BAB I PENDAHULUAN. kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. dasar bagi perkembangan anak selanjutnya. dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pembelajaran di Taman Kanak-Kanak merupakan suatu wadah untuk

BAB I PENDAHULUAN. depan, jika pondasi lemah maka akan susah berharap bangunannya berdiri kokoh

BAB I PENDAHULUAN. sehingga kebutuhan anak usia dini terlayani sesuai dengan masa. perkembangannya. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki anak-anak. Upaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan di Indonesia sangat berkembang pesat. Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. satunya ialah PAUD yang membahas pendidikan untuk anak usia 0-6 tahun.

BAB IV HASIL PENELITIAN dan PEMBAHASAN. 1. TK Kusuma 1 merupakan TK PKK yang beralamat di Jalan Kapulogo, dusun

BAB I PENDAHULUAN. dalam perwujudan diri individu terutama bagi pembangunan bangsa dan Negara.

I. PENDAHULUAN. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun (NAEYC, 1992). Anak usia

BAB I PENDAHULUAN. tersebut sangat menentukan bagi anak untuk mengembangkan seluruh. potensinya. Berdasarkan kajian dalam Ernawulan Syaodih dan Mubiar

BAB I PENDAHULUAN. Didalam UU Sisdiknas No.20 tahun 2003 menjelaskan bahwa Pendidikan adalah usaha

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha yang dilakukan keluarga, masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. dari berbagai pihak yaitu pemerintah, masyarakat, dan steakholder yang terdiri

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan lebih lanjut (UU Sisdiknas, bab I pasal I butir 4).

BAB I PENDAHULUAN. adalah mempersiapkan anak dengan memperkenalkan berbagai pengetahuan, sikap/prilaku,

BAB I PENDAHULUAN. oleh mutu pendidikan dari bangsa itu sendiri. Pendidikan yang tinggi akan

PENDIDIKAN TPA & KB. Martha Christianti

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERHITUNG ANAK MELALUI PERMAINAN BOLA ANGKA DI TK SAMUDERA SATU ATAP PARIAMAN

BAB I PENDAHULUAN. buruknya masa depan bangsa. Jika sejak usia dini anak dibekali dengan

Pendidikan TPA/ KB. Eka Sapti C

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah seorang laki-laki ataupun perempuan yang belum dewasa

BAB I PENDAHULUAN. Taman Kanak-Kanak (TK) merupakan bentuk Pendidikan Anak Usia Dini

BAB I PENDAHULUAN. mencapai hal tersebut, salah satu usaha yang dilakukan adalah mendidik anak

BAB I PENDAHULUAN. penting karena Pendidikan Anak Usia Dini merupakan fondasi dasar. Pendidikan Nasional, Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya

PENINGKATAN PEMAHAMAN MATEMATIKA DALAM SERIASI MELALUI PRAKTEK LANGSUNG PADA ANAK KELOMPOK A DI TK KUSUMA 1 NOLOGATEN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Usia dini disebut juga sebagai usia emas atau golden age. Pada masamasa

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini adalah upaya pembinaan yang. ditunjukkan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun

BAB I PENDAHULUAN. apabila ingin memenuhi kebutuhan anak dan memenuhi perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. sejak lahir sampai dengan usia enam tahun. Pendidikan usia dini dilakukan melalui

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Artinya, pendidikan diharapkan dapat membuat manusia menyadari

2015 MENINGKATKAN KEMAMPUAN OPERASI BILANGAN ANAK USIA D INI MELALUI GAME ED UKASI SEBRAN

BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 14 menyatakan bahwa. Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang menyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. potensi baik psikis maupun fisik yang meliputi moral dan nilai agama, sosial,

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU - PAUD JURUSAN PEDAGOGIK FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009

BAB I PENDAHULUAN. masa yang terjadi sejak anak berusia 0 6 tahun. Masa ini adalah masa yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Istilah kognitif sering kali dikenal dengan istilah intelek. Intelek

