BAHAN DAN METODE PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAHAN DAN METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODE. Materi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama 13 minggu, pada 12 Mei hingga 11 Agustus 2012

MATERI DAN METODE. Materi

BAB III MATERI DAN METODE. periode starter terhadap performans pada Ayam Kedu Hitam umur 0-10 Minggu.

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Gambar 1. Ternak Domba yang Digunakan

MATERI DAN METODE. Waktu dan Lokasi. Materi

MATERI DAN METODE. Gambar 2. Contoh Domba Penelitian

Gambar 2. Domba didalam Kandang Individu

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian Efisiensi Penggunaan Pakan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian kecernaan protein dan retensi nitrogen pakan komplit dengan

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

MATERI. Lokasi dan Waktu

METODE PENELITIAN. Gambar 2 Ternak dan Kandang Percobaan

MATERI DAN METODE. Gambar 3. Domba yang Digunakan Dalam Penelitian

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul Kecernaan dan Deposisi Protein Pakan pada Sapi

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan yaitu Domba Garut betina umur 9-10 bulan sebanyak

MATERI DAN METODE. Materi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama satu bulan, pada 27 Agustus - 26 September 2012

MATERI DAN METODE. Bahan Bahan yang digunakan untuk produksi biomineral yaitu cairan rumen dari sapi potong, HCl 1M, dan aquadest.

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu. Materi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan di Kandang Peternakan Koperasi PT Gunung

DAFTAR LAMPIRAN. Lampiran 1. Hasil analisis proksimat bahan pakan No Bahan Protein (%)

MATERI DAN METODE. Materi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama 1 bulan, pada Agustus 2012 hingga September

METODE. Materi. Metode

BAB III METODE PENELITIAN. Alat yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Alat yang Digunakan dalam Penelitian.

MATERI DAN METODE. Materi

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juni 2016 dengan tiga

BAB III MATERI DAN METODE. dilaksanakan pada bulan Maret Juni Lokasi penelitian di kandang

MATERI DA METODE. Lokasi dan Waktu

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Tabel 3. Komposisi Nutrisi Ransum Komersial.

FORMULASI RANSUM PADA USAHA TERNAK SAPI PENGGEMUKAN

MATERI DAN METODE. Gambar 4. Ternak Kerbau yang Digunakan Dalam Penelitian

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan 24 ekor Domba Garut jantan muda umur 8 bulan

METODE. Materi 10,76 12,09 3,19 20,90 53,16

BAB III MATERI DAN METODE. Merah (Hylocereus polyrhizus) terhadap Performa Burung Puyuh Betina Umur 16

PENGARUH SUBSTITUSI RUMPUT GAJAH DENGAN LIMBAH TANAMAN SAWI PUTIH FERMENTASI TERHADAP PENAMPILAN PRODUKSI DOMBA LOKAL JANTAN EKOR TIPIS SKRIPSI

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kelinci lokal dengan

METODE. Materi. Gambar 2. Contoh Domba yang Digunakan dalam Penelitian Foto: Nur adhadinia (2011)

MATERI DAN METODE. Materi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap dalam ransum

BAB III MATERI DAN METODE. Lokasi yang digunakan dalam penelitian adalah Laboratorium Ilmu Ternak

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan dalam penelitian adalah ayam kampung jenis sentul

Gambar 6. Pemberian Obat Pada Domba Sumber : Dokumentasi Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. selatan kota Gorontalo. Penelitian berlangsung selama dua bulan mulai dari bulan

Penambahan Putih Telur Pada Mineral Blok Dengan Level Yang Berbeda Terhadap Performans Domba Lokal Jantan Lepas Sapih. Aziz Husein Rangkuti

HASIL DAN PEMBAHASAN

MATERI DAN METODE P1U4 P1U1 P1U2 P1U3 P2U1 P2U2 P2U3 P2U4. Gambar 1. Kambing Peranaka n Etawah yang Diguna ka n dalam Penelitian

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang Penggunaan Tepung Daun Mengkudu (Morinda

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret Juni 2016.Lokasi penelitian di

Lampiran 1. Prosedur Pemeliharaan Kelinci Lokal Koloni dan Individu. 1. Pembuatan kandang untuk 2 perlakuan, yaitu koloni dan individu.

MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Materi Ternak Kandang dan Peralatan Ransum

TEKNIK PENGOLAHAN UMB (Urea Molases Blok) UNTUK TERNAK RUMINANSIA Catur Prasetiyono LOKA PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN KEPRI

MATERI DAN METODE. Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium. Research and Development Station (UARDS) Universitas Islam Negeri Sultan

BAB III MATERI DAN METODE. hijau terhadap bobot relatif dan panjang organ pencernaan itik Magelang jantan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai tingkah laku makan sapi Madura jantan yang diberi

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. jantan dengan bobot badan rata-rata 29,66 ± 2,74 kg sebanyak 20 ekor dan umur

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian yang berjudul Pengaruh Pemberian Tingkat Protein Ransum dan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang Pengaruh Frekuensi dan Awal Pemberian Pakan terhadap

BAB III MATERI DAN METODE. Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro, Semarang.

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. kelompok perlakuan dan setiap kelompok diulang sebanyak 5 kali sehingga setiap

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Limbah Ikan Bandeng (Chanos

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang pemanfaatan tepung olahan biji alpukat sebagai

UMMB ( Urea Molasses Multinutrient Block) Pakan Ternak Tambahan bergizi Tinggi

BAB III MATERI DAN METODE. berbeda dilaksanakan mulai bulan Maret sampai Agustus 2016 di kandang domba

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Campuran Onggok dan Molase

MATERI DAN METODE. Penelitian ini akan dilaksanakan selama 5 minggu dimulai dari bulan

Strategi Peningkatan Produktivitas Sapi Bali Penggemukan Melalui Perbaikan Pakan Berbasis Sumberdaya Lokal di Pulau Timor

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

I. MATERI DAN METODE. Pelaksanaan penelitian ini bertempat di Laboratarium UIN Agriculture Research and

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

BAB III MATERI DAN METODE. pollard) terhadap respon fisiologi kelinci NZW betina dilaksanakan pada bulan

EFEK PENGGUNAAN KONSENTRAT PABRIKAN DAN BUATAN SENDIRI DALAM RANSUM BABI STARTER TERHADAP EFISIENSI PENGGUNAAN RANSUM. S.N.

MATERI DAN METODE. Gambar 4. Kelinci Peranakan New Zealand White Jantan Sumber : Dokumentasi penelitian (2011)

PENGGUNAAN PROBION PADA JERAMI FERMENTASI YANG DI IMBANGI PAKAN KOSENTRAT TERHADAP PERTAMBAHAN BOBOT BADAN DOMBA LOKAL JANTAN

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret Juli 2016 di Kandang Domba

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Kabupaten Bogor. Pada umur 0-14 hari ayam diberi ransum yang sama yaitu

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi Ternak Percobaan. Kandang dan Perlengkapan

UMMF (Urea Molasses MultinullrienL Olock) Fakan Ternak Tambahan Eerqizi Tinqqi

BAB III MATERI DAN METODE. 10 minggu dilaksanakan pada bulan November 2016 Januari 2017 di kandang

BAB III METODE PENELITIAN. Ayam Pedaging dan Konversi Pakan ini merupakan penelitian penelitian. ransum yang digunakan yaitu 0%, 10%, 15% dan 20%.

