HUBUNGAN KONDISI FISIK RUMAH DAN SOSIAL EKONOMI KELUARGA DENGAN KEJADIAN ENYAKIT ISA ADA BALITA (Suatu enelitian Di Desa Tabumela Kecamatan Tilango Kabupaten ) SISKA RISTY YOLANDA ADAM DJAFAR NIM : 811409020 rogram Studi Kesehatan Masyarakat, Jurusan Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu-Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Abstrak. Menurut WHO (2005) kematian balita disebabkan oleh Infeksi Saluran ernafasan Akut (ISA) sebesar 19%, yang merupakan urutan kedua penyebab kematian balita, sedangkan 26% infeksi berat yang sudah termasuk ISA merupakan penyebab kematian bayi. ISA merupakan salah satu penyebab utama kunjungan pasien di sarana kesehatan. Sebanyak 40% - 60% kunjungan berobat di uskesmas dan 15% - 30% kunjungan di bagian rawat jalan dan rawat inap Rumah Sakit disebabkan oleh ISA. enelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan Kondisi Fisik Rumah dan Sosial Ekonomi Keluarga Dengan Kejadian enyakit Ispa ada Balita di Desa, dengan jenis penelitian survei analitik. Rancangan yang digunakan adalah rancangan penelitian Cross sectional study. opulasi dalam penelitian ini adalah seluruh jumlah balita yang berjumlah 309 balita, sedangkan sampel sebanyak 174 balita yang ditentukan dengan teknik Simple random sampling. Analisis statistik menggunakan uji Chi square. Hasil penelitian menunjukan ada hubungan antara kepadatan hunian (p = 0.001) dan pendapatan keluarga ( p = 0.008). Sedangkan kondisi ventilasi dengan nilai p value = 0.078 (p 0.05 ), kondisi lantai nilai p value = 0.668 (p 0.05 ), dan pencahayaan alami p value = 0.367 (p 0.05 ) tidak terdapat hubungan Tabumela Kecamatan Tilango Kabupaten. Dari hasil penelitian ini di ketahui perlunya peningkatan pemberian informasi kepada ibu yang mempunyai balita mengenai penyakit ISA dan Melakukan perbaikan kondisi rumahnya agar dapat memenuhi persyaratan kesehatan dalam rangka pengendalian ISA. Kata Kunci : Ispa, Balita, Kondisi Fisik Rumah, Sosial Ekonomi Keluarga
I. ENDAHULUAN Menurut WHO (2005) kematian balita disebabkan oleh Infeksi Saluran ernafasan Akut (ISA) sebesar 19%, yang merupakan urutan kedua penyebab kematian balita, sedangkan 26% infeksi berat yang sudah termasuk ISA merupakan penyebab kematian bayi. ISA merupakan salah satu penyebab utama kunjungan pasien di sarana kesehatan. Sebanyak 40% - 60% kunjungan berobat di uskesmas dan 15% - 30% kunjungan di bagian rawat jalan dan rawat inap Rumah Sakit disebabkan oleh ISA (Depkes RI, 2002). Berdasarkan data profil Dinas Kesehatan rovinsi jumlah penderita ISA tahun 2010 sebanyak 1.485 penderita, tahun 2011 berjumlah 2.408 penderita sedangkan pada tahun 2012 penderita ISA berjumlah 1.353 penderita. Sedangkan menurut data Dinas Kesehatan kabupaten gorontalo jumlah penderita ISA balita tahun 2012 tercatat 11.981 penderita yang tersebar di 20 wilayah kerja puskesmas. Sesuai data yang di peroleh bahwa kasus ISA tertinggi yang ada di wilayah Kabupaten salah satunya di wilayah kerja uskesmas Tilote Kecamatan Tilango. Di wilayah kerja uskesmas Tilote Kecamatan Tilango terdiri atas 8 Desa dengan jumlah penduduk pada tahun 2012 yaitu 12.865 jiwa dan jumlah KK adalah 3339 KK, dengan jumlah masyarakat miskin 5.003 jiwa, jumlah KK miskin 1492 jiwa, dan jumlah balita 1214 orang. Berdasarkan data dari puskesmas Tilote jumlah penderita ISA balita pada tahun 2012 sebanyak 458 penderita. Hal ini menunjukan bahwa penyakit ISA saat ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di wilayah kerja uskesmas Tilote Kecamatan Tilango, karena masih tingginya angka kesakitan pada balita akibat penyakit ISA di wilayah kerja uskesmas Tilote Kecamatan Tilango. enelitian ini bertujuan untuk mengetahui Hubungan Kondisi Fisik Rumah Dan Sosial Ekonomi Keluarga Dengan Kejadian enyakit ISA ada Balita Di Desa Tabumela Kecematan Tilango Kabupaten. II. Metode enelitian Jenis penelitian ini adalah survei analitik. Rancangan yang digunakan adalah rancangan penelitian Cross sectional tentang hubungan kondisi fisik rumah dan sosial ekonomi keluarga. Yang menjadi populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh balita yang ada di Desa Tabumela Kecamatan Tilango pada tahun 2012 sebanyak 309 balita yang berasal dari 3 dusun. Sementara jumlah sampel pada penelitian ini diperoleh dengan menggunakan rumus (Notoatmodjo, 2005) yaitu sebanyak 174 sampel. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah anailis bivariat menggunakan uji Chi square dengan menggunakan bantuan software SSS. Hasil uji Chi Square dapat mengetahui ada tidaknya hubungan antara dua variabel X dan Y yang bermakna secara statistic (Ridiwikdo, 2010 :102). Yang menjadi dasar pengambilan keputusan penerimaan hipotesis berdasarkan tingkat signifikan (nilai α) sebesar 95% : a. jika nilai p value α (0,05) maka hipotesis penelitian (Ha) diterima. b. jika nilai p value > α (0,05) maka hipotesis penelitian (Ha) ditolak. III. Hasil dan embahasan 2.1 Hasil enelitian Analisis bivariat dilakukan untuk melihat ada tidaknya hubungan antara kondisi fisik rumah dan sosial ekonomi keluarga dengan kejadian ISA pada balita di Desa Tabumela Kecamatan Tilango Kabupaten. Analisis data secara statistik dilakukan dengan uji statistik chi square dengan menggunakan bantuan program SSS. Dikatakan ada hubungan jika nilai value < 0,05. 1) Hubungan Luas Ventilasi Rumah Dengan Kejadian. Hubungan antara Luas ventilasi rumah dengan kejadian penyakit ISA pada balita disajikan pada tabel 4.12. Tabel 4.12 Hubungan Luas Ventilasi Rumah Dengan Kejadian di Desa Kondisi Ventilasi Tidak Rumah memenuhi Kejadian ISA Total ISA; Tidak ISA; 31 (38,3) 48 (51,6) 79 (45,4) 50 (61,7) 45 (48,0) 95 (54,6) Keterangan : n =, % = rosentase Hubungan Luas Ventilasi Rumah Dengan Kejadian enyakit ISA, p = Tingkat Kemaknaan 0.078 (p 0.05 ). Dengan demikian dapat 0.078
hubungan antara luas ventilasi rumah dengan 2) Hubungan Kondisi Lantai Rumah Dengan Kejadian Hubungan antara kondisi ventilasi rumah dengan kejadian penyakit ISA pada balita disajikan pada tabel 4.13. Tabel 4.13 Hubungan Kondisi Lantai Rumah Dengan Kejadian di Desa Kondisi Lantai Rumah Tidak memenuhi Kejadian ISA Total ISA; Tidak ISA; 59 (72,8) 65 (69,9) 124 (71,3) 22 (27,2) 28 (30,1) 50 (28,7) 0,668 Keterangan : n =, % = rosentase Hubungan Kondisi Lantai Rumah Dengan Kejadian enyakit ISA, p = Tingkat Kemaknaan 0.668 (p 0.05 ). Dengan demikian dapat hubungan antara kondisi lantai rumah dengan 3) Hubungan Kepadatan Hunian Dengan Kejadian Hubungan antara kepadatan hunian rumah dengan kejadian penyakit ISA pada balita disajikan pada tabel 4.14. Tabel 4.14 Hubungan Kepadatan Hunian Dengan Kejadian di Desa Kejadian ISA Total ISA; Tidak ISA; 9 (11,1) 29 (31,2) 38 (21,8) Kepadatan Tidak Hunian 0,001 memenuhi 72 (88,9) 64 (68,8) 136 (78,2) Keterangan : n =, % = rosentase Hubungan Kepadatan Hunian Dengan Kejadian enyakit ISA, p = Tingkat Kemaknaan 0.001 (p 0.05 ). Dengan demikian dapat antara kepadatan hunian dengan kejadian penyakit ISA pada balita. 