3/18/2013 PERIHAL OBAT. Oleh: Joharman BATASAN OBAT. Aktif secara fisiologis. Zat kimia. Racun

dokumen-dokumen yang mirip
10/22/2012 PERIHAL OBAT. Oleh: Joharman BATASAN OBAT. Aktif secara fisiologis. Zat kimia. Racun

Tujuan Instruksional:

Tujuan Instruksional:

1. TATA NAMA 2. BATASAN OBAT. Aktif secara fisiologis Zat kimia Racun

1. TATA NAMA 4/16/2011. Oleh: Isnaini. Namalatin. Nama Indonesia. Nama lazim/generik. Acetosal Paracetamol. Acidum acetylsalicylicum Acetaminophenum

6/25/ Serbuk atau powder (Pulvis & pulveres ) 2. Granul (Granual atau Dry. granule) 3. Tablet (compressi) 4.

Oleh: Joharman, M.Si, Apt

1. TATA NAMA. Oleh: Isnaini. Nama latin. Nama Indonesia. Nama lazim/generik. Acetosal Paracetamol. Acidum acetylsalicylicum Acetaminophenum

Setelah mengikuti kuliah topik ini, mahasiswa mampu memahami obat sebagai penunjang penatalaksanaan kesehatan, meliputi batasan obat, kategori obat,

BENTUK SEDIAAN OBAT (BSO)

Sasaran Belajar : BENTUK SEDIAAN OBAT. Oleh: Isnaini. Setelah mengikuti perkuliahan, mahasiswa diharapkan mampu: sediaan obat (BSO)

Bentuk-bentuk Sediaan Obat. Indah Solihah,S.Farm,M.Sc.,Apt

Setelah mengikuti perkuliahan, mahasiswa diharapkan mampu: setengah padat yang banyak digunakan

KATA PENGANTAR. Ilham Niawan

1. TATA NAMA. Tujuan Instruksional:

2. Bentuk setengah Padat contohnya salep,krim,pasta,cerata,gel,salep mata. 3. Bentuk cair/larutan contohnya potio,sirop,eliksir,obat tetes,dan lotio.

Dept.Farmakologi dan Terapeutik, Universitas Sumatera Utara

DESAIN SEDIAAN FARMASI

Bentuk Sediaan Obat (BSO)

LEBIH DEKAT DENGAN OBAT

Beberapa ketentuan mengenai obat daftar G: Oleh: Isnaini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

OTC (OVER THE COUNTER DRUGS)

PEMBERIAN OBAT RASIONAL (POR) dr. Nindya Aryanty, M. Med. Ed

BENTUK SEDIAAN OBAT DRA SRI SUHARMI, MS. APT BAGIAN FARMASI KEDOKTERAN FK-UGM

PENGGOLONGAN OBAT. Hidayah Sunar Perdanastuti Program Studi Farmasi Universitas Brawijaya

Obat merupakan sebuah substansi yang diberikan kepada manusia atau binatang sebagai perawatan atau pengobatan, gangguan yang terjadi di dalam tubuhnya

Medikasi: pemberian zat/obat yang bertujuan untuk diagnosis, pengobatan, terapi, atau pereda gejala, atau untuk pencegahan penyakit Farmakologi: ilmu

IMPLIKASI FARMAKOLOGI KEPERAWATAN 1

6/3/2011 DOKTER FARMASIS PERAWAT. 1. Independen 2. Interdependen 3. Dependen 4. Peneliti

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Rute Pemberian Obat. Indah Solihah

Sedangkan kerugiannya adalah tablet tidak bisa digunakan untuk pasien dengan kesulitan menelan. Absorpsi suatu obat ditentukan melalui disolusi

Faktor yang Berpengaruh Terhadap Proses Pelepasan, Pelarutan dan Absorbsi Obat

Dalam bentuk tablet, kaplet, pil, sirup, kapsul, atau puyer. Kelemahannya : Aksinya lambat, tidak dapat digunakan pada keadaan gawat.

