LEMBARAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (Berita resmi Daerah Istimewa Yogyakarta)

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1953 TENTANG PEMBERIAN ISTIRAHAT DALAM NEGERI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1953 TENTANG PEMBERIAN ISTIRAHAT DALAM NEGERI. Presiden Republik Indonesia,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 1966 TENTANG PEMBERIAN CUTI KEPADA ANGGOTA ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1976 tentang Cuti PNS.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1976 TENTANG CUTI PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA DAERAH KOTA BEKASI PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 06 TAHUN 2014 TENTANG CUTI PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BEKASI

LEMBARAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (Berita resmi Daerah Istimewa Yogyakarta)

TENTARA NASIONAL INDONESIA MARKAS BESAR. No CUTI BAGI PRAJURIT. /or*ve'v4; .5- MILIK "t TURJUK PABAN I SPERS TNI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1950 TENTANG PERATURAN PERJALANAN DINAS DALAM NEGERI BUAT PEGAWAI NEGERI SIPIL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 1950 TENTANG PERATURAN PERJALANAN DINAS DALAM NEGERI BUAT PEGAWAI NEGERI SIPIL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1976 TENTANG CUTI PEGAWAI NEGERI SIPIL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1976 TENTANG CUTI PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1949 TENTANG PEMBERIAN UANG TUNGGU KEPADA PEGAWAI NEGERI YANG DIBERHENTIKAN SEMENTARA

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI BANDUNG PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR : 12 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1956 TENTANG PERJALANAN LUAR NEGERI TENAGA BANGSA ASING PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

: 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur. batan. Menimbang : a Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1958 TENTANG PEREMAJAAN ALAT-ALAT NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH (PP) 1947 NO. 13) (13/1947) PERATURAN TENTANG ONGKOS JALAN UNTUK PEGAWAI NEGERI, YANG MELAKSANAKAN PERJALANAN DINAS.

PERATURAN PERJALANAN DINAS DALAM NEGERI BUAT PEGAWAI NEGERI SIPIL. Pasal 1.

PERTURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT GOTONG ROYONG REPUBLIK INDONESIA Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 1960 Tanggal 12 Juli 1960

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 1954 TENTANG PEKERJA PEMERINTAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

SURAT KEPUTUSAN BADAN PELAKSANA HARIAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN'AISYIYAH YOGYAICARTA NOMOR

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI LUMAJANG NOMOR 21 TAHUN 2018 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1964 TENTANG PERATURAN TATA TERTIB DPR-GR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LAMPIRAN. PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 13 TAHUN 1947

PERATURAN MENTERI NEGARA PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03 TAHUN 2013

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK. Tunjangan. Kinerja Pegawai.

UNDANG-UNDANG DARURAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1956 TENTANG KEDUDUKAN KEUANGAN KETUA, WAKIL KETUA DAN ANGGOTA KONSTITUANTE

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1955 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PERJALANAN DINAS DALAM NEGERI BAGI PEGAWAI NEGERI SIPIL

Presiden Republik Indonesia,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 19 Tahun : 2014

CUTI PEGAWAI NEGERI SIPIL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1953 TENTANG KEDUDUKAN KEUANGAN KETUA DAN ANGGAUTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2002 NOMOR 43 SERI E

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN KEPALA BAGIAN ORGANISASI SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR : 188 / 110 / / 2013

INSTITUT PERTANIAN BOGOR DIREKTORAT SUMBERDAYA MANUSIA PROSEDUR OPERASIONAL BAKU CUTI PNS

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. (PERDA DIY) NOMOR : 3 TAHUN (3/1971)

LEMBARAN DAERAH TINGKAT II YOGYAKARTA (Berita Resmi Daerah Tingkat II Yogyakarta)

Presiden Republik Indonesia, Mengingat: Pasal 97 ayat 1 jo. Pasal 89 dan Pasal 109 Undang-undang Dasar Sementara Republik Indonesia;

SURAT EDARAN NOMOR : 850/576/ /2018 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN CUTI PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI

BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1954 TENTANG WAKIL NOTARIS DAN WAKIL NOTARIS SEMENTARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1960 TENTANG POKOK-POKOK KESEHATAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

2016, No Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Le

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA SERIKAT

MATA UANG. INDISCE MUNTWET PENGHENTIAN. PENETAPAN SEBAGAI UNDANG-UNDANG.