4) Hubungan encahayaan Alami Dengan Kejadian enyakit Ispa ada Balita Hubungan antara pencahayaan alami dengan kejadian penyakit ISA pada balita disajikan pada tabel 4.15 Tabel 4.15 Hubungan encahayaan Alami Dengan Kejadian di Desa Kejadian ISA Total ISA; Tidak ISA; 56 (69,1) 70 (75,3) 126 (72,4) encahayaan Tidak Alami 0,367 memenuhi 25 (30,9) 23 (24,7) 48 (27,6) Keterangan : n =, % = rosentase Hubungan encahayaan Alami Dengan Kejadian enyakit ISA, p = Tingkat Kemaknaan 0.367 (p 0.05 ). Dengan demikian dapat hubungan antara pencahayaan alami rumah dengan 5) Hubungan endapatan Keluarga Dengan Kejadian enyakit ISA pada Balita Hubungan antara pendapatan keluarga dengan kejadian penyakit ISA pada balita disajikan pada tabel 4.16
Tabel 4.16 Hubungan pendapatan keluarga Dengan Kejadian di Desa Kejadian ISA Total ISA; Tidak ISA; endapatan Tinggi 7 (8,6) 22 (23,7) 29 (16,7) Keluarga Rendah 74 (91,4) 71 (76,3) 145 (83,3) 0,008 Keterangan : n =, % = rosentase Hubungan endapatan Keluarga Dengan Kejadian enyakit ISA, p = Tingkat Kemaknaan 0.008 (p 0.05 ). Dengan demikian dapat antara pendapatan keluarga dengan kejadian penyakit ISA pada balita. 2.2 embahasan 2.2.1 Hubungan Luas Ventilasi Rumah Dengan Kejadian enyakit ISA ada Balita bahwa luas ventilasi rumah tidak ada hubungan. Hasil uji statistik diperoleh nilai p value = 0.078 (p 0.05 ). Dengan demikian dapat hubungan antara luas ventilasi rumah dengan Berdasarkan penelitian terhadap 174 rumah di Desa, di ketahui bahwa rumah yang mempunyai ventilasi tidak memenuhi syarat adalah 95 rumah (54,6%), dimana kasus ISA pada kelompok responden dengan ventilasi yang tidak memenuhi syarat adalah sebesar 50 balita (61,7%). Sedangkan ventilasi yang memenuhi syarat adalah 79 rumah (45,4%), dimana kasus ISA pada kelompok responden dengan ventilasi yang memenuhi syarat adalah sebesar 31 balita (38.3%). Artinya walaupun jumlah responden yang memiliki ventilasi memenuhi syarat sedikit, namun persentase balita yang terkena ISA tergolong tinggi. Namun demikian, ternyata pada kelompok balita dengan kategori ventilasi tidak memenuhi syarat diperoleh persentase kasus ISA yang lebih besar. Hal ini berkaitan dengan kebersihan ventilasi, kondisi ventilasi (terbuka atau tertutup), serta berkaitan dengan kepadatan penduduk yang ada di Desa Tabumela. hal ini dikarenakan berdasarkan observasi walaupun luas ventilasi rumah responden kurang dari 10% luas lantai namun kondisi ventilasinya terbuka dan tidak terhalang oleh benda lain, sehinga sedikit kemungkinan untuk udara dalam rumah lancar dan tingkat kelembabannya dalam rumah tidak terlalu tinggi. Kemudian sebagian rumah responden walaupun luas ventilasinya >10% luas lantai namun berdasarkan observasi bahwa ventilasinya ditutupi oleh benda lain seperti tripleks yang memungkinkan sirkulasi udara dalam ruangan tidak lancar sehingga ruangan terasa panas. 