BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu bidang kehidupan yang dirasakan penting

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Saat ini pendidikan adalah penting bagi semua orang baik bagi

BAB I PENDAHULUAN. mensosialisasikannya sejak Juli 2005 (

BAB I PENDAHULUAN. daya yang terpenting adalah manusia. Sejalan dengan tuntutan dan harapan jaman

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas tinggi. Masyarakat semakin berkembang

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperoleh pengetahuan atau menambah wawasan. Penyelenggaraan. melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, sehingga terus berusaha untuk memajukan kualitas pendidikan yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyadari pentingnya mendapatkan pendidikan setinggi mungkin. Salah

BAB I PENDAHULUAN. bentuk percakapan yang baik, tingkah laku yang baik, sopan santun yang baik

Universitas Kristen Maranatha

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan tonggak pembangunan sebuah bangsa. Kemajuan. dan kemunduran suatu bangsa dapat diukur melalui pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU pendidikan No.2 Tahun,1989, pendidikan adalah usaha sadar untuk

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan, di dalam suatu pembelajaran harus ada motivasi belajar, agar

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memasuki era globalisasi, remaja sebagai generasi penerus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. antar bangsa yang semakin nyata serta agenda pembangunan menuntut sumber

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, keadaan dunia pendidikan di Indonesia mengalami. perkembangan. Salah satu perkembangan terbaru yang terjadi adalah

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Atas (SMA) adalah salah satu bentuk pendidikan formal yang

BAB I PENDAHULUAN. Individu mulai mengenal orang lain di lingkungannya selain keluarga,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan suatu lembaga yang memberikan pelayanan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ujian Nasional (UN) merupakan salah satu sumber penyebab kecemasan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa. lainnya. Masalah yang paling sering muncul pada remaja antara lain

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman mendorong terjadinya perubahan di berbagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam dunia pendidikan, sebutan UN atau Ujian Nasional sudah tidak asing

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan lebih lanjut ke perguruan tinggi ( Perguruan tinggi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. akademik dan/atau vokasi dalam sejumlah ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni

BAB I PENDAHULUAN. tersebut maka terjadi banyak perubahan di segala bidang termasuk di bidang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dua dasawarsa terakhir ini, perubahan yang terjadi dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Khoirunnisa, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang cenderung pernah merasakan kecemasan pada saat-saat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi, persaingan yang sangat ketat terjadi di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial; mereka tidak dapat hidup sendiri dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Keputusan No. 153/U/2003 tentang Ujian Akhir Nasional, salah satu isinya

BAB I PENDAHULUAN. terhadap masa depan seseorang. Seperti yang dituturkan oleh Menteri Pendidikan

BAB 1 Pendahuluan. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. membangun bangsa ke arah yang lebih baik. Mahasiswa, adalah seseorang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional di Indonesia berkembang seiring dengan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. di bidang tekhnologi, ilmu pengetahuan, ekonomi, dan pendidikan. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Agni Marlina, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN. untuk dua mata pelajaran dan minimal 4,25 untuk mata pelajaran lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi merupakan salah satu jenjang yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kecemasan dapat dialami oleh para siswa, terutama jika dalam

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman yang maju mengikuti pertumbuhan ilmu

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya manusia dan masyarakat berkualitas yang memiliki kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN. Perguruan Tinggi atau Universitas merupakan lembaga pendidikan tinggi di

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga yang bahagia dan harmonis merupakan dambaan dari setiap

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman sekarang, pendidikan merupakan salah satu sarana utama dalam

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas tersebut diciptakan melalui pendidikan (

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan telah menjadi penopang dalam meningkatkan sumber. daya manusia untuk pembangunan bangsa. Whiterington (1991, h.

BAB I PENDAHULUAN. Di jaman yang semakin maju, pendidikan menjadi salah satu faktor

BAB I PENDAHULUAN. Cipta,2008), hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. Pada era gobalisasi ini, perkembangan masyarakat di berbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia dari masa ke

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi yang terjadi saat ini ditandai dengan adanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kecemasan

BAB I PENDAHULUAN. Mekanisme koping adalah suatu cara yang digunakan individu dalam

PENGARUH BIMBINGAN BELAJAR TERHADAP KECEMASAN SISWA DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan pada jaman ini sangat berkembang di berbagai negara. Sekolah sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang ingin berhasil dalam hidupnya dan semua orang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Pada bagian ini akan dijabarkan mengenai latar belakang, rumusan

BAB I PENDAHULUAN. semakin besar. Di tahun 2009 angka pengangguran terdidik telah mencapai

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang, baik di bidang ekonomi, politik, hukum dan tata kehidupan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam rangka menyongsong era persaingan bebas antar bangsa yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perdagangan, ekonomi, teknologi, dan lain sebagainya. Sedemikian

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dipandang mampu menjadi jembatan menuju kemajuan, dan

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas tinggi. Perkembangan masyarakat dengan kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan perilaku maupun sikap yang diinginkan. Pendidikan dapat

BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jiwa, kepribadian serta mental yang sehat dan kuat. Selayaknya pula seorang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dunia ini. Dalam pendidikan formal dan non- formal proses belajar menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan tinggi memiliki tujuan yaitu menyiapkan peserta didik menjadi

PENDAHULUAN. sebagai subjek yang menuntut ilmu di perguruan tinggi dituntut untuk mampu

BAB I PENDAHULUAN. dengan harapan. Masalah tersebut dapat berupa hambatan dari luar individu maupun

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan kemajuan teknologi di bidang otomotif, setiap perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan di era globalisasi sangat menuntut sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri,

BAB I PENDAHULUAN. Undang undang Pemerintahan Negara Republik Indonesia tahun 2003 pasal

BAB I PENDAHULUAN. ilmunya dalam dunia pendidikan hingga tingkat Perguruan Tinggi. Dalam jenjang

BAB I PENDAHULUAN. juga diharapkan dapat memiliki kecerdasan dan mengerti nilai-nilai baik dan

BAB 1 PENDAHULUAN. periode ini berbagai perubahan terjadi baik perubahan hormonal, fisik, psikologis

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Pendidikan berfungsi untuk mengembangkan dan membentuk

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. mengarahkan, dan mempertahankan perilaku. Dengan demikian, perilaku yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. prasarana, fisik sekolah, kualitas guru, pemutakhiran kurikulum,dan juga tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. Zaman modern yang penuh dengan pengaruh globalisasi ini, kita dituntut

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional melalui Undang-undang Republik Indonesia

PSIKOLOGI UMUM 2. Stress & Coping Stress

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal,

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi membawa dampak pada terjadinya persaingan di segala bidang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan tinggi, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Lembaga

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu bidang kehidupan yang dirasakan penting oleh setiap individu. Melalui pendidikan setiap individu akan memperoleh ilmu pengetahuan dan membuka peluang untuk mengembangkan potensi dirinya agar kelak dapat dimanfaatkan untuk kemajuan bangsa dan negara. Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang menjadi tempat bagi setiap individu untuk belajar dan memperoleh ilmu pengetahuan, mulai dari Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA) hingga Perguruan Tinggi (PT) (Kompas, 1998). Setiap jenjang pendidikan mempunyai batas waktu pendidikan masingmasing, yaitu selama enam tahun di SD, tiga tahun di SMP, dan tiga tahun di SMA. Setiap siswa mempunyai tanggung jawab menyelesaikan pendidikan di setiap jenjang dengan batas waktu tersebut, agar dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan berikutnya. Siswa dituntut menguasai ilmu pengetahuan pada setiap jenjang sehingga mempunyai bekal untuk melanjutkan ke jenjang yang berikutnya. Pada jenjang pendidikan SD, siswa harus mengikuti Ujian Nasional (UN) pada saat duduk di kelas VI, sebagai syarat untuk memperoleh kelulusan agar dapat melanjutkan pendidikan ke SMP. Pada jenjang SMP, ketika duduk di kelas IX mengikuti UN sebagai syarat kelulusan untuk melanjutkan pendidikan ke SMA. Demikian juga pada jenjang SMA, siswa harus mengikuti UN di kelas XII

2 sebagai syarat untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang PT atau memasuki dunia pekerjaan. Ujian Nasional merupakan ujian yang harus diikuti oleh setiap siswa yang duduk di tingkat akhir setiap jenjang pendidikan (kelas VI, kelas IX dan kelas XII) sebagai syarat kelulusan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya. Ini merupakan kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan yang ditetapkan kepada semua siswa yang belajar di sekolah. Ujian Nasional untuk siswa kelas XII dilakukan untuk tiga mata pelajaran yaitu Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris dan Matematika untuk siswa jurusan IPA atau Ekonomi untuk siswa jurusan IPS. Ujian Nasional dilakukan secara bersamaan di seluruh SMA dengan soal-soal yang dibuat oleh dinas pendidikan. Ujian Nasional yang akan diikuti oleh siswa mempunyai syarat kelulusan bagi siswa yang mengikutinya. Syarat kelulusan yang berlaku bagi siswa kelas XII yang mengikuti Ujian Nasional tahun 2007 yaitu siswa harus memperoleh nilai minimal 4,25 dengan rata-rata enam untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan Matematika untuk jurusan IPA / Ekonomi untuk jurusan IPS. Syarat kelulusan Ujian Nasional berlaku setiap tahun bagi semua sekolah negeri maupun sekolah swasta di Indonesia. Siswa yang mengikuti Ujian Nasional diharapkan dapat memenuhi syarat kelulusan tersebut agar dapat melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi atau memasuki dunia pekerjaan. Jika siswa gagal memenuhi syarat tersebut, berarti siswa harus mengulang kembali belajar selama satu tahun di kelas XII (guru BP SMAN X Tanjung Pinang).

