BAB I PENDAHULUAN. Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah siswa remaja yang sedang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Perilaku merokok tidak mengenal batasan usia mulai dari kalangan remaja,

BAB I PENDAHULUAN. serta tempat menerima dan memberi pelajaran. 1. merupakan lanjutan dari pendidikan dalam keluarga. Disamping itu kehidupan di

BAB I PENDAHULUAN. berikutnya. Artinya apa yang telah terjadi sebelumnya akan meninggalkan

BAB I PENDAHULUAN. 70% penduduk Indonesia (Salawati dan Amalia, 2010). Dari analisis data Susenas tahun 2001 diperoleh data umur mulai merokok kurang

BAB 1 PENDAHULUAN. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab gangguan kesehatan dan kematian sebelum waktunya, yang bisa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan dalam kehidupan manusia.remaja mulai memusatkan diri pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. rokok pada remaja yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari di

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang di akibatkan karena merokok berakhir dengan kematian. World

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menentu. Menurut Sarwono (2001) definisi remaja untuk masyarakat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia yang sebenarnya bisa dicegah. Sepanjang abad ke-20, telah terdapat 100

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di Indonesia khususnya dikalangan pelajar. Walaupun sudah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. utama kanker di dunia. Survei dari WHO 8,2 juta orang meninggal kerena

BAB I PENDAHULUAN. muncul pula tingkat kecanduan yang berbeda-beda dan bentuk implementasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah rokok pada hakekatnya sekarang sudah menjadi masalah nasional,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. karena sudah menjadi masalah nasional dan bahkan internasional. Di

BAB I PENDAHULUAN. Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke dewasa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rista Mardian,2013

I. PENDAHULUAN. bernama rokok ini. Bahkan oleh sebagian orang, rokok sudah menjadi. tempat kerja, sekolah maupun ditempat-tempat umum.

BAB 1 : PENDAHULUAN. kualitas hidup manusia dan kesejahteraan masyarakat. (1)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah i

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dihembuskan kembali sehingga mengeluarkan asap putih keabu-abuan. Perilaku merokok

BAB I PENDAHULUAN. sampai saat ini telah dikenal lebih dari 25 penyakit berbahaya disebabkan oleh rokok.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang menjunjung tinggi nilai-nilai demokratis dan

BAB I PENDAHULUHAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu hal yang seringkali menyerang remaja adalah perilaku merokok, yang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Global Adults Tobacco Survey (GATS) Indonesia, Indonesia merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan periode transisi antara masa anak-anak ke masa dewasa

BAB 1 : PENDAHULUAN. tempat seperti di lingkungan keluarga, kantor, fasilitas kesehatan, cafe, kendaraan

BAB I PENDAHULUAN. A. Pendahuluan. Masa remaja secara psikologi merupakan masa peralihan dari masa anak

HUBUNGAN POLA ASUH KELUARGA TERHADAP PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA PRIA DI DESA KENTENG KECAMATAN NOGOSARI KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2007 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Merokok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia sudah dianggap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa seorang individu mengalami peralihan dari

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terjadi dalam lingkungan kesehatan dunia, termasuk di Indonesia. Tobacco

BAB 1 : PENDAHULUAN. tidak menular salah satunya adalah kebiasaan mengkonsumsi tembakau yaitu. dan adanya kecenderungan meningkat penggunaanya.

BAB I PENDAHULUAN. Merokok adalah salah satu zat adiktif yang bila digunakan. menghisap rokok yang diminati oleh banyak kaum laki-laki.

BAB 1 : PENDAHULUAN. kalangan masyarakat seperti di lingkungan keluarga, kantor, fasilitas kesehatan, cafe,

BAB I PENDAHULUAN. perubahan emosi, perubahan kognitif, tanggapan terhadap diri sendiri

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya terjadi di negara-negara berkembang. Sekitar 5 juta orang mati

BAB 1 PENDAHULUAN. merokok namun kurangnya kesadaran masyarakat untuk berhenti merokok masih

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. kandung kemih, pankreas atau ginjal. Unsur-unsur yang terdapat didalam rokok

BAB I PENDAHULUAN. ternyata membawa pengaruh dan perubahan perubahan yang begitu besar

