BALITA PADA RUMAHTANGGA MISKIN DI KABUPATEN PRIORITAS KERAWANAN PANGAN DI INDONESIA LEBIH RENTAN MENGALAMI GANGGUAN GIZI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pemenuhan kebutuhan dasar manusia seperti perawatan dan makanan

BAB I PENDAHULUAN. bagi kelangsungan hidup suatu bangsa. Status gizi yang baik merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas Sumber Daya Manusia. (SDM), karena keberhasilan pembangunan suatu bangsa ditentukan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia masih memerlukan perhatian yang lebih terhadap persoalan

BAB I PENDAHULUAN. dan dewasa sampai usia lanjut. Dari seluruh siklus kehidupan, program perbaikan

BAB I PENDAHULUAN. lainnya gizi kurang, dan yang status gizinya baik hanya sekitar orang anak

BALITA PADA RUMAHATANGGA MISKIN DI KABUPATEN PRIORITAS KERAWANAN PANGAN DI INDONESIA LEBIH RENTAN MENGALAMI GANGGUAN GIZI

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS)

BAB 1 PENDAHULUAN. yang berkualitas. Dukungan gizi yang memenuhi kebutuhan sangat berarti

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

BAB I PENDAHULUAN. pengukuran Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ), kesehatan adalah salah

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya dan pembangunan masyarakat seluruhnya. Untuk menciptakan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. kurangnya asupan zat gizi yang akan menyebabkan gizi buruk, kurang energi

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, masa remaja, dewasa sampai usia lanjut usia (Depkes, 2003).

HUBUNGAN STATUS GIZI BERDASARKAN INDEKS ANTROPOMETRI TUNGGAL DAN ANALISIS LANJUT DATA RISKESDAS 2007 YEKTI WIDODO & TIM

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan yaitu meningkatnya kesadaran,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. ganda yaitu masalah kurang gizi dan gizi lebih. Kurang energi protein (KEP) pada

Nurlindah (2013) menyatakan bahwa kurang energi dan protein juga berpengaruh besar terhadap status gizi anak. Hasil penelitian pada balita di Afrika

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi kurang sering terjadi pada anak balita, karena anak. balita mengalami pertumbuhan badan yang cukup pesat sehingga

BAB 1 : PENDAHULUAN. tidak dapat ditanggulangi dengan pendekatan medis dan pelayanan masyarakat saja. Banyak

BAB I PENDAHULUAN. Status pendidikan dan ekonomi sebuah negara berkaitan erat dengan

BAB I PENDAHULUAN. dapat dijamin dalam kualitas maupun kuantitas yang cukup untuk pemenuhan aspirasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kesejahteraan manusia. Gizi seseorang dikatakan baik apabila terdapat

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan jangka panjang nasional (RPJPN) ( ) adalah. mewujudkan bangsa yang berdaya saing, melalui pembangunan sumber

BAB 1 PENDAHULUAN. Tantangan utama dalam pembangunan suatu bangsa adalah membangun

KETAHANAN PANGAN DAN STATUS GIZI KELUARGA PEROKOK DI KECAMATAN BERASTAGI KABUPATEN KARO ETTI SUDARYATI JUANITA NURMAINI

BAB 1 : PENDAHULUAN. Millenuim Development Goals (MDGs) adalah status gizi (SDKI, 2012). Status

BAB I PENDAHULUAN. kurang, gizi baik, dan gizi lebih (William, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Status gizi adalah suatu keadaan tubuh yang diakibatkan oleh

1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. energi protein (KEP), gangguan akibat kekurangan yodium. berlanjut hingga dewasa, sehingga tidak mampu tumbuh dan berkembang secara

PERKEMBANGAN PENCAPAIAN

PENGUATAN MODAL SOSIAL UNTUK PERLINDUNGAN SOSIAL RUMAH TANGGA MISKIN DALAM MENGOPTIMALKAN STATUS GIZI DAN KEMATANGAN SOSIAL ANAK

BAB I PENDAHULUAN. sangat pendek hingga melampaui defisit -2 SD dibawah median panjang atau

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang, termasuk Indonesia. Menurut United Nations International

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. dan Kusuma, 2011). Umumnya, masa remaja sering diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan prevalensi balita gizi pendek menjadi 32% (Kemenkes RI, 2010).

