BAB I PENDAHULUAN. bertanggung jawab, dapat menyuburkan sikap demokatis, penuh tenggang rasa,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Mengingat pentingnya peran matematika tersebut, maka matematika dipelajari

BAB I PENDAHULUAN. dari proses pendidikan di sekolah dan mempunyai peranan penting dalam. segala jenis dimensi kehidupan siswa dengan fungsinya untuk

BAB I PENDAHULUAN. penerima pesan. Dalam dunia matematika juga terdapat kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. segala aspek kehidupan. Pendidikan tidak akan terlepas dari proses

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran matematika, memberikan pengertian bahwa materi-materi yang

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan eksak ataupun permasalahn-permasalahan yang bersifat

BAB I PENDAHULUAN. menyelesaikan masalah jika mereka menemui masalah dalam kehidupan. adalah pada mata pelajaran matematika.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan investasi dalam pengembangan sumber

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dimiliki siswa dalam proses belajar mengajar. Pemahaman konsep

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya ilmu pengetahuan di dunia pendidikan. Salah satu ilmu. batas tertentu perlu menguasai matematika.

BAB I PENDAHULUAN. dan pendapat akan semakin dibutuhkan. Adanya kemampuan komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia dikatakan sebagai makhluk pendidikan karena dia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. intelektual. Matematika juga merupakan salah satu mata pelajaran yang di

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB I PENDAHULUAN. mengalami kesulitan dalam memahami konsep-konsep matematika. Akibatnya. prestasi matematika siswa secara umum belum menggembirakan.

BAB I PENDAHULUAN. dengan kemampuan keterampilan atau skill seseorang 1. Oleh karena itu, masyarakat terutama siswa sekolah formal.

BAB I PENDAHULUAN. dan bermutu di sekolah adalah suatu keharusan yang tidak dapat ditawar lagi.

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan dalam surat Mujadalah: 11 yaitu sebagai berikut: 1

BAB I PENDAHULUAN. konsep-konsep sehingga siswa terampil untuk berfikir rasional. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam kehidupan manusia karena selalu digunakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. dari zaman dahulu hingga sekarang, manusia akan selalu berhubungan dengan matematika.

dalam pembelajaran matematika mencakup pemahaman konsep, penalaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang diajarkan di

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan daya pikir manusia, dengan mempelajari matematika siswa lebih

BAB I PENDAHULUAN. Diberikannya pelajaran matematika untuk setiap jenjang pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam keseluruhan proses pendidikan di madrasah, kegiatan belajar

BAB I PENDAHULUAN. atau bukti-bukti baru dalam lapangan pendidikan dan menguji fakta-fakta lama,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yeni Febrianti, 2014

BAB I PENDAHULUAN. ataupun pendapat sangatlah kurang. Seseorang tidak akan pernah mendapat

BAB I PENDAHULUAN. informasi tersebut. Pemahaman yang diperoleh dapat diimplementasikan ke

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan siswa berpikir logis, rasional, kritis, ilmiah dan luas. Selain itu,

BAB I PENDAHULUAN. ketidakpastian. Pendidikan sebagai sumber daya insani sepatutnya mendapat

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak menerima pembuktian secara induktif, didefenisikan ke unsur-unsur yang didefenisikan, ke aksioma atau postulat dan

BAB I PENDAHULUAN. yang akan dihadapi peserta didik dimasa yang akan datang. menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar yang terencana untuk

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses pembelajaran matematika dan salah satu tujuan dari materi yang

BAB I PENDAHULUAN. belajar yang dialami siswa sebagai anak didik. Dari proses belajar yang

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF THINK PAIR SQUARE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPIT AL-FITYAH PEKANBAU

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab II, Pasal 3. 1 Republik Indonesia, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20

BAB I PENDAHULUAN. setiap jenjang pendidikan di Indonesia. Pendidikan merupakan salah satu hal

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia. Berbagai kajian dan pengalaman menunjukkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses pembelajaran matematika. Fadjar Shadiq menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Kebanyakan siswa tidak menyukai belajar matematika, karena mereka

BAB I PENDAHULUAN. manusia -manusia pembangunan yang ber-pancasila serta untuk membentuk

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran matematika, memberikan pengertian bahwa materi-materi yang

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi ini maka diperoleh ide-ide baru, serta pemikiran kreatif dan kritis

BAB 1 PENDAHULUAN. tujuan pembelajaran matematika yang harus dicapai. 1. dahulu agar dapat menyelesaikan soal-soal dan mampu mengaplikasikan

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah matematika.

