BAB 1 PENDAHULUAN. beraneka ragam gangguan pada alam pikir, perasaan dan perilaku yang. penderita sudah mempunyai ciri kepribadian tertentu.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. melanjutkan kelangsungan hidupnya. Salah satu masalah kesehatan utama di dunia

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa adalah gangguan dalam cara berfikir (cognitive),

BAB 1 PENDAHULUAN. klinis bermakna yang berhubungan dengan distres atau penderitaan dan

BAB I PENDAHULUAN. dengan kehidupan sehari-hari, hampir 1 % penduduk dunia mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. stressor, produktif dan mampu memberikan konstribusi terhadap masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. akan mengalami kekambuhan. WHO (2001) menyatakan, paling tidak ada

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamisnya kehidupan masyarakat. Masalah ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana. tidak mampu menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain,

BAB 1 PENDAHULUAN. sisiokultural. Dalam konsep stress-adaptasi penyebab perilaku maladaptif

BAB I PENDAHULUAN. yang utuh untuk kualitas hidup setiap orang dengan menyimak dari segi

GAMBARAN POLA ASUH KELUARGA PADA PASIEN SKIZOFRENIA PARANOID (STUDI RETROSPEKTIF) DI RSJD SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyimpangan dari fungsi psikologis seperti pembicaraan yang kacau, delusi,

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab yang sering disampaikan adalah stres subjektif atau biopsikososial

BAB 1 PENDAHULUAN. juga dengan masyarakat (Maslim, 2002 ; Maramis, 2010). masalah yang mesti dihadapi, baik menggunakan fisik ataupun psikologig

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta perbedaan

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang pesat menjadi stresor pada kehidupan manusia. Jika individu

/BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengganggu kelompok dan masyarakat serta dapat. Kondisi kritis ini membawa dampak terhadap peningkatan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. signifikan dengan perubahan sosial yang cepat dan stres negatif yang

BAB I PENDAHULUAN. adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku dimana. individu tidak mampu mencapai tujuan, putus asa, gelisah,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. serta perhatian dari seluruh masyarakat. Beban penyakit atau burden of disease

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gangguan kesehatan jiwa (Prasetyo, 2006). pasien mulai mengalami skizofenia pada usia tahun.

BAB I PENDAHULUAN. Kasus gangguan jiwa berat mendapatkan perhatian besar di berbagai negara. Beberapa

BAB I PENDAHULUAN. keadaan tanpa penyakit atau kelemahan (Riyadi & Purwanto, 2009). Hal ini

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEKAMBUHAN PASIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. sendiri. Kehidupan yang sulit dan komplek mengakibatkan bertambahnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gangguan jiwa (mental disorder) merupakan salah satu dari empat

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan. Kesehatan jiwa menurut undang-undang No.3 tahun 1966 adalah

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang merupakan amanat dari Undang-Undang Dasar Negara Republik. gangguan lain yang dapat mengganggu kesehatan jiwa.

BAB I PENDAHULUAN. ringan dan gangguan jiwa berat. Salah satu gangguan jiwa berat yang banyak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan sehat atau sakit mental dapat dinilai dari keefektifan fungsi

KARYA TULIS ILMIAH PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG DETEKSI DINI SKIZOFRENIA. Di Dusun Nambangrejo Tengah, Desa Nambangrejo, Kecamatan Sukorejo,

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa menurut WHO (World Health Organization) adalah ketika

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan gejala-gejala positif seperti pembicaraan yang kacau, delusi, halusinasi,

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi berkepanjangan juga merupakan salah satu pemicu yang. memunculkan stress, depresi, dan berbagai gangguan kesehatan pada

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan anak dan cara mendidik anak supaya anak dapat mencapai tahapan

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan jiwa tidak lagi hanya berupa gangguan jiwa yang berat

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan suatu gejala penderitaan (distress) di dalam satu atau lebih. fungsi yang penting dari manusia (Komarudin, 2009).

