LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ALOR TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR,

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 29 TAHUN 2006 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA/KELURAHAN

PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TABANAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TABANAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN

PEMERINTAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 05 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN

S A L I N A N LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DEMAK NOMOR 5 TAHUN 2010

PEMERINTAH KABUPATEN TANA TORAJA PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANA TORAJA NOMOR : 6 TAHUN 2006 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 6 TAHUN 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 24 TAHUN 2006 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR,

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN DESA JATILOR KECAMATAN GODONG

PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO

Himpunan Peraturan Daerah Kabupaten Purbalingga Tahun

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BINTAN TAHUN 2008 NOMOR 4

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 9 TAHUN 2013 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG NOMOR 9 TAHUN 2007 SERI D.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DAN KELURAHAN

PEMERINTAH KABUPATEN DEMAK

PEMERINTAH KABUPATEN POSO

PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 25 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SLEMAN,

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA

PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2007 NOMOR 3 LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 1

PEMERINTAH KABUPATEN MAJENE

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO KUALA NOMOR 8 TAHUN 2007 T E N T A N G PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DAN KELURAHAN BUPATI BARITO KUALA,

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TASIKMALAYA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BARRU PROVINSI SULAWESI SELATAN

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 11 TAHUN 2007

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 82 TAHUN : 2008 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 1 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 25 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DAN KELURAHAN

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN

PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PEMERINTAH KOTA SUNGAI PENUH

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN TAHUN 2007 NOMOR 10 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAY KANAN NOMOR : 10 TAHUN 2007 T E N T A N G

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAROS NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DI KABUPATEN MAROS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 7 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL (Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul) Nomor : 3 Tahun : 2017

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2006 NOMOR 18

PERATURAN DAERAH KOTA KEDIRI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KEDIRI,

PERATURAN DESA DAWAN KLOD NOMOR 02 TAHUN 2014 TENTANG

WALIKOTA SAWAHLUNTO PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 2 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG KELURAHAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 14 TAHUN 2007 SERI D ===============================================================

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERUYAN NOMOR 25 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG TUGAS, FUNGSI, HAK DAN KEWAJIBAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGANYAR NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR,

PEMERINTAH KABUPATEN KENDAL PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DI KABUPATEN KENDAL

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 8 TAHUN 2007

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

BERITA DESA TANJUNGSARI PERATURAN DESA TANJUNGSARI TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA TANJUNGSARI KECAMATAN SUKAHAJI KABUPATEN MAJALENGKA

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang Pembentukan. Nomor 53. Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2011 NOMOR 9 PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN

PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG

PERATURAN DESA ( PERDES ) NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DESA PANGGUNGHARJO KECAMATAN SEWON KABUPATEN BANTUL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

BUPATI LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA

Transkripsi:

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ALOR NO. : 12, 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 216 ayat (1) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 menjadi Undang-Undang serta ketentuan pasal 97 Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa, perlu diatur lebih lanjut dengan Peraturan Daerah; b. bahwa keberhasilan penyelenggaraan Pemerintahan Desa dan Kelurahan tidak hanya ditentukan oleh pemerintahan Desa dan Kelurahan sendiri, tetapi merupakan kerjasama antara berbagai elemen dalam masyarakat Desa dan Kelurahan, termasuk Lembaga-lembaga Kemasyarakatan yang ada di Desa dan Kelurahan yang bersangkutan; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Lembaga Kemasyarakatan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 64 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerahdaerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 115, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1649); 2. Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerahdaerah Tingkat II dalam Wilayah Daerah-daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 122, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1655); 3. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan PerUndang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389); 4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah

diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548); 5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 6. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3952); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4587); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 73 Tahun 2005 tentang Kelurahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 159, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4588); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4539). Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN ALOR dan BUPATI ALOR MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kabupaten Alor. 2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Alor. 3. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan DPRD.