BAB I PENDAHULUAN. mendefiniskan pendidikan anak usia dini sebagai. boleh terpisah karena ketiganya saling berkaitan. Aspek kognitif berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN. jasmani dan rohani anak di lingkungan keluarga sebelum memasuki. pendidikan dasar. Anak yang dalam pandangan pendidikan modern

BAB I PENDAHULUAN. dan Kebudayaan No. 0486/U/1992 tentang Taman Kanak-kanak adalah

I. PENDAHULUAN. perlakuan yang diberikan pada anak harus memperhatikan karakteristik pada

BAB I PENDAHULUAN. oleh pemerintah. Utamanya untuk Pendidikan anak Usia Dini. Menurut UU

BAB I PENDAHULUAN. ditangani, dan tidak akan pernah selesai untuk dikerjakan dari waktu ke

BAB I PENDAHULUAN. Karena pada hakikatnya, pendidikan merupakan usaha manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas tinggi.

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Usia dini merupakan periode awal yang paling penting dan mendasar

BAB I PENDAHULUAN. dan pertumbuhan anak karena merupakan masa peka dalam kehidupan anak. Masa

BAB I PENDAHULUAN. yang sederajat) dan jalur pendidikan informal yang berbentuk pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGENAL ANGKA 1 10 DENGAN MENGGUNAKAN KARTU ANGKA. Endah Retnowati

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang di perlukan

BAB I PENDAHULUAN. fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang diberikan oleh. anak perlu diberi stimulasi yang optimal melalui pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Dalam perkembangannya,

BAB I PENDAHULUAN. tahun yang bertujuan untuk membangun manusia Indonesia seutuhnya.

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan perkembangan jasmani rohani agar anak memiliki

I. PENDAHULUAN. tersebut adalah dengan membuat UU. No. 20 tahun 2003 tentang. SISDIKNAS pasal 1 butir 14 yang bunyinya :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan salah satu bentuk upaya sadar yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. terhadap apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Anak seolah-olah tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Anak Usia Dini adalah pendidikan yang diselenggarakan

PENDAHULUAN. Masing-masing anak memiliki bakat dan potensi yang telah dibawanya dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak Usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini merupakan salah satu makhluk yang selalu tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

MENGEMBANGKAN KOGNITIF ANAK MELALUI PERMAINAN BENTUK GEOMETRI PADA ANAK KELOMPOK A DI TK PERTIWI PURO I KARANGMALANG SRAGEN TAHUN PELAJARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak usia dini merupakan manusia yang memiliki karakteristik yang

BAB I PENDAHULUAN. jasmani, rohani (moral atau spritual), motorik, akal pikiran, emosional, sosial dan

BAB I PENDAHULUAN. dapat dijadikan modalitas belajar sebagai jaringan untuk pembelajaran dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran pada anak usia dini khususnya Taman Kanak-Kanak (TK)

BAB I PENDAHULUAN. kembang anak sejak lahir sampai usia 6 tahun dengan pemberian. jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum

BAB I PENDAHULUAN. dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Pendidikan adalah usaha sadar dan

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai usia enam

BAB I PENDAHULUAN. untuk berkembang. Pada masa ini anak mempunyai rasa ingin tahu yang besar

BAB I PENDAHULUAN. menjadi bahasan yang menarik dalam dunia pendidikan. Karena Sistem

BAB I PENDAHULUAN. mengatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

I. PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan amanat pembukaan Undang-Undang Negara. kehidupan bangsa. Salah satu wahana dalam mencerdaskan setiap warga

BAB I PENDAHULUAN. pesat dan mendapat perhatian yang luar biasa terutama di negara-negara maju,

PENINGKATAN KEMAMPUAN SOSIAL ANAK USIA DINI MELALUI PERMAINAN BERHITUNG DI TK GIRIWONO 2

BAB I PENDAHULUAN. anak menentukan perkembangan anak selanjutnya. Anak usia dini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Republik Indonesia No 20 tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah. Pendidikan anak usia dini (PAUD) formal yaitu Taman Kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN. (Undang Undang Sisdiknas tahun 2003) dari inilah maka, Pendidikan yang. bagaimana keberhasilan anak di masa mendatang.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul merupakan aset yang paling berharga

