kecamatan Darul Ihsan; 13. BP3K Darul Aman berkedudukan di Kecamatan Darul Aman dengan wilayah kerja Kecamatan Darul Aman; 14. BP3K Darul Falah berkedudukan di Kecamatan Darul Falah dengan wilayah kerja Kecamatan Darul Falah; 15. BP3K Nurussalam berkedudukan di Kecamatan Nurussalam dengan wilayah kerja Kecamatan Nurussalam; 16. BP3K Julok berkedudukan di Kecamatan Julok dengan wilayah kerja Kecamatan Julok; 17. BP3K Indra Makmu berkedudukan di Kecamatan Indra Makmu dengan wilayah kerja Kecamatan Indra Makmu; 18. BP3K Simpang Ulim berkedudukan di Kecamatan Simpang Ulim dengan wilayah kerja Kecamatan Simpang Ulim; 19. BP3K Pante Bidari berkedudukan di Kecamatan Pante Bidari dengan wilayah kerja Kecamatan Pante Bidari; 20. BP3K Madat berkedudukan di Kecamatan Madat dengan wilayah kerja Kecamatan Madat; 21. BP3K Ranto Peureulak berkedudukan di Kecamatan Ranto Peureulak dengan wilayah kerja Kecamatan Ranto Peureulak; 22. BP3K Serba Jadi berkedudukan di Kecamatan Serba Jadi dengan wilayah kerja Kecamatan Serba Jadi; 23. BP3K Peunaron berkedudukan di Kecamatan Peunaron dengan wilayah kerja Kecamatan Peunaron; dan 24. BP3K Simpang Jernih berkedudukan di Kecamatan Simpang Jernih dengan wilayah kerja Kecamatan Simpang Jernih;

BAB III ORGANISASI Bagian Pertama Tugas Pokok dan Fungsi Pasal 3 BP3K dipimpin oleh seorang Kepala BP3K yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala BP4K. Pasal 4 BP3K mempunyai tugas melaksanakan sebagian kegiatan teknis penyuluhan dan/atau kegiatan teknis penunjang kegiatan BP4K di Kecamatan. Pasal 5 Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, BP3K mempunyai fungsi: a. merumuskan dan menyusun programa penyuluhan kecamatan sesuai dengan potensi sumber daya alam dan agro ekonomi dalam rangka dukungan pelaksanaan program Pemerintah dan aspirasi pelaku utama serta pelaku usaha; b. melaksanakan penyuluhan berdasarkan Programa Penyuluhan Kecamatan secara berdaya guna dan berhasil guna; c. menyediakan dan menyebarkan informasi yang diperlukan oleh pelaku utama dan pelaku usaha secara cepat dan tepat sasaran; d. memberdayakan dan memperkuat kelembagaan pelaku utama dan pelaku usaha agar mampu berperan sebagai bagian dari sistem agribisnis di wilayah kerja kecamatan; e. meningkatkan kapasitas Penyuluh PNS, Penyuluh Swadaya, Penyuluh Swasta dan Penyuluh Kontrak agar dapat membimbing, mendampingi, melayani pelaku utama dan pelaku usaha dalam mengembangkan usahanya; f. melaksanakan proses pembelajaran melalui percontohan dan memediasi pemupukan modal, usaha tani bagi pelaku utama dan pelaku usaha secara berdaya guna dan berhasil guna; dan g. melaksanakan tugas-tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh Kepala Badan. Bagian Kedua Susunan Organisasi Pasal 6 (1). Susunan Organisasi dan Tata Kerja BP3K terdiri dari: a. Kepala BP3K; b. Kepala Urusan Ketatausahaan;