4. Bupati adalah Bupati Alor. 5. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Kabupaten Alor. 6. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, selanjutnya disebut APBD adalah rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh Pemerintah Daerah dan DPRD dan ditetapkan dengan Peraturan Daerah. 7. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sisitem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. 8. Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah desa dan Badan Permusyawaratan Desa dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sisitem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia; 9. Pemerintah Desa adalah Kepala Desa dan Perangkat Desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa. 10. Kepala Desa adalah keseluruhan Kepala Desa yang berada di Kabupaten Alor. 11. Badan Permusyawaratan Desa, selanjutnya disebut BPD adalah unsur penyelenggaraan pemerintahan desa dalam bidang legislasi, penyusunan peraturan desa, anggaran pendapatan dan belanja desa, dan keputusan desa, serta penampung dan pengatur aspirasi mesyarakat. 12. Peraturan Desa adalah peraturan yang dibentuk oleh Kepala Desa dengan persetujuan bersama BPD. 13. Lembaga Kemasyarakatan adalah lembaga yang dibentuk oleh masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan merupakan mitra pemerintah desa dalam memberdayakan masyarakat. 14. Dusun adalah bagian dari wilayah desa dan merupakan lembaga yang dibentuk melalui musyawarah masyarakat diwilayah kerjanya dan ditetapkan oleh pemerintah desa. 15. Rukun Warga, selanjutnya disebut RW adalah lembaga yang dibentuk melalui musyawarah pengurus RT diwilayah kerjanya yang ditetapkan oleh desa dan kelurahan. 16. Rukun Tetangga, selanjutnya disebut RT adalah lembaga yang dibentuk melalui musyawarah masyarakat setempat dalam rangka pelayanan pemerintah dan kemasyarakatan yang ditetapkan oleh desa dan kelurahan. 17. Gerakan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga selanjutnya disebut PKK, adalah gerakan nasional dalam pembangunan masyarakat yang tumbuh dari bawah yang pengelolaannya dari, oleh dan untuk masyarakat menuju terwujudnya keluarga yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia dan berbudi luhur, sehat sejahtera, maju dan mandiri, kesetaraan dan keadilan gender serta kesadaran hukum dan lingkungan. 18. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat yang selanjutnya disebut LPM adalah lembaga atau wadah yang dibentuk atas prakarsa masyarakat sebagai mitra pemerintah desa/kelurahan dalam menampung dan mewujudkan aspirasi dan kebutuhan masyarakat dibidang pembangunan. 19. Karang taruna adalah lembaga yang dibentuk melalui musyawarah generasi muda setempat dan sebagai wadah penyalur aspirasi generasi muda dalam rangka pembangunan desa dan kelurahan; 20. Lembaga Adat adalah organisasi kemasyarakatan, baik yang sengaja dibentuk maupun secara wajar telah tumbuh didalam sejarah kehidupan masyarakat atau dalam suatu masyarakat hukum adat tertentu dengan wilayah hukum dan hak atas harta kekayaan didalam hukum adat tersebut serta berhak dan berwenang untuk mengatur, mengurus

dan menyelesaikan berbagai permasalahan kehidupan yang berkaitan dengan dan mengacu pada adat istiadat dan hukum adat yang berlaku. 21. Pembinaan adalah pemberian pedoman, standar pelaksanaan, perencanaan, penelitian, pengembangan, bimbingan, pendidikan dan pelatihann, konsultasi supervisi dan monitoring, pengawasan umum dan evaluasi pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan desa. BAB II TATA CARA PEMBENTUKAN Pasal 2 (1) Di Desa dan Kelurahan dapat dibentuk Lembaga Kemasyarakatan. (2) Pembentukan Lembaga Kemasyarakatan di Desa ditetapkan dengan Peraturan Desa. Pasal 3 (1) Pembentukan Lembaga Kemasyarakatan di Kelurahan dilakukan atas prakarsa masyarakat melalui musyawarah dan mufakat. (2) Hasil musyawarah sebagaimana sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dituangkan dalam Berita Acara dan disahkan oleh Lurah. Pasal 4 (1) Pembentukan Lembaga Kemasyarakatan dilaksanakan atas prakarsa masyarakat melalui musyawarah dan mufakat serta sesuai dengan ketentuan dan kondisi sosial budaya masyarakat setempat. (2) Hasil musyawarah dan mufakat untuk tingkat desa dan kelurahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaporkan kepada Kepala Desa dan Lurah untuk ditetapkan menjadi keputusan Kepala Desa/Lurah; (3) Hasil penetapan pembentukan Lembaga Kemasyarakatan dilaporkan kepada Bupati melalui camat paling lambat 7 (tujuh) hari terhitung sejak tanggal dileluarkannya keputusan tersebut. Pasal 5 Lembaga kemasyarakatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, terdiri dari : a. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa dan Kelurahan (LPMD/K); b. Gerakan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK); c. Rukun Warga (RW); d. Rukun Tetangga (RT); e. Karang Taruna; f. Lembaga Adat; dan g. Lembaga lainnya disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat setempat. Pasal 6 (1) Asosiasi Lembaga Kemasyarakatan dapat dibentuk ditingkat Kecamatan dan ditingkat Kabupaten. (2) Keanggotaan dan kepengurusan Asosiasi di tingkat Kecamatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berasal dari Lembaga Kemasyarakatan yang berada di Desa dan Kelurahan dari kecamatan setempat.