BAB I PENDAHULUAN. sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini pada

CALISTUNG UNTUK PAUD * Ika Budi Maryatun, M.Pd

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wiwih,2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak usia dini adalah usia emas dimana anak memiliki karakteristik

BAB I PENDAHULUAN. usia ini merupakan usia emas (golden age) yang merupakan masa peka dan

BAB I PENDAHULUAN. anak dengan memperkenalkan berbagai pengetahuan, sikap/perilaku, dan

BAB I PENDAHULUAN. dan berlangsung seumur hidup. Oleh karena itu, pendidikan. sistem yang terdiri dari komponen-komponen yang saling berhubungan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan anak usia dini adalah jenjang pendidikan sebelum memasuki

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan kognitif ini berisikan akal, pikiran, dan lain-lainnya seperti

PERMAINAN GEOMETRI DAPAT MENINGKATKAN KEMAMPUAN MATEMATIKA SEDERHANA PADA ANAK KELOMPOK A RA AL ISLAM KADIPIRO SAMBIREJO SRAGEN TAHUN AJARAN

BAB I PENDAHULUAN. Anak Usia Dini menurut NAEYC (National Association Educational

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (UU Sisdiknas Pasal 1 no.16). Pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan pada jalur formal, non formal, maupun informal. Pada jalur formal, pendidikan anak usia dini berbentuk Taman Kanak-kanak (TK) atau Raudhatul Athfal (RA). Taman Kanak-kanak berfungsi untuk membina, menumbuhkan, mengembangkan seluruh potensi anak secara optimal, sehingga terbentuk perilaku dan kemampuan dasar sesuai dengan tahap perkembangannya agar memiliki kesiapan untuk memasuki pendidikan selanjutnya (Direktorat Pembinaan Taman Kanak-kanak dan Sekolah Dasar,2010). Pembelajaran di Taman Kanak-kanak diarahkan pada pencapaian pertumbuhan dan perkembangan anak berdasarkan pencapaian yang dikategorikan pada usia 4-6 tahun agar anak siap untuk mengikuti pendidikan selanjutnya yaitu di Sekolah Dasar (SD) ataupun Madrasah Ibtidaiyah (MI). Seluruh potensi anak usia dini yang harus dikembangkan meliputi beberapa aspek yaitu aspek kognitif, bahasa, fisik motorik, sosial emosional dan moral. Pada dasarnya perkembangan kognitif dimaksudkan agar anak mampu 1

melakukan eksplorasi terhadap dunia sekitar melalui panca inderanya, sehingga dengan pengetahuan yang didapatkannya tersebut anak-anak dapat melangsungkan hidupnya dan menjadi manusia yang utuh sesuai kodratnya sebagai makhluk Tuhan yang harus memberdayakan apa yang ada di dunia untuk dirinya dan orang lain. Pendidikan yang diberikan pada anak usia dini baik di Pos PAUD, Kelompok Bermain (KB), maupun Taman Kanak-kanak (TK) dimaksudkan untuk membantu anak mencapai tahap perkembangannya secara optimal dan disesuaikan dengan usia dan kemampuan anak. Stimulus-stimulus yang diberikan seharusnya dapat mengembangkan aspek perkembangan anak secara keseluruhan yang meliputi aspek kognitif, bahasa, sosial, emosional, dan fisik motorik. Perkembangan Kognitif menurut Piaget (Crain, William, 2007: 171) melewati beberapa tahapan seperti halnya perkembangan fisik. Tahapan perkembangan kognitif ada empat ; 1) Sensori-Motor; 2) Pra-Operasional; 3) Operasional Konkret; 4) Operasional Formal. Perkembangan Kognitif anak secara umum mengikuti pola dari perilaku yang bersifat refleks (tidak berfikir) sampai mampu berfikir secara abstrak dengan menggunakan logika tingkat tinggi. Perkembangan kognitif pada anak kelompok A Taman Kanak-kanak yang mempunyai kisaran usia 4-5 tahun berada pada tahap pra-operasional. Anak belajar dengan menggunakan simbol-simbol namun cara berfikir anak masih belum sistematis dan tidak logis. Anak yang pada tahap ini belum bisa berfikir abstrak akan lebih baik jika dikenalkan berbagai konsep melalui benda konkret dan pengalaman nyata. 2