2.2.2 Hubungan Kondisi Lantai Rumah Dengan Kejadian enyakit ISA ada Balita bahwa kondisi lantai rumah tidak ada hubungan. Hasil uji statistik diperoleh nilai p value = 0.668 (p 0.05 ). Dengan demikian dapat hubungan antara kondisi lantai rumah dengan Kabupaten, di ketahui bahwa rumah yang mempunyai lantai tidak memenuhi syarat adalah 50 rumah (28,7%) dimana kasus ISA pada kelompok responden dengan jenis lantai yang tidak memenuhi syarat adalah sebesar 27,2% (22 balita). Sedangkan rumah yang mempunyai lantai memenuhi syarat adalah 124 rumah (71,3%), dimana kasus ISA pada kelompok responden yang mempunyai jenis lantai yang memenuhi syarat sebanyak 72,8% (59 balita). Berdasarkan hasil observasi sebagian besar kelompok balita yang ada di Desa Tabumela telah memiliki jenis lantai rumah yang memenuhi syarat. Namun demikian, ternyata persentase ISA pada kelompok balita yang telah memiliki jenis lantai yang memenuhi syarat masih tinggi. Hal ini dikarenakan sebagian rumah responden walaupun kondisi lantainya diplester dan berubin namun berdasarkan observasi bahwa kondisi lantainya kotor (berdebu) dan kondisinya rusak. Faktor resiko lain yang mungkin dapat mempengaruhi kejadian ISA di Desa Tabumela pada kelompok balita yang memiliki jenis lantai memenuhi syarat antara lain kualitas kebersihan lantai, terkait perilaku yaitu seberapa sering menyapu atau mengepel lantai yang berdampak pada tingginya jumlah debu dan mikroorganisme dilantai.
2.2.3 Hubungan Kepadatan Hunian Dengan Kejadian bahwa ada hubungan kepadatan hunian dengan kejadian penyakit ISA pada balita di Desa. Hasil uji statistik diperoleh nilai p value = 0.001 (p 0.05 ). Dengan demikian dapat antara kepadatan hunian dengan kejadian penyakit ISA pada balita. Kabupaten, di ketahui bahwa rumah yang mempunyai kepadatan hunian tidak memenuhi syarat adalah 136 rumah (78,2%) dimana kasus ISA pada kelompok responden dengan kepadatan hunian yang tidak memenuhi syarat adalah sebanyak 72 balita (88.9%). Sedangkan kepadatan hunian yang memenuhi syarat adalah 38 rumah (21,8%), dimana kasus ISA pada kelompok responden dengan kepadatan hunian yang memenuhi syarat sebanyak 9 balita (11,1%). Sesuai dengan hasil observasi di Desa Tabumela, masalah kepadatan hunian di Desa Tabumela ini sebagian besar disebabkan karena masih rendahnya kemampuan masyarakat untuk mandiri. Banyaknya keluarga yang tinggal dalam satu rumah (menumpang) bersama orang tua atau saudara orang tua, mertua, kerabat keluarga balita. Selain itu, penyebab lainnya terjadinya kepadatan penghuni adalah karena jumlah anak terlalu banyak (tidak sesuai dengan sosial ekonomi keluarga), hal ini juga disebabkan karena ketakutan ibu melakukan KB. Semakin padatnya ruangan menyebabkan kondisi dalam ruangan terasa pengap dan penghuninya sukar untuk bernafas karena udara segar dalam ruangan untuk kebutuhan pernafasan orang sudah tidak tercukupi lagi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa risiko balita terkena ISA akan meningkat jika tinggal di rumah dengan tingkat hunian padat. Tingkat kepadatan hunian yang tidak memenuhi syarat disebabkan karena luas rumah yang tidak sebanding dengan jumlah keluarga yang menempati rumah. Kepadatan hunian ini memungkinkan bakteri maupun virus dapat menular melalui pernapasan dari penghuni rumah yang satu ke penghuni rumah lainnya. 2.2.4 Hubungan encahayaan Alami Dengan Kejadian enyakit Ispa ada Balita bahwa pencahayaan alami tidak ada hubungan. Hasil uji statistik diperoleh nilai p value = 0.367 (p 0.05 ). Dengan demikian dapat hubungan antara pencahayaan alami rumah dengan Kabupaten, di ketahui bahwa rumah yang mempunyai pencahayaan tidak memenuhi syarat adalah 48 rumah (27,6%) dimana kasus ISA pada kelompok responden dengan pencahayaan yang tidak memenuhi syarat adalah sebesar 30,9% (25 balita). Sedangkan pencahayaan yang memenuhi syarat adalah 126 rumah (72,4%), dimana kasus ISA pada kelompok responden dengan pencahayaan yang memenuhi syarat