(3) Keanggotaan dan kepengurusan Asosiasi di tingkat Kabupaten sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berasal dari Asosiasi Lembaga Kemasyarakatan yang berada di tingkat Kecamatan. (4) Persyaratan anggota dan pengurus asosiasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), disepakati dalam Rapat Anggota Asosiasi dengan mengacu pada Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga. (5) Sekretariat Asosiasi Lembaga Kemasyarakatan di tingkat Kecamatan berada di Ibukota Kecamatan. (6) Sekretariat Asosiasi Lembaga Kemasyarakatan di tingkat Kabupaten berada di Kalabahi. BAB III MAKSUD DAN TUJUAN Pasal 7 Pembentukan lembaga kemasyarakatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, dengan maksud sebagai berikut : a. sebagai wadah penyalur aspirasi masyarakat; b. mempercepat terwujudmya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat; c. mendukung kelancaran pelaksanaan tugas Pemerintah Desa dan Kelurahan. Pasal 8 Pembentukan Lembaga Kemasyarakatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, mempunyai tujuan : a. mengoptimalkan kegiatan lembaga kemasyarakatan di desa dan kelurahan; b. meningkatkan peran serta dan swadaya gotong royong masyarakat; c. meningkatkan pelayanan pemerintahan, pengelolaan (perencanaan, pelaksanaan) pembangunan dan pemberdayaan masyarakat di Desa dan Kelurahan. BAB IV KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI DAN KEWAJIBAN Bagian Kesatu Kedudukan Pasal 9 Kedudukan Lembaga Kemasyarakatan di Desa dan Kelurahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, merupakan mitra yang membantu Pemerintah Desa dan Kelurahan dalam memberdayakan masyarakat. Bagian Kedua Tugas Pasal 10 (1) Lembaga kemasyarakatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, mempunyai tugas membantu Kepala Desa dan Lurah dalam pelaksanaan urusan pemerintahan, pembangunan, sosial kemasyarakatan dan pemberdayaan masyarakat meliputi : a. menyusun rencana pembangunan secara partisipatif; b. melaksanakan, mengendalikan, memanfaatkan, memelihara dan mengembangkan pembangunan secara partisipatif;