1130 ISSN:

UPAYA PENINGKATAN KREATIVITAS SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI STRATEGI GROUP RESUME SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. ini sedang digalakan oleh pemerintah. Langkah yang paling penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. pasal 1 yang menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk. diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. penyampaian pesan dari sumber pesan ke penerima pesan. 1. memiliki bahasa tersendiri dan cara berkomunikasi juga berbeda.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pelajaran Matematika merupakan wahana yang dapat digunakan untuk

I. PENDAHULUAN. menjadi kebutuhan mendasar yang diperlukan oleh setiap manusia. Menurut UU

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses pembelajaran, setiap sekolah harus mengacu pada nilainilai. membimbing siswa baik dalam memahami konsep pelajaran dan

Oleh: Ririne Kharismawati* ) Sehatta Saragih** ) Kartini*** ) ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. Matematika sebagai salah satu ilmu dasar, baik aspek terapannya. maupun aspek penalarannya, mempunyai peranan penting dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pembelajaran matematika di sekolah, menurut. Kurikulum 2004, adalah membantu siswa mengembangkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan

BAB I PENDAHULUAN. yang tinggi dalam kehidupan Manusia. Sebagaimana dalam firman Allah SWT

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan semua pihak dapat memperoleh informasi dengan cepat dan. mudah dari berbagai sumber.

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana terhadap suasana belajar

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat bantu, maupun sebagai ilmu (bagi ilmiyawan) sebagai pembimbing

BAB I PENDAHULUAN. kebodohan menjadi kepintaran, dari kurang paham menjadi paham. Pendidikan

I. PENDAHULUAN. dengan pendidikan. Oleh karena itu, pendidikan merupakan salah satu sasaran

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. harapan para pesertanya (orang -orang yang sedang berkomunikasi). 1. untuk memperjelas keadaan atau masalah. 2

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan aspek-aspek politik, ekonomi, budaya dan lingkungan dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS III SEKOLAH DASAR NEGERI 003 KOTO PERAMBAHAN

BAB II KAJIAN TEORI. peserta didiklah yang menjadi pusat pembelajaran di dalam kelas.

BAB II KAJIAN TEORI. a. Pengertian Komunikasi Matematika. merefleksikan gambar, tabel, grafik kedalam ide-ide matematika;

Oleh: Asih Pressilia Resy Armis Zuhri D ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. harus dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip pengajaran. 1. proses pembelajaran dapat dirasakan manfaatnya

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran matematika yang dirumuskan dalam Kurikulum Tingkat

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan yang sangat penting dalam mencetak Sumber Daya

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional No. 20

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGASI PADA MATERI GEOMETRI

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pendidikan bangsa, mulai dari pembangunan gedung-gedung,

I. PENDAHULUAN. didiknya. Sekolah sebagai lembaga pendidikan berusaha secara terus menerus dan

BAB I PENDAHULUAN. aspek penalarannya. Risnawati mengutip pendapat Johnson dan Rising yang. logika adalah dasar untuk terbentuknya matematika.

Departement of Mathematic Education Mathematic and Sains Education Major Faculty of Teacher Training and Education Riau University

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia ilmiah, berpikir adalah hal yang biasa digunakan terutama

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Kemajuan ilmu dan teknologi yang dewasa ini semakin berkembang tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perubahan. Pada era globalisasi, dituntut suatu mutu lulusan yang disiapkan

BAB I PENDAHULUAN. menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan Queen and Servant of Science, maksudnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dedi Abdurozak, 2013

BAB II KAJIAN TEORITIK

Vol. 4, No. 2, September 2017 ISSN:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada organisme biologis dan psikis yang diperlukan dalam hubungan manusia

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama bagi perkembangan bangsa dan negara. Tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan pendidikan didasarkan pada falsafah negara pancasila dan diarahkan untuk membentuk manusia-manusia pembangunan yang berpancasila serta untuk membentuk manusia indonesia yang sehat jasmani dan rohani, memiliki pengetahuan dan keterampilan dapat mengembangkan kereativitas, bertanggung jawab, dapat menyuburkan sikap demokatis, penuh tenggang rasa, dapat mengembangkan kecerdasan yang tinggi, berbudi pekerti luhur, mencintai bangsa dan mencintai manusia sesuai dengan ketentuan yang termaktub dalam UUD 1945. 1 Sebagaimana al-qur an telah berkali-kali menjelaskan akan pentingnya pengetahuan. Tanpa pengetahuan niscaya kehidupan manusia akan menjadi sengsara. Tidak hanya itu, al-qur an bahkan memposisikan manusia yang memiliki pengetahuan pada derajat yang tinggi. Dalam al-qur an surat almujadalah ayat 11 menyebutkan: 2001) h. 130 1 Arikunto, Suharsimi, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan.(Jakarta: Bumi Aksara, 1

