MAKNA FILOSOFI BATIK Sugiyem Jurusan PTBB FT UNY

dokumen-dokumen yang mirip
of the Oral and Intangible Heritage of Humanity) sejak 2 Oktober 2009.

HALAMAN SAMPUL USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

Written by Anin Rumah Batik Tuesday, 06 November :59 - Last Updated Tuesday, 06 November :10

BAB IV STUDI ANALISIS TENTANG SIMBOL. A. Simbol Menurut Masyarakat Desa. Kedungrejo, Kecamatan. Kerek,

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG B. TUJUAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Mata kuliah Kriya Tekstil dan Batik III ini merupakan mata kuliah lanjutan dari Kriya

Ragam Hias Kain Batik

PELESTARIAN BUDAYA BANGSA INDONESIA MELALUI PRODUK BATIK Oleh : Nanie Asri Yuliati PTBB FT UNY

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Tekstur adalah salah satu elemen dasar citra. Elemen dasar ini berupa ciriciri

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PENELITIAN YANG RELEVAN. Dari segi peristilahan, kata potensi berasal dari bahasa Inggris to patent yang

BAB I GAMBARAN USAHA. India, Cina, Thailand, dan terakhir Malaysia, mengakui bahwa Seni Batik berasal

BATIK TULIS DI CV. PESONA TEMBAKAU MANDING TEMANGGUNG JAWA TENGAH DITINJAU DARI PENGEMBANGAN BENTUK MOTIF DAN WARNA SKRIPSI

Teknik dasar BATIK TULIS

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia dan khususnya suku Jawa ialah setelah akhir abad XVIII atau awal

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

Ujian Tengah Semester Pengenalan Teknologi Dasar (PTD) Kelas VII

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Tinjauan Pustaka. pembahasan Batik Magetan seperti penelitian-penelitian terdahulu dalam bentuk

WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. pada bab ini adalah latar belakang, perumusan masalah, batasan masalah, keaslian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KONSEP SENI SEMEN PADA BATIK

FILSAFAT SEBAGAI DASAR KAJIAN DALAM PENERAPAN MOTIF- MOTIF SENI BATIK KLASIK

BATIK TULIS PRODUKSI CV. AGNESA NAGARASARI CIPEDES TASIKMALAYA SKRIPSI

Perbedaan Desain Batik Kawung Klasik dan Batik Kawung Modern. Tri Suerni. Abstrak

BAB II. A. Kajian Pustaka

Bab 2 Tinjauan Pustaka

Rasjoyo MODEL. Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Ayo Belajar Batik. untuk Kelas VI SD dan MI PT TIGA SERANGKAI PUSTAKA MANDIRI SOLO

KARAKTERISTIK BATIK LUKIS PRAGITHA DI GUNTING GILANGHARJO PANDAK BANTUL

MOTIF DAN PEWARNAAN BATIK TULIS DI DUSUN GIRILOYODESAWUKIRSARI KECAMATAN IMOGIRI KABUPATEN BANTUL PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat meningkatkan ekonomi dengan cara melakukan pemasaran lebih luas,

KARAKTERISTIK BATIK MOTIF SEKAR JAGAD YOGYAKARTA SKRIPSI

Studi Komparatif antara Ragam Hias Batik Tradisional Bakaran dengan Ragam Hias Batik Keraton Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya kebudayaan. Beberapa kekayaan

KAJIAN BATIK WONOGIREN TRADISI TIRTOMOYO DENGAN PENDEKATAN ESTETIKA TIMUR SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Kerajinan Batik Tulis

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN MOTIF BATIK PADA INDUSTRI BATIK DI KABUPATEN KUDUS

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

DAFTAR ISI. Halaman ABSTRAK. i KATA PENGANTAR. ii UCAPAN TERIMA KASIH. iii DAFTAR ISI. viii DAFTAR GAMBAR

Penerapan Ragam Hias pada Bahan Tekstil

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya. Terdiri

PERKEMBANGAN DESAIN BATIK DI CV. SOGAN JAYA ABADI DESA REJODANI SARIHARJO NGAGLIK SLEMAN SKRIPSI

pembuatannya dengan cara tertentu (mula-mula ditulis atau ditera dengan lilin, laludiwarnakan dengan tarum dansoga).