BAB I PENDAHULUAN. sering ditulis di surat-surat kabar, majalah dan media masa lain yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Asap rokok mengandung 4000 bahan kimia dan berhubungan dengan

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan semua aspek/fungsi untuk memasuki masa dewasa. Masa remaja

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINDAKAN MEROKOK PADA REMAJA PUTRI DI KELURAHAN JATI KOTA PADANG TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN. kini. Jika ditanya mengapa orang merokok, masing-masing pasti memiliki. anak muda, remaja yang melakukan kebiasaan tersebut.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengandung CO (Carbon monoksida) yang mengurai kadar oksigen dalam

berkembang yang memiliki tingkat konsumsi rokok dan produksi rokok yang tinggi. Program anti tembakau termasuk dalam 10 program unggulan kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. yang penting bagi seluruh dunia sejak satu dekade yang lalu (Mayasari, 2007). Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa belajar bagi remaja untuk mengenal dirinya,

BAB I PENDAHULUAN. sehingga hal ini masih menjadi permasalahan dalam kesehatan (Haustein &

BAB 1 PENDAHULUAN. Tembakau pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh bangsa Belanda

BAB 1 : PENDAHULUAN. Perilaku merokok merupakan suatu hal yang fenomenal. Hal ini ditandai dengan

BAB 1 : PENDAHULUAN. kehidupan anak sekolah mulai dari SMA, SMP dan bahkan sebagian anak SD sudah

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG EFEK ROKOK TERHADAP KESEHATAN DENGAN SIKAP MEROKOK DI SLTP N 2 GROGOL SUKOHAJO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. semua orang tahu akan bahaya yang ditimbulkan akibat merokok. Rokok mengandung

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan produk barang atau jasa yaitu sebuah iklan. atau suara, dan simbol simbol agar masyarakat sadar dan mengetahuinya.

BAB 1 PENDAHULUAN. remaja-remaja di Indonesia yaitu dengan berkembang pesatnya teknologi internet

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. hidup semaunya sendiri, karena di dalam kehidupan bermasyarakat terdapat

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi rokok meningkat secara pesat dari tahun ke tahun, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Merokok sudah menjadi masalah kompleks yang menyangkut aspek

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai pendahuluan dalam babi secara garis besar memuat penjelasan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dalam kehidupan manusia, dimana seseorang sudah tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Setiap hari orang terlibat di dalam tindakan membuat keputusan atau decision

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (PTM), yang merupakan penyakit akibat gaya hidup serta

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1: PENDAHULUAN. ketergantungan) dan tar yang bersifat karsinogenik. (1)

BAB I PENDAHULUAN. Rokok pada dasarnya merupakan tumpukan bahan kimia berbahaya. Satu batang rokok asapnya menguraikan sekitar 4000 bahan kimia

BAB 1 PENDAHULUAN. dampak buruk bagi perokok itu sendiri maupun orang-orang sekitarnya.

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku merokok tampaknya telah menjadi kebiasaan banyak. seperti Indonesia bermunculan rokok-rokok terbaru yang setiap produk

BAB IV PENUTUP. Disertasi ini merupakan studi tentang pengaruh perilaku merokok terhadap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Pentingnya kehidupan keluarga yang sehat atau harmonis bagi remaja

BAB I PENDAHULUAN. rokok. Masalah rokok tidak hanya merugikan si perokok (perokok aktif)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rokok sudah menjadi suatu barang konsumsi yang sudah familiar kita

BAB I PENDAHULUAN. merokok baik laki-laki, perempuan, anak kecil, anak muda, orang tua, status

KEBIASAAN MEROKOK PADA REMAJA DALAM PERSPEKTIF NORMA KESOPANAN. (Studi Kasus di Desa Klego, Kecamatan Klego, Kabupaten Boyolali) NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Merokok dapat mengganggu kesehatan bagi tubuh, karena banyak. sudah tercantum dalam bungkus rokok. Merokok juga yang menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang menjembatani masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Pada usia ini individu

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian yang penulis laksanakan mengenai hubungan

BAB I PENDAHULUAN. Kebiasaan merokok di masyarakat kini seolah telah menjadi budaya. Hal ini

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA SISWA SLTP DI KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2008

BAB I PENDAHULUAN. seks mendorong remaja untuk memenuhi kebutuhan seksnya, mereka

