BAB I PENDAHULUAN. Tayangan yang menampilkan adegan-adegan kekerasan kini menjadi salah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Komunikasi merupakan kegiatan yang dibutuhkan dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Televisi saat ini telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. menyebarluaskan berita atau pesan kepada masyarakat. Dengan kata lain media massa adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 LatarBelakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam dunia Ilmu komunikasi, komunikasi merupakan suatu proses

1.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi sumber inspirasi dan keuntungan bagi para penggunanya, hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Televisi merupakan media komunikasi yang efektif. stasiun-stasiun televisi di Indonesian seperti RCTI, SCTV, ANTV,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi kini semakin

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebuah kotak yang bernama televisi, seseorang dapat melihat peristiwa yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PENJAJAHAN TV TERHADAP PERKEMBANGAN ANAK

BAB I PENDAHULUAN. Perangkat televisi menjadi suatu kebiasaan yang popular dan hadir secara luas

BAB I PENDAHULUAN. Media Televisi adalah salah satu media massa elektronik yang digemari

BAB I PENDAHULUAN. membuat pemirsanya ketagihan untuk selalu menyaksikan acara-acara yang ditayangkan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Hovland, komunikasi merupakan proses di mana individu menyampaikan

BAB 1 PENDAHULUAN. begitu cepat, termasuk perkembangan teknologi informasi dan telekomunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan teknologi komunikasi yang kian canggih,

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah

Hubungan antara Intensitas Menonton Televisi dan Tingkat Pengawasan Orang Tua (Parental Mediation) dengan Perilaku Kekerasan Oleh Anak

BAB I PENDAHULUAN. tingkat pengetahuan masyarakat. Sekarang ini, media memiliki andil yang. budaya yang bijak untuk mengubah prilaku masyarakat.

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat dibutuhkan manusia, dan manusia tidak bisa hidup tanpa

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan. Ganteng-ganteng Serigala menjadi judul sinetron terbaru SCTV yang

BAB I PENDAHULUAN. bagian internal dari sistem tatanan kehidupan sosial manusia dan

BAB I PENDAHULUAN. Media massa memberikan kesempatan kepada manusia untuk mempublikasikan ide-ide kreatif,

I. PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat sekarang ini. Hampir di setiap daerah di Indonesia televisi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Informasi sudah menjadi kebutuhan setiap manusia untuk mencapai suatu tujuan.


BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh informasi dan pengetahuan serta wadah untuk menyalurkan ide,

BAB I PENDAHULUAN. yang penting yang tidak dapat dipisahkan dari sejarah perkembangan umat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. serempak dari berbagai macam belahan dunia. Media massa merupakan saluran resmi untuk

BAB I PENDAHULUAN. kepada khalayak. Media adalah salah satu unsur terpenting dalam komunikasi. Pada

BAB V HASIL PENELITIAN. hipotesis dengan menggunakan teknik korelari product moment

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Media massa memiliki peranan yang sangat penting untuk memenuhi kebutuhan

PERSPEKTIF ANAK USIA SEKOLAH DASAR TERHADAP PROGRAM SIARAN TELEVISI DALAM MENDUKUNG KONSEP DIRI

BAB I PENDAHULUAN. Televisi juga dikenal sebagai media hiburan, informasi dan juga media edukasi.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Televisi berasal dari kata tele dan vision yang berarti tele yaitu

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tidak mantap. Menurut Piaget (dalam Hurlock, 1999: 118) secara psikologis masa

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan hal penting untuk dapat berinteraksi dengan orang lain maupun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan teknologi dewasa ini telah memunculkan suatu

BAB I PENDAHULUAN. cepat, dan memikat (dalam Surbakti, 2008: 58). Melalui media televisi khalayak

BAB I PENDAHULUAN. RCTI mulai mengudara pada tahun 1992 dengan bantuan decoder. Berdirinya

BAB I PENDAHULUAN. media massa karena sifatnya yang lebih efisien dan cepat. Media massa kini tidak

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. verbal dan non verbal tetapi banyak melakukan komunikasi melalui media, baik

BAB I PENDAHULUAN. luas dan pada sisi lain merupakan proses dimana pesan tersebut dicari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam era informasi sekarang ini, masyarakat sangat membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. konteks-konteks lainnya, yaitu organisasi, publik, kelompok, dan interpersonal.