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1954 TENTANG WAKIL NOTARIS DAN WAKIL NOTARIS SEMENTARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 14 Tahun : 2013

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 1959 TENTANG PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERANCANG NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1976 TENTANG CUTI PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2004 TENTANG JABATAN NOTARIS

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 1959 TENTANG PERATURAN TATA TERTIB DEWAN PERANCANG NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Mengingat: pasal 7 Penetapan Presiden No. 3 tahun 1959 tentang Dewan Pertimbangan Agung Sementara;

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1957 TENTANG POKOK-POKOK PEMERINTAHAN DAERAH *) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2016, No terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2013 tentang Perubahan Ketujuh atas Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang K

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNPB. Tunjangan Kinerja. Pemberian. Tata Cara.

WALIKOTAMADYA KEPALA DAERAH TINGKAT II YOGYAKARTA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1960 TENTANG PERTURAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT GOTONG ROYONG REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Presiden Republik Indonesia,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

2016, No Nomor 152, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5071); 2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara

BUPATI SERUYAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1979 TENTANG PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

WALIKOTA SURABAYA, (PERWALI.HONORER.PERUBAHAN.2008.gafar)

Undang Undang No. 9 Tahun 1960 Tentang : Pokok Pokok Kesehatan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1957 TENTANG PANITIA NEGARA PERIMBANGAN KEUANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 1958 TENTANG KEWARGA-NEGARAAN REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

MANUAL PROSEDUR CUTI PEGAWAI NEGERI SIPIL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1979 TENTANG PEMBERHENTIAN PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, MEMUTUSKAN :

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2015, No Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6, Tambahan Le

UU 2/1959, PENETAPAN UNDANG UNDANG DARURAT NO Bentuk: UNDANG-UNDANG (UU) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 2 TAHUN 1959 (2/1959)

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia 2013

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

Yogyakarta, 12 Desember 1959 Seri A No. 18. Tahun 1959. LEMBARAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (Berita resmi Daerah Istimewa Yogyakarta) PERATURAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (PERDA DIY) NOMOR 8 TAHUN 1954. (8/1954) Tentang : Pemberian Istirahat Dalam Negeri. DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Membaca: Surat Dewan Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta tanggal 20 Juli 1953 Nomor 9572/XVA/53; Mengingat: 1. Pasal 21 ayat 1 Undang-undang Nomor 22 tahun 1948; 2. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1950 jo Nomor 19 Tahun 1950 dan Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1950; Menimbang: Perlu mengadakan Peraturan Daerah Istimewa Yogyakarta tentang pemberian istirahat dalam Negeri, yang disesuaikan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 15 tahun 1953 dan perubahannya termuat dalam Peraturan Pemerintah Nomor 21 tahun 1953. Mendengar: Pembicaraan-Pembicaraan dalam rapatnya pada tanggal 15 dan 29 (siang dan malam) Juli 1954. MEMUTUSKAN: I. Mencabut:Rijksvblad Kasultanan Yogyakarta Nomor 28 tahun 1916, tentang "Verloven Reglement omtrent het verlenen van verloven aan Europese en Inlandse Ambtenaren van het Sultanaat Yogyakarta". II. Dengan membatalkan segala Peraturan Daerah lainnya yang bertentangan dengan Peraturan ini, menetapkan: Sebagai berikut: PERATURAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TENTANG PEMBERIAN ISTIRAHAT DALAM NEGERI