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah siswa remaja yang sedang mengalami masa transisi atau masa peralihan. Dapat dimengerti bahwa akibat yag luas dari masa peralihan masa remaja ini sangat rentan sekali dengan kenakalan remaja, karena pada masa ini anak masih labil dalam menentukan mana hal yang positif dan mana yang negatif atau mana yang baik dan mana yang buruk. Masa remaja merupakan segmen perkembangan yang sangat penting, pada masa transisi tersebut kemungkinan dapat menimbulkan masa krisis, yang ditandai dengan kecenderungan muncul perilaku-perilaku menyimpang. Fase remaja merupakan fase yang sangat penting. Menurut Konopka (dalam Yusuf 2006:184) masa remaja ini meliputi (a) remaja awal: 12-15 tahun, (b) remaja madya: 15-18 tahun, dan (c) remaja akhir: 19-22 tahun. Remaja sebagai individu sedang dalam proses perkembangan ke arah kematangan atau kemandirian, baik secara fisik maupun mentalnya. Untuk mencapai kematangan tersebut, remaja memerlukan bimbingan yang terarah, baik dari orang tua maupun guru disekolah. Perkembangan adalah suatu proses ke arah yang lebih sempurna dan tidak begitu saja dapat di ulang kembali. Menurut banyak ahli psikologi perkembangan lebih dapat mencerminkan sifat khas mengenai gejala

psikologis yang muncul. Percepatan perkembagan dalam masa remaja yang berhubungan dengan pemasakan seksualitas, juga mengakibatkan suatu perubahan dalam perkembangan sosial remaja. Dengan kata lain, proses perkembangan itu tidak selalu berjalan lurus dengan harapan dan nilai-nilai yang dianut karena banyak faktor penghambatnya. Faktor penghambat ini bisa bersifat internal dan eksternal. Faktor penghambat yang bersifat eksternal: yang berasal dari luar lingkungan. Lingkungan yang bersifat tidak kondusif seperti ketidakstabilan dalam kehidupan sosial politik, krisis ekonomi, perceraian orang tua, sikap dan perlakuan orang tua dan otoriter atau kurang memberikan kasih sayang dan pelecehan nilai-nilai moral atau agama dalam kehidupan keluarga maupun masyarakat. Semakin baik lingkungan yang diharapkan akan semakin baik periaku remaja. Namun sebaliknya, iklim lingkungan yang tidak sehat tersebut cenderung memberikan dampak yang kurang baik bagi perkembangan remaja. Banyak remaja yang meresponnya dengan sikap dan perilaku yang kurang wajar atau menyimpang seperti merokok ataupun hal-hal lainnya. Perubahan dari masa remaja ke masa dewasa merupakan masa sulit untuk orang tua maupun guru karena pada masa ini menimbulkan banyak pertentangan dengan orang tua. Namun yang terjadi dilapangan menunjukkan bahwa perubahan sikap dan perilaku yang terjadi pada masa remaja merupakan akibat dari perubahan sosial, siswa sudah berani terang-terangan merokok di jalan ketika memakai seragam sekolah, di kantin, dan mereka juga membawa rokok di dalam tas sekolahnya, selain itu juga siswa juga berani merokok di dalam kelas ketika guru tidak berada di dalam

kelas. Siswa yang sudah merokok biasanya suka mencontek, suka cabut dari jam pelajaran, suka tidak hadir ke sekolah, dan tidak konsentrasi belajar. Kurangnya pembelajaran hati nurani, moral, yang diterima anak remaja dari orang tua, kakak, adik, guru-guru maupun teman-teman kemungkinan akibat buruk akan terjadi dengan begitu perubahan sosialnya maka makin besar akibat psikologi yang mereka alami. Sekarang ini sangat banyak diperbincangkan mengenai masalah rokok. Dalam kehidupan sehari-hari sering kali ditemui orang merokok dimana-mana, baik di sekolah, di kantor, maupun di tempat umum lainnya. Perilaku merokok dimulai dengan adanya rokok pertama. Umumnya rokok pertama dimulai saat usia remaja. Sejumlah studi menemukan penghisapan rokok pertama dimulai pada usia 11-13 tahun yaitu pada masa Sekolah Menengah Pertama (SMP). Pada masa Sekolah Menengah Atas (SMA) perilaku ini sudah menjadi kebiasaan. Merokok adalah kegiatan yang paling banyak dilakukan oleh sebagian remaja modern/masa kini. Tidak sedikit pula para remaja yang masih berseragam sekolah yang merokok di tempat umum tanpa memperdulikan dampak bagi tubuh dan lingkungan sekitarnya. Perilaku merokok sangat cepat masuk dan menyebar di kalangan remaja. Hal ini dikarenakan merokok sudah menjadi kebiasaan yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Perilaku merokok disebabkan oleh rasa ingin tahu dan pengaruh teman sebaya. Mulai merokok terjadi akibat pengaruh lingkungan sosial. Modelling ( meniru perilaku orang lain ) menjadi salah satu determin dalam memulai perilaku merokok.