c. Penyuluh Kecamatan; dan d. Penyuluh WKBP3K. (2) Bagan Struktur Organisasi dan Tata Kerja BP3K sebagaimana tercantum dalam lampiran dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan ini. Bagian Ketiga Kepala BP3K Pasal 7 (1) Kepala BP3K berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala Badan. (2) Kepala BP3K mempunyai tugas: a. memimpin dan membina BP3K dalam pelaksanaan tugas yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan dan Kebijakan Pemerintah; b. membantu Kepala Badan untuk menyiapkan kebijakan daerah dibidang Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan; c. menyusun Programa Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan pada tingkat Kecamatan sejalan dengan Programa Penyuluhan Kabupaten; d. melakukan kerjasama dengan instansi dan organisasi lain yang menyangkut dengan bidang Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan dengan persetujuan Kepala Badan; e. melaksanakan kegiatan Penyuluhan berdasarkan Programa Penyuluhan Kecamatan; dan f. melaksanakan tugas-tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh Kepala Badan sesuai dengan tugas dan fungsinya. Bagian Keempat Kepala Urusan Ketatausahaan Pasal 8 (1) Kepala Urusan Ketatausahaan adalah unsur pembantu Kepala BP3K dibidang pembinaan dan pengelolaan administrasi. (2) Kepala Urusan Ketatausahaan berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada Kepala BP3K. Pasal 9 Kepala Urusan Ketatausahaan mempunyai tugas melakukan koordinasi penyusunan program kerja, pengelolaan administrasi umum, perlengkapan, kepegawaian, dokumentasi, penata arsip, organisasi dan ketatalaksanaan serta pelayanan Administrasi kepada seluruh unit kerja di lingkungan BP3K.

Pasal 10 Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9, Kepala Urusan Ketatausahaan mempunyai fungsi: a. pengelolaan dan pembinaan administrasi umum, kepegawaian, perlengkapan, rumah tangga, dokumentasi penataan arsip, organisai dan ketatalaksanaan; b. pengkoordinasian penyusunan program kerja/kegiatan; c. penyiapan data, informasi dan pelaporan; dan d. pelaksanaan tugas-tugas kedinasan lainnya yang diberikan oleh Kepala BP3K sesuai dengan bidang tugasnya. Bagian Kelima Penyuluh Kecamatan Pasal 11 Penyuluh Kecamatan terdiri dari: a. Penyuluh Urusan Programa. b. Penyuluh Urusan Sumberdaya; c. Penyuluh Urusan Supervisi. Pasal 12 (1) Penyuluh Urusan Programa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 huruf a, mempunyai tugas: a. melakukan identifikasi dan kompilasi permasalahan serta umpan balik penerapan rekomendasi teknologi di WKBP3K; b. memfasilitasi Penyuluh WKBP3K dalam penyusunan data potensi wilayah dan agroekosistem yang meliputi peta wilayah kerja, potensi wilayah kerja, monografi wilayah kerja, dan rencana kegiatan Penyuluh Gampong; c. menyusun rencana kegiatan BP3K, meliputi jadwal penyusunan programa, jadwal kegiatan LAKU, jadwal pertemuan dengan pelaku utama dan pelaku usaha, jadwal pendampingan RDK/RDKK, jadwal penyiapan dan penyebaran materi, jadwal monitoring dan evaluasi dan pelaporan dengan memperhatikan kebutuhan petani dilapangan; d. mengkoordinasikan, mempersiapkan dan menyusun programa penyuluhan kecamatan, meliputi penyelenggaraan rembug tani, mimbar sarasehan, dan pengesahan programa (jadwal pelaksanaan kegiatan); e. menyusun rencana penyebarluasan informasi agribisnis dan teknologi lokasi spesifik berdasarkan RDKK, meliputi jadwal pendampingan, materi pendampingan dan metoda pendampingan. f. menyusun rencana penyebarluasan informasi agribisnis dan teknologi spesifik lokasi, kebijakan yang terkait dengan pengelolaan Sumberdaya Alam

