EVALUASI KURIKULUM DIKLAT BERBASIS KOMPETENSI DALAM MENINGKATKAN SOFT COMPETENCY PELAKSANA KEMENTERIAN KEUANGAN:

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Kantor Pengelolaan Taman Pintar. Pada BAB 1, penelitian ini menjelaskan

KEBIJAKAN PENILAIAN PRESTASI KERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL (Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2011)

BAB III ARAH STRATEGI DAN KEBIJAKAN

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : PER/ 15 /M.PAN/7/2008 TENTANG PEDOMAN UMUM REFORMASI BIROKRASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan pesatnya perkembangan zaman dan semakin kompleksnya

BAB I PENDAHULUAN. semangat para Penyelenggara Negara dan pemimpin pemerintahan. 1 Penyelenggara

BAB I PENGANTAR. Mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa serta pelayanan

ARAH PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI DI KEMENTERIAN/LEMBAGA DALAM RANGKA TERWUJUDNYA 3 (TIGA) SASARAN REFORMASI BIROKRASI NASIONAL

Kebijakan Bidang Pendayagunaan Aparatur Negara a. Umum

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN NOMOR : PER-01/M.

Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi

BAB I PENDAHULUAN. Suatu organisasi berdiri dengan maksud dan tujuan tertentu. Untuk

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

MENTERI NEGARA RISET DAN TEKNOLOGI REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. organisasi (Hasibuan, 2011:10). Walaupun suatu organisasi telah memiliki visi,

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2013 TENTANG ORIENTASI CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KESEHATAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN

PENATAAN SISTEM MANAJEMEN SDM APARATUR DALAM RANGKA REFORMASI BIROKRASI BIRO KEPEGAWAIAN

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan umum sebagai wujud dari tugas umum pemerintahan untuk. mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Birokrasi merupakan instrumen

ROAD MAP REFORMASI BIROKRASI

RENCANA AKSI REFORMASI BIROKRASI BIDANG SDM APARATUR

DISIPLIN ASN DENGAN BERLAKUNYA PP NOMOR 11 TAHUN 2017

I. PENDAHULUAN. Reformasi di bidang kinerja pemerintahan tidak akan membuahkan hasil optimal

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam segala bidang kehidupan, termasuk perubahan di dalam sistem

- 1 - PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 62 TAHUN 2017 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT

POKOK-POKOK PIKIRAN RUU APARATUR SIPIL NEGARA TIM PENYUSUN RUU TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA

PROGRAM MIKRO REFORMASI BIROKRASI

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2012

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Peran aparat pengawasan di daerah yang tidak efektif merupakan

2012, No BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

Deputi Bidang Reformasi Birokrasi, Akuntabilitas Aparatur dan Pengawasan. Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Kondisi Saat Ini

2017, No Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang- Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran N

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

BAB I PENDAHULUAN. dewasa ini adalah menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembaga-lembaga publik,

I. PENDAHULUAN. Perubahan yang terjadi dengan cepat dalam segala aspek kehidupan. sebagai dampak globalisasi memaksa organisasi pemerintah untuk

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 21 TAHUN 2O16 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PATI

BAB I PENDAHULUAN. memiliki posisi yang strategis dalam pembuatan kebijakan dan pelayanan publik.

Pada hakekatnya reformasi birokrasi pemerintah merupakan proses

BAB I PENDAHULUAN. permasalahannya berupa pola pikir pemerintah dalam struktur pemerintahan,

MEMBANGUN ZONA INTEGRITAS PEGAWAI NEGERI SIPIL DALAM RANGKA MEWUJUDKAN WILAYAH BEBAS KORUPSI DAN MELAYANI

I. PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional,

JABATAN FUNGSIONAL PUSTAKAWAN DAN REFORMASI BIROKRASI. Oleh Opong Sumiati. Dasar Hukum

2016, No Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Indonesia Nomor 3851); 2. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG

PENGADILAN NEGERI BANTUL KELAS I B

WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 102 TAHUN 2016 TENTANG

Setyanta Nugraha Inspektur Utama Sekretariat Jenderal DPR RI. Irtama

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG

I. PENDAHULUAN. sebagai dampak globalisasi memaksa organisasi pemerintah untuk

I. PENDAHULUAN. pengukuran kinerja pada capacity building yang mengikuti pola reinventing

REFORMASI BIROKRASI DALAM UPAYA PENINGKATAN KINERJA DAN PELAYANAN PUBLIK RRI

VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN. "Terwujudnya peningkatan kualitas kinerja Biro Pemerintahan Provinsi

BAB I PENDAHULUAN. di segala bidang. Kenyataan tersebut menuntut profesionalisme sumber daya

TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

2017, No Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 23, Tambahan Lembar

PENGADILAN NEGERI BANTUL KELAS I B MANUAL MUTU PENJAMINAN MUTU PENGADILAN

SEMUA PNS DAPAT REMUNERASI TAHUN 2013??

3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Badan Kepegawaian Daerah Kota Bandung

MANAJEMEN KARIR JABATAN FUNGSIONAL

profesional, bersih dan berwibawa.

I. PENDAHULUAN. pada akhir tahun 2006, ditandai dengan kajian mengenai penajaman fungsi

3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Badan Kepegawaian Daerah Kota Bandung

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

PERENCANAAN KINERJA Rencana Strategis dan Target Tahun L K I P B K D K o t a B a n d u n g T a h u n

PENYELENGGARAAN ORIENTASI CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. mengembangkan sistem pemerintahan yang baik (Good Governance), yaitu

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. 4.1 Dasar Hukum Terbentuknya Badan Kepegawaian, Pendidikan, dan Latihan Kabupaten Lampung Selatan

I. PENDAHULUAN. Pegawai Negeri Sipil menurut undang-undang RI nomor 43 Tahun 1999 adalah

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang bermutu tinggi, dan sarana prasarana transportasi yang lebih

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Strategi Implementasi..., Baragina Widyaningrum, Program Pascasarjana, 2008

Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. Pada Acara : RAKERNAS III BAPPEDA SELURUH INDONESIA Ambon, 9 Februari 2012

BAB I PENDAHULUAN. Nasional (RPJMN) tahun , program reformasi birokrasi dan tata kelola

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2005 TENTANG SISTEM MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

BAB I PENDAHULUAN. Sumarto, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2009, hal. 1-2

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA

TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri)

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 30

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,

KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENANGANAN PENGADUAN MASYARAKAT DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR

BAB I PENDAHULUAN. tergantung pada kesempurnaan aparatur negara khususnya Pegawai Negeri Sipil

I. PENDAHULUAN. tinggi (Katz, dalam Moeljarto 1995). Pembangunan nasional merupakan


PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2005 TENTANG SISTEM MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA KOMISI PEMBERANTASAN KORUPSI

KESIAPAN PUSDIKLAT MIGAS UNTUK BERKONTRIBUSI DALAM PROGRAM PERCEPATAN PELAKSANAAN REFORMASI BIROKRASI (QUICK WINS) DI KESDM

KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

1. PENDAHULUAN. Perencanaan Dan..., Widyantoro, Program Pascasarjana, Universitas Indonesia

2012, No.566.

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Birokrasi pemerintahan memiliki tiga fungsi utama, yaitu fungsi pelayanan, fungsi pembangunan, dan fungsi pemerintahan umum (Lembaga Administrasi Negara, 2007). Fungsi yang pertama, yaitu pelayanan, dilakukan terutama oleh unit organisasi pemerintahan yang berhubungan langsung untuk melayani masyarakat. Fungsi kedua, yaitu pembangunan, terutama dilakukan oleh unit oganisasi pemerintahan yang memiliki bidang tugas tertentu disektor pembangunan. Fungsi ketiga, yaitu pemerintahan umum, berhubungan dengan rangkaian kegiatan organisasi pemerintahan yang menjalankan tugas-tugas pemerintahan umum (regulasi), temasuk di dalamnya menciptakan dan memelihara ketentraman dan ketertiban. Ketiga fungsi tersebut harus dijalankan dengan baik agar keberadaan pemerintahan dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia. Layanan publik yang berkualitas merupakan harapan setiap warga negara. Harapan yang semestinya dipenuhi oleh pegawai pemerintah sesuai tugasnya, yaitu memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas sebagaimana yang diatur dalam Undang Undang Nomor. 5/ Tahun 2014. Kenyataannya, masyarakat masih memiliki kesan yang kurang baik terhadap layanan institusi pemerintah pada umumnya. Persepsi yang buruk terhadap pelayanan instansi pemerintah tersebut meliputi layanan birokrasi yang panjang, adanya penyalahgunaan wewenang, kurangnya kompetensi dan profesionalisme aparat, serta masih ditemukannya praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme (Biro Komunikasi dan Layanan Informasi, 2010). Persepsi tentang buruknya pelayanan publik tersebut tentu saja tidak muncul begitu saja, melainkan berasal dari pengalaman masyarakat yang kurang baik ketika dilayani. Layanan birokrasi yang berbelit-belit seringkali terkait dengan jenis layanan yang harus melalui banyak meja/loket. Hal ini 1 Sumber Daya Manusia, Badan Pendidikan dan Pelatihan, Kementerian

