BAB I PENDAHULUAN. pemanfaatan dana yang akan dapat memberikan informasi tentang pelaksanaan kegiatan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan mendasar dengan ditetapkannya Undang-Undang No. 32

BAB I PENDAHULUAN. Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) merupakan salah satu dari dua

BAB I PENDAHULUAN. reformasi yang semakin luas dan menguat dalam satu dekade terakhir. Tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. mobilisasi sumber dana, menentukan arah, tujuan dan target pengguanaan

BAB I PENDAHULUAN. tentang Pemerintah Daerah dan UU No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi ini dituntut seluruh elemen masyarakat termasuk perusahaan baik

BAB I PENDAHULUAN. kepemerintahan yang baik (good governance). Good governance adalah

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah yang sedang bergulir ini merupakan bagian dari adanya

BAB I PENDAHULUAN. atau memproduksi barang-barang publik. Organisasi sektor publik di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kewenangan lebih luas kepada pemerintah daerah. dana, menentukan arah, tujuan dan target penggunaan anggaran.

BAB I PENDAHULUAN. sistem tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan sistem pemerintahan dari sistem terpusat menjadi sistem

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dan lain-lain. Sebagaimana bentuk-bentuk organisasi lainnya

BAB 1 PENDAHULUAN. semua pihak. Keinginan untuk mewujudkan good government merupakan salah

BAB 1 PENDAHULUAN. respon positif atas krisis ekonomi dan krisis kepercayaan yang terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. Daerah yang berkaitan dengan kedudukan, fungsi dan hak-hak DPRD, menangkap aspirasi yang berkembang di masyarakat, yang kemudian

Manual Sistem dan Prosedur Akuntansi Pelaporan Keuangan Daerah BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. secara terus-menerus berpartisipasi dalam mewujudkan kepemerintahan yang baik (good

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Daerah dalam mewujudkan kepemerintahaan yang baik (good

BAB 1 PENDAHULUAN. dibangku perkuliahan. Magang termasuk salah satu persyaratan kuliah yang

BAB I PENDAHULUAN. dialami lulusan lulusan perguruan tinggi. Hal ini terjadi karena adanya ketimpangan

NPM : Jurusan : Akuntansi Pembimbing : HARYONO,SE.,MMSI

L A P O R A N K E U A N G A N T A H U N BAB

BAB I PENDAHULUAN. Diberlakukannya otonomi daerah, mengakibatkan daerah memiliki. hak, wewenang dan kewajibannya dalam mengatur dan mengurus secara

BAB I PENDAHULUAN. satunya perbaikan terhadap pengelolaan keuangan pada instansi-instansi pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah telah ditetapkan di Indonesia sebagaimana yang telah

BAB 1 PENDAHULUAN. mandiriurusan pemerintahannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Politik, akan tetapi dibidang keuangan negara juga terjadi, akan tetapi reformasi

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi pemerintah merupakan salah satu bentuk organisasi non

I. PENDAHULUAN.

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 38 TAHUN 2012 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebagai dasar pengambilan keputusan. Oleh karena itu pemerintah diharuskan

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun. transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENELITIAN TERDAHULU. Pada Pemerintah Daerah Kabupaten Banyuwangi. Tujuan dari penelitian ini

BAB I PENDAHULUAN. berupa laporan keuangan. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Salah satu upaya konkrit untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Seiring dengan adanya perubahan masa dari orde baru ke era

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah yang merupakan hak, wewenang dan kewajiban daerah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan. daerah sebagai penyelenggara pemerintah daerah.