3 Syarat kelulusan untuk siswa kelas XII tahun 2007 juga berlaku bagi siswa kelas XII SMAN X. SMAN X adalah salah satu sekolah negeri favorit di kota Tanjung Pinang. Hal ini dapat terlihat dari banyaknya jumlah siswa yang mendaftar untuk masuk ke SMAN X selalu lebih banyak dibandingkan dengan sekolah lainnya. SMAN X merupakan sekolah binaan khusus yang ada di kota Tanjung Pinang. SMAN X selalu terkenal dengan prestasi yang selama ini dicapai oleh siswanya dalam bidang akademis. Setiap siswa SMAN X selalu menunjukkan prestasi yang cemerlang dari nilai-nilai pelajaran setiap tahunnya. Mereka diharapkan memperoleh nilai di atas rata-rata SMA pada umumnya. Siswa yang akan melanjutkan pendidikan dari SMP ke SMAN X harus melalui proses penyaringan terlebih dahulu yang dilakukan sekolah berdasarkan nilai Ujian Nasional mereka di SMP. Semua siswa yang mendaftar ke SMAN X, nilai Ujian Nasionalnya akan disusun dalam peringkat. Selanjutnya siswa akan dinyatakan diterima bila nilainya berada dalam peringkat teratas hingga jumlah siswa sesuai dengan daya tampung sekolah. Siswa yang mendaftar di SMAN X, pada umumnya memiliki nilai rata-rata lebih tinggi dibandingkan siswa yang mendaftar di SMA lainnya. Selain itu, siswa yang diterima di SMAN X dengan peringkat terendah tetap memiliki nilai rata-rata yang lebih tinggi dibandingkan nilai rata-rata siswa yang diterima di sekolah lain. SMAN X yang terkenal dengan prestasi siswanya berusaha mengajar siswanya dengan sebaik-baiknya melalui para gurunya. Sekolah berharap siswa tetap dapat mempertahankan prestasi sekolah dengan mengikuti pelajaran dengan baik agar mendapatkan nilai sesuai dengan standar sekolah. Tuntutan tersebut

4 berlaku untuk semua siswa yang duduk di bangku kelas X, XI dan terutama siswa kelas XII, karena siswa kelas XII akan menghadapi Ujian Nasional. Siswa kelas XII yang akan mengikuti Ujian Nasional diharapkan lulus seluruhnya, karena kelulusan siswa kelas XII menghadapi Ujian Nasional dapat juga menjadi suatu ukuran keberhasilan bagi sekolah atas proses pembelajaran yang telah dilakukan sekolah. Jika semua siswa kelas XII lulus dalam Ujian Nasional, berarti sekolah telah berhasil dalam proses pembelajaran dan telah menghasilkan siswa-siswi yang mampu melanjutkan pendidikan ke PT (guru SMAN X Tanjung Pinang). SMAN X melakukan berbagai usaha dalam bidang pengajarannya untuk mewujudkan harapan tersebut. Salah satu usaha yang dilakukan sekolah adalah memberikan jam pelajaran tambahan di luar jam pelajaran sekolah (atau biasa dikenal dengan istilah terobosan) kepada semua siswa, terutama siswa kelas XII. Terobosan diberikan dua kali seminggu untuk mata pelajaran yang termasuk dalam Ujian Nasional yaitu Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris dan Matematika untuk siswa jurusan IPA / Ekonomi untuk siswa jurusan IPS. Selama terobosan, siswa diajarkan materi pelajaran secara lebih mendalam dan diberikan latihan soal-soal Ujian Nasional, agar siswa lebih siap dalam menghadapi Ujian Nasional. Sekolah berharap semua siswanya memperoleh kelulusan dalam Ujian Nasional agar siswa dapat melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi (siswa SMAN X Tanjung Pinang). Siswa kelas XII yang mendapatkan dukungan dari sekolah untuk menghadapi Ujian Nasional, berusaha belajar sungguh-sungguh agar dapat mewujudkan harapan sekolah tersebut. Mereka selalu melakukan kegiatan belajar

5 bersama dengan teman-teman sekelas, dengan mengerjakan soal-soal pra UN yang diberikan guru. Dalam kegiatan belajar bersama, mereka saling membantu untuk memahami dan mengerjakan soal-soal pra UN, sehingga mereka siap untuk menghadapi Ujian Nasional (siswa SMAN X Tanjung Pinang). Salah satu usaha yang dilakukan oleh siswa untuk dapat lulus dalam Ujian Nasional adalah dengan meningkatkan motivasi berprestasi yang ada dalam dirinya. Motivasi berprestasi merupakan hal penting yang harus dimiliki oleh siswa kelas XII sebagai dorongan bagi mereka untuk mengikuti Ujian Nasional dengan sungguh-sungguh agar dapat memperoleh nilai yang terbaik dan memenuhi syarat kelulusan yang berlaku. Motivasi berprestasi adalah keinginan untuk menyelesaikan sesuatu, untuk mencapai suatu standar kesuksesan, dan untuk melakukan suatu usaha dengan tujuan untuk mencapai kesuksesan (McClelland, 1953). Motivasi berprestasi pada diri siswa akan mempengaruhi bagaimana tingkah laku yang ditampilkan oleh siswa dalam cara belajarnya sehari-hari. Motivasi berprestasi pada diri setiap siswa berbeda-beda derajatnya, dipengaruhi oleh reward, learning dan emotion pada diri setiap siswa. Pemberian reward berupa pujian atau penghargaan kepada siswa, dalam batas-batas tertentu dapat meningkatkan motivasi berprestasi pada diri siswa. Proses learning atau belajar yang dialami siswa juga dapat mempengaruhi motivasi berprestasi dalam dirinya. Motivasi berprestasi dalam diri siswa berkembang sejalan dengan proses belajar siswa dengan lingkungannya. Siswa akan belajar menilai keberhasilannya dalam merespon situasi yang ada di

