BAB I. A. Latar Belakang. Dalam Al-Qur an terkandung segala bentuk tata kehidupan, mulai dari. Qur an surat Al- Baqarah dan surat Yunus yang artinya :

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. tujuan tersebut yaitu dengan pemberian Air Susu Ibu (ASI) sampai bayi

BAB I PENDAHULUAN. anak-anaknya selama dua tahun penuh yaitu bagi yang ingin. Program Air Susu Ibu (ASI) eksklusif merupakan program promosi

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI EKSKLUSIF DENGAN PERILAKU PEMBERIAN ASI DI PUSKESMAS NGUTER

BAB I PENDAHULUAN. digantikan oleh apapun juga. Pemberian ASI ikut memegang peranan dalam

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu (AKI), angka kematian bayi (AKB) dan angka kematian balita. jangkauan maupun kualitas pelayanan (Novia ika, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang setinggi-tingginya (Depkes, 2006). Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), BKKBN, dan Depkes dalam

BAB I PENDAHULUAN. Selain itu, ASI juga dapat melindungi kesehatan Ibu mengurangi

BAB 1 PENDAHULUAN. ASI Ekslusif pada bayinya (Laksono, 2010). Di daerah pedesaan, pada

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 sebesar 34 per kelahiran hidup.

BAB I PENDAHULUAN. bersifat alamiah. ASI mengandung berbagai zat gizi yang dibutuhkan dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. penurunan tingkat kecerdasan. Pada bayi dan anak, kekurangan gizi akan menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan generasi yang berkualitas. Modal dasar pembentukan manusia

BAB I PENDAHULUAN. otak dimulai dalam kandungan sampai dengan usia 7 tahun (Menteri Negara

1

BAB 1 : PENDAHULUAN. sedini mungkin, bahkan sejak masih dalam kandungan. Usaha untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan generasi penerus sumberdaya manusia untuk. bagi anak sejak lahir hingga usia dua tahun (Depkes RI, 2011).

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di Indonesia diare merupakan penyebab kematian utama pada bayi dan anak.

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2025 adalah

BAB I PENDAHULUAN. bahwa terdapat perbedaan yang mencolok Angka Kematian Balita (AKB)

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penuhi. Alasan yang menerangkan pernyataan tersebut adalah ASI merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan pertama dan utama bagi bayi adalah air susu ibu (ASI). Air susu ibu sangat cocok untuk memenuhi kebutuhan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian. Air susu ibu (ASI) adalah cairan hasil sekresi kelenjar payudara ibu, yang

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi khususnya balita stunting dapat menghambat proses

BAB I PENDAHULUAN. mengandung zat gizi yang paling sesuai dengan kebutuhan bayi dan

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan berat

BAB I PENDAHULUAN. Hasil penelitian multi-center yang dilakukan UNICEF menunjukkan bahwa MP-

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan nasional merupakan pembangunan berkelanjutan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Makanan yang terbaik untuk bayi usia 0-6 bulan adalah ASI. Air susu ibu (ASI) merupakan sumber energi

BAB I PENDAHULUAN. tersebut. (Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani WI, Setiowulan W, 2000)

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan bayi baik fisik maupun psikologi sosial. ASI mengandung nutrisi,

BAB I PENDAHULUAN. pada berbagai bidang, diperlukan sumber daya manusia (SDM) yang

BAB 1 PENDAHULUAN. keemasan sekaligus dikatakan periode kritis pada anak. Dikatakan periode keemasan

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR BALITA DI KELURAHAN BRONTOKUSUMAN KECAMATAN MERGANGSAN YOGYAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian tumbuh kembang bayi tidak optimal. utama kematian bayi dan balita adalah diare dan pneumonia dan lebih dari 50%

BAB I PENDAHULUAN. harus diperhatikan oleh ibu. Salah satu pemenuhan kebutuhan gizi bayi ialah

BAB I PENDAHULUAN. sebagai makanan utama bayi. Pada awal kehidupan, seorang bayi sangat

BAB I PENDAHULUAN. mencerminkan keadaan derajat kesehatan di suatu masyarakat. Data. Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Angka Kematian Bayi (AKB) di dunia masih tergolong tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. Akibatnya, program pemberian ASI ekslusif tidak berlansung secara optimal

BAB I PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas merupakan unsur penting

BAB I PENDAHULUAN. garam-garam organik yang di sekresikan oleh kedua kelenjar payudara ibu, serta

BAB I PENDAHULUAN. lapangan kerja pada undang-undang yang mengatur tentang ibu menyusui.