2 dapat menyulitkan masyarakat dengan banyaknya waktu yang terbuang untuk berurusan dengan institusi pemerintah. Kurang efisiennya layanan juga muncul karena persyaratan layanan yang harus dipenuhi seringkali tidak tercantum secara jelas dan tegas. Masyarakat dapat semakin dipersulit dengan sikap aparat yang tidak melayani dengan prima. Kualitas layanan publik yang disediakan pemerintah semakin diperparah dengan maraknya berbagai kasus-kasus korupsi di institusi pemerintah. Komisi Pemberantasan Korupsi juga mencatat bahwa kasus korupsi yang membelit para penyelenggara negara yang ada di kementerian/lembaga, merupakan yang terbanyak sepanjang 2013, yakni sebesar 157 kasus (Humas Komisi Pemberantasan Korupsi, 2014). Hal ini menunjukkan seriusnya potensi korupsi di kementerian/ lembaga negara pada umumnya. Berbagai celah yang memungkinkan terjadinya korupsi ditambah sikap mental aparat membuat kasus korupsi makin banyak terjadi. Hasil survei lembaga Transparansi Internasional juga menunjukkan bahwa pesepsi terhadap korupsi dalam institusi pemerintahan Indonesia menempati urutan ke 114 di dunia, dan urutan ke 26 di Asia (Transparency International Indonesia, 2013). Indeks Persepsi Korupsi (IPK) Indonesia masih rendah. Skor IPK Indonesia pada tahun 2013 adalah 3,2, sama dengan perolehan pada tahun sebelumnya, meskipun peringkat Indonesia naik dari posisi 118 pada tahun 2012 menjadi 114 pada tahun 2013 (Universitas Gadjah Mada, 2013). Persepsi terhadap korupsi ini menunjukkan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah yang relatif rendah. Masyarakat dapat merasa was-was ketika dilayani dan merasa enggan untuk berhubungan dengan institusi pemerintah. Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara (2008, hlm. 10) juga menyatakan kesimpulan yang senada dengan bahasan sebelumnya mengenai keadaan birokrasi pemerintahan Indonesia, sebagai berikut:... (1) praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme yang masih berlangsung, (2) tingkat kualitas pelayanan publik yang belum memenuhi harapan publik, (3) tingkat efisiensi, efektivitas dan produktivitas yang belum optimal dari Sumber Daya Manusia, Badan Pendidikan dan Pelatihan, Kementerian