Anak kelompok A Taman Kanak-kanak memasuki periode kedua dalam perkembangan kognitifnya yakni pra-operasional. Di akhir periode sensorimotor anak telah mengembangkan tindakan-tindakan yang efisien dan terorganisasi dengan baik untuk menghadapi lingkungan di hadapannya. Anak terus menggunakan kemampuan-kemampuan sensori-motor di seluruh hidupnya, meskipun di periode berikutnya terjadi perubahan cukup besar. Pikiran anak berkembang cepat ke sebuah tataran baru, yaitu simbol-simbol (termasuk citraan dan kata-kata). Akibatnya, anak harus mengorganisasikan seluruh pemikirannya sekali lagi (Crain, William, 2007: 182). Perkembangan kognitif anak 4-5 tahun diantaranya mengenai pengetahuan umum, sains dan matematika. Pada pengetahuan tentang matematika khususnya seriasi atau mengurutkan, tingkat pencapaian perkembangan anak seharusnya dapat mengurutkan benda berdasarkan lima seriasi ukuran atau warna. Matematika merupakan hal yang penting dalam kehidupan kita karena dalam kehidupan sehari-hari kita tidak lepas dari penggunaan konsep-konsep dalam matematika seperti ketika kita belanja, menghitung benda, mengukur benda, dan lain-lain. Mengingat pentingnya matematika dalam kehidupan, maka konsepkonsep dalam matematika harus dikenalkan sejak dini. Konsep-konsep matematika yang harus dikenalkan pada anak usia dini diantaranya adalah membilang, geometri, pengukuran, seriasi, operasi bilangan, pola, mengklasifikasikan, dan grafik. Mengenalkan seriasi atau mengurutkan pada anak usia 4-5 tahun bukanlah hal yang mudah. Dalam mengenalkan pada anak, akan lebih mudah dipahami jika anak diberi kesempatan untuk mengalami sendiri 3

maupun menggunakan benda-benda konkret karena pada tahap ini anak belajar menggunakan simbol-simbol dan masih belum dapat berfikir secara sistematis. Pembelajaran di Taman Kanak-kanak dilakukan dengan prinsip belajar melalui bermain, tidak terkecuali dalam mengajarkan konsep-konsep matematika termasuk seriasi. Melalui bermain, anak akan melakukan secara langsung sehingga ia dapat mempunyai pengalaman nyata yang akan membuatnya berfikir. Bermain menurut Anggani Sudono (2010: 1) merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa mempergunakan alat yang menghasilkan pengertian atau memberikan informasi, memberikan kesenangan maupun mengembangkan imajinasi pada anak. Anak usia dini pada hakikatnya suka bermain oleh karena itu dunia anak adalah bermain. Melalui bermain anak dapat bereksplorasi, menemukan dan memanfaatkan obyek-obyek yang dekat dengannya, sehingga kegiatan bermain tersebut menjadi bermakna. Pada awalnya ketika bermain anak tidak mengetahui maksud dan tujuan permainan, namun sebenarnya tanpa disadari anak telah memperoleh pengetahuan-pengetahuan baru. Pengawasan dan pendampingan saat anak bermain menjadi hal yang penting agar anak dapat memahami banyak hal. Orang dewasa yang melakukan pendampingan dapat memberikan pertanyaan-pertanyaan pada anak agar anak terstimulasi untuk berfikir, sehingga akan banyak pertanyaan yang muncul di benaknya. Hal tersebut dapat memicu perkembangan proses berfikir dan kreatifitasnya dalam pemecahan masalah. Di Taman Kanak-kanak Kusuma 1 Nologaten, anak-anak yang duduk di kelompok A yang berusia 4-5 tahun sudah mengenal bilangan dengan baik. Selain 4