BAB 1 PENDAHULUAN. dikeluarkan oleh asap rokok orang lain (Harbi, 2013). Gerakan anti rokok

BAB I PENDAHULUAN. oleh penderita gangguan jiwa antara lain gangguan kognitif, gangguan proses pikir,

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam

BAB I PENDAHULUAN. sangat signifikan, dan setiap tahun di berbagai belahan dunia jumlah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengendalian diri serta terbebas dari stress yang serius. Kesehatan jiwa

BAB I PENDAHULUAN. menjadi permasalahan besar karena komunikasi 1. Oleh sebab itu komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. tersebut yang disertai dengan perilaku mengamuk yang tidak dapat dibatasi

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan gejala utama nyeri (Dewi, 2009). Nyeri Sendi merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. sehat, maka mental (jiwa) dan sosial juga sehat, demikian pula sebaliknya,

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG GANGGUAN JIWA DENGAN DUKUNGAN KELUARGA YANG MEMPUNYAI ANGGOTA KELUARGA SKIZOFRENIA DI RSJD SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. melangsungkan pernikahan dengan calon istrinya yang bernama Wida secara

BAB I PENDAHULUAN. mengenai kematian akibat asma mengalami peningkatan dalam beberapa dekade

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KUNJUNGAN KONTROLPASIEN JIWA SKIZOFRENIA DI RAWAT JALAN DI RSJ PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu keadaan dimana seseorang yang terbebas dari gangguan

BAB I PENDAHULUAN. gangguan kesehatan lainnya ( Samuel, 2012). Menurut Friedman, (2008) juga

BAB 1 PENDAHULUAN. kelemahan dan kematian sel-sel jantung (Yahya, 2010). Fenomena yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. serta ketidakpastian situasi sosial politik membuat gangguan jiwa menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dengan laju modernisasi. Data World Health Organization (WHO) tahun 2000

BAB I PENDAHULUAN. yang terbatas antara individu dengan lingkungannya (WHO, 2007). Berdasarkan data dari World Health Organisasi (WHO, 2015), sekitar

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial, dimana untuk mempertahankan kehidupannya

BAB I PENDAHULUAN. ketidaktahuan keluarga maupun masyarakat terhadap jenis gangguan jiwa

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa adalah berbagai karakteristik positif yang. menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. siklus kehidupan dengan respon psikososial yang maladaptif yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat serius dan memprihatinkan. Kementerian kesehatan RI dalam

BAB I PENDAHULUAN. yaitu gangguan jiwa (Neurosa) dan sakit jiwa (Psikosa) (Yosep, hubungan interpersonal serta gangguan fungsi dan peran sosial.

BAB 1 PENDAHULUAN. pada gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk waham yang spesifik sering

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa menurut World Health Organization (WHO) adalah. keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan kepribadian

BAB I PENDAHULUAN. mencerminkan kedewasaan kepribadiannya. halusinasi. Meskipun bentuk halusinasinya bervariasi tetapi sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. perilaku, dan sosialisasi dengan orang sekitar (World Health Organization,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan penurunan semua fungsi kejiwaan terutama minat dan motivasi

BAB I PENDAHULUAN. perilaku seseorang. Gangguan jiwa adalah sebuah penyakit dengan. manifestasi dan atau ketidakmampuan psikologis atau perilaku yang

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN KEMANDIRIAN PELAKSANAAN AKTIVITAS HARIAN PADA KLIEN SKIZOFRENIA DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. berpikir abstrak) serta kesulitan melakukan aktivitas sehari-hari (Keliat

BAB 1 PENDAHULUAN. keluarga, kelompok, organisasi, atau komunitas. (Stuart, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan jiwa bukan hanya sekedar terbebas dari gangguan jiwa,

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam

PERAN DUKUNGAN KELUARGA PADA PENANGANAN PENDERITA SKIZOFRENIA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. tekanan darah diatas normal yang mengakibatkan peningkatan angka morbiditas

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam UU No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan disebutkan bahwa setiap

BAB I PENDAHULUAN. genetik, faktor organo-biologis, faktor psikologis serta faktor sosio-kultural.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penderita tidak sesuai lagi dengan kenyataan. Perilaku penderita Psikosis tidak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. adalah skizofrenia. Skizofrenia adalah kondisi maladaptif pada psikologis dan

BAB I PENDAHULUAN. berpikir, gangguan perilaku, gangguan emosi dan gangguan persepsi

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan jiwa adalah gangguan dalam cara berfikir (cognitive),