BAB I PENDAHULUAN. Masa kanak-kanak merupakan salah satu periode perkembangan yang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai hal, termasuk perkembangan teknologi informasi dan komunikasi.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan perkembangan zaman, kebutuhan akan informasi dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Zaman sekarang ini, manusia semakin sulit dipisahkan oleh Televisi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. adalah untuk mengendalikan lingkungan fisik dan psikologi kita. 1. tersebar banyak tempat, anonym dan heterogen.

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB l. Perkembangan di dunia penyiaran yang semakin kompetitif saat ini. semakin marak. Setiap stasiun televisi berusaha menampilkan ulasan

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan inti dari kehidupan. Dalam hidup, apa saja yang kita

BAB I PENDAHULUAN. katanya dari bahasa latin communicatio yang berarti proses penyampaian suatu. pernyataan oleh seseorang kepada orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. Pesan bisa menjadi sebuah informasi yang sangat penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. menyuguhkan nilai-nilai dan penelitian normativ yang dibaurkan dengan berita dan

BAB I PENDAHULUAN. Televisi adalah media yang bersifat audio-visual, audio berarti

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bahasa sebagai alat penyalurnya. Dalam bahasa komunikasi, pernyataan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi telah mendukung

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keberadaan televisi di Indonesia saat ini bertumbuh sangat pesat. Hingga

BAB I PENDAHULUAN. dan terpercaya merupakan sesuatu yang sangat dubutuhkan oleh. masyarakat. Kebutuhannya itu dapat terpenuhi bila mengkonsumsi produk

BAB I PENDAHULUAN. Televisi merupakan sarana komunikasi yang efektif dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain

Kata istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal. dari bahasa Latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi adalah prasyarat kehidupan manusia. Karena tanpa

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan komunikasi dari waktu ke waktu selalu mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi adalah hal yang paling utama dalam kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Stasiun televisi ini berkembang karena masyarakat luas haus akan hiburan

BAB I PENDAHULUAN. stasiun televisi lokal maupun luar negeri. Setiap harinya stasiun televisi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi merupakan suatu proses sosial yang sangat mendasar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Perkembangan teknologi membuat dunia komunikasi menjadi luas dan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Harold Lasswell dalam (Mulyana, 2010: 69), proses komunikasi dapat dijelaskan dengan rumusan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN Latar Balakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Informasi menjadi salah satu hal penting dalam kehidupan manusia, tak

BAB I PENDAHULUAN. Industri penyiaran di Indonesia menunjukkan perkembangan yang sangat pesat

BAB 1 PENDAHULUAN. ke komunikan. Media massa yang terdiri dari media cetak dan elektronik dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan berbagai kebutuhan mereka, salah satu industri yang berperan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. banyaknya program acara variety show, reality show, infotainment menjadi

BAB I PENDAHULUAN. tradisi baru dalam pola hidup masyarakat kita. televisi yang menghasilkan audio (suara) dan visualisasi (gambar