c. menggerakkan dan mengembangkan partisipasi gotong royong dan swadaya masyarakat; d. Menumbuh kembangkan kondisi dinamis masyarakat dalam rangka pemberdayaan masyarakat. (2) Dalam melaksanakan Visi dan Misi lembaga kemasyarakatan di Desa dan Kelurahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9, mempunyai tugas dan fungsi masing-masing dalam memberdayakan masyarakat. Pasal 11 (1) LPMD/K mempunyai tugas : a. menyusun rencana pembangunan secara partisipatif; b. menggerakkan swadaya gotong royong masyarakat; c. melaksanakan dan mengendalikan pembangunan. (2) LPMD/K mempunyai fungsi : a. sebagai wadah untuk menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat; b. penanaman dan pemupukan rasa persatuan dan kesatuan masyarakat dalam memperkokoh Negara Kesatuan Republik Indonesia; c. penyusunan rencana, pelaksana dan pengelola pembangunan serta pemanfaat, pelestarian dan pengembangan hasil-hasil pembangunan secara partisipatif; d. penumbuhkembangan dan penggerak prakarsa dan partisipasi, serta swadaya gotong royong masyarakat; e. penggali, pendayagunaan dan pengembangan potensi sumber daya serta keserasian lingkungan hidup; f. pemberdayaan dan perlindungan hak politik masyarakat. Pasal 12 (1) PKK mempunyai tugas : a. merencanakan, melaksanakan dan membina pelaksanaan program kerja PKK sesuai dengan keadaan dan kebutuhan masyarakat; b. menghimpun, menggerakkan dan membina potensi masyarakat. khususnya keluarga untuk terlaksananya program-program PKK; c. memberikan bimbingan motivasi dan memfasilitasi Tim Penggerak PKK/kelompok PKK dibawahnya; d. menyampaikan laporan tentang pelaksanaan tugas kepada Ketua Dewan Penyantun Tim Penggerak PKK pada jenjang yang sama dan kepada Ketua Umum/Kertua Tim Penggerak PKK di atasnya; e. mengadakan supervisi, pelaporan, evaluasi dan monitoring terhadap pelaksanaan program PKK. (2) PKK mempunyai fungsi : a. penyuluh, motivator dan penggerak masyarakat untuk mau dan mampu melaksanakan progran PKK; b. fasilitator, perencana, pelaksana, pengendali, pembina dan pembimbing gerakan PKK. Pasal 13 (1) RW mempunyai tugas : a. menggerakkan swadaya gotong royong dan partisipasi masyarakat di wilayahnya; b. membantu kelancaran tugas pokok LPMD/K dalam bidang pembangunan di desa dan kelurahan.

(2) RW mempunyai fungsi : a. pengkoordinasian pelaksanaan tugas RT di wilayahnya; b. pelaksanaan dalam menjembatani hubungan antar RT dan antar masyarakat dengan pemerintah; dan c. sebagai media kumunikasi, informasi, sosialisasi antara pemerintah desa/kelurahan dan masyarakat. Pasal 14 (1) RT mempunyai tugas : a. membantu menjalankan pelayanan tugas kepada masyarakat yang menjadi tanggung jawab pemerintah; b. memelihara kerukunan hidup warga; c. menyusun rencana dan melaksanakan pembangunan dengan mengembangkan anpirasi dan swadaya murni masyarakat. (2) RT mempunyai fungsi : a. pengkoordinasian antar warga; b. pelaksanaan dalam menjembatani hubungan antar sesama anggota masyarakat dengan pemerintah; c. penanganan masalah-masalah kemasyarakatan yang dihadapi warga. Pasal 15 (1) Karang Taruna mempunyai tugas : a. sebagai wadah pembinaan dan pengembangan generasi muda dibidang kesejahteraan sosial; b. bersama pemerintah menanggulangi masalah-masalah kesejahteraan sosial, baik secara preventif, rehabilitatif maupun pengembangan serta mengarahkan pembinaan dan pengembangan potensi generasi muda dilingkungannya. (2) Karang Taruna mempunyai fungsi : a. menanamkan pengertian, meningkatkan kesadaran serta memasyarakatkan penghayatan dan pengamalan Pancasila; b. memelihara dan memupuk kesadaran dan tanggung jawab sosial, semangat, kebersamaan, jiwa kekeluargaan dan rasa kesetiakawanan sosial, mengembangkan dan mewujudkan harapan dan cita-cita generasi muda; c. memupuk kreatifitas generasi muda dan mendidik mereka untuk mengemban tanggung jawab sosial kemasyarakatan, dengan membina usaha-usaha kesejahteraan sosial yang bersifat rekreatif, kreatif, edukarif, ekonomis produktif dan kegiatan praktis lain dengan mendayagunakan segala sumber dan potensi kesejahteraan sosial lingkungan secara swadaya; d. melaksanakan usaha-usaha pencegahan kenakalan remaja, penyelahgunaan narkotika serta obat-obatan terlarang lainnya; e. berperan aktif dalam kegiatan pembauran bangsa dan pemantapan persatuan dan kesatuan bangsa di kalangan generasi muda; f. mengarahkan generasi muda dalam menciptakan usaha-usaha secara swadaya untuk menjawab kebutuhan dan kesejahteraan generasi muda dilingkungannya.