Pasal 1 Kepada seorang pegawai Daerah Istimewa Yogyakarta, baik yang tetap, maupun sementara, juga tenaga bulanan (selanjutnya disebut pegawai), yang telah bekerja sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan terus menerus dalam jabatan Daerah dapat diberikan istirahat dalam Negeri: a. karena sakit, b. karena alasan penting, c. sebagai liburan. ISTIRAHAT SAKIT Pasal 2 (1) Istirahat karena sakit lebih dari 14 (empat belas) hari, selanjutnya disebut istirahat sakit, harus minta secara tertulis dengan melampirkan suatu surat keterangan dari seorang tabib, yang harus diperiksa dan disetujui oleh Jawatan Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta, satu dan lain dengan memperhatikan petunjuk-petunjuk yang telah atau akan diberikan oleh Jawatan Kesehatan tersebut. (2) Dalam surat keterangan itu harus dinyatakan keperluannya untuk diberikan istirahat, lamanya waktu istirahat itu dan tempat dimana istirahat itu harus dijalankan. (3) Apabila dalam surat keterangan tabib dinyatakan, bahwa istirahat itu berhubung dengan penykit yang diderita harus dijalankan pada suatu tempat tertentu, maka kepada pegawai yang bersangkutan dapat diberikan biaya perjalanan atas tanggungan Daerah Istimewa Yogyakarta menurut peraturan yang berlaku mengenai hal itu. (4) Dalam hal tersebut dalam ayat (3) harus ditunjuk suatu tempat, yang dapat dicapai dengan biaya sehemat-hematnya. Pasal 3 (1) Istirahat sakit diberikan oleh Dewan Pemerintah Daerah atau instansi/penjabat yang ditunjuk olehnya. (2) Oleh yang berwajib termaksud pada ayat (1) didakan catatan-catatan dari setiap istirahat yang diberikan karena sakit. Pasal 4 (1) Istirahat sakit dapat diberikan untuk selama-lamanya 1 (satu) tahun.

(2) Selama istirahat sakit, pegawai yang bersangkutan menerima gaji penuh selama 6 (enam) bulan yang pertama, beserta semua tunjangan-tunjangan kecuali tunjangan jabatan dan tunjangan perjalanan tetap. (3) Untuk waktu selanjutnya, pegawai yang bersangkutan menerima 2/3 (dua pertiga) dari penghasilan termaksud dalam ayat (2). (4) Dalam hal istirahat sakit diberikan karena sesuatu kecelakaan yang terjadi selama dan karena melakukan pekerjaan jabatan, maka kepada pegawai yang bersangkutan dapat diberikan gaji penuh, seperti dimaksudkan dalam ayat (2) untuk 1 (satu) tahun. (5) Istirahat sakit yang diberikan dalam waktu sebulan setelah berakhirnya istirahat sakit yang diberikan lebih dahulu, dianggap bersambungan dengan istirahat sakit yang diberikan lebih dahulu itu dan kedua istirahat sakit termaksud, tidak dapat diberikan untuk waktu lebih lama dari 1 (satu) tahun. Pasal 5 (1) Dengan menyimpang dari ketentuan dalam pasal 4, kepada pegawai yang diberi istirahat karena sakit paru-paru (tuberculose pada umumnya), atau karena sakit kusta (lepra) atau sakit jiwa dan lain-lain sakit yang kronis dapat diberikan istirahat selama 3 (tiga) tahun dengan mendapat: a. gaji penuh selama 1 (satu) tahun. b. 2/3 (dua pertiga) gaji selama 1 (satu) tahun. c. separoh gaji selama tahun terakhir. (2) Ketentuan dalam ayat (1) hanya berlaku jika pegawai yang bersangkutan diharuskan oleh seorang tabib untuk beristirahat dan berobat, serta minta pengobatan pada suatu rumah sakit umum Pusat Pemerintah atau Sanatorium dan sumah sakit yang ditetapkan dan disahkan oleh Jawatan Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta. Pasal 6 (1) Kepada seorang pegawai yang belum mempunyai masa kerja 6 (enam) bulan terus-menerus dalam jabatan Daerah dapat diberikan istirahat sakit dengan menerima gaji penuh selama-lamanya 45 (empat puluh lima) hari. (2) Setelah waktu itu pegawai yang bersangkutan diberikan istirahat diluar tanggungan Kas Daerah Istimewa Yogyakarta.