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

MATERI DAN METODE. Materi

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan November sampai Desember 2013 di

III. MATERI DAN METODE PENELITIAN

KATA PENGANTAR. dan karunia-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul Pengaruh Penambahan Kunyit dan Jahe Dalam

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. minggu dengan bobot badan rata-rata gram dan koefisien variasi 9.05%

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. starter sampai finisher (1-35 hari) sebanyak 100 ekor dan koefisien variasi kurang

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. jenis sentul dengan umur 1 hari (day old chick) yang diperoleh dari Balai

Transkripsi:

BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Peternakan Chairudin P Lubis (CPL) Desa Simalingkar Kelurahan Kuala Bekala, Medan. Penelitian berlangsung selama 4 bulan yang dimulai dari Januari sampai April 2010. Bahan dan Alat Penelitian Bahan Adapun sapi bali betina yang digunakan sebanyak 12 ekor dengan kisaran bobot badan antara 130 167 kg. Bahan pakan terdiri dari hijauan (rumput lapangan), molasses, bungkil kelapa, tepung ikan, ampas tahu, ultra mineral dan kapur. Bahan lain yang dibutuhkan antara lain obat - obatan seperti obat cacing Wormzol-B, Rodalon sebagai desinfektan, vitamin B kompleks, garam serta air minum. Alat Kandang individu sebanyak 12 unit lengkap dengan perlengkapannya disiapkan sebagai salah satu alat penelitian. Kandang tersebut dilengkapi dengan tempat pakan yang berfungsi sebagai wadah pakan. Kandang juga harus dilengkapi dengan alat penerang kandang seperti lampu. Timbangan digital iconix FX1 kapasitas 1000 kg dengan kepekaan 1% sebagai penimbang bobot badan sapi disediakan. Pada saat penimbangan bobot badan sapi digunakan papan sebagai alas pada timbangan. Timbangan dengan kapasitas 10 kg dengan kepekaan 10 g

untuk menimbang bahan pakan. Beberapa alat lain yang digunakan antara lain ember sebanyak 12 buah sebagai tempat minum, karung sebagai tempat pakan, sapu lidi dan sekop sebagai alat pembersih kandang, kereta sorong sebagai alat pengangkut bahan pakan. Pulpen dan buku untuk mencatat semua data. Metode Penelitian Adapun rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak kelompok (RAK) dengan 3 perlakuan dan 4 kelompok. yang akan diteliti sebagai berikut : P 0 = Hijauan (rumput lapangan) 100 % P 1 = P 0 + BM A P 2 = P 0 + BM B Model linier yang digunakan untuk Rancangan Acak Kelompok (RAK) adalah : Y ij = µ + T i + B j + є ij Dimana : i j Y ij = 1,2,3, r (ulangan) = 1,2,3, t (perlakuan) = Hasil pengamatan pada ulangan ke- i dan perlakuan ke- j µ = Nilai rerata (mean) harapan T i B j = Pengaruh perlakuan ke-i = Pengaruh blok ke-j є ij = Pengaruh galat (experimental error) (Hanafiah, 2003).

Adapun denah susunan perlakuan didalam penelitian : P 0 R 1 P 0 R 2 P 0 R 3 P 0 R 4 P 1 R 1 P 1 R 2 P 1 R 3 P 1 R 4 P 2 R 1 P 2 R 2 P 2 R 3 P 2 R 4 Dimana : P = (P 0, P 1 dan P 2 ) R = Kelompok R 1 (126 133 kg), R 2 (135 148 kg), R 3 (149 161 kg) dan R 4 iiiiiiiiii(163 179 kg) Peubah yang Diamati Konsumsi Pakan Konsumsi pakan dihitung setiap satu hari satu malam (24) jam. Data konsumsi pakan diperoleh dengan cara melakukan penimbangan pakan yang diberikan pada pagi hari kemudian dikurangkan dengan penimbangan pakan sisa yang dilakukan pada pagi esok harinya. Konsumsi pakan = Pakan yang diberikan Pakan sisa Pertambahan Bobot Badan Pertambahan bobot badan sapi dihitung berdasarkan selisih dari penimbangan bobot badan akhir dikurangi dengan bobot badan awal dibagi dengan jumlah hari pengamatan. PBB = BB Akhir BB Awal