2 Artinya : Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Q.S. Al-Mujadalah; 11). Allah menganugerahi hasil yang baik yakni hasil evaluasi yang diberikan adalah berdasarkan hasil kerja mereka. Bila pekerjaannya baik, maka dia akan memperoleh hasil yang membahagiakan yaitu surga. Namun, bila hasil evaluasinya buruk karena pekerjaannya jelek maka dia akan memperoleh hasil yang mengecewakan berupa siksa neraka. Begitu pula dengan hasil belajar, jika siswa dapat mengerjakan soal-soal yang diberikan guru dengan baik, maka akan memperoleh hasil yang baik pula, sesuai yang diharapkan bersama, tetapi jika siswa tidak dapat mengerjakan soal-soal yang diberikan guru maka akan memperoleh hasil yang buruk pula tidak sesuai yang diharapkan bersama. Secara umum kenyataan dilapangan menunjukkan masih banyak siswa yang nilainya masih dibawah KKM yang ditetapkan sekolah. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru bidang studi matematika dan pengamatan yang dilakukan peneliti selama 1 bulan di SMP Negeri 1 Kabun Kecamatan Kabun

3 Kabupaten Rokan Hulu, peneliti menemukan hasil belajar matematika siswa disekolah tersebut masih rendah. Matematika adalah salah satu disiplin ilmu yang merupakan bagian dari proses pendidikan di sekolah dan mempunyai peranan penting dalam segala jenis dimensi kehidupan siswa dengan fungsinya untuk membangun kemampuan menghitung, mengukur, dan sebagainya yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. 2 Mata pelajaran matematika itu sendiri memiliki tujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagaimana yang dicantumkan dalam peraturan nasional RI Nomor 22 Tahun 2006, yaitu: 1. Memiliki konsep matematika, menjelaskan kaitan antara konsep dan mengaplikasikan algoritma secara luwes, akurat, efisien dan tepat dalam pemecahan masalah. 2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dan membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan atau pernyataan matematika. 3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. 4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk menjelaskan keadaan atau masalah. 5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki perasaan ingin tahu, memiliki perhatian dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. 3 Berdasarkan tujuan mata pelajaran matematika tersebut, terlihat jelas bahwa matematika bertujuan agar siswa memiliki kemampuan komunikasi matematika dalam memecahkan permasalahan. Komunikasi matematika menjadi sangat penting dalam menyelesaikan sebuah permasalahan matematika 2 Depdiknas Dirjen Pendasmen, 2002, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Direktorat Pendidikan, 2002) h. 3 3 Risnawati, Strategi Pembelajaran Matematika(Pekanbaru: Suska Press, 2008) h. 12-13

4 karena matematika erat kaitannya dengan penggunaan simbol yang penting untuk diinterprestasikan. Dalam laporan Cockroft menyatakan bahwa tentang perlunya para siswa belajar metematika dengan alasan bahwa matematika merupakan alat komunikasi yang sangat kuat, teliti, dan tidak membingungkan. 4 Kemampuan matematik diartikan sebagai kemampuan merefleksikan suatu gambar kedalam ide-ide matematika, menyatakan permasalahan matematika dengan menggunakan simbol-simbol dan memberikan penjelasan dengan bahasa sendiridengan penulisannya secara matematik. Siswa yang telah memahami kemampuan komunikasi dengan baik dalam proses belajar mengajar dimungkinkan memiliki prestasi belajar yang tinggi, karna lebih mudah mengikuti pembelajaran sedangkan siswa yang pasif cenderung lebih sulit dalam pembelajaran. Hal ini dikarenakan banyak siswa mencapai keberhasilan akademis tapi hanya sedikit menunjukkan kemampuan pemahamannya dalam proses belajar mengajar. Padahal dalam konsep penilaian hasil belajar matematika siswa meliputi lima aspek yaitu pemahaman konsep, pemecahan masalah, penalaran, komunikasi dan koneksi. 5 4 Fadjar Shadiq, Pemecahan Masalah, Penalaran dan Komunikasi (Yogyakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2004)h. 19 5 Rozi Fitriza, Penilaian Berbasis Kelas (Classroom Assesment) dalam Pembelajaran Matematika (Pekanbaru: 2009) h. 7