ISTIRAHAT KARENA ALASAN PENTING Pasal 7 (1) Istirahat karena alasan penting harus diminta secara tertulis dengan menyebutkan alasan-alasannya. (2) Istirahat itu diberikan secara tertulis oleh Dewan Pemerintah Daerah atau Instansi/Penjabat yang tersebut dalam pasal 3 dari Peraturan ini. (3) Dalam hal yang mendesak, hingga tidak dapat menunggu putusan instansi/penjabat termaksud, dalam ayat (2), maka oleh pemimpin yang tertinggi dari yang bersangkutan dapat diberikan izin sementara untuk menjalankan istirahat yang diminta. (4) Pemberian izin sementara ini, yang tidak memberikan sesuatu hak atas istirahat, harus segera diberitahukan kepada instansi/penjabat yang berhak memberikan istirahat itu. (5) Ketentuan mengenai istirahat-istirahat tersebut pasal 3 ayat (2) berlaku pula terhadap pemberian istirahat karena alasan penting. Pasal 8 Yang dimaksud dengan "alasan penting" ialah: a. meninggalnya ibu, bapak, isteri/suami, anak atau mertua, yang tinggal dilain tempat. b. meninggalnya sesuatu anggota keluarga tersebut dan pegawai yang bersangkutan harus mengurus hak-haknya berhubung dengan perusahaan atau warisan yang bersangkutan, sehingga ia harus seringkali meninggalkann tempat kedudukannya. c. Kawin. d. lain-lain hal yang ditentukan oleh Dewan Pemerintah Daerah. Pasal 9 (1) Istirahat karena alasan penting dapat diberikan menurut keperluannya paling lama untuk 2 (dua) bulan. (2) Waktu 2 (dua) bulan ini dapat diperpanjang hingga sebanyak-banyaknya 3 (tiga) bulan yaitu mengenai istirahat yang akan dijalankan dilain kepulauan.

Pasal 10 Selama istirahat karena alasan penting diberikan gaji penuh beserta tunjangantunjangan, kecuali tunjangan jabatan dan tunjangan perjalanan tetap. ISTIRAHAT LIBUR Pasal 11 (1) Istirahat sebagai liburan, selanjutnya disebut istirahat libur, diminta secara tertulis atau lisan dan diberikan secara demikian pula oleh Instansi/Penjabat tersebut dalam pasal 3, atau Pegawai lain yang ditunjuk oleh Dewan Pemerintah Daerah. (2) Oleh Instansi/Penjabat yang memberikan istirahat itu diadakan catatan seperlunya dari setiap istirahat yang diberikan. Pasal 12 (1) Istirahat libur dapat diberikan setiap tahun untuk selama 12 (dua belas) hari kerja. (2) Apabila istirahat ini hendak dijalankan dilain kepulauan, maka waktu itu dapat diperpanjang dengan waktu selama perjalanan pulang pergi akan tetapi untuk selama-lamanya 7 (tujuh) hari. Dalam hal-hal lluar biasa waktu itu dapat diperpanjang dengan 7 (tujuh) hari lagi. (3) Pegawai yang baru bekerja kembali setelah mendapat istirahat dalam Negeri menurut pasal 2 dan 7 peraturan ini, hanya dapat diberikan istirahat libur setelah mereka bekerja selama 6 (enam) bulan. Pasal 13 (1) Instansi/Penjabat yang berhak memberikan istirahat libur berhak untuk menangguhkan atau memperlambat tanggal mulainya istirahat yang diminta dengan waktu yang tidak lebih dari 6 (enam) bulan, juga jika istirahat itu akan jatuh dalam tahun yang berikut. Dalam hal ini istirahat itu dipandang sebagai diberikan dalam dan untuk tahun waktu istirahat itu diminta. (2) Permintaan istirahat libur hanya dapat ditolak dalam hal kepergiannya pegawai yang bersangkutan, akan mengganggu sungguh-sungguh kepentingan jabatan. (3) Penolakan diberikan secara tertulis dan menyebut alasan-alasannya. (4) Hal termaksud dalam ayat (1) pasal ini tidak dipandang sebagai penolakan.