itu, anak-anak juga sudah mulai mengenal lambang bilangan. Pemahaman anak dalam seriasi dengan pola warna dan besar-kecil dan sebaliknya sudah cukup bagus. Namun dalam seriasi dengan pola terpanjang sampai terpendek serta paling tebal sampai paling tipis atau sebaliknya masih sangat kurang. Anak-anak dapat mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru karena contoh-contoh yang sudah diberikan serta bimbingan atau pendampingan yang dilakukan selama kegiatan. Tidak jarang pula anak mengerjakan persis sesuai contoh yang diberikan guru, dan apabila tidak ditemukan contoh pada tugas yang harus dikerjakan, anak akan bertanya pada guru atau melihat pekerjaan temannya. Di TK Kusuma 1 Nologaten anak-anak diajarkan seriasi (mengurutkan) dengan cara menggambar menurut besar-kecil, atau mengurutkan pola warna. Sebelumnya guru memberikan contoh pada anak. Kesulitan yang dialami guru dalam memantau seluruh kegiatan yang dilakukan oleh seluruh anak di kelas, memungkinkan anak melakukan berbagai cara untuk dapat menyelesaikan tugasnya, terkadang bagi anak yang tidak mempunyai keinginan dan kemampuan untuk menyelesaikannya dengan berbagai alasan dan memilih untuk bermain sendiri ataupun mengganggu teman yang lain. Praktek langsung cukup efektif dilakukan dalam berbagai pembelajaran di Taman Kanak-kanak. Hal tersebut dikarenakan kegiatan tersebut sesuai dengan karakteristik anak usia dini yang belajar melalui benda-benda konkret dan pengalaman yang nyata. Hal itulah yang membuat penulis ingin melakukan penelitian dengan tema Peningkatan Pemahaman Matematika dalam Seriasi 5

(mengurutkan) melalui Praktek Langsung pada anak kelompok A di Taman Kanak-kanak Kusuma 1 Nologaten. B. Identifikasi Masalah 1. Di TK Kusuma 1 anak-anak mengalami kesulitan dalam seriasi dengan pola terpanjang sampai terpendek serta tebal tipis atau sebaliknya. 2. Di TK Kusuma 1 anak-anak mengerjakan tugas seperti contoh, dan terkadang anak melihat pekerjaan teman. 3. Anak yang tidak mau dan kurang dapat mengerjakan tugasnya terkadang memilih bermain sendiri atau mengganggu temannya. 4. Anak di TK Kusuma 1 Nologaten, dalam mengerjakan tugas-tugas yang berkaitan dengan seriasi terutama dalam seriasi pola paling tebal sampai paling tipis dan panjang pendek, anak masih perlu bimbingan. C. Pembatasan Masalah Dalam penelitian ini agar tidak melebar, penulis melakukan pembatasan masalah. Permasalahan pada penelitian ini difokuskan pada peningkatan kemampuan seriasi (mengurutkan) pada anak kelompok A. 6

D. Perumusan Masalah Dari latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: Bagaimana meningkatkan pemahaman matematika dalam seriasi (mengurutkan) melalui praktek langsung pada anak kelompok A di Taman Kanakkanak Kusuma 1 Nologaten? E. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan mengurutkan atau seriasi melalui praktek langsung pada anak kelompok A di Taman Kanakkanak Kusuma 1 Nologaten. F. Manfaat Penelitian 1. Bagi anak a. Perkembangan kognitif anak khususnya dalam mengurutkan atau seriasi dapat berkembang secara optimal. b. Anak memperoleh tambahan pengetahuan baru dari kegiatan yang dilakukan. c. Bertambah baik dalam kemampuan bersosialisasi dengan orang dewasa. 2. Bagi mahasiswa/peneliti Mengetahui cara menerapkan praktek langsung untuk meningkatkan pemahaman matematika dalam seriasi (mengurutkan) pada anak kelompok A. 7

