PERBEDAAN KEPUASAN KERJA DAN MOTIVASI MENGAJAR ANTARA GURU DI SMA NEGERI 11 YOGYAKARTA DAN MADRASAH MU ALLIMIN MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA.

dokumen-dokumen yang mirip
PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA GURU NEGERI DI SMAN I WONOSARI DENGAN GURU SWASTA DI SMA MUHAMMADIYAH I KLATEN. Skripsi

HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI SOSIAL DI TEMPAT KERJA DENGAN DISIPLIN KERJA PADA GURU SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan pesatnya perkembangan zaman dan semakin kompleksnya

I. PENDAHULUAN. Di era globalisasi seperti sekarang ini mutlak menuntut seseorang untuk

BAB I PENDAHULUAN. bahwa batas usia pensiun Pegawai Negeri Sipil diperpanjang menjadi 58 tahun

T E S I S. Oleh : SUTADI NIM : Q Program Studi : Magister Manajemen Pendidikan Konsentrasi : Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN Nurul Ramadhani Makarao, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi berbagai krisis yang

BAB I PENDAHULUHUAN. A. Latar Belakang Masalah. UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN PT. AIR MANCUR WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Hal ini bersentuhan dengan Undang - undang Nomor 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. kunci utama untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas dan

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tantangan terberat bagi bangsa Indonesia pada era globalisasi abad

BAB I PENDAHULUAN. oleh sistem pendidikan akuntansi agar dapat menghasilkan sarjana akuntansi

B A B I P E N D A H U L U A N

2016 PENGARUH HASIL PEMBINAAN PUSTAKAWAN SEKOLAH TERHADAP KUALITAS PELAYANAN PERPUSTAKAAN SMAN 3 CIMAHI

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dan bahkan menjadi terbelakang. Dengan demikian pendidikan

profesional, bersih dan berwibawa.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. diimbangi dengan adanya peningkatan standar kualitas sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian . Josie Fitri Handayani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. jawabnya dan menjalankan tugas dengan keikhlasan merasa tidak lelah, tidak

ANALISIS DAMPAK AKREDITASI SEKOLAH DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN (Studi Kasus Di SD Negeri Donohudan 3 Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali)

BAB I PENDAHULUAN. meliputi segala bidang, diantaranya politik, sosial, ekonomi, teknologi dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. membekali diri dengan ilmu pengetahuan agar dapat bersaing dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu ciri kehidupan modern dapat dilihat dari semakin kompleknya

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia. dan Undang-undang Dasar Tahun Upaya tersebut harus selalu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sumber daya manusia yang berkualitas agar perusahaan dapat bersaing dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Paradigma pendidikan yang memberikan kewenangan seluas-luasnya

I. PENDAHULUAN. ketatanegaraan adalah terjadinya pergeseran paradigma dan sistem. dalam wujud Otonomi Daerah yang luas dan bertanggung jawab untuk

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu wadah yang sangat penting agar warga negara Indonesia dapat

NAMA :ANDI SUBANDRIYO NIM. :Q

2014 PERSEPSI GURU TENTANG KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH D AN PENGARUHNYA TERHAD AP KINERJA MENGAJAR GURU D I SMK SMIP YPPT BAND UNG

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Keberhasilan suatu organisasi sangat tergantung pada kinerja Sumber

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali Republik Indonesia. Bahkan dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal

BAB I PENDAHULUAN. utama dalam pembangunan pendidikan, khususnya yang diselenggarakan

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting dalam menghasilkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang

BAB I PENDAHULUAN. berhenti ketika nyawa sudah tidak ada lagi di dalam raga manusia.