Konversi Pakan Konversi pakan dihitung berdasarkan perbandingan jumlah pakan yang dikonsumsi (g/ekor/hari) dengan pertambahan bobot badan (g/ekor/hari) Konversi Pakan = Konsumsi Pakan PBB Pelaksanaan Penelitian 1. Persiapan Kandang Kandang terdiri atas 12 unit dengan masing-masing kandang memliki ukuran 1.5 x 2 m dan tempat pakan serta tempat minum. 2. Pengacakan sapi bali. Sapi bali yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 12 ekor, penempatan sapi bali dengan sistem pengacakan (random). Sebelumnya dilakukan penimbangan bobot badan awal sapi bali dengan menggunakan timbangan digital duduk kapasitas 1000 kg. 3. Pemberian Pakan dan Minum. Pakan yang diberikan disesuaikan dengan perlakuan. Hijauan yang diberikan merupakan rumput lapangan yang telah dipotong kecil-kecil sebanyak 10% bobot badan dan diberikan 2 kali sehari. Sisa rumput yang diberikan ditimbang keesokan harinya untuk mengetahui konsumsi ternak tersebut. Pemberian air minum dilakukan secara ad libitum. Air diganti setiap hari dan tempatnya dicuci dengan bersih. 4. Pembuatan Blok Multinutrisi (BM)

Pembuatan blok multinutrisi (BM) menggunakan beberapa bahan antara lain molases, urea, bungkil inti sawit (BIS), tepung ikan, bungkil kelapa, ampas tahu, dedak padi, kapur, garam dapur dan ultra mineral serta air. Komposisi setiap bahan yang akan digunakan sebagai percobaan disesuaikan dengan perlakuan yang diberikan. Proses pembuatan dilakukan melalui beberapa tahapan sebagai berikut : a. Premixing yaitu mencampur komponen bahan yang digunakan dalam jumlah sedikit. b. Mixing yaitu mencampur semua komponen bahan yang akan digunakan. c. Pressing yaitu pembuatan blok dengan menggunakan cetakan. d. Drying; yaitu pengeringan dengan cara penjemuaran. e. Packaging yaitu pengemasan dengan menggunakan goni plastik. 5. Pemberian blok multinutrisi (BM) Blok multinutrisi (BM) diberikan secara ad libitum yaitu dengan cara meletakkannya pada wadah yang mudah dijangkau ternak. Tabel 5. Susunan blok multinutrisi (BM) Bahan Pakan Komposisi (%) BM A BM B Molases 12 12 Urea 3 3 BIS 10 10 Dedak padi 19 19 Tepung ikan 4 4 Kapur 4 2 Garam 3 3 Ultra mineral 0 2 Bungkil kelapa 15 15 Ampas tahu 30 30 Total 100 100

HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi Pakan Pengambilan data konsumsi pakan sapi dilakukan setiap harinya, data konsumsi pakan diperoleh dengan cara melakukan penimbangan pakan yang diberikan pada pagi hari kemudian dikurangkan dengan penimbangan pakan sisa yang dilakukan pada pagi esok harinya. Data hasil pengamatan terhadap rataan konsumsi pakan dalam bahan kering sapi disajikan pada Tabel 6. Tabel 6. konsumsi pakan sapi minggu I - IV (g/ekor/hari) (BK) P 0 5480.72 5280.00 5314.74 5464.31 5384.94 P 1 5388.99 5709.37 5629.27 5530.84 5564.62 P 2 5740.92 5655.04 5620.00* 5479.89 5623.96 Tabel 7. konsumsi pakan sapi minggu I - II (g/ekor/hari) (BK) P 0 5501.47 5276.62 5262.15 5441.64 5370.47 P 1 5405.39 5720.95 5735.42 5470.05 5582.95 P 2 5687.37 5695.09 5656.00* 5497.26 5633.93 Tabel 8. konsumsi pakan sapi minggu II - IV (g/ekor/hari) (BK) P 0 5459.97 5283.38 5367.33 5486.99 5399.42 P 1 5372.58 5697.79 5523.12 5591.64 5546.28 P 2 5794.48 5614.99 5587.17* 5462.52 5614.79 Tebel 6 memperlihatkan bahwa rataan konsumsi pakan sapi dalam bahan kering tertinggi ditunjukan oleh perlakuan P 2 (suplementasi blok multinutrisi B). Tingginya konsumsi pakan perlakuan P 2 tidak hanya terlihat pada minggu I