BAB I PENDAHULUAN. masalah gizi utama yang perlu mendapat perhatian. Masalah gizi secara

BAB I PENDAHULUAN. penting yaitu memberikan air susu ibu kepada bayi segera dalam waktu 30

BAB I PENDAHULUAN. finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan dalam pembangunan kesehatan

HUBUNGAN PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI) EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI UMUR 0-6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GADANG HANYAR

BAB I PENDAHULUAN. gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan

BAB 1 PENDAHULUAN. sempurna bagi bayi selama bulan-bulan pertama kehidupannya (Margaret

PENDAHULUAN. dalam kandungan disertai dengan pemberian Air susu ibu (ASI) sejak usia

BAB I PENDAHULUAN. kandungan zat gizi yang cukup dan sesuai untuk kebutuhan bayi sehingga

Karya Tulis Ilmiah. Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III Gizi. Disusun Oleh: MUJI RAHAYU J.

BAB 1 PENDAHULUAN. dan sudah tercantum dalam Firman Allah SWT Al-Qur an, QS. Al- penyusuan dan apabila keduanya ingin menyapih (sebelum 2 tahun)

BAB I PENDAHULUAN. Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) (Kementrian Kesehatan RI, juga mengacu kepada Resolusi World Health Assembly (WHA),

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan yang merugikan kesehatan. Hal-hal ini secara langsung menjadi. anak usia dibawah 2 tahun (Depkes RI, 2009)

BAB 1 PENDAHULUAN. Indikator utama derajat kesehatan masyarakat adalah Angka Kematian Bayi

BAB I PENDAHULUAN. secara eksklusif selama enam bulan pertama kehidupan (IDAI, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. ini terjadi terutama di negara berkembang. Diantara kematian pada anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam tumbuh kembang, karena terbukti memiliki manfaat

Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Status gizi merupakan indikator dalam menentukan derajat kesehatan bayi dan

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PENDIDIKAN IBU DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KELURAHAN PURWOSARI KECAMATAN LAWEYAN

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan suatu negara. Berdasarkan target Millenium Development Goals

BAB I PENDAHULUAN. menyelamatkan kehidupan seorang anak, tetapi kurang dari setengah anak di

BAB 1 PENDAHULUAN. Program peningkatan penggunaan ASI menjadi prioritas karena

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting diperhatikan oleh ibu. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) padabayi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. daya manusia yang dilakukan secara berkelanjutan. Upaya peningkatan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam rangka mengurangi mortalitas dan morbiditas anak, Word

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. balita yang cerdas. Anak balita salah satu golongan umur yang rawan. masa yang kritis, karena pada saat itu merupakan masa emas

BAB I PENDAHULUAN. peka menerangkan derajat kesehatan masyarakat. Salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengancam kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang sangat diperlukan sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. keberlangsungan bangsa, sebagai generasi penerus bangsa anak harus dipersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan Pembangunan Milenium atau Millenium Development Goals

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang harus ditangani dengan serius. Ditinjau dari masalah kesehatan dan gizi, terhadap kekurangan gizi (Hanum, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. KADARZI adalah suatu gerakan yang berhubungan dengan program. Kesehatan Keluarga dan Gizi (KKG), yang merupakan bagian dari Usaha

ARIS SETYADI J

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik untuk bayi. ASI sangat

BAB I PENDAHULUAN. kesakitan dan kamatian ibu dan bayi. menurut World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya (Prakarsa, 2013). meninggal selama atau setelah kehamilan dan persalinan.

PENGARUH PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF TERHADAP BERAT BADAN BAYI UMUR 4 6 BULAN (Di Wilayah Kerja Puskesmas Plumpang Kabupaten Tuban)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

mencukupi kebutuhan pertumbuhan sampai usia sekitar empat bulan. Setelah untuk bayi yang mendapat makanan tambahan yang tertumpu pada beras.

I. PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian balita dalam kurun waktu 1990 hingga 2015 (WHO, 2015).

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun Oleh : SARI DEWI MINTARDJA J

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PENGHASILAN IBU MENYUSUI DENGAN KETEPATAN WAKTU PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI)

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas di masa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Air Susu Ibu (ASI) merupakan satu-satunya makanan yang sempurna dan

ABSTRAK. meninggal sebanyak 49 bayi dan 9 bayi diantaranya meninggal disebabkan karena diare. 2 Masa pertumbuhan buah hati


BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan fisik maupun mental sehingga proses tumbuh. kembang dapat berlangsung secara optimal. Kebutuhan dasar yaitu

BAB I PENDAHULUAN. terbaik yang bersifat alamiah. Menurut World Health Organization (WHO),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare masih sering menimbulkan KLB (Kejadian Luar Biasa)

MENARA Ilmu Vol. X Jilid 2 No.70 September 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam peningkatan kualitas

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam Al-Qur an terkandung segala bentuk tata kehidupan, mulai dari masalah tauhid, persoalan pangan dan gizi yang bertujuan untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal, sebagaimana firman Allah SWT dalam Al- Qur an surat Al- Baqarah dan surat Yunus yang artinya : Dan Kami naungi kamu dengan awan, dan kami turunkan kepadamu manna dan salwa. Makanlah dari makanan yang baik-baik yang telah kami berikan kepadamu; dan tidaklah mereka menganiaya kami; akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri (QS. Al Baqarah : 57). Bayi merupakan kelompok umur yang rentan terhadap masalah gizi karena bayi berada dalam masa pertumbuhan dan perkembangan yang paling pesat (Notoatmodjo, 2003). Data dari keputusan Walikota Yogyakarta nomor 603 / kep / 2007 tentang rencana aksi daerah mewujudkan Yogyakarta kota sehat tahun 2007 2011, jumlah kematian bayi (0 - < 1 tahun) per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2006 mencapai 7,62% (Laporan Pemda Yogyakarta, 2007). Salah satu faktor penyebab kematian bayi diantaranya adalah karena keadaan gizi yang kurang baik atau bahkan buruk. Status gizi yang buruk pada bayi dan anak dapat menimbulkan pengaruh yang sangat menghambat pada pertumbuhan fisik, mental maupun kemampuan berpikir yang pada kemudian hari akan menurunkan kualitas sumber daya manusia. UNICEF menyatakan, 1

2 sebanyak 30 ribu kematian bayi di Indonesia dan 10 juta kematian anak balita di dunia pada tiap tahunnya (Gatra, 2006). Menurut catatan UNICEF, di Indonesia bayi yang mengalami gizi buruk mencapai 8% atau sekitar 1.8 juta balita, status gizi buruk balita 34% atau sekitar 7 juta balita, dan status gizi kurang mencapai 26% atau 5.2 juta balita (Gloria, 2004). Bayi membutuhkan nutrisi yang komplit dan cukup dalam pertumbuhan dan perkembangan serta untuk keseimbangan dalam hubungannya dengan kesehatan dan penyakit. Masa bayi merupakan masa yang membutuhkan asupan nutrisi yang baik dan cukup untuk pertumbuhan dan perkembangan. Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan yang ideal untuk bayi terutama pada bulan-bulan pertama. ASI mengandung semua zat gizi untuk membangun dan penyediaan energi dalam susunan yang diperlukan dan memiliki berbagai zat anti infeksi, antibody, mengurangi kejadian eksim etopik (Pudjiadi, 2003 ). Setiap tahunnya lebih dari 25.000 bayi Indonesia dan 1,3 juta bayi di seluruh dunia dapat diselamatkan dengan pemberian ASI eksklusif. Tahun 1999, setelah pengalaman selama 9 tahun, UNICEF memberikan klarifikasi tentang rekomendasi jangka waktu pemberian ASI eksklusif. Rekomendasi terbaru UNICEF bersama World Health Assembly (WHA) dan banyak negara lainnya adalah menetapkan jangka waktu pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan. Menkes melalui Kepmenkes RI No.450/MENKES/IV/2004 yang menetapkan perpanjangan pemberian ASI secara eksklusif dari yang semula 4 bulan menjadi 6 bulan dan dilanjutkan sampai usia 2 tahun (Anonim, 2005). Di dalam al-quran surat al Baqarah ayat 233 juga menyebutkan Para ibu