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan negara. Begitu

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan membahas latar belakang masalah, identifikasi masalah,

BAB 1 PENDAHULUAN. layanan publik yang prima bagi masyarakatnya sesuai yang telah diamanatkan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian peranan menurut Soejono Soekanto (2002;234) adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. elements; materials (and equipment), activities, and people (Cox, 2006:

BAB I PENDAHULUAN. ini tercermin dari penetapan prinsip Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai sila

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Indonesia sebagai suatu bangsa yang sedang giat-giatnya

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Strategi Implementasi..., Baragina Widyaningrum, Program Pascasarjana, 2008

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting untuk kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini dunia mengalami perubahan dengan begitu cepatnya. Perubahan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) sebagai lembaga pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional yang makin meluas dan kompleks dengan. penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi yang makin canggih memerlukan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kemajuan sebuah organisasi sangat dipengaruhi oleh kualitas sumber daya manusia

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI KARYAWAN TERHADAP PROGRAM KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA DENGAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perusahaan yang siap berkompetisi harus memiliki manajemen

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrayogi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu aspek pembangunan sekaligus

PENGARUH KOMITE, PENGAWAS DAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU DI SMAN 7 PURWOREJO TESIS

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. profesionalnya, dan sebaliknya kinerja yang di bawah standar kerja

BAB I PENDAHULUAN. adanya quality controll yang mengawasi jalannya proses dan segala. Sekolah adalah sebuah people changing instituation, yang dalam

BAB I PENDAHULUAN. maksimal. Untuk mencapai semuanya, manusia mencari sekolah - sekolah. Tujuan pendidikan menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting dalam pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam sebuah organisasi memiliki peran sentral dalam

BAB I PENDAHULUAN. Guru dalam proses pembelajaran di kelas memainkan peran penting terutama

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN IPA DALAM MENGHADAPI UJIAN AKHIR SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (Studi Situs Di SD Negeri Batursari 6 Mranggen Demak) TESIS

BAB I PENDAHULUAN. diselesaikan melalui hubungan dengan rekan kerja. Oleh karena itu, hubungan

BAB I PENDAHULUAN. konsep kependidikan yang berkaitan antara satu dengan yang lainnya, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. sampai-sampai beberapa organisasi sering memakai unsur komitmen sebagai

I. PENDAHULUAN. identifikasi masalah, pembatasan masalah dan rumusan masalah. Untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. terpenting di dalam suatu perusahaan. Tanpa peran manusia meskipun berbagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran. Guru memiliki kedudukan sebagai figur sentral dalam

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan anak bangsa. Pendidikan yang bermutu atau berkualitas

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan membahas latar belakang, identifikasi masalah, pembatasan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pegawai Negeri Sipil (PNS) adalah peletak dasar pelaksana sistem

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Liqa Yasifa, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai dan diwujudkan oleh guru dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tujuan pembangunan Indonesia adalah mewujudkan visi pembangunan

B A B I PENDAHULUAN. Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, yang berlaku

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. semakin berat lagi, karena lemahnya sistem pendidikan nasional terkait erat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kualitas pelaksanaan pendidikan di sekolah ditentukan oleh berbagai unsur,

PERBEDAAN KINERJA PADA GURU TETAP DENGAN GURU TIDAK TETAP DI SEKOLAH DASAR NEGERI KECAMATAN SUKOHARJO. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. penghargaan atas dasar prestasi dan kinerjanya. dengan meningkatkan profesionalisme dalam melakukan pekerjaan sebagai guru.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tantangan bagi manajemen sumber daya manusia karena abad ke-21 ini

BAB I PENDAHULUAN. adalah tentang sertifikasi guru. Issue ini juga tidak lepas dari sorotan dan. persyaratan perolehan sertifikat atas profesi mereka.

BAB I PENDAHULUAN. Lebih dari 35 tahun yang lalu burnout menjadi isu yang. menarik ketika para peneliti Maslach dan Freudenberger mulai

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan dan tanggung jawab yang diemban seorang guru bimbingan dan

Transkripsi:

PERBEDAAN KEPUASAN KERJA DAN MOTIVASI MENGAJAR ANTARA GURU DI SMA NEGERI 11 YOGYAKARTA DAN MADRASAH MU ALLIMIN MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA Skripsi Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana S-1 Psikologi Diajukan oleh : Joko Handoko F 100 040 274 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Guru sering menjadi sorotan dari berbagai media massa, berkaitan dengan rendahnya mutu pendidikan, dan keberhasilan suatu sekolah. Ada sebagian masyarakat beranggapan keberhasilan suatu pendidikan sangat ditentukan oleh mutu guru itu sendiri. Sementara diketahui bersama keberhasilan atau kegagalan pendidikan banyak di pengaruhi oleh beberapa paktor. Kurangnya kesejahteraan guru, juga sangat mempengaruhi keberhasilan suatu pendidikan (Hakim dalam Burhanuddin, 2000). Guru sangat terlibat dengan proses mengajar-belajar. Istilah proses mengajar belajar (PMB) lebih tepat daripada proses belajar mengajar (PBM), alasanya karena dalam proses yang harus aktif duluan adalah guru lalu diikuti aktivitas siswa (belajar) bukan sebaliknya. Barlow seorang pakar psikologi pendidikan dan Good & Brophy (Hamalik, 2005) menyatakan bahwa hubungan timbal balik antar guru dan siswa disebut teaching learning process dan bukan learning-teaching process. Guru sebagai pendidik maupun sebagai pengajar merupakan salah satu faktor penentu kesuksesan setiap usaha pendidikan. Guru harus dapat menyeimbangkan peranan antara tugas mengajar dan mendidik, karena mengajar dan mendidik merupakan dua hal yang berbeda. Mengajar berarti menuangkan ilmu pengetahuan 1

2 kepada anak didiknya, sedangkan mendidik yang juga merupakan tanggung jawab seorang guru yang berarti bahwa guru bertanggung jawab terhadap pembentukan sikap, watak dan akhlak anak didiknya (Hakim dalam Burhanuddin, 2000). Jabatan guru merupakan profesi yang mantap menuntut guru untuk mendalami, mengetahui, menghayati dan melaksanakan profesinya itu dengan sepenuh hati, agar ia berhasil menjadi guru yang baik dan memenuhi kompetensinya sesuai dengan tuntutan zaman. Tidak dapat dipungkiri bahwa tugas dan tanggung jawab guru makin lama semakin berat. Beban moral dan tanggung jawab terhadap profesi menuntut guru untuk dapat meningkatkan kemampuan dan kualitas dirinya, sehingga guru dituntut untuk memiliki motivasi mengajar yang baik. Di samping harus mengajarkan ilmu pengetahuan kepada anak didiknya, guru harus mengarahkan sikap dan perilaku anak didiknya (Roestiyah, 1989) Pada mulanya profesi sebagai guru merupakan profesi yang sangat dihormati di dalam masyarakat. Namun melihat kenyataan yang sekarang terjadi, guru bukannya dihargai dan diperhatikan, sebaliknya malah ditindas dan dilecehkan. Di samping itu kesejahteraan guru diabaikan oleh pemerintah, padahal tugas dan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya sangat berat. Akibat dari kenyataan tersebut, para guru Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang tergabung dalam Persatuan Guru Seluruh Indonesia (PGRI) mengadakan aksi demonstrasi besar-besaran di gedung DPR dan DPRD. Aksi demonstrasi guru PNS yang tergabung dalam PGRI terjadi di daerah Cianjur, Garut, Sumedang, Purwokerto dan Jakarta. Secara umum para guru PNS menuntut tiga hal yaitu : a) kenaikan anggaran pendidikan, b)