sampai II (tabel 7) yaitu 5633.93 g/ekor/hari, namun juga terlihat pada minggu II sampai IV (5614.79 g/ekor/hari) seperti yang tersaji pada tabel 8. Sedangkan rataan konsumsi pakan terendah diperoleh dari perlakuan P 0 (tanpa suplemenatsi blok multinutrisi). Tingkat konsumsi pakan sapi yang hanya diberi hijauan selama penelitian hanya sebesar 5384.94 g/ekor/hari. Hasil sidik ragam perlakuan terhadap konsumsi pakan sapi (Lampiran 7) menunjukan bahwa suplementasi blok multinutrisi (BM) memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap konsumsi pakan sapi per ekor per harinya. Tingkat konsumsi pakan dari perlakuan dapat dilihat pada Gambar 1. =P0 =P1 =P2 Gambar 1. Grafik konsumsi pakan sapi bali dari ketiga perlakuan Pada minggu I sampai II tingkat konsumsi pakan sapi yang hanya diberi hijauan (P 0 ) lebih rendah 3.81% dari pakan perlakuan P 1 dan lebih rendah 4.68% dari perlakuan P 2. Hasil yang sama juga ditunjukan pada minggu II sampai IV, Tingkat konsumsi pakan sapi yang hanya diberi hijauan masih lebih rendah

dibandingkan dengan sapi yang mendapatkan blok multinutrisi. Perbedaan konsumsi pakan ini berlaku pada minggu I sampai minggu IV. Namun demikian, dilihat secara konsumsi pakan sapi dari ketiga perlakuan tidak berbeda nyata, terlihat pada rata rata konsumsi pakan per ekor per hari seperti pada Gambar 1. Perbedaan konsumsi pakan ini menunjukan bahwa suplementasi blok multinutrisi (BM) dapat meningkatkan konsumsi pakan sapi. Kandungan bahan kering blok multinutrisi yang lebih tinggi dari kandungan bahan kering hijauan berpengaruh terhadap tingkat konsumsi pakan sapi yang semakin baik. Kebutuhan bahan kering sapi yang tidak terpenuhi sepenuhnya dari hijauan dapat tercukupi dari kandungan bahan kering blok multinutrisi yang ditambahkan dalam pakan sapi. Hal ini sesuai dengan pendapat Tillman dkk. (1991) yang menyatakan bahwa fungsi bahan kering pakan antara lain sebagai pengisi lambung, perangsang dinding saluran pencernaan dan menguatkan pembentukan enzim, apabila ternak kekurangan BK menyebabkan ternak merasa tidak kenyang. Pertambahan Bobot Badan Pengambilan data pertambahan bobot badan sapi dilakukan pada minggu II dan IV. Data hasil pengamatan pertambahan bobot badan sapi dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. pertambahan bobot badan sapi minggu I - IV (g/ekor/hari) P 0 233.33 233.33 200.00 300.00 241.67 P 1 333.33 300.00 200.00 166.67 250.00 P 2 400.00 233.33 216.67* 200.00 262.50