BAB II KAJIAN TEORI. keberadaan manusia berupa bukti atau saksi seperti artifact (fakta Benda),

Sejarah dan Teknik Pembuatan Batik

PENGENALAN TEKNOLOGI DASAR (PTD)

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Jurnal Imajinasi Vol X no 1 Januari Jurnal Imajinasi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 2 DATA DAN ANALISA. 2.1 SUMBER DATA Adapun sumber data yang akan digunakan untuk proyek tugas akhir ini berasal dari :

BAB II METODE PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV PENUTUP. di daerah tersebut. Begitu pula di Banjarnegara, selain keramik klampok

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM: PECINTA BUDAYA BAJU BATIK MODERN REMAJA SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN BUDAYA BANGSA BIDANG KEGIATAN

BAB III KONSEP PERANCANGAN A.

BAB II BATIK SEBAGAI POTENSI WISATA DI PEKALONGAN A. Pekalongan Sebagai Sentra Batik

BATIK DARI INDONESIA

Kreativitas Busana Pengantin Agung Ningrat Buleleng Modifikasi

PENERAPAN RAGAM HIAS PADA BAHAN TEKSTIL

1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diupayakan langkah-langkah ke arah peningkatan kualitas pendidikan, dari mulai

STUDI DESAIN DAN MOTIF HIAS BATIK GAJAH OLING PRODUKSI SANGGAR BATIK SAYU WIWIT BANYUWANGI ARTIKEL ILMIAH OLEH MUTIARA ZEHAN NIM

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

PERANCANGAN BUKU INFORMATIF UNTUK MEMPERKENALKAN MAKNA DAN ARTI FILOSOFIS BATIK JOGJA DAN SOLO. Adrian Felicianto Setiawan

BAB V PENUTUP. itu dituangkan ke dalam rancangan-rancangan karya seni dalam jumlah yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. adalah salah satu tekstil tradisi yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Tinjauan Pustaka. Pengertian batik secara etimologis berarti menitikkan malam dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Tinjauan Pustaka. permukaan kain setelah melalui proses penenunan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. untuk menyebutkan kain batik yang dihasilkan pengrajin batik dari daerah Blora,

BAB I PENDAHULUAN. tidak terkecuali adalah pembangunan dibidang perekonomian nasional. Di era

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan. Perkembangan batik tidak hanya sampai pada pengertian dan pendapat

BASIC TECHNOLOGY EDUCATION (PTD)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Blangkon gaya Yogyakarta ditinjau dari bentuk motif dan makna simbolisnya

Penyusunan Data Awal Referensi Nilai Budaya Tak Benda Kota Jakarta Barat D.K.I. Jakarta Batik Betawi

BAB I PENDAHULUAN. kesenian tradisional, salah satunya adalah kesenian batik. Kesenian batik

BAB I PENDAHULUAN. setelah ditenun dengan tali sebagai perintang atau menolak warna. Ikat celup di

MOTIF MINANG KALUAK PAKU KACANG BALIMBIANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

CANTING: SENI DAN TEKNOLOGI DALAM PROSES BATIK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Daerah penghasil batik banyak terdapat di pulau Jawa dan tersebar. di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik.

BAB I PENDAHULUAN. Kearifan lokal atau sering disebut local wisdom adalah semua bentuk

BAB 3 GAMBARAN UMUM MUSEUM BATIK DI PEKALONGAN

BAB II MACAM-MACAM MOTIF BATIK PEKALONGAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN INDUSTRI BATIK DI KAWASAN SENTRA BATIK LAWEYAN SOLO SKRIPSI

PERKEMBANGAN MOTIF BATIK TULIS JETIS SIDOARJO ( ) Oleh: Desty Qamariah 1. Kata Kunci: Perkembangan, Motif, Batik Tulis, Jetis Sidoarjo.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Kain Sebagai Kebutuhan Manusia

BAB1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV VISUALISASI. sesuai dengan semboyan Pati Bumi Mina Tani. Pengembangan visual desain batik

MEDIA INFORMASI MENGENAL BATIK PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. global. 1 Oleh sebab itu penting sekali bagi perusahaan untuk dapat menentukan

LOMBA KOMPETENSI SISWA (LKS) KRIYA TEKSTIL

BAB 2 DATA DAN ANALISA

Transkripsi:

MAKNA FILOSOFI BATIK Sugiyem Jurusan PTBB FT UNY PENDAHULUAN Kain batik yang diidentikkan sebagai kain Nusantara kini berkembang menjadi industri modern. Konsekuensi dari masuknya batik ke dalam industri modern, batik dituntut mengikuti perkembangan zaman, sesuai perkembangan mode dan dengan tuntutan pasar. Perkembangan batik yang mengikuti perkembangan zaman dari tahun ke tahun akhirnya menunjukkan dinamika beragam. Batik sebagai produk seni adiluhung, awalnya kelahirannya banyak diwarnai simbolsimbol keraton. Penggunaannya pun seperti masih terbatas didominasi oleh kalangan keraton. Tapi akibat pergeseran waktu, batik pun kemudian menjadi komoditas yang diperdagangkan secara luas. Dewasa ini, penggunaan batik sudah mulai memasyarakat. Batik juga sudah mulai digunakan tidak hanya dalam upacara adat, namun juga dalam keseharian. Mulai bermunculan baju-baju yang bermotif batik. Hingga saat ini banyak sekali tempat tempat khusus yang menjual batik ini. Mulai dari batik yang benar-benar sakral dan murni, hingga batik modifikasi yang diaplikasikan dalam pakaian sehari-hari. Dalam perkembangannya, upaya membuat kain Nusantara bisa memenuhi kebutuhan masa kini mengambil beragam bentuk. Bukan hanya ragam hias yang disesuaikan kebutuhan saat ini atau benang kapas diganti sutra untuk mendapatkan kain yang lebih ringan dan lebih mudah disesuaikan untuk berbagai keperluan, melainkan juga cara kain tersebut digunakan, terutama ketika kain tersebut ditujukan untuk busana. Saat ini batik telah menjadi tren baru di tengah masyarakat. Tak hanya sandang yang menggunakan kain batik sebagai bahannya. Sarung bantal, gordyn, dan seprei pun telah ada yang menggunakan kain batik. Ini adalah awal mula yang baik bagi pelestarian seni batik. Awalnya harus mencintai dahulu, kemudian muncul rasa andarbeni (memiliki) dan akhirnya nguri-uri (melestarikan). Batik Secara etimologis batik mempunyai pengertian akhiran tik dalam kata batik berasal dari kata menitik atau menetes. Dalam bahasa kuno disebut serat, dan dalam bahasa ngoko disebut tulis atau menulis dengan lilin. Menurut Kuswadji (1981:2) mbatik berasal dari 1

kata tik yag berarti kecil. Dengan demikian dapat dikatakan mbatik adalah menulis atau menggambar serba rumit (kecil-kecil). Arti batik dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia ialah kain dan sebagainya yang bergambar (bercorak beragi) yang pembuatannya dengan cara titik (mula-mula ditulisi atau ditera dengan lilin lalu diwarnakan dengan tarum dan soga) (WJS Poerwadarminta,1976:96). Pendapat senada dikemukakan Murtihadi dan Mukminatun (1997:3) yang menyatakan batik adalah cara pembuatan bahan sandang berupa tekstil yang bercorak pewarnaan dengan menggunakan lilin sebagai penutup untuk mengamankan warna dari perembesan warna yang lain di dalam pencelupan. Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat dikemukakan bahwa batik adalah bahan tekstil hasil pewarnaan menurut corak khas motif batik, secara pencelupan rintang dengan menggunakan lilin batik sebagai bahan perintang. Yang dimaksud dengan teknik membuat batik adalah proses proses pekerjaan dari tahap persiapan kain sampai menjadi kain batik. Pekerjaan persiapan meliputi segala pekerjaan pada kain mori hingga siap dibuat batik seperti nggirah/ngetel (mencuci), nganji(menganji), ngemplong(seterika, kalendering. Sedangkan proses membuat batik meliputi pekerjaan pembuatan batik yang sebenarnya terdiri dari pelekatan lilin batik pada kain untuk membuat motif, pewarnaan batik (celup, colet, lukis/painting, printing), yang terakhir adalah penghilangan lilin dari kain. (Sewan Soesanto, 1974). Untuk membuat motif batik dapat dilakukan dengan cara secara tulis tangan dengan canting tulis (batik tulis), menggunakan cap dari tembaga disebut batik cap, dengan jalan dibuat motif pada mesin printing (batik printing), dengan cara dibordir disebut batik bordir, serta dibuat dengan kombinasi kombinasi cara cara yang telah disebutkan. Kain batik adalah kain yang motifnya bercorak batik yang dibuat/digambar dengan cara pelekatan lilin (malam). Sedangkan kain bermotif batik adalah kain yang bermotif/bercorak batik tetapi motifnya tidak digambar melalui pelekatan lilin batik, biasanya dengan mesin printing tekstil. Teknologi pembuatan batik di Indonesia pada prinsipnya berdasarkan (Resist Dyes Technique (Teknik celup rintang) dimana pembuatannya semula dikerjakan dengan cara ikatcelup motif yang sangat sederhana, kemudian menggunakan zat perintang warna. Pada mulanya sebagai zat perintang digunakan bubur ketan, kemudian diketemukan zat perintang dari malam(lilin) dan digunakan sampai sekarang. Motif batik Motif batik adalah kerangka gambar yang mewujudkan batik secara keseluruhan (Sewan Susanto, 1980:212). Motif batik terdiri dari dua bagian, yaitu ornamen motif batik dan isen motif batik 2