6 lingkungan dan akan meningkatkan standar pencapaian prestasi di masa mendatang (Mc.Clelland, 1953). Selain melalui reward dan learning, emotion juga dapat mempengaruhi motivasi berprestasi dalam diri siswa. Saat siswa menyenangi sesuatu, maka derajat kesenangannya terhadap suatu situasi akan menentukan derajat motivasi dalam dirinya. Ujian Nasional yang akan dihadapi siswa, dapat dinilai sebagai situasi yang menyenangkan atau tidak menyenangkan. Penilaian ini dapat mempengaruhi derajat motivasi siswa dalam persiapan menghadapi Ujian Nasional. Selain itu, emotion (rasa suka) siswa terhadap mata pelajaran yang akan diujikan dalam Ujian Nasional juga dapat mempengaruhi motivasi berprestasi yang ada dalam diri siswa. Ujian Nasional dengan syarat kelulusan yang ditetapkan pemerintah dapat mempengaruhi aspek emosi dalam diri para siswa. Hal tersebut dipengaruhi bagaimana siswa menilai Ujian Nasional dengan nilai standar kelulusan dan menghubungkannya dengan kemampuan yang mereka miliki. Ujian Nasional dengan syarat kelulusan dinilai siswa sebagai tuntutan yang harus dipenuhi. Penilaian siswa terhadap tuntutan tersebut dapat menimbulkan stress dalam diri siswa yang berbeda-beda derajatnya, tergantung dari bagaimana siswa menilai tuntutan tersebut. Siswa yang menilai bahwa Ujian Nasional dengan syarat kelulusan sebagai tuntutan dan kemampuan yang dimiliki tidak dapat memenuhi tuntutan tersebut akan merasa stress. Sebaliknya, siswa yang merasa bahwa tuntutan Ujian Nasional dengan syarat kelulusan dapat mereka hadapi sesuai dengan kemampuan yang dimiliki, dapat merasakan stress dalam derajat rendah

7 ataupun tidak merasakan stress. Derajat stress yang dihayati oleh siswa dalam menilai Ujian Nasional dengan syarat kelulusan mempengaruhi aspek emosi yang ada dalam diri siswa dan hal tersebut juga dapat mempengaruhi motivasi berprestasi dalam diri siswa dalam menghadapi Ujian Nasional. Siswa kelas XII SMAN X Tanjung Pinang menghayati Ujian Nasional dengan syarat nilai minimum 4.25 dan nilai rata-rata enam, merupakan tuntutan yang harus mereka penuhi. Berdasarkan hasil wawancara dengan 10 orang siswa kelas XII SMAN X, satu orang (10%) siswa mengatakan bahwa suka atau tidak suka ia tetap harus mempersiapkan diri untuk menghadapi Ujian Nasional. Siswa merasa takut menghadapi Ujian Nasional dengan syarat kelulusan yang menurutnya cukup tinggi. Siswa takut gagal dalam Ujian Nasional, dimana pada tahun sebelumnya banyak siswa kelas XII yang tidak lulus karena memperolaeh nilai dibawah 4.00. Selain itu siswa akan merasa sedih dan malu jika gagal dalam Ujian Nasional karena telah mengecewakan orang tua dan menghambat masa depannya karena harus mengulang kembali belajar di kelas XII selama satu tahun. Siswa merasa stress dengan situasi tersebut, ditandai dengan dirinya yang selalu sulit untuk berkonsentrasi ketika belajar di sekolah karena memikirkan waktu Ujian Nasional semakin dekat, dan menjadi berkeringat lebih saat mengerjakan soal-soal latihan Ujian Nasional yang diberikan guru. Oleh karena itu siswa merasa harus mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya untuk menghadapi Ujian Nasional dengan meningkatkan motivasi berprestasi dalam dirinya. Cara yang dilakukan siswa adalah dengan cara menambah waktu belajar di rumah dengan