3 instansi pemerintahan, (4) tingkat akuntabilitas dan transparansi instansi pemerintah yang masih rendah, (5) tingkat disiplin dan etos kerja yang masih rendah. Rendahnya kualitas layanan pegawai negeri terhadap masyarakat dapat dipengaruhi oleh rendahnya motivasi dan kompetensi yang dimiliki. Kualitas layanan merupakan cerminan dari kinerja yang ditunjukkan oleh pegawai negeri. Penelitian Pridarsanti dan Yuyetta (2013, hlm. 1) menunjukkan bahwa motivasi dan kompetensi adalah faktor utama yang berpengaruh terhadap kinerja pegawai negeri. Semakin tinggi tingkat motivasi dan kompetensi, akan berpengaruh terhadap semakin baiknya kinerja yang ditunjukkan. Hal ini juga didukung oleh hasil penelitian Priasmara (2013, hlm. 375) yang juga menunjukkan hubungan kompetensi dengan kinerja pegawai negeri. Penelitian Nurmashita, dkk (2013, hlm. 1220) juga menunjukkan hal serupa, bahkan didapatkan bahwa pengaruh kompetensi terhadap kinerja layanan pegawai lebih dominan daripada faktor lingkungan kerja fisik maupun sosial. Motivasi sendiri dapat dipengaruhi oleh faktor dari dalam maupun dari luar diri individu. Faktor dalam bisa berupa keinginan untuk berprestasi, keinginan untuk beribadah, dan sejenisnya, sementara faktor luar bisa berupa gaji atau penghargaan. Terkait dengan itu, Undang Undang Nomor. 5/ Tahun 2014 pada pasal 21 mengatur hak aparatur sipil negara, yaitu gaji, tunjangan, fasilitas, cuti, jaminan pensiun dan hari tua, perlindungan, dan pengembangan kompetensi. Kompetensi sendiri adalah faktor yang tidak kalah pentingnya dari motivasi. Kompetensi terbentuk sebagai kombinasi dari komponen kognitif, afektif dan keperilakuan, yang berinteraksi dan muncul dalam bentuk tindakan yang dapat dilihat. Pada konteks pelayanan publik, kemunculannya dapat dilihat dalam bentuk layanan yang diberikan oleh seorang pegawai negeri. Pelaksanaan suatu tugas atau jabatan biasanya memerlukan beberapa kompetensi sekaligus. Informasi mengenai kompetensi apa yang masih kurang dimiliki oleh pegawai perlu digali. Penggalian informasi ini dapat dilakukan Sumber Daya Manusia, Badan Pendidikan dan Pelatihan, Kementerian

4 dengan melakukan penilaian (assessment) pegawai yang dilandaskan pada indikator-indikator yang ditentukan untuk setiap kompetensi yang telah diperlukan. Tiap organisasi memerlukan serangkaian konsep kompetensi yang dibutuhkan agar dapat melayani dengan baik. Rangkaian kompetensi kompetensi ini sifatnya khas dan berbeda-beda kebutuhannya untuk tiap organisasi, sesuai dengan tujuan organisasi tersebut. Kumpulan beberapa rumusan kompetensi tersebut lazim disebut dengan model kompetensi (Campion dkk, 2011, hlm. 229). Kompetensi yang diperlukan pada tiap organisasi mencakup kompetensi yang bersifat teknis (hard competency), maupun kompetensi yang bersifat non teknis (soft competency). Hard competency yang bersifat teknis terkait dengan keterampilan untuk melakukan tugas-tugas teknis seperti mengetik, memeriksa, dan sebagainya. Soft competency terkait dengan keterampilan yang tidak bersifat teknis. Misalnya, ketika seorang pegawai negeri melayani masyarakat di loket pelayaan. Ia perlu untuk dapat berkomunikasi dengan baik, menunjukkan sikap empati, melayani dengan jujur, dan sebagainya. Hal-hal tersebut hanya dapat terwujud jika ia memiliki soft competency yang memadai. Pentingnya kompetensi pegawai negeri telah menjadi perhatian pemerintah dengan dicanangkannya gerakan reformasi birokrasi pada tahun 2008. Hakikat reformasi birokrasi itu sendiri adalah: usaha pemerintah untuk melakukan pembaharuan dan perubahan mendasar terhadap sistem penyelenggaraan pemerintahan (Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara, 2008, hlm. 9). Tujuan umum reformasi birokrasi tersebut adalah membangun/ membentuk profil dan perilaku aparatur negara dengan integritas tinggi, produktivitas tinggi serta bertanggung jawab, dan kemampuan memberikan pelayanan prima (hlm. 16). Reformasi birokrasi ini digulirkan dengan prioritas utama pada kementerian/ lembaga/ pemerintahan daerah yang terkait dengan pengelolaan keuangan negara, penegakan hukum, Sumber Daya Manusia, Badan Pendidikan dan Pelatihan, Kementerian