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan umat manusia pada abad ke 21. Diabetes mellitus (DM) adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. harus dipelihara kerena bermanfaaat bagi pasien, dokter dan rumah sakit. pengobatan dan perawatan kepada pasien.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Prevalensi penderita skizofrenia pada populasi umum berkisar 1%-1,3% (Sadock

BAB 1 PENDAHULUAN. kesuksesan operasi dan penyembuhan luka. Penyembuhan luka operasi sangat

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa adalah bagian dari kesehatan secara menyeluruh, bukan sekedar

BAB I PENDAHULUAN. keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan

BAB I PENDAHULUAN. digambarkan sebagai perasaan yang negatif terhadap diri sendiri, merasa gagal

BAB I PENDAHULUAN. terpisah. Rentang sehat-sakit berasal dari sudut pandang medis. Rentang

Keefektifan terapi keluarga terhadap penurunan angka kekambuhan pasien skizofrenia di rumah sakit khusus jiwa dan saraf Puri Waluyo Surakarta

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Gangguan jiwa (skizofrenia) merupakan sekelompok gangguan psikotik, dengan gangguan dasar pada kepribadian, distorsi khas pada proses pikir. Kadang-kadang mempunyai perasaan bahwa dirinya sedang dikendalikan kekuatan dari luar.gangguan skizofrenia umumnya ditandai oleh distorsi pikiran dan persepsi yang mendasar dan khas, dan oleh efek yang tidak serasi atau tumpul (Ibrahim, 2005). Gambaran gangguan jiwa (skizofrenia) beraneka ragam gangguan pada alam pikir, perasaan dan perilaku yang mencolok dan yang tersamar. Sebelum seseorang sakit, pada umumnya penderita sudah mempunyai ciri kepribadian tertentu. Keluarga merupakan jalinan relasi dan ruang hidup anggota-anggotanya. Dalam ruang hidup tesebut, para anggota keluarga hidup berkembang dan berelasi satu sama lain. Perubahan ruang hidup tergantung pada relasi para anggotanya. Bila ada relasi yang erat satu sama lain maka ruang hidup akan membesar sedangkan bila ada konflik yang berkepanjangan maka akan menyempit. Ada kaitan erat antara dinamika keluarga dengan proses kemunculan skizofrenia. Penderita skizofrenia tampaknya mengalami gangguan dalam pembentukan kepribadian mereka yang disebabkan oleh gangguan pada dinamika keluarga. Menurut Nurdiyana dkk (2007) bahwa kekambuhan tinggi disebabkan oleh kurangnya pengetahuan keluarga tentang penyakit skizofrenia sehingga peran serta keluarga rendah. Pendeteksian skizofrenia juga sulit dilakukan 1

2 oleh keluarga karena rendahnya pengetahuan keluarga tersebut. Selain itu, kurangnya perhatian antar anggota keluarga yang beresiko mengalami gangguan jiwa skizofrenia dapat menjadi masalah dalam pendeteksian gangguan jiwa. Menurut data WHO, pada tahun 2013 jumlah penderita skizofrenia mencapai 450juta jiwa di seluruh dunia. Prevalensi masalah kesehatan jiwa di Indonesia sebesar 6,55%.Data dari 33 rumah sakitjiwa (RSJ) di seluruh Indonesia menyebutkan hingga kini jumlah penderita gangguan jiwaberat mencapai 2,5 juta orang (Maslim, 2012). Di Indonesia pada tahun 2013 adalah 1.728 orang (Riset Kesehatan Dasar, 2013). Direktur RSJ Menur Surabaya Adi Wirachjanto menuturkan bahwa, awal tahun 2011 dilaporkan ada 761 kasus skizofrenia dengan 500 penderita diantaranya dipasung di Jawa Timur dan menurut beliau ada 28.000 penderita gangguan jiwa berat yang tersebar di 28 Kabupaten/kota di Jawa Timur (Kompas, 4 November 2013). Menurut data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Ponorogo pada tahun 2014, penderita skizofrenia mencapai 2561 jiwa. Pada data tersebut menyebutkan bahwa daerah yang yang memiliki penderita skizofrenia terbanyak terdapat pada daerah Sukorejo hingga mencapai 202 jiwa, diikuti oleh Jambon yang berjumlah 177 jiwa, dan Balong 164 jiwa. Hingga sekarang belum ditemukan penyebab yang pasti mengapa seseorang menderita skizofrenia, padahal orang lain tidak.ternyata dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan tidak ditemukan faktor tunggal. Penyebab skizofrenia menurut penelitian mutakhir antara lain yaitu faktor genetik, virus, auto antibody, malnutrisi (Yosep, 2011). 2