Pembelajaran e-learning bab 3 dan 4 (kelas A)

MAKALAH PERHITUNGAN DOSIS OBAT DISUSUN OLEH : VERTI AGSUTIN

bentuk sediaan lainnya; pemakaian yang mudah (Siregar, 1992). Akan tetapi, tablet memiliki kekurangan untuk pasien yang mengalami kesulitan dalam

Paradigma dalam pengembangan obat. Pertimbangan terapeutik Pertimbangan biofarmasetik Pendekatan fisikokimia 4/16/2013 1

Perpustakaan Unika LAMPIRAN- LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pulvis Adspersorius (Bedak Tabur) Prof. Dr. Henny Lucida, Apt

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. racun yang jika tidak digunakan sebagaimana mestinya dapat membahayakan

Desain formulasi tablet. R/ zat Aktif Zat tambahan (eksipien)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengetahuan obat secara baik bagi siswa sekolah tingkat dasar, merupakan faktor

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan,

BAB I PENDAHULUAN. Kulit merupakan jaringan pelindung yang lentur dan elastis, yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TINJAUAN ASPEK FARMASETIK PADA RESEP RACIKAN DI TIGA APOTEK KOTA SURAKARTA PERIODE JANUARI-JUNI 2008 SKRIPSI

SERBUK F A R M A S E T I K D A S A R

relatif kecil sehingga memudahkan dalam proses pengemasan, penyimpanan dan pengangkutan. Beberapa bentuk sediaan padat dirancang untuk melepaskan

PEMBAGIAN SEDIAAN CAIR PER ORAL : ORAL : TOPIKAL : PARENTERAL : KHUSUS :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bahan pengisi (Ditjen POM, 1995). Tablet dapat dibuat dengan berbagai ukuran,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan merupakan suatu indikator yang menggambarkan tingkat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Soal Farmasetika Dasar Kelas B

Definisi: Suatu proses yang dilakukan tubuh terhadap obat, meliputi: absorpsi, distribusi, metabolisme dan eksresi.

TINJAUAN ASPEK FARMASETIK PADA RESEP RACIKAN DI LIMA APOTEK DI KOTAMADYA PEKALONGAN PERIODE JANUARI-JUNI 2009 SKRIPSI. Oleh : EBTARINI K

baik berada di atas usus kecil (Kshirsagar et al., 2009). Dosis yang bisa digunakan sebagai obat antidiabetes 500 sampai 1000 mg tiga kali sehari.

PENGELOLAAN OBAT DAN PENYULUHAN OBAT KEPADA MASYARAKAT. Lecture EMI KUSUMAWATI., S.FARM., APT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Pengantar Farmakologi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

oleh tubuh. Pada umumnya produk obat mengalami absorpsi sistemik melalui rangkaian proses yaitu disintegrasi produk obat yang diikuti pelepasan obat;

BAB I PENDAHULUAN. Natrium diklofenak merupakan Obat Antiinflamasi Non-steroid. (OAINS) yang banyak digunakan sebagai obat anti radang.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lunak yang dapat larut dalam saluran cerna. Tergantung formulasinya kapsul terbagi

PROSEDUR PEMBERIAN MEDIKASI (OBAT)

Konsep Dasar Pemberian Obat. Basyariah Lubis, SST, MKes

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbagai macam spesies bakteri yang sebagian merupakan flora oral normal pada

DRA. HELNI, APT, M.KES

MATA KULIAH FARMAKOLOGI

OBAT-OBATAN DI MASYARAKAT

OBAT Definisi dan Penggolongannya. Indah Solihah,S.Farm.,M.Sc.,Apt

PULVIS, PULVERES, TABLET dan KAPSUL

Absorbsi obat berdasarkan tempat pemberian

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dan tujuan penelitian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TIK : Mahasiswa kan dapat menjelaskan pengertian, formula dan cara pembuatan bentuk sediaan larutan

DRA. HELNI, APT, M.KES

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TINJAUAN ASPEK FARMASETIK PADA RESEP RACIKAN DI TIGA APOTEK DI KABUPATEN PEMALANG PERIODE JANUARI-JUNI 2008 SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau lebih dengan atau zat tambahan. Zat tambahan yang digunakan dapat

DESAIN SEDIAAN FARMASI

KERANGKA ACUAN PELAYANAN KEFARMASIAN DI PUSKESMAS CILEDUG

KONSEP PEMBERIAN OBAT TOPIKAL

A. DasarTeori Formulasi Tiap tablet mengandung : Fasedalam( 92% ) Starch 10% PVP 5% Faseluar( 8% ) Magnesium stearate 1% Talk 2% Amprotab 5%

identik dengan semua campuran unit lainnya dalam campuran serbuk. Metode campuran interaktif dapat digunakan dengan mencampur partikel pembawa yang

BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini di Indonesia, pemanfaatan tanaman obat sebagai obat tradisional

Transkripsi:

PERIHAL OBAT Oleh: Joharman BATASAN OBAT Aktif secara fisiologis Zat kimia Racun 1

Kep. MenKesRI No. 193/Kab/B.VII/71 Obat : bahan/paduan bahan untuk menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangkan, menghilangkan, menyembuhkan penyakit/gejala penyakit, luka/kelainan badaniah & rohaniah pada manusia/hewan & memperelok/memperindah badan/bagian badan manusia. PermenkesRI No. 242/1990 Obat jadi : Sediaan/paduan bahan untuk mempengaruhi/menyelidiki sistim fisiologi/keadaan patologi untuk penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan & kontrasepsi. 2

Istilah lain: Obatbaku= bahanobat Obat Jadi : obat dalam bentuk sediaan Komposisi standar = preparat standar. Obat Paten : nama spt diinginkan pabrik (branded) Obat asli : Dari bahan alam diolah secara sederhana Obat baru : mengandung bhn yg belum diketahui khasiat & keamanannya Obat generik : Nama obat yang lazim atau umum; bukan obat paten (International Nonpropietary Name). Kategori Obat Ketepatan Penggunaan & Pengamanan Obat(UU) Cara Pemberian SifatKimia Obat Efek Farmakologi 3

Keamanan (UU): 1. Obat Bebas diberi tanda lingkaran hijau tepi hitam brosur yang berisi nama obat, nama dan isi zat berkhasiat, indikasi, dosis dan aturan pakai, nomor batch, nomor registrasi, nama dan alamat pabrik, serta cara penyimpanannya 2. Obat Bebas Terbatas diberi tanda lingkaran biru tepi hitam obat yang sebenarnya termasuk obat keras tetapi masih dapat dijual atau dibeli bebas tanpa resep dokter diberi 6 tanda peringatan : 4

P.No. 1: Awas! Obat keras. Bacalah aturan pemakaiannya. P.No. 2: Awas! Obat keras. Hanya untuk bagian luar dari badan. P.No. 3: Awas! Obat keras. Tidak boleh ditelan. P.No. 4: Awas! Obat keras. Hanya untuk dibakar. P.No. 5: Awas! Obat keras. Tidak boleh ditelan. P.No. 6: Awas! Obat keras. Obat wasir, jangan ditelan 3. Obat Daftar G (Obat Keras) Definisi obat yang berkhasiat mengobati, menguatkan, mendesinfeksikan tubuh manusia, dan lain-lain, obat berada baik dalam bungkusan maupun tidak. Ditetapkan dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan berupa Daftar Obat Keras 5

4. Psikotropika MenurutUU RI No 5 thn1997 : Psikotropika adalah merupakan suatu zat atau obat, baik alamiah maupun sintetisbukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktifmelalui pengaruh selektif pada susunan sarafpusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mentaldan perilaku * P1 : Awas! Obat Keras, baca aturan pakainya. Contoh: -Benadryl tablet = Difenhidramintablet, maximum 10 tablet @ 50mg * P2 : Awas! Obat Keras. Hanya untuk kumur. Jangan ditelan Contoh: Gargarisma Kan * P3 : Awas! Obat Keras. Hanya untuk bagian luar badan Contoh: -Obat luka: Jodium tinctuur, * P4 : Awas! Obat keras. Hanya untuk dibakar Contoh: Asma sigaret * P5 : Awas! Obat Keras. Tidak boleh ditelan Contoh: Sulfanilamid puyer steril 5 g * P6 : Awas! Obat keras. Obat wasir, jangan ditelan. Contoh: Suppositoria antihemoroid 6

Dibagi 4 golongan : GolonganI Psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi kuat mengakibatkansindromaketergantungan. Contoh: Ekstasi Golongan II Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalan terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkansindromaketergantungan. Contoh: Amphetamin Golongan III Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh: Phenobarbital. Golongan IV Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan. Contoh: Diazepam, Nitrazepam 7