Menurut Basyir (2012:6) merokok adalah asap dari tembakau atau bahan sejenis yang terkena api itu disedot melalui mulut sehingga merasuk ke bagian dalam tubuh, lalu dihisap masuk ke dalam rongga dada, lalu dilepaskan keluar melalui hidung atau mulut, atau melalui keduanya sekaligus. Menurut Armstrong (1990, dikutip dari Nasution 2007:6) bahwa merokok adalah: Menghisap asap tembakau yang dibakar ke dalam tubuh dan menghembuskannya kembali ke luar. Levy (1984, dikutip dari Nasution, 2007:6) mendefinisikan perilaku merokok: merokok sebagai sesuatu yang dilakukan seseorang berupa membakar dan menghisap rokok serta dapat menimbulkan asap yang dapat terhisap oleh orang-orang di sekitarnya. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa perilaku merokok adalah suatu kegiatan atau aktivitas membakar tembakau kemudian menghisapnya melalui mulut sehingga merasuk ke dalam tubuh dan menghembuskan asap melalui mulut atau hidung sehingga terhisap oleh orang-orang di sekitarnya. Departemen Kesehatan kita juga membuat suatu survei nasional berkala, yang disebut dengan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT). Survei ini merupakan salah satu sumber informasi kesehatan berskala nasional, dan khusus untuk rokok mungkin merupakan satu-satunya survei yang dikerjakan di beberapa provinsi sekaligus. Dalam SKRD tahun 1986 yang dikerjakan di tujuh provinsi ditemukan bahwa jumlah perokok pria adalah 52,9% dan wanita sebanyak 3,6%. Perlu

diperhatikan pula, survei ini menemukan 13,2% remaja berumur 15-19 tahun yang telah menjadi perokok (Aditama, 2011:10). Selain itu pada tahun 2008, Tobacco Free Initiative (TFI) WHO Regional Asia Tenggara telah merilis survey pemakaian rokok di Indonesia. Dari data didapatkan informasi bahwa jumlah perokok per hari di Indonesia adalah sekitar 63,2% dari seluruh laki-laki perokok usia di atas 15 tahun, dan 4,5% perempuan perokok dewasa. Dari penelitian tersebut ditemukan bahwa 78,2% perokok adalah kaum remaja. Jumlahnya meningkat dua kali lipat dari tiga tahun sebelumnya. Angka tertinggi perokok remaja adalah pada usia 15-19 tahun. Data yang lebih mengerikan adalah sebagian dari pemuda-pemuda tersebut, 30 menit setelah bangun tidur sudah ingin merokok (Asroruddin, 2008 http://asroruddin.multiply.com/journal/item/31). Kota Medan sebagai ibu kota Provinsi Sumatera Utara merupakan kota nomor 3 terbesar di Indonesia. Sebagai ibu kota Provinsi, maka sudah tentulah proporsi perokok remaja di Kota Medan juga cukup besar. Dampak dari perilaku merokok pada remaja ini sendiri cukup besar. Dampak yang sering terjadi adalah kenakalan remaja. Biasanya remaja yang telah mengalami perilaku merokok ini terbawa pada kenakalan remaja, seperti mencuri, mabukmabukan, mengkonsumsi narkoba, perkelahian, dan yang paling jelas terjadi adalah semangat untuk bersekolah menjadi menurun. Selain itu dampak negatif dari perilaku merokok sesungguhnya sudah mulai terasa pada waktu orang baru mulai menghisap rokok. Kebiasaan merokok telah terbukti berhubungan dengan sedikitnya 25 jenis penyakit dari berbagai alat tubuh manusia, seperti kanker paru, bronkitis kronik,