Penggolongan motif batik 1. Motif Geometris Motif Geometris adalah motif-motif batik yang ornament-ornamennya merupakan susunan geometris. Ciri ragam hias geometris ini adalah motif tersebut mudah dibagi-bagi menjadi bagian-bagian yang disebut satu raport. Golongan geometris ini pada dasarnya dapat dibedakan atas dua macam, yaitu: a. Raportnya berbentuk seperti ilmu ukur biasa, seperti bentuk-bentuk segiempat, segiempat panjang atau lingkaran. Motif batik yang memiliki raport segi empat adalah golongan Banji, Ceplok, Ganggang, Kawung. b. Raportnya tersusun dalam garis miring, sehingga raportnya berbentuk semacam belah ketupat. Contoh motif ini adalah golongan parang dan udan liris. Contoh Motif Geometris 2. Motif Non Geometris Motif non geometris adalah motif-motif batik yang tidak geometris. Termasuk dalam motif ini adalah motis Semen, Buketan, Terang Bulan. Motif-motif golongan non geometris tersusun dari ornament-ornamen tumbuhan, Meru, Pohon Hayat, Candi, Binatang, Burung, Garuda, Ular (Naga) dalam susunan tidak teratur menurut bidang geometris meskipun dalam bidang luas akan terjadi berulang kembali susunan motif tersebut. Contoh Motif Non Geometris Ornamen motif batik Ornamen motif batik terdiri atas ornamen utama dan ornamen pengisi bidang. 3

a. Ornamen utama adalah suatu ragam hias yang mempunyai arti, sehingga susunan ornamenornamen itu dalam suatu motif membuat jiwa atau arti daripada motif itu sendiri. Contoh: Sawat atau lar, melambangkan mahkota atau penguasa tertinggi Meru melambangkan gunung atau tanah Lidah api atau Modang, melambangkan nyala api Ular/naga, melambangkan air Burung, melambangkan angin Gambar ragam hias Ragam hias Sawat, Lar Ragam hias Naga Ragam hias Meru (gunung) Ragam hias Lidah api/ Modang b. Ornamen tambahan tidak mempunyai arti dalam pembentukan motif dan berfungsi sebagai pengisi bidang. Bentuk lebih kecil dan sederhana. Dalam satu motif dapat diisi satu atau beberapa ornament pengisi. Isen motif batik Motif batik terdiri dari ornamen utama dan ornamen pengisi. Isen motif batik adalah berupa titik-titik, garis-garis, gabungan titik dan garis yang berfungsi untuk mengisi ornamen-ornamen dari motif atau pengisi bidang diantara ornamen-ornamen tersebut. Isen motif ada bermacammacam dan sekarang masih berkembang, seperti: cecek, cecek pitu, sisik melik, cecek sawut, cecek sawu daun, sisik gringsing, galaran, rambutan, sirapan, cacah gori, dan sebagainya. ISEN-ISEN BATIK 1. CECEK-CECEK arti: titik-titik 2. CECEK PITU arti : titik tujuh 3. SISIK MELIK arti : sisik bertitik 4. SAWUT arti : bunga berjalur 4

5. GALARAN arti: seperti galar 6. RAMBUTAN/RAWAN arti : seperti rambut atau air rawa 7. SIRAPAN arti: gambaran atap dari sirap 8. CECEK SAWUT DAUN arti: garis-garis menjari dan titik-titik 9. HERANGAN arti: gambaran pecahan yang berserakan 10. SISIK arti: gambaran sisik 11. GRINGSING arti: penutupan Makna batik Untuk lebih memahami makna batik, ada dua daerah asal batik yang perlu dipelajari yaitu daerah Yogyakarta dan daerah Solo. 1. Batik daerah Solo Daerah Solo merupakan kerajaan dengan segala tradisi dan adat istiadatnya. Ragam hias batik diciptakan dengan pesan dan harapan semoga membawa kebaikan bagi pemakai. Semua dilukiskan secara simbolis, misalnya: a. Ragam hias larangan dan dianggap sakral, hanya dikenakan raja dan keluarganya yaitu parang rusak barong, sawat dan kawung. Ragam hias Parang Rusak Barong 5