3 Skizofrenia merupakan gangguan jiwa yang harus ditangani dengan cermat dan seksama jika tidak penderita akan mengalami kemunduran fungsi sebagai seorang manusia pada umumnya. Penderita skizofrenia biasanya mengalami tanda dan gejala yang berbeda-beda, baik itu gejala negatif maupun gejala positif. Disamping itu skizofrenia memiliki tanda dan gejala lainnya antara lain: though echo, waham, halusinasi, arus pikir yang terputus, perilaku katatonik dan adanya suatu perubahan yang konsisten dan bermakna. Dampak dari skizofrenia bagi individu yang terkena, keluarga, dan masyarakat pada umumnya adalah sangat besar.beban keluarga di antaranya hilangnya produktivitas keluarga, gangguan ritme aktivitas keluarga, stigma yang dibebankan masyarakat pada keluarga dan pasien.sebuah penelitian yang dilakukan di Malaysia tahun 2010, menyatakan bahwa 80% dari caregiver yang menyediakan perawatan rutin merasa terbeban hubungannya dengan keluarga, 71% melaporkan sering terjadi ketegangan komunikasi di antara anggota keluarga (Phillips et al., 2002; Sri Idaiani dan Hartono, 2005; Lewis et al., 2009). Rendahnya pengetahuan keluarga mengenai informasi tentang tanda dan gejala skizofreniaseharusnya dapat menjadi perhatian dari tenaga kesehatan agar dapat memberikan penyuluhan kepada masyarakat terutama bagi keluarga yang beresiko mengalami gangguan jiwa. Pengetahuan keluarga sangat penting dalam mendasari terbentuknya perilaku yang mendukung atau tidak mendukung terhadap penanganan secara dini anggota keluarga dengan skizofrenia. Pengetahuan tersebut dapat diperoleh secara alami maupun secara terencana yaitu melalui proses pendidikan. Selain pendidikan, perlu

4 adanya kesadaran juga dari keluarga sendiri mengenai adanya perubahan pada anggota keluarganya seperti menarik diri, diam, stress dan lain sebagainya Dalam keperawatan, keluarga merupakan salah satu sasaran asuhan keperawatan. Keluarga memegang peranan penting dalam promosi kesehatan dan pencegahan terhadap penyakit pada anggota keluarganya (Yusuf, 2006). Dari beberapa fenomena diatas maka peneliti tertarik untuk mengambil penelitian yang berjudul pengetahuan keluarga tentang deteksi dini skizofrenia. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka rumusan masalah penelitian adalah Bagaimana pengetahuan keluarga tentang deteksi dini Skizofrenia?. 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Bagaimana pengetahuan keluarga tentang deteksi dini Skizofrenia. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Teoritis 1. Bagi IPTEK Dapat dijadikan penelitian lebih lanjut sebagai bahan dasar untuk mengetahui lebih lanjut tentang deteksi dini skizofrenia. 2. Bagi Institusi Sebagai masukan untuk mengembangkan kurikulum, khususnya mata kuliah keperawatan jiwa.