5. Narkotika Menurut Undang-undang No. 22 tahun 1997 : Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilang rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan Dibagi 3 golongan : GolonganI Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan. Merupakan kelompok narkotika yang terdiri atas : tanaman papaver somniferum, opium mentah, opium masak, erythroxylon cocae (koka), cannabis sativa (ganja), tetra hydro cannabinol, dan 26 jenis lainnya. 8

GolonganII Narkotikayang berkhasiatpengobatan, digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh: Morfin, Petidin. GolonganIII Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau tujuan pengebangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan. Contoh: Codein Menurut Cara Pemberiannya Obat Dalam Obat Luar 9

Penggolongan Berdasarkan Efek Farmakologi: 1. Tempat Kerja Dalam Tubuh 2. Aktivitas Terapeutik atau penerapannya 3. Mekanisme Kerja Farmakologi 4. Sumber asal 5. Sifat obat Obat Berdasarkan Sifat Kimia Asam Basa Garam Garam/senyawa kompleks Ester Kristal mengandung air Isotop Radioaktif 10

Macam pemberian obat: ORAL PARENTERAL SECARA INHALASI MELALUI MEMBRAN MUKOSA PENGGUNAAN PADA/DALAM KULIT PEMBERIAN OBAT MELALUI ORAL AMAN EKONOMIS MENYENANGKAN 11

Permasalahan bila obat diberikan secara oral: FISIOLOGI GIT dan hepar SIFAT OBAT BIOAVAILABILITAS BENTUK SEDIAAN KOOPERATIFITAS PENDERITA PEMBERIAN OBAT SECARA PARENTERAL Macam pemberian obat secara parenteral, yaitu: I.C. (Intrakutan) I.V. (Intravena) INTRATHECAL S.C. (Subkutan) I.P. (Intraperitonial) INTRA ARTERIAL I.M. (Intramuskular) INTRAKARDIAK 12

Obat diberikan secara parenteral bila: Tidak/sedikit diabsorpsimelalui membranmukosa Rusak/inaktifdi lambung Menyebabkan muntah Respon/efek cepat atau teratur Kondisi pasien muntah, tidak sadar, gangguan mental/jiwa Efek pemberian parenteral bersifat: a. Sistemik b. Lokal MASALAH Asepsis/steril/pirogenitas Tidak ekonomis: 1. Mahal 2. Perlu bantuan 3. Storage life Keamanan 13

PEMBERIAN OBAT SECARA INHALASI 1. Melalui endotel alveoli/pulmo dengan cara dihirup melalui: Mulut Hidung 2. Bentuk sediaannya: Padat/cair mudah menguap Gas 3. Efek yang dihasilkan cepat: Aksi lokal Aksi sistemik 4. Masalah: Perlu alat khusus Dosis sukar diatur Iritasi Faktor sifat obat: a. Koefisien partisi b. Ukuran partikel c. Faktor aliran darah paru 14

PEMBERIAN OBAT MELALUI MEMBRAN MUKOSA Diberikan selain melalui mukosa pada GIT dan paru. Efek/aksinya: Lokal Sistemik Absorpsimelalui membranmukosadi: Mulut: - Sublingual -bukal -Hisap Mata: - Konjungtiva -Kornea HIDUNG: >> UAP >> CAIRAN * TETES * SEMPROT TELINGA -TETES - CAIRAN PENCUCI VAGINA AKSINYA LOKAL.: - ANTIINFEKSI - SPERMISIDAL 15

REKTUM: Aksi: >> lokal >> sistemik Efek cepat Cocok untuk penderita: >> tidak sadar, muntah >> tidak dapat menelan Masalah: >> Absorpsi obat tidak menentu: * tercampur dengan feses * absorpsi tidak sempurna * luas permukaan terbatas >> Kepatuhan penderita >> Tidak bisa untuk semua obat Beberapa obat yang dapat diberikan dengan cara suppositoria: Spasmolitik, hipnotik, antiinflamasi 16

PEMBERIAN OBAT MELALUI KULIT 1. Aksi: Lokal Sistemik 2. Masalah: Sifat obat Kondisi kulit Bentuk sediaan BENTUK SEDIAAN OBAT (BSO) JENIS BSO BSO PADAT BSO CAIR BSO SEMIPADAT 17