Pasal 16 (1) Lembaga Adat mempunyai tugas : a. menampung dan menyalurkan pendapat atau aspirasi masyarakat kepada pemerintah serta menyelesaikan perselisihan yang menyangkut hukum adat, adat istiadat dan kebiasaan-kebiasaan masyarakat; b. memberdayakan, melestarikan dan mengembangkan adat istiadat dan kebiasaankebiasaan masyarakat dalam rangka memperkaya budaya masyarakat serta memberdayakan masyarakat dalam menunjang penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan; c. Menciptakan hubungan yeng demokratis dan harmonis serta obyektif antara kepala desa/pemangku adat/ketua adat atau pemuka adat dengan aparat pemerintah. (2) Lembaga Adat mempunyai fungsi : a. memberi kedudukan hukum menurut hukum adat terhadap hal-hal yang menyangkut harta kekayaan masyarakat hukum adat ditiap-tiap lembaga adat, guna kepentingan hubungan keperdataan adat juga dalam hal adanya persengketaan atau perkara adat; b. menyelenggaraan pembinaan dan pengembangan nilai-nilai adat istiadat dan kebiasaan-kebiasaan masyarakat dalam rangka memperkaya, melestarikan dan mengembangkan kebudayaan nasional maupun daerah yang tidak bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila dan agama; c. menjaga memelihara dan memanfaatkan ketentuan-ketentuan adat istiadat dan kebiasaan-kebiasaan masyarakat yang hidup dan berkembang dalam masyarakat untuk kesejahteraan masyarakat. Bagian ketiga Fungsi Pasal 17 Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (1), lembaga kemasyarakatan mempunyai fungsi : a. penampungan dan penyaluran aspirasi masyarakat; b. penanaman dan pemupukan rasa persatuan dan kesatuan masyarakat dalam kerangka memperkokoh Negara Kesatuan Republik Indonesia; c. peningkatan kualitas dan percepatan pelayanan pemerintahan kepada masyarakat. d. penyusun rencana, pelaksana dan pengelola pembangunan serta pemanfaat, pelestarian dan pengembangan hasil-hasil pembangunan secara partisipatif. e. penumbuh kembangan dan penggerak prakarsa dan partisipasi serta swadaya gotong royong masyarakat. f. penggali, pendayagunaan dan pengembangan potensi sumber daya serta keserasian lingkungan hidup. g. pengembangan kreatifitas, pencegahan kenakalan, penyalahgunaan obat terlarang (Narkoba) bagi remaja. h. pemberdayaan dan peningkatan kesejahteraan keluarga. i. pemberdayaan dan perlindungan hak politik masyarakat; dan j. pendukung media komunikasi, informasi, sosialiasi antara pemerintah desa/kelurahan dan masyarakat.

Bagian Keempat Kewajiban Pasal 17 Lembaga Kemasyarakatan mempunyai kegiatan: a. peningkatan pelayanan masyarakat; b. peningkatan peran serta masyarakat dalam pembangunan; c. pengembangan kemitraan; d. pemberdayaan masyarakat meliputi bidang politik, ekonomi, sosial budaya, dan lingkungan hidup; dan e. pengembangan visi dan misi sesuai kebutuhan dan kondisi masyarakat setempat. Pasal 18 Lembaga kemasyarakatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2, mempunyai kewajiban: a. memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta mempertahankan dan memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia; b. menjalin hubungan kemitraan dengan berbagai pihak yang terkait. c. mentaati seluruh peraturan perundang-undangan; d. menjaga etika dan norma dalam kehidupan bermasyarakat, dan e. membantu Kepala Desa dan Lurah dalam pelaksanaan kegiatan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan. BAB V KEANGGOTAAN, KEPENGURUSAN DAN SUSUNAN ORGANISASI Bagian Kesatu Keanggotaan Pasal 19 (1) Keanggotaan Lembaga Kemasyarakatan adalah Warga Desa dan Kelurahan adalah Warga Negara Indonesia yang memenuhi persyaratan : a. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; b. setia kepada Pancasila sebagai Dasar Negara, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 serta Pemerintah; c. berkelakuan baik, jujur dan adil; d. mempunyai kemampuan dan kemauan membangun Desa dan Kelurahan; e. penduduk Desa dan Kelurahan setempat; f. mengenal daerahnya dan dikenal masyarakat; g. tidak berstatus sebagai aparat desa atau anggota BPD; h. aktif dalam kegiatan sosial kemasyarakatan; i. mempunyai kemampuan membaca dan menulis; j. berusia paling rendah 25 (dua puluh lima) tahun. (2) Jumlah anggota lembaga kemasyarakatan disesuaikan dengan kebutuhan dan diputuskan dalam rapat anggota dengan mengacu kepada peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