3 hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Berdasarkan hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002-2003 menunjukkan hanya 8% bayi Indonesia yang mendapat ASI eksklusif enam bulan dan hanya empat persen bayi yang mendapat ASI dalam satu jam kelahirannya, sedangkan pemberian susu formula terus meningkat hingga tiga kali lipat dalam kurun waktu lima tahun terakhir. Cakupan pemberian ASI eksklusif di Kota Yogyakarta pada tahun 2006 mencapai 40,29%, persentase ini masih jauh dari target pemerintah yaitu sebesar 80% (Laporan Pemda Yogyakarta 2007). Pemberian ASI secara eksklusif dapat mempercepat penurunan angka kematian bayi dan sekaligus meningkatkan status gizi balita yang pada akhirnya akan meningkatkan status gizi masyarakat menuju tercapainya kualitas sumber daya manusia yang memadai. Pemberian ASI sedini dan selama mungkin akan meningkatkan status kesehatan dan gizi bayi, yang akhirnya akan bermanfaat juga terhadap keadaan tumbuh kembangnya dimasa yang akan datang (Depkes RI, 1997). Keberhasilan atau kegagalan pemberian ASI eksklusif itu sendiri dipengaruhi oleh berbagai faktor. Menurut Pudjiadi (2003) fakto-faktor yang dapat mempengaruhi pemberian ASI seperti: faktor penyakit ibu, faktor bayi dilahirkan dengan kelainan metabolik bawaan, faktor pekerjaan. Sejak tahun 2006 lalu Departemen Kesehatan bersama UNICEF melatih tenaga kesehatan dan kader masyarakat tentang konseling menyusui dengan tujuan

4 meningkatkan pemberian ASI eksklusif yang dapat mengurangi masalah kurang gizi serta kematian balita di Indonesia (Amori, 2007 ). Meskipun manfaat memberikan ASI eksklusif dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan anak telah diketahui secara luas, namun kesadaran ibu untuk memberikan ASI Ekslusif di Indonesia, baru sebesar 14 persen saja, itu pun diberikan hanya sampai bayi berusia 4 bulan, selebihnya diberikan susu formula (Gatra, 2006). Susu formula adalah susu pengganti ASI yang pada umumnya susu formula bayi dibuat dari susu sapi yang diubah komposisinya hingga dapat dipakai sebagai pengganti ASI ( Soetjiningsih, 1997 ). Memberikan susu formula terlalu awal sebelum usia 6 bulan, akan berdampak kurang baik terhadap kesehatan bayi seperti gangguan pencernaan, konstipasi, batuk, diare, alergi, kolik dan lain sebagainya (Indiarti, 2008). UNICEF menyebutkan bukti ilmiah terbaru yang dikeluarkan oleh jurnal Paediatrics pada tahun 2006, terungkap data bahwa bayi yang diberi susu formula, memiliki kemungkinan untuk meninggal dunia pada bulan pertama kelahirannya ( Gatra, 2006 ). Dari hasil studi pendahuluan, didapatkan data bahwa Puskesmas Tegalrejo memiliki empat desa yang masuk dalam Wilayah Kerja Puskesmas yaitu Desa Kricak atau Jatimulyo, Desa Karangwaru atau Bangirejo atau Blunyah, Desa Tegalrejo atau Sudagaran, Desa Bener atau Sidomulyo. Hasil kegiatan (PSG) balita di Posyandu yang dilaksanakan pada bulan februari 2008 dengan indikator BB/U diketahui bahwa status gizi buruk

5 1,60%, status gizi kurang 12,00%, status gizi buruk 82,11%, status gizi lebih 4,29%. Cakupan ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Tegalrejo tahun 2007 yaitu desa Kricak 51,79%, desa Karangwaru 55,45%, desa Tegalrejo 16,66%, desa Bener 21,12% dan untuk Kecamatan Tegalrejo 42,79%. Sedangkan cakupan ASI eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Tegalrejo tahun 2008 yaitu desa Kricak 34.16%, desa Karangwaru 21.29%, desa Tegalrejo 17.00%, desa Bener 11.67% dan untuk Kecamatan Tegalrejo 25.00%, ini menunjukan bahwa cakupan ASI eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Tegalrejo pada tahun 2007-2008 mengalami penurunan dari 42.79% menjadi 25.00% sangat jauh dari target pemerintah yaitu 80.00%.