3. Bagi Guru Guru dapat menerapkan pembelajaran praktek langsung yang lebih efektif dalam mengembangkan pemahaman matematika dalam seriasi (mengurutkan) pada anak kelompok A. 4. Bagi Sekolah Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan dalam mengembangkan program untuk mengembangkan berbagai aspek perkembangan anak. G. Definisi Operasional Definisi operasional dimaksudkan untuk menghindari perbedaan interpretasi makna terhadap hal-hal yang bersifat esensial yang dapat menimbulkan kerancuan dalam mengartikan judul, maksud dari penelitian serta digunakan sebagai penjelas secara redaksional agar mudah dipahami. 1. Pemahaman Matematika Pemahaman berasal dari kata paham yang berarti pengertian, pengetahuan yang banyak, mengerti benar atau pandai tentang sesuatu hal. Pemahaman matematika dalam penelitian ini hanya difokuskan pada seriasi atau mengurutkan. Peneliti dapat mengetahui bahwa anak paham dalam seriasi dari pengamatan yang dilakukan selama kegiatan berlangsung. Peneliti bertanya kepada masing-masing anak tentang perbedaan ukuran dari benda-benda yang diurutkan dan benda-benda yang berhasil diurutkan anak sudah berada dalam urutan yang benar atau belum. Bila anak menjawab belum, maka peneliti akan kembali bertanya pada urutan berapakah posisi yang benar. Melalui pertanyaan 8

yang diajukan anak akan berfikir tentang penyelesaian dari kesulitan yang dihadapi dalam kegiatan seriasi. Anak dikatakan paham apabila anak dapat mengurutkan 5 benda secara benar sesuai ukuran baik dari panjang ke pendek atau sebaliknya maupun tebal ke tipis atau sebaliknya secara mandiri. 2. Seriasi Seriasi adalah pengurutan yang mencakup penyusunan unsur-unsur menurut bertambah atau berkurangnya ukuran. Seriasi yang dilakukan dalam penelitian ini dikhususkan pada seriasi 5 benda berdasarkan panjang atau pendek dan tebal/tipis. Peneliti menggunakan balok, sedotan, kayu, daun, gambar penggaris, bambu dan pensil yang telah dipotong-potong dalam 5 ukuran dalam kegiatan seriasi berdasarkan panjang atau pendek sedangkan dalam seriasi berdasarkan tebal atau tipispeneliti menggunakan buku, kardus, stereofoam, balok, sayur terong dan oyong. Setiap benda yang digunakan dalam kegiatan seriasi ini memiliki 5 ukuran yang berbeda. Kegiatan seriasi dilakukan selama 4 kali dalam satu siklus dan dalam setiap pertemuannya anak diberikan tugas untuk mengurutkan 2 macam benda yang berbeda dengan 5 urutan berdasarkan satu sifat saja. Misalnya pada pertemuan pertama anak diminta untuk mengurutkan 5 ukuran balok dan kayu dari yang terpanjang sampai yang terpendek. Selain itu benda yang diurutkan pada setiap pertemuan berbeda agar anak tidak bosan dan tidak mengurutkan karena anak menghafalkan urutannya namun karena anak benar-benar telah memahami konsep seriasi atau mengurutkan. 9

3. Praktek Langsung Praktek langsung merupakan kegiatan yang berdasarkan pada pendekatan pembelajaran langsung. Praktek langsung dalam penelitian ini dilakukan dengan memberikan kesempatan pada anak untuk melakukan kegiatan seriasi sendiri bergantian secara sesuai instruksi dan contoh yang diberikan guru pada awal pembelajaran. Dalam melaksanakan kegiatan seriasi, anak dalam satu kelas dibagi menjadi tiga kelompok dan pada setiap kelompok beranggotakan 4-5 anak. Meskipun dibagi dalam kelompok, anak tetap melakukan tugas seriasi secara individu. Hal tersebut dilakukan agar peneliti dapat mengamati masing-masing anak dalam menyelesaikan tugas seriasinya secara optimal. 10