5 Setelah peneliti melihat langsung dan bertanya kepada guru mata pelajaran matematika, ternyata kemampuan komunikasi matematika siswa kelas VIII masih tergolong rendah dengan gejala-gejala sebagai berikut: 1. Siswa belum bisa menggambarkan persoalan matematika dalam bentuk gambar, bagan, tabel dan juga secara aljabar. 2. Siswa belum bisa menggunakan simbol-simbol matematika dalam menyelesaikan persoalan matematika secara tertulis. 3. Siswa kesulitan menyampaikan ide atau konsep matematika secara tertulis. 4. Siswa kesulitan menyimpulkan atau menjelaskan situasi atau ide matematika kedalam bentuk tertulis dengan pemahamannya sendiri. Dari gejala-gejala yang telah dikemukakan, maka guru perlu mencari model pembelajaran yang sesuai. Menurut Aunurrahman, salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematika adalah model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation, karena diyakini bahwa melalui model pembelajaran Group Investigation yang di dalamnya sangat menekankan pentingnya komunikasi yang bebas dan saling bertukar pengalaman akan memberikan lebih banyak manfaat dibandingkan jika mereka melakukan tugas secara sendiri-sendiri. 6 Model pembeajaran kooperatif tipe Group Investigation adalah sebuah bentuk pembelajaran kooperatif yang berasal dari zamannya John Dewey (1970), tetapi telah diperbaharui dan diteliti pada beberapa tahun ini oleh Shlomo dan Yael Sharan, serta Rachel-lazarowitz di israel. 7 Model pembeajaran kooperatif tipe group investigation ini mengajak siswa untuk aktif, bertanggung jawab dan gotong royong dalam menyelesaikan 151 6 Aunurrahman.Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: Penerbit Alfabeta, 2012) h. 7 Robert E. Slavin, Cooperative Learning. (Bandung: Nusa Media, 2005) h. 214

6 tugas yang diberikan dalam proses pembelajaran yang tidak hanya mendengarkannya saja. Pada model pembelajaran ini siswa diberi wewenang untuk bertanggung jawab pada sup topik yang mereka pilih sendiri. Menurut Dewey Group Investigation kooperatif di dalam kelas sebagai sebuah prasyarat untuk bisa menghadapi berbagai masalah kehidupan yang kompleks dalam masyarakat demokrasi. 8 Kelas adalah sebuah tempat kreatifitas kooperatif dimana guru dan murid membangun proses pembelajaran yang didasarkan pada perencanaan mutual dari berbagai pengalam, kapasitas, dan kebutuhan mereka masing-masing. Pihak yang keputusan yang menentukan tujuan terhadap apa yang mereka kerjakan. Kelompok dijadikan sarana sosial dalam proses ini. Rencana kelompok adalah satu metode untuk mendorong keterlibatan maksimal para siswa. Menurut Tukiran Taniredja, Efi Miftah Faridli dan Sri Harmianto, pengembangan belajar kooperatif tipe Group Investigation didasarkan atas suatu premis bahwa proses belajar di sekolah menyangkut kawasan dalam domain sosial dan intelektua, dan proses yang terjadi merupakan penggabungan nilai-nilai kedua domain tersebut (Slavin, 1995). Oleh karena itu, Group Investigation tidak dapat diimplementasikan ke dalam lingkungan pendidikan yang tidak bisa mendukung terjadinya dialog interpersonal (atau tidak memacu kepada dimensi sosial afektif pembelajaran). Aspek social afektif kelompok, pertukaran intelektualnya, dan materi yang bermakna, merupakan sumber primer yang cukup penting dalam memberikan dukungan 8 Ibid. h. 215