BAB I PENDAHULUAN UKDW. menurut Global Nutrition Report 2014, Indonesia termasuk dalam 17 negara

ISSN InfoDATIN PUSAT DATA DAN INFORMASI KEMENTERIAN KESEHATAN RI SITUASI GIZI. di Indonesia. 25 Januari - Hari Gizi dan Makanan Sedunia

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stunting merupakan salah satu indikator masalah gizi yang menjadi fokus

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT tidak membiarkan seseorang untuk tidak tidur dan akan. hilang di waktu tidurnya ( As-Aya rawi, 2001 ).

BAB 1 PENDAHULUAN. normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme

BAB I PENDAHULUAN. memasuki era globalisasi karena harus bersaing dengan negara-negara lain dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. penyediaan dan penggunaan gizi untuk pertumbuhan, perkembangan, pemeliharaan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan Millenium Development Goals (MDGs) ialah. menurunkan angka kematian anak (Bappenas, 2007). Kurang gizi merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

STUDI DETERMINAN KEJADIAN STUNTED PADA ANAK BALITA PENGUNJUNG POSYANDU WILAYAH KERJA DINKES KOTAPALEMBANG TAHUN 2013

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Balita merupakan kelompok masyarakat yang rentan gizi. Kelompok

Rizqi Mufidah *), Dina Rahayuning P **), Laksmi Widajanti **)

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia mengalami masalah gizi ganda, yaitu masalah gizi kurang

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional mengarah kepada peningkatan kulitas sumber

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. inklusi penelitian. Subyek penelitian ini terdiri dari kelompok kasus dan

BAB I PENDAHULUAN. Upaya pemeliharaan kesehatan anak dilakukan sejak masih dalam

BAB I PENDAHULUAN. beban permasalahan kesehatan masyarakat. Hingga saat ini polemik penanganan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Gizi merupakan salah satu unsur penting sebagai penentu dalam peningkatan kualitas

BAB 1 : PENDAHULUAN. terutama dalam masalah gizi. Gizi di Indonesia atau negara berkembang lain memiliki kasus

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia (SDKI) tahun 2012 AKI di Indoensia mencapai 359 per jumlah

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia meningkat dengan pesat dalam 4 dekade

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Indonesia mengalami permasalahan gizi ganda yaitu perpaduan antara gizi

BAB I PENDAHULUAN. ketahanan pangan pada tingkat nasional, regional, maupun rumah tangga. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. membandingkan keberhasilan pembangunan SDM antarnegara. perkembangan biasanya dimulai dari sejak bayi. Kesehatan bayi yang

BAB I PENDAHULUAN. perlu disiapkan dengan baik kualitasnya (Depkes RI, 2001 dalam Yudesti &

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Visi pembangunan bidang kesehatan yaitu Indonesia Sehat 2010, diharapkan

GAMBARAN KARAKTERISTIK KELUARGA BALITA DENGAN STATUS GIZI KURANG DAN BURUK DI KELURAHAN LANDASAN ULIN TENGAH KECAMATAN LIANG ANGGANG KOTA BANJARBARU

BAB IV. PENCAPAIAN MDG s DI INDONESIA Hasil Pencapaian Tujuan Pertama: Penanggulangan Kemiskinan dan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu aset sumber daya manusia dimasa depan yang perlu

BAB I PENDAHULUAN. manusia (SDM). Ketersediaan pangan yang cukup belum dapat digunakan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini

BAB I PENDAHULUAN. masih berada dalam kandungan. Salah satu hal yang perlu diperhatikan adalah

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya (Prakarsa, 2013). meninggal selama atau setelah kehamilan dan persalinan.

ANALISIS TERHADAP FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB GIZI KURANG PADA BALITA DI DESA BANYUANYAR KECAMATAN KALIBARU BANYUWANGI

BAB I PENDAHULUAN. sebagai: Ketahanan pangan terjadi apabila semua orang secara terus

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan kecerdasan anak. Pembentukan kecerdasan pada masa usia

BAB I PENDAHULUAN. SDM yang berkualitas dicirikan dengan fisik yang tangguh, kesehatan yang

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Esa Unggul

Gambar 3 Hubungan ketahanan pangan rumahtangga, kondisi lingkungan, morbidity, konsumsi pangan dan status gizi Balita

BAB I PENDAHULUAN. yaitu sesuai standar pertumbuhan fisik anak pada umumnya. Manusia

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan sosial yang ada di masyarakat umum di luar rumah. Seorang anak TK

konsumsi merupakan salahsatu indikator pengukuran tingkat ketahanan pangan. Dengan demikian, bila tingkat konsumsi rumahtangga sudah terpenuhi maka

HUBUNGAN POLA ASUH IBU DAN BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN STUNTING

BAB I PENDAHULUAN. usia dini sangat berdampak pada kehidupan anak di masa mendatang. Mengingat

BAB I PENDAHULUAN. medis maupun pelayanan kesehatan saja (Supariasa dkk, 2012). Menurut

METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian Jumlah dan Cara Pengambilan Contoh

HUBUNGAN TINGKAT KECUKUPAN ENERGI DAN PROTEIN DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK KELAS V SEKOLAH DASAR ISLAM TERPADU AL AZHAR KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. pendekatan penanggulangnya harus melibatkan berbagai sektor terkait.