emfisema, dan berbagai penyakit paru lainnya. Selain itu adalah kanker mulut, tenggorok, pankreas, dan kandung kencing, penyakit pembuluh darah ulkus peptikum dan lain-lain (Aditama 2011:19). Berdasarkan observasi pra penelitian dan wawancara dengan guru BK dan siswa untuk melengkapi data pra penelitian yang dilakukan pada hari Rabu, 12 Maret 2014 kepada siswa kelas X di SMA Negeri 5 Medan terdapat beberapa siswa yang sudah pernah merokok. Dengan melalui observasi para siswa tidak merokok di saat jam pelajaran dimulai ataupun jam istirahat, para siswa merokok saat jam istirahat, pulang sekolah atau ketika berangkat sekolah sambil menunggu angkutan umum dan di warung-warung dekat sekolah. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan guru BK, pada saat sekolah mengadakan kegiatan Pentas Seni didapati beberapa siswa yang membawa rokok ke sekolah. Namun, siswa juga mengaku tidak bisa menikmati rokok yang mereka hisap. Para siswa mengaku melakukan itu hanya ikut-ikutan dan coba-coba karena tidak mau di anggap tidak gaul oleh temantemannya yang dari sekolah lain dan lebih tua. Berkaitan dengan fenomena di atas, maka perlu dilakukan pencegahan atau pengurangan perilaku merokok agar siswa kelas X di SMA Negeri 5 Medan tidak mengikuti jejak teman-temannya yang sudah menjadi pecandu rokok. Upaya yang dilakukan untuk menangani masalah tersebut bisa dengan cara meningkatkan sistem layanan bimbingan dan konseling di SMA Negeri 5 Medan. Salah satu layanan bimbingan dan konseling yang dapat dilaksanakan untuk

menangani permasalahan merokok yang terjadi yaitu dengan layanan penguasaan konten. Menurut Prayitno (dalam Tohirin, 2013: 152) Layanan penguasaan konten merupakan suatu layanan bantuan kepada individu (siswa) baik sendiri maupun dalam kelompok untuk menguasai kemampuan atau kompetensi tertentu melalui kegiatan belajar. Kemampuan atau kompetensi yang dipelajari merupakan satu unit konten yang di dalamnya terkandung fakta dan data, konsep, proses, hukum dan aturan, nilai, persepsi, afeksi, sikap, dan tindakan. Dengan penguasaan konten, individu (siswa) diharapkan mampu memenuhi kebutuhannya serta mengatasi masalah-masalah yang dialaminya. Guru pembimbing atau konselor dapat secara aktif menyajikan bahan, memberi contoh, merangsang (memotivasi), mendorong dan menggerakan siswa untuk berpartisipasi secara aktif mengikuti materi dan kegiatan layanan. Dengan menggunakan teknik: a. High-touch, yaitu sentuhan-sentuhan tingkat tinggi yang mengenai aspek-aspek kepribadian dan kemanusiaan peserta layanan (efektif, semangat, sikap, nilai, dan moral), melalui implementasi oleh konselor. Dan (b) High-tech, yaitu teknologi tingkat tinggi untuk menjamin kualitas penguasaan konten,melalui implementasi oleh konselor. Dengan memanfaatkan media audio-visual yang secara umum menurut teori kerucut pengalaman Edgar Dale memiliki keefektivitas yang tinggi daripada media