7 terhadap usaha-usaha belajar siswa. Interaki dan komunikasi yang bersifat kooperatif di antara siswa dalam satu kelas dapat dicapai dengan baik, jika pembelajaran dilakukan lewat kelompok kelompok belajar kecil. 9 Sementara itu tipe Group Investigation merupakan strategi pembelajaran yang terdapat dalam pembelajaran kooperatif yang melibatkan kelompok kecil dimana siswa bekerja menggunakan inkuiri kooperatif, penemuan proyek, diskusi kelompok, dan kemudian mempersentasikan penemuan mereka di depan kelas. Berdasarkan uraian tersebut maka penulis tertarik mengadakan penelitian dengan judul: Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa SMP Negeri 1 kabun Kecamatan Kabun Kabupaten Rokan Hulu. B. Defenisi Istilah Kajian ini berkenaan dengan Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa SMP Negeri 1 Kabun Kecamatan Kabun Kabupaten Rokan Hulu. Beberapa istilah yang perlu ditegaskan adalah: 1. Pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa dalam kelompok kecil terdiri dari 4 sampai 5 orang, siswa belajar dan bekerja secara kolaboratif dengan struktur kelompok yang heterogen, ada 9 Tukiran Taniredja, Efi Miftah Faridli dan Sri Harmianto,Model-Model Pembelajaran Inovatif. (Bandung: Penerbit Alfabeta, 2012) h. 74

8 laki-laki dan ada perempuan, dalam kemampuan akademik ada yang pintar, sedang dan lemah. 10 2. Pembelajaran kooperatif dengan tipe Group Investigation, dikembangkan oleh Shlomo dan Yael Sharan di Universitas Tel Aviv, merupakan perencanaan pengaturan kelas yang umum dimana para murid bekerja dalam kelompok kecil menggunakan pertanyaan kooperatif, diskusi kelompok, serta perencanaan dan proyek kooperatif. 11 3. Komunikasi Matematika adalah kemampuan siswa dalam merefleksikan gambar, tabel, grafik kedalam ide-ide matematika; memberikan penjelasan ide, konsep atau situasi matematika dengan bahasa sendiri dalam bentuk penulisan secara matematik dan menyatakan peristiwa sehari-hari dalam bahasa atau simbol matematika. 12 C. Permasalahan 1. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis dapat mengidentifikasi masalah sebagai berikut: a. Model pembelajaran yang diterapkan guru dalam pembelajaran belum maksimal dalam mempengaruhi komunikasi matematika siswa. 10 Risnawati, Op. cit. h. 38 11 Robert E Slavin, Cooperatif Learning Teori, Riset dan Praktik(Bandung: PT Nusa Media, 2009) h. 24 12 Latifah, Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Match Mine Terhadap Kemampuan Komunikasi Matematika Siswa, Tersedia dalam:101119- LATIFAH-FITK.pdf (SECURED) Adobe Reader. diakses tanggal 1 Maret 2013.h.5

9 b. Komunikasi matematika siswa pada pembelajaran matematika masih rendah sehingga siswa mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal. c. Partisipasi siswa dalam proses pembelajaran masih rendah. 2. Batasan Masalah Mengingat keterbatasan kemampuan dan waktu yang dimiliki peneliti, maka peneliti membatasi pada pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation terhadap kemampuan komunikasi matematika siswa di SMP Negeri 1 Kabun Kecamatan Kabun Kabupaten Rokan Hulu pada pokok bahasan bangun ruang kelas VIII. 3. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas, maka permasalahan penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut Apakah terdapat pengaruhmodel pembelajaran kooperatif tipe Group Investigationterhadap kemampuan komunikasi matematika siswa di SMP Negeri 1 Kabun Kecamatan Kabun Kabupaten Rokan Hulu? D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: Mengetahui ada atau tidaknya pengaruhmodel pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation terhadap kemampuan komunikasi matematika siswa di SMP Negeri 1 Kabun Kecamatan Kabun Kabupaten Rokan Hulu.

10 2. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan memperoleh manfaat yang ingin dicapai sebagai berikut: a. Bagi sekolah, model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation yang dilakukan pada penelitian ini dapat dijadikan salah satu bahan masukan dalam rangka meningkatkan komunikasi matematika siswa SMP Negeri 1 Kabun Kecamatan Kabun Kabupaten Rokan Hulu. b. Bagi guru, model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif model pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran di SMP Negeri 1 Kabun Kecamatan Kabun Kabupaten Rokan Hulu. c. Bagi siswa, model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dapat meningkatkan komunikasi matematika siswa SMP Negeri 1 Kabun Kecamatan Kabun Kabupaten Rokan Hulu. d. Bagi peneliti berguna untuk syarat melengkapi syarat sarjana dan mengembangkan ilmu pengetahuan dalam dunia pendidikan.