5 pemeriksaan serta pengawasan keuangan, serta penertiban aparatur negara (hlm. 20). Penataan sistem manajemen Sumber Daya Manusia merupakan salah satu fokus reformasi birokrasi, disamping penataan kelembagaan dan tata laksana pemerintahan. Pengembangan pola pendidikan dan pelatihan yang berbasis kompetensi menjadi salah satu kegiatan utama pada program penataan sistem manajemen Sumber Daya Manusia ini (Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara, 2008, hlm. 35). Ketujuh kegiatan utama dalam penataan sistem manajemen sumber daya manusia ini menunjukkan perhatian pemerintah terhadap pentingnya kepemilikan kompetensi pada pegawai negeri. Pertama, asesmen kompetensi bagi individu pegawai/ tenaga ahli untuk memperoleh data pemetaan kompetensi. Kedua, membangun sistem penilaian kinerja berdasarkan kompetensi yang transparan dan mudah digunakan. Ketiga, mengembangkan sistem pengadaan dan seleksi pegawai yang transparan, adil, akuntabel, dan berdasar kompetensi. Keempat, mengembangkan pola pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi. Kelima, memperkuat pola rotasi, mutasi dan promosi yang berdasarkan kompetensi dan kinerja. Keenam, memperkuat pola karir yang berdasarkan kompetensi dan kinerja. Ketujuh, membangun/ memperkuat data base pegawai. Pelaksana adalah jabatan yang termasuk ke dalam kelompok jabatan administrasi. Pelaksana adalah pegawai dengan jabatan terendah dalam struktur organisasi pemerintahan. Undang-undang terbaru yang mengatur mengenai pegawai pemerintah adalah Undang Undang Nomor. 5/ Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara. Pasal 13 pada Undang-Undang tersebut menyebutkan bahwa pegawai pemerintahan sipil yang kini disebut dengan aparatur sipil negara terbagi kedalam jabatan administrasi, jabatan fungsional, dan jabatan pimpinan tinggi. Kemudian pasal 15 menyebutkan bahwa jabatan pelaksana ini adalah jabatan yang memiliki tanggung jawab melaksanakan administrasi pemerintahan dan pelayanan publik (pasal 15). Sumber Daya Manusia, Badan Pendidikan dan Pelatihan, Kementerian

6 B. Identifikasi dan Perumusan Masalah Kualitas layanan publik secara umum belum memuaskan masyarakat. Kondisi yang menjadi masalah utama adalah: (1) persepsi masyarakat masih negatif terhadap kualitas layanan sebagai cerminan dari kualitas layanan yang mereka terima, dan (2) masih tingginya angka kasus korupsi yang terjadi di pemerintahan disertai persepsi masyarakat yang sejalan dengan kenyataan itu. Kualitas layanan yang diberikan oleh pegawai negeri dipengaruhi oleh tingkat motivasi dan tingkat kompetensi yang dimiliki. Kompetensi pegawai negeri, khususnya soft competency masih belum memadai untuk dapat melaksanakan tugasnya, yaitu memberikan layanan publik yang berkualitas dan memuaskan masyarakat. Pemerintah telah berusaha meningkatkan kompetensi yang dimiliki pegawai negeri melalui penataan sistem manajemen sumber daya manusia, namun belum ada peningkatan signifikan dalam kualitas layanan publik sejak reformasi birokrasi tersebut digulirkan. Hal ini menunjukkan bahwa penataan sistem manajemen sumber daya manusia di pemerintahan belum berhasil, khususnya lima bidang yang difokuskan sejak reformasi birokrasi dimulai pada tahun 2008. Bidang-bidang tersebut adalah: (1) asesmen untuk pemetaan kompetensi, (2) membangun sistem penilaian kinerja berdasarkan kompetensi yang transparan dan mudah digunakan, (3) mengembangkan sistem pengadaan dan seleksi pegawai yang transparan, adil, akuntabel, dan berdasar kompetensi, (4) mengembangkan pola pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi, (5) memperkuat pola rotasi, mutasi dan promosi yang berdasarkan kompetensi dan kinerja, (6) memperkuat pola karir yang berdasarkan kompetensi dan kinerja, dan (7) membangun/ memperkuat data base pegawai. Penataan sistem manajemen sumber daya manusia merupakan masalah yang luas. Peneliti membatasi fokus permasalahan penelitian ini pada pola Sumber Daya Manusia, Badan Pendidikan dan Pelatihan, Kementerian