3 kenaikan gaji guru dan c) perubahan sistem pendidikan di Indonesia. Anggaran pendidikan dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) saat ini hanya 7%, mereka minta dinaikkan hingga 25%. Masalah gaji, mereka menuntut kenaikan 200% dan tunjangan fungsional sama dengan dosen, yang berarti naik sekitar 500%. Perbaikkan sistem pendidikan dimaksudkan karena pada saat ini status guru PNS masih simpang siur. Sebagian guru berada di bawah Departemen Pendidikan, sebagian yang lain di bawah Departemen Dalam Negeri (Rulianto, dkk., 2000). Menurut Surya (2004) pemerintah telah merencanakan bahwa fokus pembangunan adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM), dan pendidikan sebagai kunci utamanya. Ini bisa dipahami dari konteks masyarakat Indonesia yang sudah tergolong masyarakat modern. Meski terbilang sulit untuk menentukan karakteristik atau ukuran yang tepat dalam mengukur mutu pendidikan, tetapi ada beberapa indikator yang dapat digunakan untuk mengukurnya, yaitu (1) kualitas guru dan (2) alat bantu proses pendidikan. Khusus pada hal pertama yakni kualitas guru, ada beberapa faktor yang mengakibatkan rendahnya mutu guru di semua jenjang pendidikan antara lain sebagai berikut:. Pertama, kurangnya kesadaran dari para guru untuk mengembangkan profesi keguruannya sehingga memunculkan guru-guru yang berpredikat "tukang mengajar", berpengetahuan statis, tidak cerdas, dan berbau "konservatif", serta tidak peka terhadap perkembangan ilmu pengetahuan. Profil guru seperti ini tidak hanya ada di lembaga atau institusi pendidikan dasar saja, tetapi juga mulai merambah ke lembaga pendidikan tinggi.

4 Kedua, banyaknya beban yang harus ditanggung sendiri oleh guru akibat adanya tuntutan profesinya untuk menciptakan lulusan pendidikan yang prima tanpa dibarengi perolehan finansial yang mencukupi kebutuhannya. Kondisi demikian mengakibatkan adanya guru "nyambi", dan konsentrasi guru yang demikian dalam mentransferkan ilmunya tidak terfokus dengan baik dan hatinya tidak tenang. Ketiga, adanya kasus-kasus sosial yang melibatkan oknum guru dan merusak citra guru sebagai panutan moral. Hal ini dapat mengakibatkan ketidakharmonisan dalam kontak antar pelaku pendidikan, antara guru dan siswa, sehingga proses transfer keilmuan terganggu. Berbagai sorotan tajam terhadap profesi guru memang tidak pernah berhenti. Satu di antaranya adalah ihwal pemotongan gaji guru yang mengakibatkan mereka menjadi stres berat. Demikian pula suara-suara sumbang terhadap rendahnya mutu calon guru. Menurut Mccafferty (Farida, 2003) dalam penelitiannya memaparkan bahwa kepuasan kerja dapat dipengaruhi oleh faktor kompensasi dan gaji. Demikian pula yang terjadi pada guru-guru negeri dan swasta, perbedaan gaji telah menyebabkan implikasi pada beberapa faktor, antara lain yaitu kepuasan kerja dan motivasi mengajar. Lebih jelas Surya (2004) mengemukakan beberapa kendala dan masalah yang terkait dengan isu guru" yang dapat menjadi sumber ketimpangan antara guru negeri dan guru swasta antara lain: 1. Keadilan dan kesejahteraan. Dari segi kesejahteraan, guru swasta berada dalam kesenjangan yang dirasakan sebagai perlakuan diskriminatif, antara lain dalam bentuk kesenjangan pendapatan dibandingkan dengan rekan-rekannya sebagai guru

5 PNS serta para birokratnya yang mendapat gaji dan tunjangan serta fasilitas lainnya. Pendapatan yang diterima oleh guru swasta dari pemerintah dan dari sumber lainnya, sangat "tidak memadai" atau sangat "tidak manusiawi" untuk dapat menunjang hidup secara layak dan tidak seimbang dengan tugas dan tanggung jawabnya yang tidak berbeda dengan guru-guru lainnya. Kondisi ini berkaitan erat dengan sisi kehidupan lainnya seperti berkurangnya rasa aman dalam pekerjaan, merenggangnya hubungan antarpribadi, dan ketidak-pastian karier. Keadaan seperti itu, akan berpengaruh terhadap kondisi psikologis seperti rasa rendah diri, kurang percaya diri, pesimis, apatis, gangguan emosional. yang pada gilirannya akan mempengaruhi proses belajarmengajar yang berpengaruh besar terhadap perkembangan kepribadian peserta didik. 2. Karier dan masa depan. Berbeda dengan rekan-rekannya yang berstatus PNS, guru swasta tidak memiliki kepastian masa depan dalam perjalanan kariernya seperti kenaikan pangkat, pengembangan diri, jaminan sosial, dan tunjangan, dsb. Sebagian besar pegawai swasta mengharapkan adanya pengangkatan dari pemerintah sebagai PNS, atau adanya peningkatan kesejahteraan dalam kondisi yang signifikan. Dalam usia yang terus bertambah dan tuntutan hidup yang makin kompleks akan makin menambah beban mental mereka. Sayangnya pihak pemerintah belum memiliki kepekaan terhadap hal ini, alasan klasiknya adalah tidak ada formasi untuk pengangkatan, karena tidak tersedia anggaran serta alasan lainnya. Alasanalasan seperti itu, sudah tentu bukan satu penyelesaian yang tuntas, tetapi justru makin menambah keruwetan permasalahan. Dalam keadaan ketidak-pastian ini, sangat sulit untuk mengharapkan para guru berkinerja secara baik dan optimal. Selain