(SDA), kelestarian lingkungan, permodalan, pemasaran, penggunaan sarana produksi, meliputi penetapan sasaran, waktu, lokasi, cara penyebaran dan biaya; g. menyusun rencana pelaksanaan sistem kerja LAKU di WKBP3K, meliputi jadwal, meteri/topik, dan metoda; h. menyusun perencanaan pelaksanaan demontrasi plot (dem-plot), demontrasi farm (dem-farm) demontrasi area (dem-area), demontrasi unit (dem-unit) dan sekolah lapang (PTT, PHT, iklim, GAP, GHP, pengolahan dan pemasaran hasil) di wilayah kerja BP3K, meliputi sasaran, penetapan lokasi, materi/teknologi, pihak yang terkait, kebutuhan sarana dan pembiayaan; dan i. menyusun perencanaan pelaksanaan forum-forum penyuluhan tingkat gampong, antara lain rembug tani, mimbar sarasehan, temu teknis, temu usaha, temu lapang, temu wicara, meliputi jadwal, sasaran, materi/topik, pihak-pihak yang terkait dan pembiayaan. (2) Penyuluh Urusan Sumberdaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 huru b, mempunyai tugas: a. menyusun kegiatan pengembangan komoditas unggulan di WKBP3K, meliputi data potensi komoditi unggulan, data permintaan komoditi, data sumberdaya manusia (SDM) yang menangani komoditi unggulan, data kebutuhan teknologi, data sarana dan prasarana data sumber-sumber permodalan, data pemasaran dan kebijakan terhadap komoditi unggulan; b. melakukan penumbuhkembangan/pemberdayaan/ penguatan kelembagaan pelaku utama, meliputi identifikasi kelembagaan petani (jumlah, tingkat kemampuan, potensi), jadwal pembimbingan (anjangsana/kunjungan, latihan, kursus, studi banding, magang); c. melakukan penguatan, pemberdayaan dan pengawalan kelembagaan ekonomi petani, meliputi: 1) identifikasi kelembagaan ekonomi, mencakup jumlah dan tingkat kemampuan, antara lain manajerial, permodalan, pemasaran, dan pengembangan jaringan usaha serta potensi kelembagaan; dan 2) rencana kegiatan penguatan, pemdampingan/pembimbingan kelembagaan petani mencakup rencana pengembangan kerjasama baik dari aspek penguatan Sumber Daya Manusia (SDM), sarana prasarana dan permodalan serta pengembangan usaha. d. melakukan koordinasi dengan Unit Pelaksana Teknis (UPT) pada dinas terkait dalam hal pengembangan komoditi, meliputi sasaran areal, penggunaan sarana produksi, target peningkatan produktivitas di WKBP3K;