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN. mencatat desentralisasi di Indonesia mengalami pasang naik dan surut seiring

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN BUPATI MADIUN

ANALISIS IMPLEMENTASI STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAH DALAM PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KOTA GORONTALO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan reformasi di segala bidang yang didukung oleh sebagian

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 29 TAHUN 2012 TENTANG KEBIJAKAN AKUNTANSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA JAMBI,

BAB I PENDAHULUAN. dituntut dapat disajikan secara transparan dan akuntabel. Oleh karena itu,

AKUNTANSI, TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS KEUANGAN PUBLIK (SEBUAH TANTANGAN) OLEH : ABDUL HAFIZ TANJUNG,

BAB I PENDAHULUAN. dielakkan lagi. Dengan semakin tinggi tuntutan tersebut berdampak terhadap

Bab 1 PENDAHULUAN. dilanjutkan dengan pertanyaan penelitian, tujuan, motivasi, dan kontribusi

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan ini merupakan kelanjutan dari Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2006

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam era globalisasi, reformasi, dan tuntutan transparansi yang semakin

GUBERNUR KALIMANTAN BARAT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan Daerah yaitu dengan menyampaikan laporan

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi sektor publik adalah organisasi yang bertujuan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. karena pada saat diberlakukannya sistem pemerintah terpusat dimana sentralisasi

BAB I PENDAHULUAN. dan fungsinya yang didasarkan pada perencanaan strategis yang telah ditetapkan.

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan dan pertanggungjawaban, maka dalam era otonomi daerah sekarang ini

BAB I PENDAHULUAN. pencatatan single-entry. Sistem double-entry baru diterapkan pada 2005 seiring

BAB I PENDAHULUAN. berlebih sehingga untuk mengembangkan dan merencanankan daerah yang

F.N. Ningtyas., A.T. Poputra., R. Lambey. Evaluasi Penerapan Peraturan

BAB I PENDAHULUAN. bentuk negara. Awalnya, para pendiri Negara ini percaya bentuk terbaik untuk masyarakat

TINJAUAN YURIDIS ATAS PENERAPAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL PADA PEMERINTAH DAERAH. 1

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. pembuatan laporan keuangan. Sesuai amanat undang-undang yaitu Pasal 5

> *\ PEMERINTAH KOTA PEKALONGAN ^UL^pT)

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan tata kelola yang baik (good governance),

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Analisis atas..., Desi Intan Anggraheni, FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. karena entitas ini bekerja berdasarkan sebuah anggaran dan realisasi anggaran

BAB I PENDAHULUAN. yang dilaksanakan secara periodik (Mardiasmo, 2002). penyelenggaraan pemerintahan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 17

SKRIPSI ANALISA PENERAPAN SISTEM AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH PADA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KOTA PADANG WINDA PUSPITA SARI FAKULTAS EKONOMI

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan tata kelola yang baik (good governance),

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga publik, baik di pusat

BAB I PENDAHULUAN. keuangan pemerintah masih menemukan fenomena penyimpangan informasi laporan

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. akuntansi pemerintahan yang telah diterima secara umum. Kualitas informasi dalam laporan

BAB. I PENDAHULUAN. bidang akuntansi pemerintahan ini sangat penting karena melalui proses akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pemahaman Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah

KEMENTERIAN DALAM NEGERI DIREKTORAT JENDERAL KEUANGAN DAERAH TAHUN

BAB. II TINJAUAN PUSTAKA Akuntansi Berbasis Kas dan Akuntansi Berbasis Akrual

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan berjalannya reformasi dibidang keuangan, maka perlu

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan otonomi daerah yang dilandasi oleh Undang-Undang Nomor 32

BAB I PENDAHULUAN. Berlakunya Otonomi Daerah di Pemerintahan Indonesia, sehingga setiap

pemerintahan daerah yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

BAB 1 PENDAHULUAN. daerah. Akuntansi Keuangan Daerah ini diperlukan sejalan dengan semangat

BAB I PENDAHULUAN. kepada daerah. Di samping sebagai strategi untuk menghadapi era globalisasi,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat luas. Laporan keuangan merupakan salah satu bentuk hasil pemerintah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu upaya konkrit untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas

BAB 1 PENDAHULUAN. disebut dengan Good Governance. Pemerintahan yang baik merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. dalam kurun waktu yang relatif singkat. Perhatian besar terhadap praktik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memperhatikan asas keadilan, kepatutan dan manfaat untuk masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Good Government Governance di Indonesia semakin meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan ( SAP ) yang telah diterima secara umum.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akuntansi sebagai bidang ilmu memberikan pengetahuan tentang cara pengelolaan dan pemanfaatan dana yang akan dapat memberikan informasi tentang pelaksanaan kegiatan ekonomi baik oleh pelaku swasta maupun pemerintah sendiri. Untuk menghasilkan informasi akuntansi, suatu organisasi atau lembaga perlu meyelenggarakan proses akuntansi yang formal, maka aktivitas proses akuntansi merupakan suatu fungsi khusus yang harus terdapat dalam organisasi yang biasanya dilakukan oleh bagian akuntansi. Bahwa ilmu yang mencatat kejadiankejadian ekonomi tersebut adalah ilmu akuntansi. Salah satu kelompok ilmu akuntansi adalah akuntansi pemerintahan. Akuntansi pemerintahan mengkhususkan pencatatan dan pelaporan atas transaksitransaksi yang terjadi pada badan pemerintah, dimana tujuan kegiatannya adalah tidak untuk mencari laba atau termasuk dalam organisasi non-profit. Yang membedakan antara organisasi non-profit dengan organisasi profit adalah dalam tujuan organisasi, sumber dana dan peraturan pengendalian barang dan jasa. Akuntansi pemerintahan menyediakan laporan keuangan yang bermanfaat mengenai aspek kepengurusan dan administrasi keuangan negara dan membantu untuk mengadakan control atas pengeluaran meliputi Anggaran Negara agar sesuai dengan ketentuan Undang-Undang yang berlaku. Sama halnya dengan akuntansi komersial yang pelaksanaannya membutuhkan suatu standar yang telah dapat diterima secara umum agar tidak timbul keragaman dalam laporan keuangan yang dihasilkan, maka akuntansi pemerintahan juga membutuhkan suatu standar yang

dapat memberikan informasi-informasi yang dibutuhkan oleh para pengguna laporan keuangan. Hal ini juga diatur dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara yang mensyaratkan bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD disusun dan disajikan sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah. Sebagai pelaksanaan syarat yang ditetapkan oleh Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003, yaitu bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD disusun dan disajikan sesuai dengan standar akuntansi pemerintahan yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah, maka pada tanggal 6 Juli 2005, pemerintah menerbitkan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) dan menuangkannya dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005. Standar Akuntansi Pemerintah sendiri terdiri dari Kerangka Konseptual dan 11 Pernyataan Standar. Materinya mencakup mulai dari tata cara pengakuntansian transaksi penerimaan dan pengeluaran sampai pada cara penyajian laporan keuangan. Penyusunan laporan keuangan yang berpedoman pada standar akuntansi pemerintah sesungguhnya dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk mewujudkan good governance. Alasannya adalah terpenuhinya tiga elemen good governance yaitu akuntabilitas, transparansi, dan partisipasi. Pertama, akuntabilitas karena dengan adanya standar, pengungkapan efektivitas dan efisiensi APBD menjadi bersifat kredibel dan dapat dipertanggungjawabkan. Kedua, transparansi karena dengan adanya standar, BPK menjadi mudah menyingkap tempat-tempat yang memiliki celah untuk melakukan korupsi karena telah mempunyai basis yang baku, mantap dan komprehensif dalam tugas pemeriksaan keuangan dan audit atas laporan keuangan. Ketiga, partisipasi karena dengan adanya standar, rakyat pada tiap daerah melalui DPRD makin mampu