6 membuat mereka berada dalam kehidupan yang kurang sehat, dampak negatif terhadap proses pendidikan akan makin bertambah alias pendidikan terkena polusi. 3. Manajemen dan pengembangan profesi. Dari sudut pandang manajemen guru, disadari atau tidak, adanya perlakuan diskriminatif baik administratif maupun edukatif dalam keseluruhan pengelolaannya. Hal ini dapat dipahami karena pola-pola manajemen guru senantiasa merujuk pada ketentuan guru yang berstatus PNS. Dari aspek unsur dan prosesnya, masih dirasakan terdapat kekurang-terpaduan antara sistem supervisi dan pembinaan guru. Guru PNS mempunyai kesempatan mengumpulkan angka kredit untuk memperoleh kenaikan pangkat, memperoleh kesempatan peningkatan diri melalui penataran, mengikuti pendidikan lanjut, dan hak-hak lainnya, sementara guru swasta tidak sempat menikmati fasilitas itu. Hal itu makin diperparah dengan beragamnya kebijakan pemerintah daerah otonom yang merasa punya kewenangan mutlak untuk mengelola mereka Dengan perlakuan seperti itu, kesempatan pengembangan profesi di kalangan guru swasta tidak dilakukan secara terprogram dalam keseluruhan manajemen guru. Guru swasta melakukan upaya peningkatan profesinya semata-mata atas kemauan sendiri dan dengan dukungan sarana dan biaya sendiri. Keadaan ini sudah tentu akan mempengaruhi kualitas profesional para guru. 4. Kualitas kinerja. Kualitas kompetensi pribadi, sosial, dan profesional para guru swasta mengemban tugasnya sebagai pendidik memengaruhi kualitas kinerja belajar-mengajar yang pada gilirann ya akan mempengaruhi kualitas belajar siswa. Secara keseluruhan, permasalahan-permasalahan di atas akan bermuara pada mutu pendidikan.

7 Iskandar (2005) mengemukakan pemerintah baik di tingkat pusat maupun daerah dinilai tidak memberikan perhatian yang layak terhadap nasib guru dari sekolah swasta baik dari aspek hukum maupun lainnya. Bahkan, posisi hukum guru swasta tersebut dinilai lebih rendah dari buruh pabrik. "Kalau buruh pabrik diperlakukan tidak adil oleh perusahaan atau misalnya di-phk, mereka memiliki aturan hukum yang jelas bagaimana mengurus nasib mereka dan apa yang akan mereka peroleh dari suatu tindakan PHK tersebut. Namun, tidak demikian bila seorang guru swasta yang mendapat perlakukan tidak adil dari pihak yayasan yang menaungi sebuah lembaga pendidikan, dia harus lebih banyak menerima itu dengan pasrah. "Hal itu karena tidak ada aturan yang jelas tentang status hukum guru swasta tersebut," sangat berbeda dengan guru yang berstatus pegawai negeri yang tergabung dalam Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) yang memiliki aturan hukum yang jelas tentang status mereka. Padahal, kalau dilihat dari jumlah guru swasta di Indonesia jauh lebih besar dibandingkan dengan guru yang berstatus PNS. "Perbandingannya bisa mencapai 1 : 6 mulai dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi Berdasarkan uraian-uraian di atas permasalahan yang muncul adalah bahwa selama ini banyak ketimpangan yang terjadi antara guru negeri dan guru swasta baik dari segi profesionalitas mengajar maupun segi kurikulum dan fasilitas yang diberikan oleh pemerintah. Oleh karena itu penelitian tentang kepuasan kerja dan motivasi mengajar pada guru negeri dan swasta sangat perlu dilakukan karena pada dasarnya semua murid seharusnya berhak mendapat pengajaran yang maksimal dari