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tayangan yang menampilkan adegan-adegan kekerasan kini menjadi salah satu tayangan yang dikhawatirkan dapat mempengaruhi sikap penontonnya, karena media televisi merupakan media yang menampilkan audio dan visual yang menarik dan dapat mempengaruhi penontonnya melalui tayangan-tayangannya. Ini dikarenakan banyak khalayak yang menghabiskan waktunya dengan menonton tv. Penelitian menunjukkan bahwa rata-rata orang menonton televisi dalam sehari adalah selama 3 jam. Amerika Utara menonton tv dalam satu hari selama 4.5 jam dan Jepang 5 jam. Menonton tv selama 4 jam sehari berarti ketika kita berumur 60, kita menghabiskan waktu selama 10 tahun di depan tv (Anitei, 2007) Masyarakat sebagai audiens biasanya menyukai tayangan-tayangan yang dapat meningkatkan emosi mereka, seperti halnya menonton tayangan yang mengandung adegan kekerasan, baik dalam suatu drama maupun tayangan lainnya. Namun, akibat seringnya menonton suatu tayangan yang mengandung kekerasan, terkadang dapat berdampak buruk bagi perkembangan remaja, terutama dalam hal agresivitas mereka. Menurut Leonard Eron, Senior Research Scientist di University of Michigan, televisi sendiri bertanggung jawab atas 10% dari kekerasan pada remaja. Lebih dari 1000 studi telah dilakukan, dan hal tersebut membuktikan hubungan sebab akibat antara kekerasan yang ditayangkan oleh media dan 1

perilaku agresif pada audiens. Studi menunjukkan bahwa akibat dari tayangan kekerasan yang disiarkan oleh televisi, besar kemungkinan hal tersebut dapat dijadikan sebagai sarana pembelajaran oleh para audiens - American Academy of Pediatrics Pernyataan Kebijakan, Volume 95, Nomor 6, Juni 1995 (ParentsTV). Menurut American Academy of Pediatrics, tayangan kekerasan di media televisi dapat menyebabkan perilaku agresif, antisosial, serta rasa mudah terpengaruh, terutama para remaja, mereka cepat belajar bahwa kekerasan adalah sebuah solusi yang dapat diterima untuk menyelesaikan masalah. Kekerasan merupakan tindakan menyakiti, merendahkan, menghina atau tindakan kekejaman yang bertujuan untuk membuat objek kekerasan tersebut menderita, baik secara psikologis maupun fisiologis. Banyak khalayak yang menjadikan media televisi sebagai sumber utama informasi mereka terhadap berbagai hal (Surbakti, 2002: 125). Berbagai macam acara televisi selalu hadir di hadapan pemirsa yang mengetengahkan jenis musik, film, drama, maupun informasi khusus. (Baksin, 2006: 15). Televisi dengan tayangan beritanya sudah menjadi bagian dari kehidupan. Dengan sifatnya yang immediately, media televisi mampu mendekatkan peristiwa dan tempat kejadian dengan penontonnya (Baksin, 2006: 59). Televisi sebagai media, tidak hanya dijadikan sebagai sumber informasi semata saja, tetapi juga sebagai sumber untuk memperoleh hiburan dengan mudah, murah, cepat, dan juga praktis. Beragamnya jenis acara yang ditayangkan menjadikan khalayak dapat melakukan pemilihan dan pemilahan terhadap 2

tayangan yang disukainya. Akibatnya, orang-orang akan lebih senang untuk menghabiskan waktunya untuk menonton televisi daripada melakukan aktivitas lain. Aktivitas menonton televisi ini dikhawatirkan akan memberi pengaruh terhadap persepsi dan juga sikap dari khalayak itu sendiri mengenai realitas yang ada di sekitar mereka. Dengan seringnya seseorang menonton suatu tayangan yang mengandung kekerasan, dikhawatirkan akan dapat mengurangi kepekaan terhadap lingkungan sekitar, dimana perilaku kekerasan dapat dianggap hal yang biasa. Penyelenggaraan siaran di stasiun televisi umum terbagi menjadi dua, yakni siaran karya artistik dan karya jurnalistik. Siaran karya jurnalistik merupakan produksi acara televisi yang mengutamakan kecepatan penyampaian informasi, realitas atau peristiwa yang terjadi. Sedangkan karya siaran artistik, sesuai dengan namanya, merupakan produksi acara televisi yang menekankan pada aspek artistik dan estetik, sehingga unsur keindahan menjadi unggulan dan daya tarik acara semacam ini (Baksin, 2006: 79). Salah satu stasiun televisi swasta yang menyiarkan siaran artistik yaitu stasiun televisi swasta SCTV. Stasiun televisi swasta tersebut memiliki ciri khas tersendiri, yaitu selalu menghadirkan program-program drama, baik FTV maupun sinetron yang tentu saja mengikuti selera pasar. Terlepas dari pengertian drama, kini sudah banyak stasiun televisi yang menayangkan tayangan drama, baik yang berseri maupun sekali tayang. Dengan mengikuti selera pasar, sinetron remaja saat ini menjadi salah satu dari tayangan 3