Pasal 14 (1) Apabila permintaan istirahat libur dalam sesuatu tahun ditolak, maka pegawai yang berkepentingan dalam tahun yang berikut berhak untuk menjalankan istirahat yang ditolak itu disamping istirahat yang dapat diberikan kepadanya untuk tahun yang bersangkutan, dengan ketentuan bahwa kedua istirahat itu tidak lebih lama dari 24 (duapuluh empat) hari kerja. (2) Dalam hal termaksud dalam pasal 12 ayat (2), waktu ini dapat diperpanjang dengan 7 (tujuh) c.q. 14 (empat belas) hari. Pasal 15 (1) Apabila hak atas istirahat libur ini dalam sesuatu tahun tidak dipergunakan lagi dalam tahun yang berikut disamping hak yang timbul untuk tahun itu. (2) Instansi/Penjabat yang berhak memberikan istirahat libur dapat menyimpang dari ketentuan dalam ayat (1), apabila ada lasannya. Pasal 16 (1) Istirahat libur tidak dapat dipecah-pecah hingga waktu yang kurang dari 6 (enam) hari-kerja, kecuali apabila berdasarkan kepentingan jabatan, atau dberdasarkan kepentingan pegawai yang bersangkutan. (2) Waktu mulainya istirahat libur ditetapkan sedapat-dapatnya sesuai dengan kehendak pegawai yang bersangkutan, akan tetapi dalam hal ini harus diperhatikan pula kepentingan jabatan dan kepentingan pegawai-pegawai lainnya. Pasal 17 Yang tidak berhak atas istirahat libur berdasar Peraturan ini ialah : a. guru-guru pada sekolah-sekolah, yang mendapat liburan yang menurut liburan yang berlaku untuk sekolah-sekolah. b. lain-lain pegawai, yang akan ditunjuk menurut keperluan oleh Dewan Pemerintah Daerah. ISTIRAHAT BESAR Pasal 18 (1) Pegawai warga negara yang telah bekerja terus-menerus selama (enam) tahun, dalam tahun berikutnya berhak atas istirahat dalam Negeri sebagai liburan selama (tiga) bulan, istirahat ini selanjtnya disebut istirahat besar.

(2) Dalam hal istirahat ini diberikan, maka hak atas istirahat libur seperti dimaksudkan dalam pasal 11, hapus. Pasal 19 Bilamana istirahat besar karena kepentingan jabatan tidak dapat diberikan pada waktunya, maka Instansi/Penjabat yang berhak memberi istirahat itu, berhak untuk menangguhkan atau memperlambat tanggal mulainya istirahat yang diminta dengan waktu yang tidak lebih dari 2 (dua) tahun. Pasal 20 Selama istirahat libur atau istirahat besar, diberikan gaji penuh beserta semua tunjangan-tunjangan, dengan ketentuan, bahwa selama istirahat besar tidak diberikan tunjangan jabatan dan tunjangan perjalanan tetap. Pasal 21 Dengan menyimpang dari Peraturan peralihan dalam pasal 24 dibawah ini, istirahat besar oleh pegawai yang berkepentingan dapat dipergunakan untuk memenuhi kewajiban agama seperti naik haji. KETENTUAN-KETENTUAN UMUM Pasal 22 (1) Pemberian istirahat sakit, istirahat karena alasan penting dan istirahat besar serta memperpanjang istirahat-istirahat itu, dilakukan dengan suatu surat keputusan dalam mana dimuat semua keterangan tentang alasan, sifat dan lamanya istirahat dalam Negeri termaksud serta ketentuan tentang gaji yang dapat diterima oleh pegawai yang bersangkutan selama istirahat-istirahat itu. (2) Tanggal pegawai mulai menjabat lagi pekerjaannya setelah menjalankan istirahat dalam Negeri termaksud ayat (1) pasal ini, oleh instansi/penjabat yang bersangkutan dicatat dalam suatu surat keputusan. (3) Salinan dari surat keputusan termaksud ayat (1) dan (2) pasal ini diberikan kepada semua instansi yang perlu mengetahui jumlah penghasilan selama istirahat yang diberikan menurut peraturan ini. Pasal 23 Istirahat karena alasan penting, yang dimaksudkan dalam pasal 7 dalam jangka waktu selama 25 (dupuluh lima) tahun tidak dibolehkan lebih dari lima kali.