8 mengerjakan soal-soal latihan Ujian Nasional dan mengikuti kegiatan bimbingan belajar di luar sekolah sebagai persiapan menghadapi Ujian Nasional. Hal tersebut juga dinyatakan oleh empat siswa (40%) kelas XII yang lain. Mereka merasa stress karena akan menghadapi Ujian Nasional dengan syarat kelulusan yang berlaku. Mereka takut tidak dapat memenuhi tuntutan sekolah yang mengharapkan agar mereka lulus dalam Ujian Nasional dengan nilai diatas syarat kelulusan yang berlaku. Menurut mereka, guru-guru selalu memberikan nasehat agar mereka rajin belajar agar lulus dalam UN. Berdasarkan kebijakan sekolah kegiatan ekstrakurikuler juga dikurangi, karena sekolah ingin siswa-siswi lebih memfokuskan diri dalam bidang pengajaran. Oleh karena itu mereka merasa stress dengan situasi tersebut, ditandai dengan jantung berdebar lebih cepat saat mengerjakan soal-soal latihan Ujian Nasional yang diberikan oleh guru, karena menurut mereka soal-soal tersebut sulit untuk dikerjakan. Selain itu mereka juga sering merasa cemas dan takut setiap akan mengerjakan soal-soal latihan Ujian Nasional. Mereka berusaha untuk mengatasi rasa takut dengan mengikuti kegiatan bimbingan belajar yang diadakan oleh lembaga pendidikan di luar sekolah dan meluangkan waktu lebih banyak untuk belajar di rumah serta belajar bersama kelompok belajar. Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa kelas XII SMAN X, satu orang (10%) siswa yang lain merasa santai dengan tuntutan tersebut. Ujian Nasional membuatnya merasa takut dan stress. Namun, hal tersebut harus dihadapi karena dapat meningkatkan semangat belajarnya. Siswa merasa dengan syarat kelulusan tersebut, ia lebih bersemangat dalam belajar karena diberikan

9 tanggung jawab untuk menyelesaikan pendidikannya. Setiap hari, ia merasa cemas karena waktu Ujian Nasional semakin dekat, karena itu ia lebih sering meluangkan waktu untuk mengulang pelajaran di rumah dan mengurangi waktu bermain dengan teman-temannya agar mempunyai jadwal belajar teratur yang dilakukan setiap hari. Hal yang berbeda dirasakan oleh empat siswa lain (40%) yang merasa stress dengan situasi Ujian Nasional. Berdasarkan hasil wawancara, mereka menjadi sulit berkonsentrasi ketika belajar dan jantungnya berdebar lebih cepat saat mengerjakan soal-soal latihan Ujian Nasional di sekolah. Mereka juga menjadi menjadi lebih pendiam, karena sering memikirkan UN yang akan dihadapi, dan sering merasa kelelahan karena selalu memikirkan situasi Ujian Nasional yang akan mereka hadapi. Karena itu mereka menjadi malas belajar karena sulit memfokuskan pikiran mereka kepada materi pelajaran. Penilaian siswa kelas XII SMAN X Tanjung Pinang tentang Ujian Nasional dengan syarat kelulusan menimbulkan penghayatan stress dalam derajat berbeda-beda pada setiap siswa yang berkaitan dengan motivasi berprestasi dalam diri siswa. Hal tersebut sesuai dengan kenyataan yang dialami siswa kelas XII SMAN X Tanjung Pinang yang akan mengikuti Ujian Nasional. Berdasarkan hasil wawancara dengan 10 orang siswa kelas XII, siswa merasakan stress dalam derajat yang berbeda-beda dan memiliki motivasi berprestasi dengan derajat yang berbeda-beda juga. Karena hal tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana hubungan antara stress dan motivasi berprestasi pada siswa kelas XII SMAN X Tanjung Pinang yang akan mengikuti UN.

10 1.2. Identifikasi Masalah Dalam penelitian ini ingin diketahui sejauh mana hubungan antara stress dan motivasi berprestasi pada siswa kelas XII SMAN X Tanjung Pinang yang akan mengikuti Ujian Nasional? 1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1. Maksud Penelitian Maksud penelitian ini adalah ingin mengetahui tinggi rendahnya stress dan tinggi rendahnya motivasi berprestasi pada siswa kelas XII SMAN X yang akan mengikuti Ujian Nasional. 1.3.2. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah ingin memperoleh gambaran tentang bagaimana hubungan antara stress dan motivasi berprestasi pada siswa kelas XII SMAN X yang akan mengikuti Ujian Nasional. 1.4. Kegunaan Penelitian 1.4.1. Kegunaan Teoritis 1. Memberikan informasi dalam bidang ilmu Psikologi Pendidikan dan Psikologi Klinis tentang hubungan antara stress dan motivasi berprestasi pada siswa kelas XII yang akan mengikuti UN. 2. Memberikan informasi kepada peneliti lain yang ingin melakukan penelitian lebih lanjut dan lebih mendalam mengenai variabel stress atau motivasi berprestasi beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya.