6 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah peneliti uraikan di atas maka rumusan masalah penelitian ini adalah Apakah ada perbedaan status gizi antara bayi yang diberi ASI eksklusif dan Non ASI eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Tegalrejo Kota Yogjakarta. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Untuk mengetahui perbedaan status gizi antara bayi yang diberi ASI eksklusif dan non eksklusif. 2. Tujuan khusus a. Diketahuinya status gizi bayi yang diberi ASI eksklusif b. Diketahuinya status gizi bayi non ASI eksklusif c. Diketahuinya pebedaan status gizi antara bayi yang diberi ASI eksklusif dan non ASI eksklusif. D. Manfaat penelitian 1. Bagi keluarga pasien Sebagai pendorong bagi ibu, suami, remaja putri, tentang pentingnya penggunaan ASI eksklusif serta dapat memahami khasiat ASI eksklusif itu sendiri.

7 2. Bagi tenaga kesehatan / perawat Sebagai bahan atau acuan untuk menambah perkembangan ilmu pengetahuan dibidang keperawatan, dalam upaya peningkatan promosi ASI eksklusif. 3. Bagi Puskesmas / Rumah Sakit Diharapkan Puskesmas atau Rumah Sakit akan lebih meningkatkan promosi tentang ASI eksklusif dan sebagai bahan pertimbangan bagi usaha peningkatan keadaan gizi masyarakat Indonesia terutama pada bayi dan anak-anak 4. Bagi peneliti Dapat meningkatkan wawasan peneliti mengenai status gizi bayi terhadap pemberian ASI eksklusif dan non eksklusif, sehingga menjadi bekal bagi peneliti dalam menerapkan promosi kesehatan pada keluarga di masyarakat. F. Keaslian penelitian Sejauh pengetahuan peneliti, penelitian dengan judul Perbedaan status gizi antara bayi yang diberi ASI eksklusif dan non eksklusif belum pernah diteliti, namun ada beberapa penelitian yang terkait dengan judul peneliti yaitu: 1. Pengaruh pemberian ASI secara eksklusif terhadap status gizi bayi di Puskesmas Kasihan I Kab. Bantul Yogyakarta (Murtiningsih 2005). Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian observasional, perbedaan dengan karya tulis ini adalah pada pengambilan

8 sampel dengan menggunakan random sampling menunjukan bahwa pemberian ASI eksklusif berdasarkan umur selama 4 bulan dengan nilai status gizi baik (86,67%) dan nilai status gizi kurang (13,33%) dan pemberian ASI eksklusif berdasarkan umur selama 5 bulan dengan nilai status gizi baik (76,92%) dan nilai status gizi kurang (23,08%) dan pemberian ASI eksklusif berdasarkan umur selama 6 bulan dengan nilai status gizi baik (68,42%) dan nilai status gizi kurang (31,58%). Ini menunjukan ada pengaruh yang bermakna antara pemberian ASI secara eksklusif terhadap status gizi bayi atau berat badan bayi di Puskesmas Kasihan I Kab. Bantul Yogyakarta. 2. Menurut kesimpulan penelitian Dewi (2005), Hubungan antara pengetahuan, sikap dan praktek pemberian ASI, susu formula, MP ASI pada ibu menyusui terhadap status gizi balita usia 6-24 bulan. Menunjukan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan dan sikap tentang ASI, susu formula dan MP ASI ibu menyusui terhadap status gizi balita usia 6-24 bulan. Dan ada hubungan antara praktek pemberian ASI, susu formula dan MP ASI dengan status gizi balita usia 6-24 bulan. Perbedaan pada penelitian ini adalah pada desain penelitian yang menggunakan deskriptif dengan pendekatan Cross Sectional dan pengambilan sampel menggunakan random sampling dengan kriteria responden umur 6-24 bulan dan penilaian status gizi menggunakan KMS.