PERATURAN PERALIHAN Pasal 24 Dalam menentukan istirahat besar, maka tiap-tiap masa kerja 4 (empat) tahun dinilai menjadi 1 (satu) tahun, sehingga masa kerja selama: 24 (duapuluh empat) tahun, menjadi 6 (enam) tahun. 20 (duapuluh) tahun, menjadi 5 (lima) tahun. 1 (enambelas) tahun, menjadi 4 (empat tahun. 12 (duabelas) tahun, menjadi 3 (tiga) tahun. 8 (delapan) tahun, menjadi 2 (dua) tahun. 4. (empat) tahun, menjadi 1 (satu) tahun. Pasal 25 Hal-hal yang belum diatur dalam peraturan ini dan hal-hal yang walaupun sudah ditetapkan dalam peraturan ini, akan tetapi bersifat luar biasa, sehingga pelaksanaannya dapat menimbulkan ketidak adilan, diputus oleh Dewan Pemerintah Daerah. Pasal 26 Peraturan ini mulai berlaku pada hari diumumkan dan berlaku surut sampai dengan tanggal 20 Maret 1953. Yogyakarta, 29 Juli 1954 Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Istimewa Yogyakarta. ttd. WIWOHO. Diundangkan didalam "Lembaran Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta" tanggal 12 Desember 1959. (Lembaran Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta Seri A Nomor 18 Tahun 1959) Kepala Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta. ttd. HAMENGKU BUWONO IX.

Peraturan Daerah ini telah mendapat persetujuan dari Penguasa Perang Daerah Territorium IV, dengan Surat Keputusannya tanggal 3 Nopember 1959 Nomor: KPTS- PPD/00413/II/1959. Sekretaris Daerah I. ttd. LABANINGRAT. PENJELASAN PERATURAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 8 TAHUN 1954 TENTANG PEMBERIAN ISTIRAHAT DALAM NEGERI Hingga saat ini dalam pemberian istirahat dalam Negeri (karena sakit, alasan penting dan sebagai liburan) Daerah Istimewa Yogyakarta mempergunakan Rencana Peraturan istirahat pada tahun 19423 yang belum sampai termuat dalam Rijksblad, disebabkan penyerbuan Bala Tentara Jepang, akan tetapi kemudian telah disahkan oleh Pembesar dari Bala Tentara itu. Pada garis-garis besarnya Peraturan tadi sama dengan peraturan termuat dalam Staatsblad Tahun 1912 Nomor 198, setelah diubah dan ditambah; Peraturan mana dipergunakan juga oleh Pemerintah Pusat sebelum berlaku Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 1953 (tanggal 20 Maret 1953), sudah barang tentu cara pemberian istirahat termaksud tidak berdasarkan hukum yang kuat, juga adalah bukan cara yang resmi. Dari itu sudah selayaknya apabila Daerah Istimewa Yogyakarta memeiliki Peraturan istirahat yang sesuai dengan Peraturan sejenis dari Pemerintah Pusat. Pun Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 193 tersebut diatas mengandung dasar yang bermanfaat bagi para pegawai, misalnya istirahat besar dan istirahat untuk pegawapegawai yang menderita/dihinggapi penyakit paru-paru. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pekerja harian tidak termaksud pegawai dalam Peraturan ini. Pasal 2 Biaya perjalanan ke-sesuatu tempat yang ditunjuk oleh tabib hanya diberikan jika menurut keterangan tabib, dijalankan istirahat itu pada tempat yang ditunjuk, adalah perlu untuk sembuhnya si-sakit.