11 1.4.2. Kegunaan Praktis 1. Memberikan informasi kepada siswa kelas XII yang akan mengikuti UN tentang hubungan antara stress dan motivasi berprestasi agar siswa dapat mempersiapkan diri menghadapi UN dengan memperhatikan stress dan motivasi berprestasi dalam diri mereka. 2. Memberikan informasi kepada sekolah tentang hubungan antara stress dan motivasi berprestasi pada siswa kelas XII yang akan mengikuti UN agar sekolah dapat memberikan bimbingan kepada siswa kelas XII untuk menangani stress dalam upaya meningkatkan motivasi berprestasi siswa yang akan menghadapi UN. 3. Memberikan informasi kepada orang tua siswa tentang hubungan antara stress dan motivasi berprestasi pada siswa kelas XII yang akan menghadapi UN agar dapat memberikan perhatian dan bimbingan kepada siswa sehingga siswa dapat menangani stress dan meningkatkan motivasi berprestasi dalam menghadapi UN. 1.5. Kerangka Pemikiran Ujian Nasional dengan syarat kelulusan nilai minimum 4.25 dan rata-rata enam merupakan tuntutan yang harus dipenuhi oleh siswa kelas XII SMAN X yang sedang berada pada tahap perkembangan remaja akhir (usia 17-18 tahun). Hal tersebut sesuai dengan tuntutan perkembangan pada masa perkembangan remaja akhir yaitu menyelesaikan pendidikan dan mulai mempersiapkan diri untuk memasuki karir di masa yang akan datang (Henderson & Dweck, 1990

12 dalam Santrock, 1996). Tuntutan merupakan segala elemen fisik maupun psikososial dari situasi yang harus ditanggapi melalui tindakan fisik atau mental oleh individu sebagai upaya untuk menyesuaikan diri atau memberikan respon. Tuntutan Ujian Nasional dengan syarat kelulusan dapat dinilai siswa sebagai sumber stress bagi diri mereka. Hal ini tergantung dengan penilaian kognitif yang dilakukan oleh masing-masing siswa, terhadap situasi Ujian Nasional yang akan mereka hadapi. Penilaian kognitif adalah proses penilaian individu terhadap stimuli yang diamati di lingkungan, merupakan proses evaluasi yang menentukan dan dalam keadaan yang bagaimana suatu transaksi atau rangkaian transaksi antara individu dan lingkungannya dapat menimbulkan stress (Lazarus, 1984). Melalui penilaian kognitif terhadap Ujian Nasional, setiap siswa akan memberikan penilaian yang berbeda dan respon yang diberikan oleh masing-masing siswa terhadap situasi tersebut juga bisa berbeda-beda. Penilaian kognitif individu terhadap situasi yang menimbulkan stress melalui dua tahap penilaian, yaitu penilaian primer dan penilaian sekunder. Dalam penilaian primer individu menilai arti dari suatu situasi bagi kesejahteraannya. Individu akan menilai apakah suatu situasi relevan, apakah suatu situasi itu benign-positive, dan apakah suatu situasi tersebut menimbulkan stress. Suatu situasi dinilai sebagai situasi yang relevan atau tidak, tergantung dengan bagaimana individu memandang situasi tersebut, apakah akan membawa implikasi bagi kesejahteraannya atau tidak. Situasi yang relevan adalah situasi yang membawa dampak bagi kesejahteraan individu dan situasi yang tidak relevan

13 adalah situasi yang tidak membawa dampak bagi kesejahteraan individu (Lazarus, 1984). Penilaian benign-positive terhadap situasi yang ada di lingkungan, akan diberikan oleh individu apabila hasil dari suatu situasi ditafsirkan positif, yakni memelihara atau memperbaiki kesejahteraannya. Situasi Ujian Nasional dapat dinilai siswa sebagai situasi benign-positive ketika siswa menilai Ujian Nasional dengan syarat kelulusan yang berlaku akan membawa dampak positif bagi dirinya. Setelah melakukan penilaian benign-positive, individu akan menilai apakah situasi tersebut menimbulkan stress bagi dirinya. Individu yang menilai bahwa suatu situasi merupakan situasi benign-positivs atau situasi stressful bagi dirinya akan melakukan penilaian lebih lanjut yaitu apakah situasi tersebut termasuk situasi harm-loss, threat (ancaman) atau challenge (tantangan) bagi kesejahteraan dirinya. Siswa yang menilai bahwa Ujian Nasional dengan syarat kelulusan merupakan situasi yang stressful, menganggap bahwa Ujian Nasional tersebut merupakan ancaman bagi dirinya. Sedangkan siswa yang menilai Ujian Nasional sebagai situasi situasi benign-positive, menilai Ujian Nasional sebagai tantangan (challenge) untuk memperoleh nilai yang cemerlang. Situasi harm-loss (kerusakan-kehilangan), yaitu apabila terjadi kerusakan yang sifatnya menetap seperti cacat, kecelakaan/sakit, kehancuran harga diri social/personal, atau kehilangan sesuatu yang berharga/dicintai. Situasi threat (ancaman), yaitu perkiraan kerugian yang potensial akan terjadi. Pada umumnya penilaian kerusakan-kehilangan akan diikuti oleh penilaian ancaman, karena kerusakan-kehilangan akan menyimpan implikasi negatif di masa depan. Akan