mengendalikan keuangan daerahnya karena pemerintah tidak bisa mencatat pemakaian sumber daya sesuai keinginannya. Laporan keuangan pemerintah daerah adalah laporan keuangan konsolidasi dari laporan keuangan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dan Laporan Keuangan Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD). Jadi, untuk menghasilkan laporan keuangan daerah yang berkualitas, dibutuhkan juga laporan keuangan yang berkualitas dari SKPD dan PPKD. Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) merupakan bagian dari pemerintah daerah yang melaksanakan fungsi pemerintahan dan pelayanan publik, baik secara langsung ataupun tidak. Untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsinya tersebut, SKPD diberikan alokasi dana (anggaran). Oleh karena itu, kepala SKPD disebut juga Pengguna Anggaran (PA). Selaku Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerah (PKPKD), Kepala Daerah (Gubernur, Bupati, Walikota) yang mendelegasikan sebagian kewenangannya kepada kepala SKPD, pada akhirnya akan meminta kepala SKPD membuat pertanggungjawaban atas kewenangan yang dilaksanakannya. Bentuk pertanggungjawaban tersebut bukanlah SPJ (surat pertanggungjawaban), tetapi berupa laporan keuangan. Penyebutan SKPD selaku entitas akuntansi (accounting entity) pada dasarnya untuk menunjukkan bahwa SKPD melaksanakan proses akuntansi untuk menyusun laporan keuangan yang akan disampaikan kepada Gubernur/Bupati/Walikota melalui Pejabat Pengelola Keuangan Daerah sebagai bentuk pertanggungjawaban pengelolaan keuangan daerah. Laporan keuangan oleh SKPD ini dilatarbelakangi oleh Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.

Menurut pasal 295 dari permendagri Nomor 59 tahun 2007 tentang perubahan atas Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, Laporan Keuangan SKPD yang dihasilkan dari masing-masing SKPD terdiri atas: 1. Neraca; 2. Laporan Realisasi Anggaran; 3. Catatan Atas Laporan Keuangan Oleh karna itu, dengan adanya standar, undang-undang dan peraturan yang mendukung tersebut, pemerintah baik pemerintah pusat maupun daerah diharapkan telah melakukan proses penyusunan dan penyajian laporan kuangan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan serta sesuai dengan undang-undang dan peraturan yang berlaku, sehingga dapat menghasilkan laporan keuangan yang andal dan dapat dijadikan sebagai pijakan yang tepat dalam proses pengambilan keputusan. Namun dalam prakteknya, pemerintah masih sering mengalami kendala ataupun masalah dalam penyajian laporan keuangan yang sesuai dengan peraturan dan undang undang tersebut, sehingga bisa mengakibatkan banyak hal yang tidak diinginkan terjadi. Jika kesalahan dalam proses terjadi, maka informasi yang tersaji dalam laporan keuangan menjadi salah saji sehingga akibatnya informasi tersebut tidak dapat dipercaya dan laporan keuangan tersebut tidak dapat digunakan sebagi dasar dalam pengambilan keputusan, ataupun keputusan yang telah diambil dari laporan tersebut menjadi tidak efektif. Selain itu hal ini juga mengakibatkan terjadinya kesalahan pada laporan keuangan konsolidasian baik itu kota, provinsi ataupun Indonesia secara keseluruhan, tidak hanya sampai disitu, dampak lainya terkait dengan tujuan pemerintah dalam hal Good Governance tidak akan tercapai.

Terjadinya kendala atau masalah dalam penyajian laporan keuangan dapat disebabkan oleh keterbatasan sumber daya manusia, diantaranya kesulitan untuk mengikuti perubahan peraturan dalam penyajian laporan keuangan, kurangnya pemahaman mereka atas proses akuntansi sehingga mengakibatkan kesalahan yang tidak disengaja, dan kecurangan kecurangan yang dilakukan oleh pegawai, kendala lainya adalah terbatasnya kuantitas ataupun kualitas perangkat pendukung yang tersedia untuk digunakan. Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Analisa Proses Penyusunan Laporan Keuangan Pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (Studi Kasus Pada SKPD X di Provinsi Sumatera Barat)" 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, maka dalam penelitian ini penulis mengemukakan beberapa masalah yaitu sebagai berikut : 1. Bagaimanakah proses sesungguhnya yang terjadi dalam praktek penyusunan laporan keuangan SKPD? 2. Apakah proses akuntansi yang dijalankan oleh petugas atau pegawai SKPD sudah sesuai dengan dengan proses akuntansi yang benar? 3. Apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan, Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 59 Tahun 2007 tentang pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 64 Tahun 2013 tentang Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual Pada Pemerintah Daerah?