MACAM BSO PADAT 1. SERBUK (PULVERES & PULVIS) 2. GRANUL 3. KAPSUL 4. TABLET SERBUK Adalah campuran kering bahan obat yang dihaluskan, ditujukan untuk pemakaian oral atau untuk pemakaian luar Macam serbuk serbuk terbagi (pulveres) serbuk tidak terbagi (pulvis) 18

PULVERES Adalah serbuk yang dibagi dalam bobot yang kurang lebih sama, dibungkus menggunakan bahan pengemas yang cocok untuk sekali minum PULVIS Adalah serbuk yang tidak dibagi dalam jumlah banyak Macam pulvis a. Pulvis adspersorius b. Pulvis dentrificius c. Pulvis effervesent 19

GRANUL Sediaan bentuk padat, berupa partikel serbuk dengan diameter 2-4 µm dengan atau tanpa vehikulum. Granul lebih stabil daripada serbuk, tidak mudah mengeras, lebih mudah dibasahi larutan KAPSUL Adalah sediaan berupa serbuk yang dimasukkan dalam cangkang kapsul atau sediaan cair atau setengah padat yang dibungkus dengan kapsul 20

Jenis KAPSUL KAPSUL KERAS (HARD CAPSULE) KAPSUL LUNAK (SOFT CAPSULE) Cangkang biasanya terbuat dari gelatin tp bisa juga terbuat dari pati. TABLET Adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi 21

MACAM TABLET 1. Berdasarkan Tehnik Pembuatan 2. Berdasarkan Penggunaan 3. Berdasarkan Formulasi 1. Berdasarkan tehnik pembuatan a.cetak b.tempa 22

2. Cara penggunaan Bolus Tablet triturat Tablet hipodermik Tablet bukal Tablet sublingual Tablet efervesent (tablet buih) Tablet kunyah (chewable tablet) Tablet Hisap (Lozenges) 3. Formulasi Tablet Salut Gula (Tsg) (Dragee, Sugar Coated Tablet) Tablet Salut Film (Tsf) (Film Coated Tablet, Fct) Tablet Salut Enterik (Enteric Coated Tablet) Sediaan Retard (Sustained Released, Prolonged Action) 23

BSO CAIR Adalah sediaan cair yang mengandung satu jenis obat atau lebih dalam pelarut air suling kecuali dikatakan lain, dimaksudkan untuk pemakaian dalam atau luar MACAM BSO CAIR BSO CAIR ORAL 1. POTIO (SIRUP OBAT MINUM) 2. ELIXIR 3. SUSPENSI 4. EMULSI 24

BSO CAIR TOPIKAL Collyrium (kolirium) Guttae ophthalmicae (tetes mata) Guttae nasales (tetes hidung) Guttae auricularis (tetes telinga) Gargarisma (Gargle) Mouthwash Irigationes (Irigasi) Epithema BSO SEMIPADAT JENIS BSO SEMIPADAT KRIM (CREMORES) PASTA (PASTAE) GEL (JELLY) SALEP (UNGUENTUM) 25

KRIM (CREMORES) mengandung satu / lebih bahan obat berbentuk emulsi minyak dalam air atau dispersi mikrokristal asam-asam lemak atau alkohol berantai panjang dalam air. mudah dibersihkan PASTA (PASTAE) mengandung satu atau lebih bahan obat yang ditujukan untuk pemakaian topikal. Konsistensi lebih kaku dari salep. Tidak memberikan rasa berminyak seperti salep. Mengandung bahan serbuk (padat) antara 40 % - 50 % Beberapa keuntungan bentuk sediaan pasta: a. Mengikat cairan sekret lebih baik dari i salep b. lebih melekat pada kulit 26

GEL (JELLY) aktif dalam keadaan terlarut lebih encer dari salep, mengandung sedikit/tidak lilin Digunakan pada membran mukosa dan untuk tujuan pelicin atau sebagai basis bahan obat, dan umumnya adalah campuran sederhana dari minyak dan l Lemak dengan titik leleh rendah. dapat dicuci karena menjernih & tembus cahaya yang mengandung zat-zat gandung mucilago, gum atau bahan pensuspensi sebagai basis. SALEP (UNGUENTUM) o Untuk pemakaian topikal pada kulit atau selaput lendir. o Bahan obat larut/terdispersi homogen dalam dasar salep yang cocok. 27