14 tetapi pada ancaman situasi kerusakan-kehilangan baru diantisipasi dan belum benar-benar terjadi. Jadi berbeda dengan harm-loss dari perspektif waktunya. Selain itu pada ancaman dihasilkan antisipasi strategi penanggulangan sehingga individu dapat mengantisipasi, membuat rencana dan menghadapi kesulitan di kemudian hari. Challenge (tantangan), yaitu kesempatan untuk mencapai perkembangan, penguasaan atau keuntungan. Pada penilaian ini juga memungkinkan dihasilkannya mobilisasi usaha untuk strategi penanggulangan stress, seperti pada penilaian ancaman. Perbedaan utama dengan ancaman adalah bahwa penilaian tantangan lebih dipusatkan pada potensi untuk bertambah dan berkembang. Selain itu ditandai ditandai dengan emosi yang menyenangkan seperti semangat, hasrat, rasa terbangkitkan dan gembira. Sedangkan penilaian ancaman berpusat pada kerusakan potensial dan didominasi oleh emosi negatif seperti rasa takut, cemas dan marah (Lazarus, 1984). Siswa yang telah melakukan penilaian primer terhadap suatu situasi, selanjutnya akan melakukan penilaian sekunder, dimana siswa melakukan penilaian terhadap sumber-sumber daya yang dimiliki dan tersedia untuk menghadapi tuntutan (Lazarus, 1984). Dalam penilaian ini siswa melakukan evaluasi terhadap apa yang mungkin dapat dilakukan dalam menghadapi Ujian Nasional agar dapat memenuhi syarat kelulusan yang berlaku. Penilaian kognitif merupakan proses yang penting ketika individu menghadapi suatu tuntutan yang menimbulkan stress. Penilaian kognitif akan menentukan derajat stress yang dialami oleh setiap siswa terhadap situasi Ujian

15 Nasional berbeda-beda dan menghasilkan respon atau tingkah laku yang berbedabeda juga dari setiap siswa. Reaksi dari stress yang dihayati oleh siswa dapat muncul dalam bentuk emosi yang berkaitan dengan stress, perubahan fisiologis, perubahan tingkah laku, melemahnya keefektifan dalam menangani tuntutan lingkungan atau tujuan pribadi dan mengalami distress yang subjektif (Lazarus, 1984). Siswa kelas XII SMAN X yang menilai dirinya stress dalam persiapan menghadapi Ujian Nasional, menjadi sering mengeluarkan keringat yang berlebihan saat mengerjakan soal-soal pra UN. Stress yang dihayati oleh siswa yang muncul dalam bentuk reaksi-reaksi stress, berkaitan dengan motivasi berprestasi yang ada dalam diri siswa melalui aspek emosi yang ada dalam diri individu, baik itu menghasilkan emosi yang positif seperti perasaan senang, bahagia dan tertantang, ataupun menghasilkan emosi yang negatif seperti perasaan takut dan terancam. Emosi yang ada dalam diri siswa merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi berprestasi siswa selain faktor yang lainnya yaitu reward dan learning (Mc.Celland, 1953). Motivasi berprestasi adalah keinginan untuk menyelesaikan sesuatu, untuk mencapai suatu standar kesuksesan, dan untuk melakukan suatu usaha dengan tujuan untuk mencapai kesuksesan. Dalam pengertian motivasi berprestasi mencakup tiga hal yaitu aktivitas yang bersifat kompetitif, keinginan untuk bersaing dengan berhasil dan adanya tuntutan dalam diri (Mc.Clelland, 1953). Motivasi berprestasi dalam diri siswa mendorong siswa untuk mengikuti aktivitas yang kompetitif. Dalam hal ini siswa berusaha mengerjakan sesuatu sebaik mungkin atau lebih baik daripada yang dilakukan orang lain. Siswa juga memiliki

16 keinginan untuk bersaing dengan berhasil dimana keinginan tersebut akan memunculkan perasaan bangga jika berhasil, antisipasi kebanggaan dan mengerjakan tugas dengan hati-hati. Dalam melakukan segala aktivitas tersebut, individu memiliki tuntutan dalam dirinya untuk mengerjakan tugas dengan baik yang meliputi intensitas dan kualitas dari tindakannya seperti berusaha keras, sungguh-sungguh, hati-hati dan teliti (Mc.Clelland, 1953). Menurut Mc.Clelland (1953), terdapat tiga aspek yang mempengaruhi motivasi individu, yaitu reward, learning dan emotion. Pemberian reward yaitu berupa pujian ataupun penghargaan kepada individu, sampai batas-batas tertentu dapat meningkatkan motivasi yang ada dalam diri individu. Proses pembelajaran (learning) yang dilakukan individu terhadap lingkungannya, juga dapat mempengaruhi motivasi dalam diri individu. Begitu juga dengan emosi yang dirasakan oleh individu terhadap sesuatu hal, dapat menmpengaruhi motivasi dalam diri individu terhadap hal tersebut. Reward, learning dan emotion yang mempengaruhi motivasi dalam diri individu dapat memmpengaruhi motivasi dalam hal berprestasi yang ada dalam diri masing-masing. Hal ini terjadi ketika reward, learning dan emotion yang dialami oleh individu berkaitan dengan prestasi individu. Siswa yang sering mendapatkan pujian dari orang tua, guru dan teman dalam proses pembelajaran di sekolah, dapat meningkatkan motivasi berprestasi dalam dirinya. Dalam proses learning (belajar) siswa belajar untuk menilai kemampuan dirinya dan juga menilai situasi di lingkungan. Saat siswa dihadapkan pada situasi Ujian Nasional dengan syarat kelulusan dan dituntut untuk mencapai keberhasilan, maka siswa