e. melakukan konsultasi dengan sumber-sumber teknologi/peneliti pendamping di kabupaten/kota terkait dengan pengembangan komoditi, meliputi ketersediaan teknologi dan penerapan teknologi sesuai dengan kondisi lokasi di WKBP3K; f. mempersiapkan penetapan metoda dan penyusunan materi penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan mencakup keadaan/kondisi wilayah, jumlah dan spesifikasi sasaran dan waktu penyampaian sesuai dengan kebutuhan di WKBP3K; g. menyusun rencana optimasi pemanfaatan lahan dan pengembangan lahan pertanian, perikanan dan kehutanan di WKBP3K, mencakup identifikasi data penggunaan lahan, teknologi yang diperlukan, Sumber Daya Manusia (SDM), sarana dan prasarana, serta pembiayaan yang diperlukan; h. menumbuhkembangkan jejaring kerjasama antar sesama kelembagaan petani dan antar kelembagaan petani dengan stakeholder, meliputi identifikasi data komoditas, Sumber Daya Manusia (SDM), tingkat kerjasama (formal/non-formal); dan i. memfasilitasi peningkatan kapasitas dan profesionalisme penyuluh di wilayah kerjanya, meliputi identifikasi kebutuhan kompetensi, penyusunan jadwal dan melakukan komunikasi terkait dengan latihan, workshop, magang, seminar. (3) Penyuluh Urusan Supervisi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 huruf c, mempunyai tugas: a. memantau pelaksanaan programa penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan di WKBP3K, meliputi pelaksanaan rencana kegiatan dilihat dari aspek pencapaian tujuan, hasil dan manfaat; b. memantau realisasi pelaksanaan penyusunan RKP Tahunan, meliputi pelaksanaan kegiatan dilihat dari aspek pencapaian tujuan, hasil dan manfaat; c. memantau pelaksanaan pendampingan penyusunan RDK/RDKK disetiap WKBP3K, meliputi kesesuaian dan pemenuhan kebutuhan RDK/RDKK; d. memantau pelaksanaan pendampingan penerapan teknologi spesifik lokasi di setiap WKBP3K, meliputi kesesuaian dan pemenuhan kebutuhan teknologi spesifik lokasi; e. memantau efektivitas pelaksanaan sistem kerja LAKU di setiap WKBP3K, meliputi pencapaian hasil pelaksanaan sistem LAKU, baik dilihat dari pelatihan dan kunjungannya; f. memantau efektivitas, manfaat dan dampak penyebaran informasi agribisnis dan teknologi spesifik lokasi di WKBP3K, meliputi ketepatan sasaran, penerapan dan dampak; g. memantau tingkat perkembangan penerapan rekomendasi teknologi pertanian, perikanan dan kehutanan di setiap WKBP3K, meliputi ketepatan pelaksanaan rekomendasi dan dampak rekomendasi;

h. memantau realisasi perkembangan penyusunan RDK/RDKK di setiap WKBP3K, meliputi jumlah RDK/RDKK, dan tindak lanjut penyelesaian RDK/RDKK; i. memantau permasalahan dan hambatan yang dihadapi oleh penyuluh dalam pelaksanaan penyuluhan di WKBP3K, meliputi materi, metoda, sarana dan biaya penyuluhan; j. melakukan evaluasi kinerja penyuluh, meliputi perencanaan, pelaksanaan dan hasil yang dicapai; dan k. melakukan evaluasi pelaksanaan penyuluh, meliputi penyusunan programa, rencana kerja penyuluh, penyediaan dan penyebaran informasi, penerapan rekomendasi, pembiayaan serta penyampaian laporan pelaksanaan penyuluhan. Bagian Keenam Penyuluh WKP3K Pasal 13 (1) WKP3K dibina oleh seorang Penyuluh dan bertanggung jawab kepada Kepala BP3K. (2) Penyuluh WKP3K mempunyai tugas: a. melaksanakan penyusunan programa dan rencana kerja penyuluh; b. menyusun Petunjuk Teknis kegiatan penyuluhan, seperti kursus, SL-PTT, magang, pertemuan, percontohan, dan kaji terap; c. menyusun materi penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan dalam bentuk folder, poster, peta singkap, alat peraga, slide dan kaset serta menyebarluaskan materi penyuluhan melalui berbagai kegiatan; d. melakukan kunjungan, tatap muka/anjangsana ke petani, Kelompok Tani (Poktan), Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan), asosiasi dalam rangka menyampaikan materi, dan memecahkan masalah yang dihadapi baik berupa teknologi maupun nonteknologi; e. melaksanakan berbagai pertemuan, seperti temu wicara, temu lapang, temu teknologi, temu karya, temu usaha, dan temu teknis penyuluh dalam rangka penyampaian informasi, tukar pengalaman, memecahkan masalah, dan penggalian informasi/umpan balik, serta meningkatkan kemampuan kepemimpinan pelaku utama dan pelaku usaha; f. melaksanakan kursus, SL-PTT, dan magang dalam rangka meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap para pelaku utama dan pelaku usaha dalam menjalankan usaha taninya; g. melaksanakan karya wisata dan studi banding dalam rangka menumbuhkan minat, motivasi serta