HUBUNGAN ASUPAN ENERGY DAN PROTEIN DENGAN STATUS GIZI BALITA DI KELURAHAN TAMAMAUNG

BAB I PENDAHULUAN. Mulai dari kelaparan sampai pola makan yang mengikuti gaya hidup yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 adalah mengumpulkan. dan menganalisis data indikator MDG s kesehatan dan faktor yang

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data cross section. Data

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Gizi merupakan faktor penting untuk mewujudkan manusia Indonesia.

TINJAUAN PUSTAKA Permasalahan Gizi Pada Balita

Transkripsi:

BALITA PADA RUMAHTANGGA MISKIN DI KABUPATEN PRIORITAS KERAWANAN PANGAN DI INDONESIA LEBIH RENTAN MENGALAMI GANGGUAN GIZI 1 Annis Catur Adi dan Dini Ririn Andrias Departemen Gizi FKM UNAIR Child Poverty and Social Protection Conference 10 11 September 2013

Pendahuluan Proporsi penduduk dengan asupan kalori di bawah tingkat konsumsi minimum (<1400 kkal/hari) sebesar 14,47% dan (<2000 kkal/hr) sebesar 64,21%, hampir dua kali lipat dari target MDGs (35,32%) bukti: adanya gangguan ketahanan pangan rumah tangga di Indonesia, yang dapat berdampak gangguan status gizi kelompok rentan, diantaranya balita Status gizi sebagai dasar pembangunan dan berperan penting terhadap kualitas SDM

Tujuan Penelitian Menilai status gizi dan menganalisis risiko gangguan gizi balita pada rumahtangga miskin di daerah prioritas dan non prioritas kerawanan pangan di Indonesia

Wilayah Rawan Pangan Prioritas I Prioritas II Prioritas III Wilayah Wilayah Wilayah Rumah tangga Individu Balita Rumah tangga Individu Balita Rumah tangga Individu Balita kemiskinan

Metode Penelitian Disain: Analisi lanjut data cross sectional hasil Riskesdas tahun 2010 Tempat: 99 kabupaten, diantara 71 kabupaten prioritas masalah kerawanan pangan (Prioritas I : 11 kab, Prioritas II: 25 kab dan Prioritas III: 35 kab) dan 28 kab. non prioritas) Unit analisis: 11084 Rumahtangga (RT) dan 2464 RT diantaranya tergolong miskin dan memiliki balita

Karakteristik Balita dan Rumahtangga

Risiko Gangguan Gizi Balita menurut kategori prioritas kerawanan wilayah Kategori kabupaten prioritas Risiko kerawanan pangan n (%) p-value OR Gizi buruk dangizi kurang Prioritas 1 123 (32.7) 0.0001* 2.172 (1.677-2.813) Prioritas 2 226 (26.9) 0.0001* 1.642 (1.332-2.024) Prioritas 3 454 (32.1) 0.0001* 2.115 (1.764-2.536) Non prioritas 229 (18.3) Sangat pendek dan pendek Prioritas 1 214 (57.2) 0.0001* 1.669 (1.322-2.108) Prioritas 2 398 (47.7) 0.080 1.139 (0.955-1.359) Prioritas 3 656 (47.2) 0.088 1.116 (0.957-1.301) Non prioritas 552 (44.5) Sangat kurus dan kurus Prioritas 1 64 (17.3) 0.066 1.293 (0.944-1.770) Prioritas 2 119 (14.4) 0.411 1.037 (0.806-1.336) Prioritas 3 256 (18.5) 0.001* 1.405 (1.138-1.735) Non prioritas 171 (13.9) *significant (chi-square test)