Tabel 10. pertambahan bobot badan sapi minggu I - II (g/ekor/hari) P 0 133.33 200.00 133.33 333.33 200.00 P 1 266.67 266.67 200.00 266.67 250.00 P 2 333.33 333.33 211.11* 200.00 269.44 Tabel 11. pertambahan bobot badan sapi minggu II IV (g/ekor/hari) P 0 333.33 266.67 266.67 266.67 283.33 P 1 400.00 333.33 200.00 66.67 250.00 P 2 466.67 133.33 222.22* 200.00 255.56 Berdasarkan hasil pertambahan bobot badan sapi dari Tabel 10 dapat terlihat jelas bahwa pada minggu I sampai II, perlakuan P 2 memberikan hasil rataan pertambahan bobot badan tertinggi sebesar 269.44 g/ekor/hari dan hasil rataan pertambahan bobot badan terendah diperoleh dari perlakuan P 0 sebesar 200.00 g/ekor/hari. Namun pada minggu II IV (tabel 11), pertambahan bobot badan pada perlakuan P 0 (283.33 g/ekor/hari) lebih tinggi dari perlakuan P 1` (250.00 g/ekor/hari) dan P 2 (255.56 g/ekor/hari). Jika dilihat secara keseluruhan yakni dari minggu I sampai IV (tabel 9), pertambahan bobot badan yang dihasilkan oleh perlakuan P 0 (241.67 g/ekor/hari) lebih rendah dari perlakuan P 1 (250.00 g/ekor/hari) dan P 2 (262.50 g/ekor/hari). Hal ini menunjukan bahwa suplementasi blok multinutrisi (BM) dalam pakan mampu meningkatkan kualitas dan kuantitas pakan sapi. Analisis keragaman pertambahan bobot badan sapi (Lampiran 11) diperoleh hasil bahwasanya semua perlakuan memberikan hasil yang sama

terhadap pertambahan bobot badan sapi. pertambahan bobot badan sapi dari ketiga perlakuan dapat dilihat pada Gambar 2. =P0 =P1 =P2 Gambar 2. Pertambahan bobot badan sapi bali dari ketiga perlakuan Berdasarkan Gambar 2 menunjukan bahwa pertambahan bobot badan sapi dari minggu I sampai II pada perlakuan P 1 dan P 2 lebih tinggi dari perlakuan P 0. Sekalipun pertambahan bobot badan pada perlakuan P 0 lebih tinggi pada minggu II sampai IV, namun secara keseluruhan pertambahan bobot badan P 0 masih lebih rendah dari perlakuan P 1 dan P 2. Kualitas pakan dengan kandungan nutrisi yang lengkap pada pakan perlakuan P 1 dan P 2 memberikan tingkat pertumbuhan yang lebih maksimal. Hal ini sesuai dengan pendapat Yamin (2002) yang menyatakan bahwa untuk mendapatkan pertambahan bobot badan maksimal maka sangat perlu diperhatikan kualitas dan kuantitas pakan. Pakan tersebut harus mengandung zat

makanan dalam keadaan cukup dan seimbang sehingga dapat menunjang pertumbuhan maksimal. Suharno dan Nazaruddin (1994) juga menyatakan bahwa pertambahan bobot badan dipengaruhi oleh tipe ternak, suhu lingkungan, jenis ternak dan gizi yang ada dalam pakan. Konversi Pakan Konversi pakan adalah perbandingan jumlah yang dikonsumsi pada waktu tertentu dengan produksi yang dihasilkan (pertambahan bobot badan) dalam kurun waktu yang sama. Konversi pakan adalah indikator teknis yang dapat menggambarkan tingkat efisiensi penggunaan pakan, semakin rendah angka konversi pakan berarti semakin efisien. konversi pakan sapi dari ketiga perlakuan disajikan pada Tabel 12. Tabel 12. konversi pakan selama penelitian P 0 23.49 22.63 26.57 18.21 22.73 P 1 16.17 19.03 28.15 33.19 24.13 P 2 14.35 24.24 25.94* 27.40 22.98 Tabel 13. konversi pakan minggu I - II Konversi pakan P 0 41.26 26.38 39.47 16.32 30.86 P 1 20.27 21.45 28.68 20.51 22.73 P 2 17.06 17.09 26.79* 27.49 22.11