Bagian Kedua Kepengurusan Pasal 20 (1) Pengurus lembaga kemasyarakatan dipilih secara musyawarah dan mufakat. (2) Susunan kepengurusan Lembaga Kemasyarakatan disesuaikan dengan kebutuhan dan diputuskan dalam rapat anggota serta ditetapkan dengan keputusan Kepala Desa dengan persetujuan BPD dan Pengesahan Penetapan Lurah. Bagian Ketiga Susunan Organisasi Pasal 21 (1) Susunan organisasi lembaga kemasyarakatan Desa dan Kelurahan terdiri dari : a. ketua sebagai penanggung jawab; b. wakil ketua penanggung jawab operasional; c. sekretaris sebagai penyelenggara administrasi umum; d. bendahara penyelenggara administrasi keuangan; e. seksi-seksi pembantu pimpinan dalam pelaksanaan tugas. (2) Struktur organisasi terlampir dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini. Pasal 22 Masa bakti pengurus Lembaga Kemasyarakatan dapat ditetapkan berdasarkan hasil keputusan musyawarah anggota. BAB VI HUBUNGAN KERJA Pasal 23 (1) Hubungan Lembaga Kemasyarakatan dengan Pemerintah Desa dan Kelurahan bersifat kemitraan, konsultatif dan koordinatif. (2) Hubungan Lembaga Kemasyarakatan Desa dan Kelurahan dengan lembaga lainnya bersifat koordinatif dan konsultatif. (3) Hubungan Lembaga Kemasyarakatan Desa dan Kelurahan dengan pihak ketiga bersifat kemitraan. BAB VII PEMBIAYAAN Pasal 24 Sumber dana Lembaga Kemasyarakatan Desa dan Kelurahan dapat diperoleh dari : a. swadaya masyarakat; b. Anggaran Pendapatan Dan Belanja Desa dan anggaran pemerintah Kelurahan; c. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah; d. bantuan dari Pemerintah, Pemerintah Propinsi dan Pemerintah Kabupaten; e. bantuan lainnya yang sah dan tidak mengikat.