Risiko defisit asupan Energi dan Protein Balita pada rumahtangga miskin Kategori Rumahtangga Energi Asupan energi & protein Defisit ringan & berat Cukup p-value Miskin 2021 (77.7) 579 (22.3) 0.000* 1.440 (1.242-1.669) Tidak miskin 989 (70.8) 408 (29.2) Protein Miskin 1560 (60.0) 1040 (40.0) 0.000* 1.394 (1.223-1.590) Tidak miskin 724 (51.8) 673 (48.2) OR *significant (chi-square test)

Risiko Underweight, Stunting dan Wasting Balita pada rumahtangga miskin Gangguan Status gizi / Kategori Rumahtangga Risiko n (%) p-value OR Gizi buruk dan gizi kurang Rumahtangga miskin 731 (29.0) 0.0001* 1,445 (1.238-1,686) Rumahtangga tidak miskin 301 (22.1) Sangat pendek dan pendek Rumahtangga miskin 1254 (50.4) 0.0001* 1,406 (1.231-1.608) Rumahtangga tidak miskin 566 (41.9) Sangat kurus dan kurus Rumahtangga miskin 394 (16.0) 0.491 0,994 (0.829-1.191) Rumahtangga tidak miskin 216 (16.1) *significant (chi-square test)

Risiko Underweight, Stunting dan Wasting Balita menurut usia pada rumahtangga miskin Kategori Usia Balita pada Rumahtangga Miskin di wilayah prioritas kerawanan pangan Risiko n (%) p-value OR Gizi buruk dangizi kurang 4 5 tahun 124 (6.9) 0.013* 1.742 (1.141-2.660) 1 3 tahun 398 (22.2) 0.033* 1.535 (1.049-2.246) 7 11 bulan 25 (1.4) 0.977 1.054 (0.590-1.883) 0 6 bulan 39 (2.2) Sangat pendek dan pendek 4 5 tahun 179 (10.1) 0.024* 1.588 (1.080-2.336) 1 3 tahun 626 (35.3) 0.008* 1.608 (1.143-2.263) 7 11 bulan 42 (2.4) 0.788 1.111 (0.663-1.861) 0 6 bulan 63 (3.6) Sangat kurus dan kurus 4 5 tahun 42 (2.4) 0.081 0.610 (0.363-1.024) 1 3 tahun 211 (12.0) 0.818 0.927 (0.603-1.427) 7 11 bulan 17 (1.0) 0.918 0.913 (0.471-1.769) 0 6 bulan 29 (1.6) *significant (chi-square

IMPLIKASI KEBIJAKAN Kemiskinan dan kerawanan pangan seringkali saling berkaitan. Kerawanan pangan (taraf meso/micro) berdampak pada defisiensi zat gizi hingga gangguan status gizi kelompok rentan gizi,terutama balita yang merupakan Gold Period. Pembiaran balita menderita gangguan gizi berarti membiarkan potensi generasi mendatang hilang dan bagi rumahtangga miskin melestarikan lingkaran kemiskinan

IMPLIKASI KEBIJAKAN Prioritas wilayah kerawanan pangan dan tingkat kemiskinan rumahtangga menjadi factor risiko terjadinya underweight dan stunting balita Balita di wilayah prioritas kerawanan pangan di Indonesia, berisiko underweight (2,17 kali) dan stunting (1,67 kali) lebih besar dibanding diwilayah non prioritas Balita pada rumahtangga miskin di wilayah prioritas kerawanan pangan, berisko defisiensi gizi (defisiensi energi 1,44 kali dan protein 1,39 kali) dan masalah status gizi (underweight 1,45 kali dan stunting 1,41 kali ) lebih besar dibandingkan balita pada rumahtangga tidak miskin.

REKOMENDASI KEBIJAKAN Percepatan perbaikan gizi balita dengan mengintegrasikan upaya pengetasan kemiskinan dan peningkatan pelayanan gizi: Fokus sasaran: balita pada rumahtangga miskin, terutama balita laki-laki berusia 1-3 tahun, dengan tetap tidak mengabaikan balita perempuan. Fokus kegiatan: Perbaikan akses pangan rumahtangga miskin dan inovasi intervensi gizi balita diintegrasikan dengan penguatan ekonomi produktif dan modal social.

REKOMENDASI KEBIJAKAN Focus perhatian wilayah: kabupaten prioritas I masalah kerawanan pangan (30 Kabupaten di Indonesia berdasarkan FIA), dengan tidak mengabaikan kabupaten prioritas berikutnya. Fokus kelembagaan: Akselerasi revitalisasi Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG). Perlunya kajian kualitatif coping strategy terkait gizi dan ekonomi rumahtangga miskin di daerah prioritas I kerawanan pangan.

Sekian & Terima Kasih 15