Ragam hias Kawung Prabu b. Ragam hias slobog, berarti agak besar/longgar dipakai untuk melayat. harapannya semoga arwah yang meninggal tidak mendapat halangan. Ragam hias Slobog c. Sidomukti, dipakai pengantin. Sido berarti terus menerus dan mukti berarti hidup berkecukupan. Ragam hias Sido Mukti d. Truntum, dipakai orang tua pengantin. Truntum berarti menuntun, maknanya orang tua menuntun mempelai memasuki hidup baru Ragam hias Truntum e. Satria Manah, dipakai wali pengantin pria ketika meminang dengan harapan semoga lamaran sang pria dapat diterima dengan baik oleh pihak wanita. Ragam hias Satria Manah 6

f. Semen Rante, dipakai wali pengantin wanita ketika menerima lamaran. Rantai melambangkan ikatan yang kokoh.harapannya jika lamaran telah diterima, pihak wanita menginginkan hubungan erat dan kokoh yang tidak dapat lepas lagi. Ragam hias Semen Rante g. Parang Kusumo, dipakai gadis pada upacara tukar cincin. kusumo berarti bunga yang sedang mekar Ragam hias Parang Kusumo h. Pamiluto, dikenakan ibu si gadis pada upacara tukar cincin. Berasal dari kata pulut, melambangkan harapan ibu agar pasangan dara dan pria tidak terpisahkan lagi. Ragam hias Pamiluto i. Bondet, dipakai pengantin wanita pada malam pertama. Berasal dari kata bundet berarti saling mengikat Ragam hias Bondet 7

j. Semen Gendong dipakai pengantin setelah selesai upacara perkawinan dengan harapan agar dapat segera mengendong bayi Ragam hias Semen Gendong k. Ceplok Kasatriyan, dipakai sebagai kain untuk upacara kirab pengantin. Batik ini digunakan oleh golongan menengah ke bawah. Pemakainya agar terlihat gagah dan memiliki sifat ksatria. Ragam hias Ceplok Kasatriyan 2. Batik daerah Yogyakarta Perpaduan tata ragam hias Yogyakarta cenderung pada perpaduan berbagai jenis ragam hias geometris dan berukuran besar, misalnya: a. Ragam hias Grompol, dikenakan pada upacara perkawinan. Grompol berarti berkumpul atau bersatu, merupakan pengharapan berkumpulnya segala sesuatu yang baik-baik seperti rejeki, kebahagiaan, keturunan, hidup rukun dan sebagainya. Ragam hias Grompol b. Tambal digunakan untuk selimut orang sakit. Tambal diambil dari pengertian menambal, yaitu berarti menambah atau memperbaiki sesuatu yang kurang sehingga kemudian dianggap dapat menyehatkan yang sakit. Ragam hias Tambal 8

PENUTUP Batik tidak hanya sekedar wastra, tetapi karya seni budaya, yang pada awalnya selalu dihadirkan pada upacara-upacara tradisi dalam masyarakat Jawa. Batik selalu menyertai setiap tahapan dalam daur hidup manusia. Filosofi dalam pola batik yang merupakan harapan atau doa-doa itulah yang menyebabkan batik selalu ada pada setiap upacara-upacara masyarakat Jawa, dari saat dilahirkan hingga maut menjemput. DAFTAR PUSTAKA Kuswadji.1981. Mengenal Seni Batik di Yogyakarta. Yogyakarta : Proyek Pengembangan Permuseuman Yogyakarta Murtihadi dkk. 1979. Pengembangan Teknologi Batik Menurut SMIK. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Nian S. Djoemena.1990. Ungkapan Sehelai Batik. Jakarta: Djambatan Poerwodarminto. 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka. Riyanto dkk. 1997. Katalog Batik Indonesia. Yogyakarta: Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Industri Kerajinan dan Batik Sewan Soesanto. 1980. Seni Kerajinan Batik Indonesia. Yogyakarta : BBKB : Dept Perindustrian RI. -----------------.2002. Katalog Beberapa Desain Motif Etnik Indonesia. Yogyakarta: Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Industri Kerajinan dan Batik 9

10