Pasal 3 Untuk melancarkan jalannya pekerjaan, bagi golongan-golongan pegawai yang tertentu dipandang perlu diadakan kemungkinan, bahwa Dewan Pemerintah Daerah dapat menyerahkan kekuasaan memberi izin istirahat sakit kepada sesuatu instansi/penjabat, akan tetapi hendaknya dijaga jangan sampai kekuasaan itu jatuh ditangan instansi/penjabat yang kurang ahli menjalankan peraturan kepegawaian. Pasal 4 Maksud ayat (2), ialah bahwa dipandang adil apabila tunjangan jabatan dan tunjangan perjalanan tetap diberikan kepada pegawai yang mewakili dan melakukan pekerjaan si-sakit. Pasal 5 Ketentuan ini diadakan berdaar penyelidikan dan anjuran Kementerian Kesehatan dan sekarangpun telah dijalankan. Yang dimaksudkan dengan gaji penuh dalam pasal ini, adalah sama dengan gaji penuh dalam pasal 4 ayat (2), yaitu gaji pokok beserta semua tunjangan-tunjangan, kecuali tunjangan jabatan dan tunjangan perjalanan tetap. Minta pengobatan diartikan dirawat (ayat 2). Pasal 6 Ketentuan dalam pasal ini dipandang selayaknya untuk hal yang dimaksudkan dalam pasal itu. Untuk seorang pegawai, yang baru bekerja beberapa hari, kemudian jatuh sakit, dirasakan tidak ada alasannya untuk diberikan gaji terus-menerus selama waktu tersebut dalam pasal 4. Sudah jelas. Pasal 7 Pasal 8 Dalam pasal ini diberikan beberapa contoh tentang apa yang dimaksudkan dengan "alasan penting". Dewan Pemerintah Daerah dapat menentukan lain-lain hal sebagai alasan penting semacam itu, dengan memperhatikan hal-hal yang telah/akan ditentukan oleh Menteri Urusan Pegawai. Sudah jelas. Pasal 9

Sudah jelas. Sudah jelas. Pasal 10 Pasal 11 Pasal 12 Jangka waktu "setiap tahun" tersebut dalam ayat (1) harus dihitung dari tanggal 1 Januari hingga tanggal 1 Januari tahun yang berikut (Kalender jaar). Berhubung dengan ini, maka ketentuan dalam ayat (3) berarti bahwa seorang pegawai yang baru diangkat, atau baru bekerja kembali dan sebagainya pada tanggal 1 Agustus, selama tahun yang jalan tidak berhak atas istirahat libur. Pasal 13 Ayat (2). Penolakan tersebut ayat ini harus diingat pula kepentingan yang mengajukan istirahat libur. Ketentuan dalam pasal ini adalah untuk menjamin, supaya pegawai dapat mempergunakan haknya atas istirahat libur dengan tidak merugikan kepentingan jabatan. Pasal 14 Ketentuan dalam pasal ini adalah untuk menjamin, supaya pegawai dapat mempergunakan haknya atas istirahat libur dengan tidak merugikan kepentingan jabatan. Pasal 15 Ayat (1).Istirahat libur yang diberikan menurut pasal ini tidak boleh lebih lama dari 24 (duapuluh empat) hari kerja dan bila didalam hal termaksud dalam pasal 12 ayat (2) waktu tersebut dapat diperpanjang dengan 7 (tujuh) hari. Pasal 16 Hari-hari libur yang sudah ditentukan oleh Menteri Agama dan hari libur mingguan (hari Ahad) tidak termasuk dihitung hari istirahat libur yang dimaksud dalam peraturan ini. Sudah jelas. Pasal 17