1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah, maka tujuan diadakannya penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui bagaimanakah proses sesungguhnya yang terjadi dalam praktek penyusunan laporan keuangan SKPD. 2. Untuk mengetahui apakah proses akuntansi yang dijalankan oleh petugas atau pegawai SKPD sudah sesuai dengan dengan proses akuntansi yang benar. 3. Untuk mengetahui apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan, Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 59 Tahun 2007 tentang pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 64 Tahun 2013 tentang Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual Pada Pemerintah Daerah. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah : a. Bagi penulis sebagai bahan penyusunan skripsi yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Andalas, serta untuk menambah pengetahuan khususnya tentang proses penyusunan Laporan Keuangan pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). b. Bagi SKPD yang diteliti, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan evaluasi dan peningkatan kualitas Laporan Keuangan SKPD. c. Sebagai tambahan literature akademis dalam pengembangkan praktek auntansi pemerintahan terutama tentang sistem akuntansi keuangan daerah.

d. Sebagai bahan perbandingan dari penelitian yang telah ada, serta bahan masukan dan rujukan bagi peneliti yang akan melakukan penelitian sejenis. 1.5 Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN Pendahuluan dalam skripsi ini terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, sistematika penulisan, penelitian terdahulu, kerangka konseptual, serta metode penelitian yang menjelaskan tentang jenis penelitian, objek penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, dan metode analisis data BAB II HASIL PENELITIAN Pada bagian ini akan dijelaskan hasil penelitian terkait bukti-bukti transaksi, jurnal, buku besar dan laporan keuangan. BAB III PENUTUP Pada bagian penutup dijelaskan tentang kesimpulan, saran dan impliksi dari penelitian ini. 1.6 Penelitian Terdahulu Untuk mendukung penelitian ini, diperlukan penelitian terdahulu sebagai penunjang penelitian. Beberapa penelitian sebelumnya yang berhubungan telah dipilih sebagai acuan dalam penelitian ini, antara lain: 1. Rahmi Sri Wahyuni (2015)

Penelitian ini dilakukan oleh Rahmi Sri Wahyuni dengan judul Analisis Proses Penyusunan Laporan Keuangan Instansi Pemerintah Daerah (Studi kasus pada SKPD X di Kota Pariaman) dengan hasil telah terjadinya penyimpangan yang cukup signifikan dalam praktek akuntansi yang dijalankan SKPD X. 2. Edi Herman (2014) Penelitian ini dilakukan oleh Edi herman, Ilmainir, dan Firdaus pada tahun 2014 dengan judul Mengungkap Penyimpangan Dalam Proses Penyusunan Laporan Keuangan Instansi Pemerintah Daerah Studi Empiris pada SKPD di Provinsi Sumatra Barat dengan hasil penelitian menunjukan bahwa telah terjadi penyimpangan yang cukup signifikan dalam praktek akuntansi yang dijalankan pada SKPD (Instansi di Provinsi Sumatra Barat) kalau dibandingkan dengan teori-teori / dasar hukum yang berlaku. 3. Silka Hartina (2009) Silka Hartina pada tahun 2009 juga melakukan penelitian dengan judul Analisis Penyajian Laporan Keuangan Daerah Pada Pemerintahan Kabupaten Langkat dengan hasil penelitian yang menunjukan bahwa pemerintahan Kabupaten Langkat dalam menyajikan laporan keuangan daerah belum sepenuhnya berpedoman pada Standar Akuntansi Pemerintah dan belum tepat waktu.

1.7 Kerangka Konseptual Kerangka konseptual penelitian ini ditunjukkan dalam bentuk bagan alur di bawah ini. Analisis Transaksi Jurnal Buku Besar Neraca Saldo Jurnal Penyesuaian Neraca Lajur Laporan Keuangan Jurnal Penutup Jurnal Balik 1.8 Metode Penelitian 1.8.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan adalah deskriptif kualitatif, Winartha (2006) mendefenisikan penelitian deskriptif kualitatif sebagai penelitian yang menganalisis, menggambarkan, dan meringkas berbagai kondisi, dan situasi dari berbagai data yang dikumpulkan berupa hasil pengamatan mengenai masalah yang diteliti atau yang terjadi di lapangan.