yang ternyata masih diminati oleh masyarakat, khususnya oleh para remaja, baik laki-laki maupun perempuan. Banyak stasiun televisi yang menghadirkan sinetron remaja, seperti Go Go Girls (TRANS TV), Cinta Cenat-Cenut (TRANS TV), Arti Sahabat (INDOSIAR), Nada Cinta (INDOSIAR), Get Married The Series (SCTV), dan yang terbaru adalah sinetron remaja Putih Abu-Abu yang ditayangkan oleh stasiun televisi swasta SCTV. Remaja merupakan salah satu konsumen media televisi yang populasinya cukup besar. Remaja bukanlah penonton yang pasif. Maka dari itu, banyak stasiun televisi yang menjadikan remaja sebagai sasaran utama mereka. Pengaruh dari tayangan di televisi sangatlah besar bagi para penontonnya, dalam hal ini khususnya untuk para remaja. Pengaruh dari tayangan di televisi menjadi suatu persoalan yang cukup rentan di kalangan remaja, karena media televisi merupakan sarana yang mudah untuk mempengaruhi perubahan tingkah laku remaja, seperti halnya dengan agresivitas remaja. Media televisi tidak hanya menayangkan hiburan dan informasi yang bermanfaat bagi para remaja saja, namun juga menayangkan hiburan yang terkadang mengandung kekerasan dan kejahatan yang tentu saja memberikan efek negatif terhadap remaja. Karena remaja sangat rentan untuk terbawa emosi jika sedang menonton suatu berita maupun drama. Umumnya, para remaja sangat menyukai acara yang bersifat romantis, menghibur, dapat membangkitkan emosi (dengan menampilkan adegan-adegan kekerasan, penyiksaan, dan sebagainya), dan mungkin saja sesuatu yang bersifat khayalan, dalam artian sesuatu yang tidak mungkin terjadi di kehidupan 4

sebenarnya. Maka dari itu, banyak bermunculan sinetron yang kemudian dapat membangun emosi para remaja, seperti halnya sinetron Putih Abu-Abu di SCTV. Terdapatnya adegan-adegan kekerasan, penyiksaan, provokasi, kata-kata yang mengumpat atau memaki dalam sebuah tayangan sinetron, mau tak mau akan mempengaruhi perilaku agresivitas para remaja yang menonton sinetron tersebut. Media massa, khususnya dalam hal ini adalah televisi, dikhawatirkan dapat mempengaruhi agresivitas para remaja. Acara-acara yang ditayangkan dalam televisi yang mengandung adegan kekerasan juga dikhawatirkan akan dapat mempengaruhi sikap dan perilaku para remaja. Remaja juga dapat mengidentifikasi diri mereka secara erat dengan satu tokoh yang tampil di televisi, seolah-olah mereka mengalami sendiri pengalaman tokoh tersebut. Bila tokohnya agresif, maka akan cenderung memperbesar kemungkinan untuk seseorang menjadi agresif (Hurlock, 1972: 340). Dittman & Gooddrich menyatakan bahwa tingkah laku agresif merupakan tingkah laku yang pada dasarnya bermaksud untuk melukai, menyakiti dan merugikan orang lain (Johnson & Medinnus, 1974: 467). Hal itulah yang memancing peneliti untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh terpaan kekerasan pada sinetron Putih Abu-Abu di SCTV terhadap agresivitas remaja. Menurut Bandura dkk. Pengaruh dari televisi yang ditonton sangatlah besar. Tingkah laku para tokoh akan menjadi model untuk ditiru atau dijadikan sebuah inspirasi (Gunarsa, 1987: 189). Acara-acara yang ditayangkan televisi 5