visual atau audio. Hal inilah yang mendorong penulis untuk menjadikan media film dan video khususnya video sebagai media atau alat bantu karena dapat meningkatkan motivasi siswa untuk belajar dan membantu siswa lebih cepat memahami materi yang diajarkan. Menurut Arsyad (2010: 36) mengemukakan bahwa film merupakan suatu sistem penyampaian pengajaran dimana materi video rekaman atau film disajikan dengan pengendalian komputer kepada siswa yang tidak hanya mendengar dan melihat video dan suara, tetapi juga memberikan respons yang aktif, dan respons itu yang menentukan kecepatan dan sekuensi penyajian. Menurut Syahidaturrohmah (2012) Video adalah teknologi pemrosesan sinyal elektronik mewakilkan gambar bergerak. Aplikasi umum dari teknologi video adalah televisi, tetapi dia dapat juga digunakan dalam aplikasi teknik, saintifik, produksi dan keamanan. (http://syahidaturrohmah.wordpress.com/2012/12/19/pengertian-videomultimedia/). Disekolah siswa belum mengetahui banyak zat-zat apa saja yang terkandung dalam rokok dan apa saja dampak negatif dari kebiasaan merokok, siswa-siswa disekolah biasanya hanya mengetahui rokok secara umum, guru di sekolah juga tidak memberikan secara jelas akibat dari kebiasaan perilaku merokok dan zat-zat apa saja yang terkandung di dalamnya. Sehingga siswa sangat mudah terpengaruh oleh teman sebaya maupun lingkungan yang dapat menghancurkan masa depan siswa tersebut. Adanya layanan penguasaan konten dalam mengurangi dan mencegah perilaku merokok melalui media video diharapkan siswa dapat memperoleh wawasan

pengetahuan mengenai merokok terutama dampak dari perilaku merokok sehingga akan memacu siswa untuk dapat menghindari perilaku merokok. Layanan penguasaan konten dengan menggunakan media video juga diharapkan dapat membantu siswa untuk menerapkan sikap disiplin dan menanamkan sikap anti merokok sehingga kegiatan belajar siswa dapat berjalan dengan baik. Untuk itu dalam membantu mengatasi dan mencegah ataupun pengurangan perilaku merokok siswa, maka peneliti merancang suatu bantuan yang akan diberikan kepada siswa, dan Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dan mengangkat judul: Pengaruh Layanan Penguasaan Konten Dengan Media Video Terhadap Pengurangan Perilaku Merokok Siswa di Sekolah SMA Negeri 5 Medan Tahun Ajaran 2013/2014. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas maka masalah yang dapat diidentifikasikan sebagai berikut: a) Siswa sudah mulai mencoba-coba untuk merokok b) Kurangnya pengetahuan siswa tentang bahaya merokok c) Siswa kurang mendapat pengawasan dari orang tua dirumah d) Siswa menganggap bahwa merokok itu ganteng, ngetrend, gaul C. Pembatasan Masalah Berdasarkan uraian identifikasi masalah di atas, maka perlu adanya pembatasan masalah yang diteliti. Maka dalam penelitian ini dibatasi masalahnya mengenai pengaruh layanan penguasaan konten dengan media video terhadap

pengurangan perilaku merokok siswa kelas X SMA Negeri 5 Medan Tahun Ajaran 2013/2014. D. Rumusan Masalah Sesuai dengan pembatasan masalah sebagaimana diuraikan di atas, maka permasalahan yang akan peneliti kemukakan adalah Adakah Pengaruh layanan penguasaan konten dengan media video terhadap pengurangan perilaku merokok siswa kelas X di SMA Negeri 5 Medan Tahun Ajaran 2013/2014. E. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh layanan penguasaan konten dengan media video terhadap pengurangan perilaku merokok siswa kelas X di SMA Negeri 5 Medan Tahun Ajaran 2013/2014. F. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat antara lain: 1. Manfaat Teoretis Untuk menambah wawasan dan pengetahuan dalam bidang kesehatan maupun psikologi pendidikan dan bimbingan khususnya mengenai pemberian layanan bimbingan dan konseling dalam pengurangan perilaku merokok. 2. Manfaat Praktis a. Bagi peneliti

Untuk memperoleh pengalaman dan mengembangkan wawasan peneliti mengenai layanan penguasaan konten dan kesehatan terhadap perilaku merokok. b. Bagi guru pembimbing Dapat dijadikan masukan dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling khususnya layanan penguasaan konten dengan mengedepankan pengaruh negatif perilaku merokok. c. Bagi Orang Tua Dalam membimbing anaknya selalu mengedepankan keterbukaan dan kejujuran pada diri anak-anaknya d. Bagi siswa Dapat dijadikan acuan sehingga siswa memiliki cara untuk pelan-pelan mengurangi ataupun mencegah mengkonsumsi rokok agar siswa dapat kembali berkonsentrasi dalam belajar danberfikir positif.