Penelitian ini dikatakan deskriptif karna berfokus pada upaya mendeskripsikan dan mengiterpretasikan proses penyusunan laporan keuangan yang datanya diperoleh dari objek penelitian dan literatur dan kemudian menguraikannya secara rinci untuk mengetahui keadaan dan permasalahan yang sebenarnya dari objek penelitian untuk dicari penyelesaiannya. 1.8.2 Objek Penelitian Menurut Arikunto (2006) objek penelitian adalah sesuatu yang merupakan inti dari problematika penelitian. Adapun yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah proses penyusunan laporan keuangan pada SKPD X di Provinsi Sumatera Barat. 1.8.3 Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung dari sumber (responden) yaitu data yang diambil langsung dari SKPD X berupa dokumen dokumen yang diperlukan. 1.8.4 Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan melalui beberapa teknik, yaitu: 1. Riset Lapangan (field research) Yaitu dengan mengumpulkan data-data primer dengan datang langsung ke dinas yang bersangkutan dan kemudian melakukan pengumpulan sejumlah data yang terekam/tercatat yang memperlihatkan karakteristik-karakteristik sebagian atau keseluruhan dari suatu sistem. Sehingga dapat dikatakan serangkaian tindakan yang

dilakukan untuk menghimpun data seperti laporan realisasi anggaran, neraca, dan catatan atas laporan keuangan. 2. Riset Pustaka ( library research) Yaitu dengan mempelajari undang-undang, peraturan, buku-buku dan tulisan yang berhubungan dengan masalah yang akan dibahas, serta melakukan penelusuran terhadap dokumen-dokumen yang mendukung penelitian. 1.8.5 Metode Analisis Data Penelitian ini dalam analisis dan penarikan kesimpulan final mengikuti cara yang dilakukan oleh peneliti terdahulu herman, ilmainir dan zainuddin (2014) yang melakukan analisis dan penarikan kesimpulan dalam beberapa tahap: Kesimpulan final yang kami tarik melalui beberapa tahap. Tahap pertama adalah kami menetapkan kriteria (standar), dasar teori minimal yang ditetapkan oleh referensi yang sah menurut UU dan peraturan-peraturan yang berlaku di Republik Indonesia, seperti UU, PP, Peraturan Menteri. Kalau kami tidak menemukan dasar hukum yang kuat dalam UU dan peraturan yang berlaku, maka kami merujuk pada teori minimal yang ditetapkan oleh pakar akuntansi melalui buku buku yang diterbitkan. Kriteria, standar atau teori minimal memiliki nilai bobot 100. Dan kemudian setiap variable yang dianalisis ditetapkan bobotnya (Pemberian nilai ini mungkin subjective atau objective) kemudian setiap persentase bobot akan dijumlahkan bersamaan dengan bobot teori, kriteria, atau konsep dasar. Misalnya akumulatif bobot teori adalah 11.000 sementara bobot dari analisis praktek adalah 11.200, maka net variance adalah 200. Kesimpulan finalnya adalah 11.200 dikurangi dengan 11.000

= 200. Interpretasi atas kesimpulan final adalah proses akuntansi yang ditetapkan oleh SKPD yang diteliti lebih baik sebesar 200 poin dari teori dasar, kriteria minimal atau standar minimal Dari kutipan diatas dapat dilihat bahwa bobot atau skor yang diberikan bersifat subjektif maka peneliti dalam memberikan bobot atau skor pada penelitian ini terlebih dahulu berdiskusi dengan pembimbing sehingga skor atau bobot yang diberikan dan kemudian tersaji dalam hasil penelitian adalah skor atau bobot yang tidak hanya berasal dari peneliti semata akan tetapi juga berasal dari pertimbangan terhadap pendapat dan masukan dari dosen pembimbing.