BAB VIII PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 25 (1) Pembinaan teknis dan pengawasan dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten dan Camat. (2) Pemerintah Desa dan Kelurahan melakukan penguatan lembaga kemasyarakatan dalam setiap kegiatan pemberdayaan masyarakat. Pasal 26 Pembinaan dan pengawasan pemerintah kabupaten sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (1), meliputi : a. melakukan pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan lembaga kemasyarakatan; b. memfasilitasi keberadaan kesatuan masyarakat, hukum adat, nilai adat istiadat, lembaga adat beserta hak-hak tradisionalnya dalam pelaksanaan pemerintahan desa; c. menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan bagi lembaga kemasyarakatan; d. memberikan penghargaan atas prestasi yang dilaksanakan dalam penyelenggaraan lembaga kemasyarakatan; dan e. melakukan upaya-upaya percepatan atau akselerasi pembangunan perdesaan. Pasal 27 Pembinaan dan pengawasan camat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat (2), meliputi: a. memfasilitasi administrasi Lembaga kemasyarakatan; b. memfasilitasi penerapan dan penegakan peraturan perundang-undangan; c. memfasilitasi pelaksanaan tugas, fungsi, dan kewajiban lembaga kemasyarakatan; d. memfasilitasi penyusunan perencanaan pembangunan partisipatif. e. memfasilitasi pelaksanaan pemberdayaan masyarakat desa; f. memfasilitasi kerja sama antar lembaga kemasyarakatan dan kerja sama lembaga kemasyarakatan dengan pihak ketiga; g. memfasilitasi bantuan teknis dan pendampingan kepada lembaga kemasyarakatan; dan h. memfasilitasi koordinasi unit kerja pemerintahan dalam pengembangan lembaga kemasyarakatan. BAB IX KETENTUAN PERALIHAN Pasal 28 Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, Lembaga Kemasyarakatan desa dan Kelurahan yang sudah terbentuk paling lama 1 (satu) tahun segera disesuaikan dengan Peraturan Daerah ini. BAB X KETENTUAN PENUTUP Pasal 29 (1) Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini akan diatur lebih lanjut oleh Bupati. (2) Pada saat berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Peraturan Daerah Kabupaten Nomor 12 Tahun 2004 tentang Pembentukan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa

(Lembaran Daerah Kabupaten Alor Tahun 2004 Nomor 15) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 30 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Alor. Ditetapkan di Kalabahi pada tanggal, 23 Desember 2006 Diundangkan di Kalabahi pada tanggal, 27 Desember 2006 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ALOR TAHUN 2006 NOMOR 12 SERI D

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN I. UMUM Bahwa keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan dan pemberdayaan masyarakat di Desa dan Kelurahan sangat ditentukan oleh adanya dukungan dari berbagai elemen dalam masyarakat termasuk lembaga-lembaga kemasyarakatan yang ada di desa dan Kelurahan. Bahwa dengan adanya keterlibatan dari lembaga-lembaga kemasyarakatan di Desa dan Kelurahan, maka berbagai potensi dan sumber daya yang ada di desa/kelurahan dapat secara optimal dimanfaatkan secara efektif dan efisien bagi keberhasilan pembangunan di Desa dan Kelurahan. Keberadaan Lembaga Kemasyarakatan di Desa dan Keluarahan pada tataran praksis akan ikut memberi kontribusi yang positif dan signifikan bagi peningkatan kapasitas, kapabilitas dan akuntabilitas penyelenggaraan pemerintahan Desa dan Kelurahan. II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 : Angka 1 s/d 11 cukup jelas. Angk 12 : Definisi desa sebagaimana dimaksud dalam pasal ini tidak membatasi persehatian tapal batas wilayah administrasi Desa/Kelurahan. Angka 13 s/d 21 : Cukup jelas Pasal 2 : cukup jelas. Pasal 3 : cukup jelas. Pasal 4 : cukup jelas. Pasal 5 : cukup jelas. Pasal 6 : cukup jelas. Pasal 7 : cukup jelas. Pasal 8 : cukup jelas. Pasal 9 : cukup jelas. Pasal 10 : cukup jelas. Pasal 11 : cukup jelas. Pasal 12 : cukup jelas. Pasal 13 : cukup jelas. Pasal 14 : cukup jelas. Pasal 15 : cukup jelas. Pasal 16 : cukup jelas. Pasal 17 : cukup jelas. Pasal 18 : cukup jelas. Pasal 19 : cukup jelas. Pasal 20 : cukup jelas.

Pasal 21 : Huruf a : cukup jelas Huruf b : cukup jelas Huruf c : cukup jelas Huruf d : cukup jelas Huruf e : Pembentukan Seksi-seksi disesuaikan dengan kebutuhan. Pasal 22 : cukup jelas. Pasal 23 : cukup jelas. Pasal 24 : cukup jelas. Pasal 25 : cukup jelas. Pasal 26 : cukup jelas. Pasal 27 : cukup jelas. Pasal 28 : cukup jelas. Pasal 29 : cukup jelas. Pasal 30 : cukup jelas. TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ALOR TAHUN 2006 NOMOR 423