Pasal 18 s/d 20 Ketentuan-ketentuan dalam pasal ini diadakan atas anjuran Kementerian Kesehatan berdasar atas pendapat yang telah diakui kebenarannya dalam ilmu kedokteran, bahwa istirahat seperti yang dimaksudkan disini (yang agak lama) perlu diberikan guna kesuburan jasmani danlebih-lebih lagi kesuburan rohani. Maksudnya terutama ialah supaya pegawai-pegawai melulu sebagai liburan dan dengan leluasa tidak karena ada sesuatu "alasan penting" dapat beristirahat dalam kampung halamannya sendiri bersama keluarganya. Pertimbangan lain untuk mengadakan ketentuan-ketentuan seperti ini ialah supaya keseganan untuk dipindahkan ketempat yang jauh dari tempatnya sendiri, akan mengurangi, karena ada kepastian bahwa sesudah tempo 6 (enam) tahun dapat pulang ketempatnya sendiri. Hal ini diharap dapat menenteramkan pikiran pegawai yang bersangkutan. Pasal 21 Semua pegawai Warga Negara, yang telah bekerja terus menerus selama 6 (enam) tahun dalam jabatan tetap atau sementara, dalam tahun berikutnya dapat diberikan istirahat selama 3 (tiga) bulan dengan menerima gaji penuh, yang oleh yang berkepentingan dapat dipergunakan untuk memenuhi kewajiban agama seperti naik haji, pergi ke Roma dan lain-lain. Sudah jelas. Pasal 22 Pasal 23 Ketentuan pembatasan ini perlu ditetapkan untuk menghindarkan kejadian, bahwa seorang pegawai dengan tiada terbatas mempergunakan kemungkinan untuk minta istirahat karena alasan penting. Pasal 24 Karena pada waktu mulai berlakunya peraturan ini sudah banyak pegawai Daerah yang berhak atas istirahat besar, maka apabila mereka semua ingin segera mempergunakan haknya itu, pekerjaan jabatan mungkin akan sangat terganggu. Berhubung dengan itu, maka sebagai peraturah peralihan diadakan ketentuan seperti dalam pasal ini, yang berarti bahwa pertama sekali harus diberikan kesempatan untuk beristirahat kepada pegawai yang sudah mempunyai masa kerja lebih dari 24 (duapuluh empat) tahun. Selanjutnya, atau jika pada waktu itu tidak ada pegawai yang sudah mempunyai masa kerja tersebut diberikan kesempatan, dan seterusnya menurut daftar dalam pasal ini daftar mana lebih jauh dijelaskan dengan surat

edaran Kementerian Urusan Pegawai tanggal 25 April 1953 Nomor M.11-4-45/AW.89-18, seperti berikut: 23 (duapuluh tiga) tahun: selekas-lekasnya 3 (tiga) bulan setelah tanggal 20 Maret 1953. 22 (duapuluh dua) tahun: selekas-lekasnya 6 (enam) bulan s.d.a. 21 (duapuluh satu) tahun: selekas-lekasnya 9 (sembilan) bulan s.d.a. 20 (duapuluh) tahun: selekas-lekasnya 1 (satu) tahun s.d.a. 19 (sembilan belas) tahun: selekas-lekasnya 1 (satu) tahun s.d.a 3 (tiga) bulan. 18 (delapan belas) tahun: selekas-lekasnya 1 (satu) tahun s.d.a. 17 (tujuh belas) tahun: selekeas-lekasnya 1 (satu) tahun s.d.a. 9 (sembilan) bulan. 16 (enam belas) tahun: selekas-lekasnya 2 (dua) tahun s.d.a. 4 (empat) tahun: selekas-lekasnya 5 (lima) tahun s.d.a.