memperkaya pengalaman pelaku utama dan pelaku usaha sesuai dengan usaha yang akan dan sedang dijalankan; h. melaksanakan kaji terap teknologi dalam rangka memantapkan teknologi sesuai dengan spesifik lokasi oleh para penyuluh sebelum teknologi disebarluaskan kepada para pelaku utama dan pelaku usaha; i. melaksanakan percontohan/dem-plot, dem-farm, dem-area, dem-unit, dalam rangka penerapan teknologi produksi, pengolahan, pemasaran, serta manajemen usaha dalam sistem dan usaha agribisnis di WKBP3K; j. melaksanakan penumbuhkembangan kelembagaan petani, dalam rangka peningkatan kelas kelompok (pemula, lanjut, madya, dan utama); k. melaksanakan/mengikuti kegiatan workshop, seminar, magang, studi banding, lokakarya dalam rangka pengembangan profesi sebagai seorang penyuluh; dan l. melaksanakan penulisan Karya Tulis Ilmiah (KTI) bidang pertanian, perikanan dan kehutanan dalam rangka pengembangan profesi sebagai seorang penyuluh. BAB IV Kepegawaian Pasal 14 (1) Kepala BP3K adalah Jabatan Non Eselonering. (2) Urusan Ketatausahaan adalah Jabatan Non Eselonering. (3) Di lingkungan BP3K dapat diangkat dan ditempatkan Pegawai Negeri Sipil dalam Jabatan Fungsional dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan dan sesuai dengan kebutuhan serta kemampuan daerah. Pasal 15 (1) Kepala BP3K, Kepala Urusan Ketatausahaan, Penyuluh Kecamatan dan Penyuluh WKP3K diangkat dan diberhentikan oleh Kepala BP4K dengan berpedoman pada peraturan perundang-undangan; (2) Pejabat lain di lingkungan BP3K diangkat dan diberhentikan oleh Kepala BP4K atas usul Kepala BP3K dengan memperhatikan pedoman dan ketentuan berdasarkan peraturan perundang-undangan. BAB V Pembiayaan Pasal 16 Segala biaya yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan pada BP3K dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Kabupaten (APBK) yang dialokasikan pada BP4K serta sumber-sumber lain yang sah dan tidak mengikat.

BAB VI Ketentuan Penutup Pasal 17 Pada saat Peraturan ini mulai berlaku, maka Keputusan Bupati Aceh Timur Nomor : Peg. 814/SK/23/1998 Tanggal 10 Juni 1998 tentang Penetapan Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) dan Penunjukan Kepala BPP/Koordinator PPL dalam Daerah Tingkat II Aceh Timur dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 18 Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan Pengundangan Peraturan ini dengan penempatannya dalam Berita Kabupaten Aceh Timur. Diundangkan di Idi pada tanggal 11 Februari 2015 M 21 Rabi ul Akhir 1436 H SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN ACEH TIMUR, ttd M. IKHSAN AHYAT BERITA KABUPATEN ACEH TIMUR TAHUN 2015 NOMOR 3 Ditetapkan di Idi pada tanggal 11 Februari 2015 M 21 Rabi ul Akhir1436 H BUPATI ACEH TIMUR, ttd HASBALLAH BIN M. THAIB Salinan sesuai dengan aslinya KEPALA BAGIAN HUKUM SETDAKAB. ACEH TIMUR, MB. HARVIRDAUS, SH Penata Tk.1(III/d) Nip. 19620324 199203 1 003

LAMPIRAN PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN PADA BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN ACEH TIMUR BAGAN STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA BALAI PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN KEPALA BALAI PENYULUH KECAMATAN KEPALA URUSAN KETATAUSAHAAN PENYULUH WILAYAH KERJA BALAI PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN BUPATI ACEH TIMUR, ttd Salinan sesuai dengan aslinya KEPALA BAGIAN HUKUM SETDAKAB. ACEH TIMUR, HASBALLAH BIN M. THAIB MB. HARVIRDAUS, SH Penata Tk.1(III/d) Nip. 19620324 199203 1 003