yang mempertontonkan adegan-adegan keras menjadi sangat populer di kalangan penonton (Middlebrook, 1980: 287). Sinetron Putih Abu-Abu tayang setiap hari pada pukul 19.30 WIB 20.30 WIB, namun terjadi perubahan jam tayang menjadi pukul 17.30 WIB 19.30 WIB. Sinetron ini bercerita tentang seorang gadis asal Yogyakarta yang bernama Nina (Febby Rastanty) yang baru saja kehilangan ibunya untuk selamanya, diharuskan mengikuti pesan terakhir yang diberikan oleh ibunya, yaitu harus menemui seseorang yang bernama Taufik (Hikmal Abrar) di Jakarta. Taufik adalah seseorang yang telah diberikan modal usaha oleh Arman (Faizal Apriliadi), ayah Nina. Namun kedatangan Nina di Jakarta, di rumah Taufik, tidak diterima dengan baik oleh istri Taufik. Tak hanya di rumah, Nina juga harus berhadapan dengan murid-murid yang tidak menyukai kedatangan Nina di sekolah tersebut. Salah satunya Angel (Ratna Kharisma Adzana) dan teman-temannya. Apalagi ditambah dengan kedekatan Nina dengan Kelvin (Eza Gionino) yang tak lain adalah mantan kekasih Angel, yang membuat Nina menjadi semakin dibenci di sekolah. Namun Nina tidak terlalu merasa sedih, karena ada teman-temannya yang selalu membantu dan menemani Nina disaat sedih maupun senang. Merekapun akhirnya membentuk sebuah girl band yang bernama Blink. Tak terima, akhirnya Angel dan teman-temannya membentuk sebuah girl band yang diberi nama Lollypop. Dari permasalahan ini, konflik mulai banyak bermunculan, mulai dari persahabatan, timbulnya kejahatan karena adanya persaingan, 6

permasalahan cinta yang kemudian berujung pada perselisihan yang menimbulkan kekerasan, adanya provokasi, dan sebagainya. Peneliti memilih sinetron Putih Abu-Abu dalam penelitian ini karena terdapat adegan-adegan yang menampilkan tindak kekerasan, adanya kata-kata yang mengumpat, provokasi, maupun kejahatan lainnya yang dikhawatirkan dapat memberikan dampak negatif kepada audiens, terutama dalam hal ini adalah remaja. Perilaku agresivitas remaja secara sadar maupun tidak sadar akan terpengaruh akibat menonton suatu tayangan di televisi. Terdapat sisi positif dan negatifnya dari sinetron remaja tersebut. Sisi positifnya, bisa dilihat dari rasa persahabatan yang terjalin kuat diantara para remaja di sinetron tersebut, adanya rasa saling menyayangi, menghargai, percaya, dan menolong satu sama lain, serta bagaimana kita harus selalu berusaha dengan cara belajar yang giat agar mendapatkan prestasi di sekolah, menjadikan hal ini sebagai contoh yang positif bagi para remaja yang menonton. Namun ada juga sisi negatif akibat menonton sinetron ini, yaitu adanya adegan-adegan perkelahian, kejahatan, maupun adegan yang merendahkan (misalnya seperti kata-kata yang mengumpat maupun penghinaan terhadap orang yang kurang berada) dengan melihat dari status sosialnya. Hal ini dikhawatirkan akan terciptanya pola pikir yang tidak baik bagi para remaja. Dari penjelasan yang telah diuraikan di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh terpaan kekerasan pada sinetron Putih Abu-Abu di SCTV terhadap agresivitas remaja. Peneliti berasumsi bahwa 7