5 3. Bagi Peneliti Menambah pengetahuan dan memperluas wawasan peneliti mengenai deteksi dini skizofrenia. 1.4.2 Praktis 1. Bagi keluarga Sebagai tambahan informasi dan ilmu pengetahuankeluarga tentang deteksi dini skizofrenia. 2. Bagi Perkembangan Ilmu Kesehatan Sebagai bahan dasar tambahan wacana serta informasi betapa pentingnya mengetahui tentang deteksi dini skizofrenia. 3. Bagi Ilmu Keperawatan Sebagai bahan dasar untuk melakukan penelitian lebih lanjut dalam mengembangkan profesi keperawatan di masa mendatang. 1.5 Keaslian Penelitian 1. Hatmanto (2013). Persepsi masyarakat terhadap penderita gangguan jiwa (skizofrenia). Desain penelitian adalah diskriptif. Populasi yang digunakan adalah seluruh masyarakat di Dukuh Nambangrejo Tengah Desa Nambangrejo Kecamatan Sukorejo Kabupaten Ponorogo sebanyak 422 KK, sampel yang digunakan adalah sebagian masyarakat di Dukuh Nambangrejo Tengah, Desa Nambangrejo, Kecamatan Sukorejo Kabupaten Ponorogo sebanyak 42 responden. Pengumpulan data menggunakan kuesioner kemudian diolah dan dianalisa menggunakan coding, scoring, tabulating, dengan analisa prosentase dan kategoring. Hasil penelitian didapatkan 17 responden (40,48%) mempunyai persepsi

6 positif dan 25 responden (59,52%) mempunyai persepsi negative. Persamaan dengan peneliti sekarang yaitu sama-sama meneliti tentang skizofrenia. Perbedaan dengan peneliti sekarang yaitu pada variabel penelitian, peneliti sekarang menggunakan variabel deteksi dini skizofrenia sedangkan peneliti di atas menggunakan variabel Persepsi masyarakat terhadap penderita gangguan jiwa (skizofrenia). 2. Fadli (2012). Pengetahuan dan Ekspresi Emosi Keluarga Serta Frekuensi Kekambuhan Penderita Skizofrenia. Desain penelitian menggunakan kuantitatif cross sectional. Populasi penelitian adalah keluarga penderita skizofrenia yang berkunjung di poli klinik rawat jalan rumah sakit jiwa Tampan Provinsi Riau tahun 2012, besar sampel adalah 50 orang responden yang ditarik secara acak. Pengumpulan data menggunakan kuesionerdan diolah menggunakan analisa data univariat. Hasil penelitian menunjukkan tingkat pengetahuan keluarga yang rendah sehingga frekuensi kekambuhan skizofrenia semakin bertambah setelah dikontrol oleh variabel sikap, dukungan, dan ekspresi emosi keluarga serta kepatuhan minum obat. Persamaan dengan peneliti sekarang yaitu samasama meneliti tentang masalah gangguan jiiwa skizofrenia. Sedangkan perbedaannya adalah pada variabel yang digunakan peneliti. Pada peneliti ini variabel yang diteliti adalah pengetahuan dan deteksi dini skizofrenia, sedangkan dalam peneliti di atas yang menjadi variabel adalah sikap, dukungan dan ekspresi emosi keluarga serta kepatuhan minum obat. 3. Wasshobirin (2011) Prevalensi Penderita Skizofrenia Paranoid dengan Gejala negatif di RSJ Dr. Soeharto Heerdjan Jakarta tahun 2010. Desain

7 penelitian menggunakan deskriptif dengan metode crosssectional. Populasi penelitian adalah semua penderita skizofrenia paranoid yang datang dengan gejala negative di Rumah Sakit Jiwa Soeharto Heerdjan, besar sample pada penelitian ini adalah sebanyak populasi penderita skizofrenia paranoid dengan gejala negative di Ruma Sakit Jiwa Soeharto Heedjan bulan Januari sampai Desember 2010. Pengumpulan data dicari dengan melihat rekam medis penderita skizofrenia paranoid dengan gejala negatif, pengelolaan data dimasukkan ke dalam computer memlalui data entry pada program SPSS yang kemudian diverifikasi. Hasil penelitian didapatkan jumlah keseluruhan pasien skizofrenia paranoid pada tahun 2010 adalah 782 orang, kemudian didapatkan jumlah pasien dengan diagnosis skizofrenia paranoid dengan gejala negative adalah sebanyak 84 orang. Persamaan dengan peneliti sekarang adalah sama-sama meneliti tentang gangguan jiwa skizofrenia. Perbedaan dengan peneliti sebelumnya adalah pada variabel yang diteliti. Peneliti sekarang menggunakan variabel pengetahuan keluarga tentang deteksi dini skizofrenia, sedangkan peneliti di atas menggunakan variabel Prevalensi Penderita Skizofrenia Paranoid dengan Gejala negatif.