8 semua guru dengan tidak membedakan asal dari sekolah mereka, namun di sisi lain banyaknya kesenjangan menyebabkan para guru swasta terutama yang pendanaannya kurang optimal dalam melaksanakan proses pendidikan, padahal keberhasilan siswasiswa di sekolah sangat tergantung pada kualitas dan komitmen guru dalam mengajar. Asumsi di atas menempatkan bahwa guri di sekolah negeri masih lebih baik dibandingkan swasta, namun kajian secara empiris tentang permasalahan tersebut masih jarang dilakukan oleh peneliti. Berpijak dari pola pemikiran di atas mana penulis tertarik untuk meneliti lebih apakah ada perbedaan kepuasan kerja dan motivasi mengajar antara guru di SMA Negeri 11 Yogyakarta dan Madrasah Mu allimin Muhammadiyah Yogyakarta.. Alasan menggunakan status guru dan sekolah sebagai variabel adalah karena mendasarkan pada banyaknya keluhan yang disampaikan oleh guru berkaitan dengan ketidakpuasan akan status profesinya dan adanya diskriminasi terkait dengan status sekolah negeri dan swasta. Kedua variabel tersebut boleh jadi merupakan faktor yang mempengaruhi faktor yang lain seperti, teknik pengajaran dilapangan, jumlah gaji, pendapatan atau fasilitas yang akan diterima, promosi maupun materi pengajaran yang akan dibawakan oleh guru. Apabila ketidaksesuaian kondisi tersebut terus berlangsung, dikawatirkan harapan pendidikan yang sesuai dengan tujuan nasional tidak akan tercapai. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah ada perbedaan kepuasan kerja dan perbedaan motivasi mengajar antara SMA Negeri 11 Yogyakarta dan Madrasah Mu allimin Muhammadiyah Yogyakarta? Mengacu dari pertanyaan penelitian di atas, maka

9 penulis tertarik untuk mengadakan penelitian yang berjudul perbedaan kepuasan kerja dan motivasi mengajar antara guru di SMA Negeri 11 Yogyakarta dan Madrasah Mu allimin Muhammadiyah Yogyakarta. B. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1. Perbedaan motivasi mengajar dan kepuasan kerja antara guru di SMA Negeri 11 Yogyakarta dan Madrasah Mu allimin Muhammadiyah Yogyakarta. 2. Tingkat motivasi mengajar guru di SMA Negeri 11 Yogyakarta dan Madrasah Mu allimin Muhammadiyah Yogyakarta. 3. Tingkat kepuasan kerja pada guru di SMA Negeri 11 Yogyakarta dan Madrasah Mu allimin Muhammadiyah Yogyakarta. C. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis Memberikan informasi dan dan wacana pemikiran pada ilmu pengetahuan, khususnya pada disiplin ilmu psikologi pendidikan tentang kepuasan kerja dan motivasi mengajar antara guru di SMA Negeri 11 Yogyakarta dan Madrasah Mu allimin Muhammadiyah Yogyakarta. 2. Manfaat praktis a. Bagi subjek penelitian. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi lebih mendalam mengenai kepuasan kerja dan motivasi mengajar antara guru di SMA Negeri 11 Yogyakarta dan Madrasah Mu allimin Muhammadiyah

10 Yogyakarta. Disamping itu hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan kontribusi pemahaman kepada para guru tentang arti pentingnya tugas fungsi seorang guru sebagai pengajar, pendidik, dan pembimbing. b. Bagi kepala sekolah Hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi pemikiran dan pemahaman bagi pimpinan dalam upaya meningkatkan atau mempertahankan motivasi mengajar dan kepuasan kerja pada guru.