tayangan sinetron Putih Abu-Abu yang dimana di dalamnya terdapat hal-hal yang berbau kekerasan telah mempengaruhi agresivitas mereka, dan karena tayangan tersebut sempat menjadi permasalahan, ketika Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Nusa Tenggara Barat (KPID NTB) melayangkan surat panggilannya ke Direktur Utama SCTV guna untuk menindaklanjuti aduan pemirsa di NTB dan juga daerah lainnya. Menurut pihak terkait, sinetron Putih Abu-Abu di SCTV dinilai sarat akan muatan kekerasan serta penggambaran gaya hidup pelajar sekolah yang dinilai tidak wajar (Khafid, 2012). Dengan adanya permasalahan tersebut, peneliti menjadi semakin tertarik untuk melakukan penelitian mengenai terpaan kekerasan pada sinetron Putih Abu-Abu di SCTV terhadap agresivitas remaja. 1.2 Perumusan Masalah Dari latar belakang dan identifikasi masalah diatas, terlihat bahwa stasiun televisi saat ini telah melakukan berbagai segmentasi. Salah satunya adalah stasiun televisi swasta SCTV, yang menargetkan salah satu tayangannya bagi kaum remaja. Para remaja adalah salah satu alasan dalam penelitian ini karena remaja ternyata dianggap sebagai target audiens yang cukup besar dalam stasiun televisi sehingga dapat dijadikan sebagai sampel dalam penelitian ini. Masa remaja terbagi menjadi 3 (tiga) kategori, yaitu masa remaja awal, masa remaja pertengahan, dan masa remaja akhir. Dalam penelitian ini, sampel yang akan digunakan adalah pada masa remaja pertengahan, karena sesuai dengan target 8

audiens dari sinetron Putih Abu-Abu di SCTV serta konten dari tayangan tersebut yang ditujukan untuk remaja pada masa pertengahan. Maka dari itu, peneliti menetapkan perumusan masalah penelitian yaitu: 1. Apakah terdapat pengaruh dari terpaan adegan kekerasan pada sinetron Putih Abu-Abu di SCTV terhadap agresivitas remaja di kecamatan Cileungsi, desa Cileungsi Kidul, RW 12? 2. Seberapa besar pengaruh terpaan adegan kekerasan pada sinetron Putih Abu-Abu terhadap agresivitas remaja di kecamatan Cileungsi, desa Cileungsi Kidul, RW 12? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh dari terpaan adegan kekerasan pada sinetron Putih Abu-Abu di SCTV tersebut terhadap agresivitas remaja di kecamatan Cileungsi, desa Cileungsi Kidul, RW 12. 2. Untuk mengetahui besarnya pengaruh dari terpaan adegan kekerasan di sinetron Putih Abu-Abu terhadap agresivitas remaja di kecamatan Cileungsi, desa Cileungsi Kidul, RW 12. 9

1.4 Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.4.1 Kegunaan Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan yang berguna bagi perkembangan ilmu komunikasi, yang berkenaan dengan pengaruh dari media massa dan menambah pengetahuan mengenai teori kultivasi (Cultivation Theory), khususnya stasiun televisi swasta SCTV dalam sinetron remaja terhadap agresivitas para remaja yang menjadi audiens stasiun televisi swasta tersebut. 1.4.2 Kegunaan Praktis Untuk kegunaan praktis, hasil penelitian ini diharapkan akan membuat khalayak luas mengetahui akan pengaruh terpaan media, khususnya untuk tayangan sinetron di televisi yang menampilkan adeganadegan yang mengandung kekerasan dan hal-hal negatif lainnya yang kemungkinan besar akan mempengaruhi agresivitas para remaja saat ini. 10