17 akan menilai situasi tersebut sesuai dengan kemampuan dirinya dan meningkatkan motivasi berprestasi yang ada dalam dirinya. Selain itu, emosi dalam diri siswa juga akan mempengaruhi derajat motivasi berprestasi dalam diri siswa. Saat siswa menyenangi mata pelajaran yang diujikan dalam Ujian Nasional, maka derajat kesenangannya terhadap hal tersebut dapat meningkatkan motivasi berprestasi dalam dirinya untuk menghadapi Ujian Nasional. Namun, jika siswa tidak menyukai hal tersebut, maka motivasi berprestasi siswa untuk menghadapi Ujian Nasional dapat menurun. Motivasi berprestasi dalam diri siswa dapat diukur melalui empat aspek yaitu tanggung jawab, memperhatikan resiko, memperhatikan umpan balik dan kreatif-inovatif, yang akan muncul dalam tingkah laku siswa sehari-hari (Mc.Clelland, 1953). Keempat aspek motivasi berprestasi yang muncul dalam tingkah laku individu sehari-hari berkaitan dengan derajat stress yang dihayati oleh siswa tersebut, yang mempengaruhi emosi siswa. Siswa yang menghayati stress dalam derajat yang tinggi, muncul dalam bentuk reaksi merasakan emosi yang berkaitan dengan stress seperti rasa kesal, iri, takut, cemas, mengalami perubahan fisiologis, perubahan tingkah laku, melemahnya keefektifan dalam menangani tuntutan lingkungan, dan mengalami distress yang subjektif. Sebaliknya, siswa yang menghayati stress dengan derajat yang rendah muncul dalam bentuk tidak pernah merasakan emosi yang berkaitan dengan stress seperti rasa kesal, iri, takut dan cemas, tidak mengalami perubahan tingkah laku dan perubahan fisiologis, dapat menangani tuntutan lingkungan dan

18 mencapai tujuan pribadi dan tidak mengalami distress yang subjektif (Lazarus, 1984). Siswa dengan derajat stress tinggi, sedang atau rendah dapat memiliki motivasi berprestasi tinggi ataupun rendah. Siswa dengan motivasi berprestasi tinggi, merasa bertanggung jawab atas tugas yang, berusaha menyelesaikan hingga selesai, memperhatikan resiko yang akan dihadapi dalam mengerjakan tugas, memperhatikan umpan balik atas tugas yang dikerjakan, dan bertindak kreatif untuk menyelesaikan tugas dengan seefektif dan seefisien mungkin. Sebaliknya siswa dengan motivasi berprestasi rendah tampak hal yang berbeda. Mereka kurang bertanggung jawab terhadap tugas yang dikerjakan, kurang mempertimbangkan resiko dalam memilih tugas yang akan dikerjakan, kurang memperhatikan umpan balik atas tugas-tugas yang telah dikerjakan, dan mengerjakan tugas sesuai dengan cara pengerjaan yang telah tersedia tanpa berusaha mencari cara lain yang lebih efektif dan efisien (Mc.Clelland, 1953). Stress yang dihayati oleh individu berkaitan dengan motivasi berprestasi dalam diri individu. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana hubungan antara stress dan motivasi berprestasi pada siswa kelas XII SMAN X Tanjung Pinang yang akan mengikuti Ujian Nasional.

Reaksi terhadap stress: 1.Emosi yang berkaitan dengan stress 2.Perubahan fisiologis 3.Perubahan Tingkah Laku 4.Melemahnya keefektifan menangani tuntutan lingkungan 5.Distress yang subjektif Aspek motivasi berprestasi: 1.Tanggung Jawab 2.Resiko 3.Umpan Balik 4.Kreatif-Inovatif Tuntutan UN Siswa kelas XII SMAN X Penilaian Primer Irrelevant Benign-positive Stressful Penilaian Sekunder Derajat Stress Emotion Motivasi Berprestasi Hal yang mempengaruhi motivasi berprestasi: Reward Learning 1.5. Skema Kerangka Pikir

20 1.6. Asumsi 1. Siswa kelas XII SMAN X mempunyai motivasi berprestasi yang meliputi aspek tanggung jawab, memperhatikan resiko, memperhatikan umpan balik dan kreatifinovatif. 2. Siswa kelas XII SMAN X mempunyai motivasi berprestasi yang dipengaruhi oleh reward, emotion dan learning. 3. Stress merupakan faktor emosi yang berkaitan dengan motivasi berprestasi. 1.7. Hipotesis Penelitian Hipotesis pada penelitian ini adalah terdapat hubungan antara stress dan motivasi berprestasi pada siswa kelas XII SMAN X Tanjung Pinang yang akan mengikuti Ujian Nasional.