7 pendidikan dan pelatihan berbasis kompetensi, khususnya pada Diklat Berbasis Kompetensi Pelaksana di Kementerian. Agar diklat tersebut dapat mencapai tujuannya, peran kurikulum sangatlah penting. Desain, implementasi, dan evaluasi kurikulum perlu disusun dan dilakukan dengan cara yang tepat, agar Diklat Berbasis Kompetensi dapat berkontribusi terhadap peningkatan soft competency pelaksana Kementerian. Berdasarkan identifikasi terhadap latar belakang masalah, rumusan masalah yang peneliti kemukakan adalah: apakah desain, implementasi, dan evaluasi kurikulum Diklat Berbasis Kompetensi Pelaksana telah disusun dan dilakukan dengan cara yang tepat, agar dapat berkontribusi terhadap peningkatan soft competency pelaksana Kementerian? Rumusan masalah tersebut dituangkan secara lebih rinci kedalam pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Apakah desain kurikulum Diklat Berbasis Kompetensi sesuai dengan tujuan diklat, yaitu untuk meningkatkan soft competency pelaksana? 2. Apakah implementasi Diklat Berbasis Kompetensi Pelaksana sesuai dengan desain kurikulum yang telah disusun? 3. Apakah kegiatan evaluasi Diklat Berbasis Kompetensi sesuai untuk mengukur peningkatan soft competency pelaksana? 4. Faktor apa saja yang menjadi pendukung dan penghambat pada Diklat Berbasis Kompetensi dalam meningkatkan soft competency pelaksana? C. Tujuan Penelitian Tujuan umum penelitian ini adalah mengevaluasi Diklat Berbasis Kompetensi dalam meningkatkan kompetensi Pelaksana di Kementerian, agar diketahui kelebihan dan kelemahannya, untuk dapat menjadi masukan bagi peningkatan kualitas diklat tersebut. Tujuan penelitian secara khusus adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui kesesuaian desain kurikulum Diklat Berbasis Kompetensi dengan tujuan diklat, yaitu untuk meningkatkan soft competency pelaksana. Sumber Daya Manusia, Badan Pendidikan dan Pelatihan, Kementerian

8 2. Mengetahui kesesuaian implementasi Diklat Berbasis Kompetensi Pelaksana dengan desain kurikulumnya. 3. Mengetahui kesesuaian kegiatan evaluasi Diklat Berbasis Kompetensi untuk mengukur peningkatan soft competency pelaksana. 4. Menemukan faktor pendukung dan penghambat pada Diklat Berbasis Kompetensi dalam meningkatkan soft competency pelaksana. D. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini dari segi keilmuan adalah bertambahnya pengetahuan mengenai evaluasi Diklat, terutama Diklat di lingkungan pegawai pemerintahan. Berdasarkan pengamatan penulis, permasalahan Diklat merupakan tema penelitian yang belum banyak dilakukan di kalangan mahasiswa program studi Pengembangan Kurikulum. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menciptakan gambaran proses evaluasi terhadap kurikulum diklat, yang bermanfaat bagi mahasiswa pengembangan kurikulum khususnya, dan mahasiswa pada umumnya. Manfaat praktis dari penelitian ini adalah diketahuinya kondisi dan permasalahan riil dalam implementasi Diklat Berbasis Kompetensi Pelaksana. Hasil penelitian ini nantinya dapat menjadi bahan masukan bagi perbaikan kurikulum Diklat Berbasis Kompetensi untuk Pelaksana Kementerian. Penelitian ini juga diharapkan menjadi pelopor bagi penelitian selanjutnya yang mendalami mengenai pengembangan kurikulum diklat di Badan Pendidikan dan Pelatihan. Pada akhirnya diharapkan Badan Pendidikan dan Pelatihan dapat terus meningkatkan kualitas diklat yang diadakan, sehingga memberi kontribusi terhadap peningkatan kualitas layanan di unit-unit kerja Kementerian. E. Struktur Organisasi Penulisan Penulisan tesis ini dibagi kedalam lima bagian, yaitu: pendahuluan, kajian teori, metode penelitian, hasil penelitian, dan kesimpulan beserta saran. Setiap bagian tertuang dalam bab tersendiri. Bab pertama, memuat pendahuluan, yang terbagi-bagi menjadi latar belakang masalah, identifikasi Sumber Daya Manusia, Badan Pendidikan dan Pelatihan, Kementerian