Tabel 14. konversi pakan minggu II - IV Konversi pakan P 0 16.38 19.81 20.13 20.58 19.22 P 1 13.43 17.09 27.62 83.87 35.50 P 2 12.42 42.11 25.14* 27.31 26.75 Berdasarkan Tabel 13 diatas dapat dilihat bahwa rataan konversi pakan terendah pada minggu I sampai II terdapat pada perlakuan P 2 sebesar 22.11 dan rataan konversi pakan tertinggi terdapat pada perlakuan P 0 sebesar 30.86. Nilai konversi pakan pada perlakuan P 0 mulai membaik pada minggu II sampai IV (tabel 14). Dan jika dilihat secara keseluruhan dari minggu I sampai minggu IV (tabel 12), perlakuan P 0 (22.73) menunjukan nilai konversi pakan terbaik dibandingkan dengan perlakuan P 1 (24.13) dan P 2 (22.98). Analisis keragaman perlakuan terhadap konversi pakan sapi (Lampiran 13) menunjukan bahwa suplementasi blok multinutrisi memberikan pengaruh yang tidak berbeda nyata terhadap konversi pakan sapi. Efisiensi pemanfaatan pakan yang baik menunjukan nilai konversi yang rendah. Seperti yang ditunjukan pada perlakuan R 0, rataan konsumsi bahan keringnya yang rendah (5384.94 g/ekor/hari) menghasilkan pertambahan bobot yang cukup tinggi (241.67 g/ekor/hari) sehingga memberikan nilai konversi yang baik (22.73). Hal ini sesuai dengan pernyataan Campbell (1984) yang menyatakan bahwa angka konversi ransum menunjukkan tingkat penggunaan ransum dimana jika angka konversi semakin kecil maka penggunaan ransum semakin efisien dan sebaliknya jika angka konversi besar maka penggunaan ransum tidak efisien. Nilai konversi pakan sapi selama penelitian dari ketiga perlakuan dapat dilihat dari Gambar 3.

=P0 =P1 =P2 Gambar 3. Konversi pakan sapi selama penelitian Hasil yang berbeda ditunjukan oleh perlakuan P 1 dan P 2, tingkat konsumsi pakan (5564.62 dan 5623.96 g/ekor/hari) dan pertambahan bobot badan sapi (250.00 dan 262.50 g/ekor/hari) yang lebih tinggi dari perlakuan P 0 (5384.94 g/ekor/hari dan 241.67 g/ekor/hari) menghasilkan nilai konversi pakan yang buruk/tinggi. Tingginya nilai konversi pakan sapi pada perlakuan P 1 dan P 2 disebabkan dari pertambahan bobot badan sapi yang dihasilkan masih rendah. Pertambahan bobot badan yang dihasilkan oleh perlakuan P 1 dan P 2 tidak sesuai dengan tingkat konsumsi pakannya yang tinggi.

Rekapitulasi Hasil Penelitian Hasil penelitian baik konsumsi pakan, pertambahan bobot badan dan konversi pakan dari ketiga perlakuan dapat dilihat pada tabel rekapitulasi berikut. Tabel 15. Rekapitulasi hasil penelitian Peubah yang diamati Konsumsi pakan (g/ekor/hari) tn Pertambahan bobot badan (g/ekor/hari) tn Konversi pakan tn P 0 5384.94 241.67 22.73 P 1 5564.62 250.00 24.13 P 2 5623.96 262.50 22.98 Keterangan : tn = tidak berbeda nyata Berdasarkan tabel rekapitulasi dapat dilihat bahwa konsumsi pakan dan pertambahan bobot badan tertinggi diperoleh dari perlakuan P 1 (5564.62 dan 5623.96 g/ekor/hari)dan P 2 (250.00 dan 262.50 g/ekor/hari) sedangkan rataan konsumsi pakan (5384.94) dan pertambahan bobot badan (241.67 g/ekor/hari) terendah diperoleh dari perlakuan P 0. Akan tetapi, nilai konversi pakan yang terbaik diperoleh dari perlakuan P 0 sebesar 22.73. nilai konversi pakan pada perlakuan P 0 lebih baik dari nilai konversi pakan dari perlakuan P 1 (24.13) dan P 2 (22.98).

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Suplementasi blok multinutrisi (BM) dalam pakan sapi belum memberikan pengaruh yang optimal terhadap performans (konsumsi pakan, pertambahan bobot badan dan konversi pakan) sapi bali betina. Saran Disarankan kepada penelitian selanjutnya untuk menambahkan level penggunaan ultra mineral dalam blok multinutrisi.