sebanyak 69,1% (56 balita). Sesuai dengan hasil observasi di lapangan sebagian besar responden memiliki pencahayaan alami yang memenuhi syarat, namun balita yang ISA masih tergolong tinggi, untuk pencahayaan alaminya sudah memenuhi syarat karena kebiasaan masyarakat membuka pintu sehingga cahaya bisa masuk ke dalam ruangan. Adapun faktor lain yang menyebabkan tingginya penyakit ISA di Desa tabumela berkaitan dengan padatnya penghuni dan lingkungan perumahan yang berada di sekitaran danau limboto sehingga keadaan rumah menjadi lembab, dan merupakan media yang baik bagi pertumbuhan bakteri penyakit sehingga akan mempengaruhi terjadinya penularan penyakit ISA yang ada di Desa Tabumela Kecamatan Tilango. 2.2.5 Hubungan endapatan Keluarga Dengan Kejadian enyakit ISA pada Balita bahwa ada hubungan pendapatan keluarga dengan kejadian penyakit ISA pada balita di Desa. Hasil uji statistik diperoleh nilai p value = 0.008 (p 0.05 ). Dengan demikian dapat antara pendapatan keluarga dengan kejadian penyakit ISA pada balita. Kabupaten, di ketahui bahwa rumah yang memiliki pendapatan keluarga rendah adalah 145 rumah (83,3%) dimana kasus ISA pada kelompok responden dengan pendapatan keluarga rendah adalah adalah 91,4% (74 balita). Sedangkan yang memiliki pendapatan keluarga tinggi adalah 29 rumah (16,7%), dimana kasus ISA pada kelompok responden dengan pendapatan keluarga tinggi adalah 8,6% (7 balita).
Sesuai dengan hasil observasi prosentase kasus ISA pada kelompok sosial ekonomi rendah sangat tinggi, hal ini dipengaruhi karena masih tingginya masyarakat miskin yang ada di Desa Tabumela. Faktor resiko lain yang turut mempengaruhi yaitu karena prosentase dengan tingkat pendidikan ibu rendah juga masih sangat tinggi serta sebagian besar pasangan suami istri masih berumur di bawah 20 tahun. Hal ini sangat mempengaruhi pola asuh, dan kemampuan dalam menyediakan makanan, serta lingkungan yang bersih. IV. SIMULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian hubungan kondisi fisik rumah dan sosial ekonomi keluarga dapat disimpulkan hasil analisis statistik menggunakan uji Chi square. Hasil penelitian menunjukan ada hubungan antara kepadatan hunian (p = 0.001) dan pendapatan keluarga ( p = 0.008). Sedangkan kondisi ventilasi dengan nilai p value = 0.078 (p 0.05 ), kondisi lantai nilai p value = 0.668 (p 0.05 ), dan pencahayaan alami p value = 0.367 (p 0.05 ) tidak terdapat hubungan. Diharapkan untuk uskesmas sebagai ujung tombak dalam program emberantasan enyakit ISA disarankan agar etugas 2 ISA meningkatkan kordinasi lintas program dengan petugas promosi kesehatan dan sanitarian puskesmas untuk meningkatkan penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya kondisi rumah yang memenuhi syarat kesehatan. Meningkatkan kordinasi lintas sektor dengan pemerintah kecamatan dan desa, tokoh masyarakat, KK, dan kader posyandu agar secara bersama-sama mendorong peran serta masyarakat terutama dalam meningkatkan kondisi kesehatan rumahnya. DAFTAR USTAKA Dinkes rovinsi, 2012. Rekapitulasi Laporan ST RS Rawat Inap dan Rawat Jalan se rovinsi : Dinas Kesehatan rovinsi. Dinkes rovinsi. 2007. Buletin Epidemiologi Dinas Kesehatan rovinsi. : Dinkes rovinsi. Depkes, R. I., 2007. Bimbingan Keterampilan Tatalaksana neumonia Balita. Jakarta : Ditjen M dan L. Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : T Rineka Cipta. Riwidikdo, Handoko. 2010. Statistik Kesehatan. Yogyakarta : Mitra Cendekia ress.