9 dan perumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan organisasi penulisan. Bagian latar belakang masalah memuat kondisi yang melatarbelakangi penelitian ini, yaitu masih rendahnya soft competency yang dimiliki oleh pegawai negeri. Kondisi tersebut ditunjukkan dengan rendahnya kualitas layanan publik secara umum. Uraian latar belakang masalah kemudian diarahkan menjadi rumusan masalah yang tertuang dalam pertanyaan penelitian. Tujuan dan manfaat penelitian juga menjadi bagian dari Bab pertama ini. Bab kedua memuat kajian pustaka, yang berisi berbagai landasan teori yang mendasari penelitian. Cakupannya meliputi konsep kurikulum, konsep pengembangan kurikulum, pendidikan dan pelatihan, pelatihan berbasis kompetensi, dan soft competency. Pada bagian kajian pustaka ini juga disertakan penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini, yaitu penelitian Kodir (2009) yang berjudul Implementasi Kurikulum Pendidikan dan Pelatihan bagi Peningkatan Kompetensi Guru IPA (Studi Kasus di PPPPTK IPA Bandung) dan penelitian Senadi (2010) yang berjudul Evaluasi Program Pendidikan Tenaga Kerja dalam Meningkatkan Kompetensi Kerja Karyawan PT. Krakatau Steel Cilegon- Banten (Studi pada Pusdiklat PT. Krakatau Steel Divisi Produksi HSM). Bab ketiga, berisi uraian mengenai metode penelitian yang digunakan. Pada bagian ini, peneliti menjelaskan pendekatan penelitian yang digunakan, yaitu pendekatan kualitatif; jenis penelitian, yaitu penelitian evaluasi; fokus penelitian, yaitu pada desain, implementasi dan evaluasi Diklat Berbasis Kompetensi Pelaksana Kementerian. Peneliti juga menjelaskan mengenai desain penelitian, teknik pengumpulan data, pengembangan instrumen (mulai dari permusan defenisi operasional sampai penyusunan kisikisi pengumpulan data), dan cara analisis data. Terakhir, peneliti juga menguraikan tahapan-tahapan dalam pelaksanaan penelitian ini. Bab keempat memuat hasil penelitian. Bab ini diawali dengan berisi uraian hasil penelitian untuk tiap pertanyaan penelitian yang disajikan secara Sumber Daya Manusia, Badan Pendidikan dan Pelatihan, Kementerian

10 berurutan. Jawaban untuk setiap pertanyaan penelitian ini tersaji pada bagian Temuan Penelitian, setelah sebelumnya data yang diperoleh dideskripsikan pada bagian Deskripsi Data. Hasil penelitian diikuti dengan pembahasan. Bagian pembahasan berisi analisis temuan dikaitkan dengan landasan teori yang sebelumnya telah peneliti sajikan pada bab kedua. Urutan penyajiannya adalah: deskripsi data terkait Diklat Berbasis Kompetensi Pelaksana, temuan penelitian yang dikelompokkan berdasarkan pertanyaan penelitian, dan pembahasan. Bab terakhir, yaitu bab kelima memuat kesimpulan dan rekomendasi. Bab ini berisi kesimpulan yang peneliti peroleh dari hasil kegiatan penelitian ini. Peneliti kemudian menyusun rekomendasi untuk beberapa pihak, yaitu: pengembang kurikulum Diklat Berbasis Kompetensi Pelaksana Kementerian, lembaga penyelenggara diklat (Pusdiklat Pengembangan Sumber Daya Manusia, Badan Pendidikan dan Pelatihan ), pengajar diklat, peserta diklat, dan peneliti selanjutnya. Sumber Daya Manusia, Badan Pendidikan dan Pelatihan, Kementerian