PERANCANGAN SYSTEM PAKAR GENERIC MENGGUNAKAN BINARY TREE

dokumen-dokumen yang mirip
KECERDASAN BUATAN ARTIFICIAL INTELLIGENCE. Copyright: Anik Handayani FT-UM

Sistem Pakar Dasar. Ari Fadli

MODEL HEURISTIK. Capaian Pembelajaran. N. Tri Suswanto Saptadi

BAB 2 TINJAUAN TEORI. Artificial Intelligence. Jika diartikan Artificial memiliki makna buatan,

EXPERT SYSTEM DENGAN BEBERAPA KNOWLEDGE UNTUK DIAGNOSA DINI PENYAKIT-PENYAKIT HEWAN TERNAK DAN UNGGAS

SISTEM PAKAR DENGAN BEBERAPA KNOWLEDGE BASE MENGGUNAKAN PROBABILITAS BAYES DAN MESIN INFERENSI FORWARD CHAINING

APLIKASI SHELL SISTEM PAKAR

Pendahuluan PENGERTIAN SISTEM PAKAR

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SISTEM PAKAR BERBASIS WEB UNTUK DIAGNOSA HAMA DAN PENYAKIT PADA TANAMAN MELON

PENGEMBANGAN SISTEM PAKAR DIAGNOSIS PENYAKIT DAN HAMA PADA TANAMAN SEMANGKA BERBASIS ANDROID

SISTEM PAKAR IDENTIFIKASI HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN JAGUNG BERBASIS WEB (STUDI KASUS : DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KAB INHIL)

Bab 2 2. Teknik Pencarian

BAB 1 PENGENALAN SISTEM PAKAR

Definisi Keuntungan dan kelemahan Konsep Dasar Bentuk dan Struktur Sistem Basis Pengetahuan Metode Inferensi Ciri-ciri Aplikasi dan Pengembangannya

PAKAR PEMILIHAN RESEP MAKANAN INDONESIA

Jurnal Komputasi. Vol. 1, No. 1, April Pendahuluan. Hal 1 dari 90

Sistem Pakar Untuk Mendeteksi Kerusakan Pada Sepeda Motor 4-tak Dengan Menggunakan Metode Backward Chaining

1. Pendahuluan. dengan reformasi adminstrasinya telah menyediakan layanan prima pada jam

PENGEMBANGAN SISTEM PAKAR DALAM MEMBANGUN SUATU APLIKASI

SISTEM PAKAR MENDIAGNOSA PENYAKIT UMUM YANG SERING DIDERITA BALITA BERBASIS WEB DI DINAS KESEHATAN KOTA BANDUNG

Pengetahuan 2.Basis data 3.Mesin Inferensi 4.Antarmuka pemakai (user. (code base skill implemetation), menggunakan teknik-teknik tertentu dengan

BAB II LANDASAN TEORI. Landasan teori atau kajian pustaka yang digunakan dalam membangun

PENGEMBANGAN SISTEM PAKAR BERBASIS ATURAN UNTUK MENENTUKAN MATA KULIAH YANG AKAN DIAMBIL ULANG (REMEDIAL) DENGAN METODE FORWARD CHAINING

BAB 2 LANDASAN TEORI

Pengantar Kecerdasan Buatan (AK045218) Sistem Pakar. Sistem Pakar 1/17

SISTEM PAKAR PENDETEKSI PENYAKIT MATA BERBASIS ANDROID

PERANCANGA SISTEM PAKAR PENDETEKSI GANGGUAN KEHAMILAN ABSTRAK

SISTEM PAKAR MENDIAGNOSA PENYAKIT PARU-PARU PADA MANUSIA BERBASIS WEB

Expert System. Siapakah pakar/ahli. Pakar VS Sistem Pakar. Definisi

Untung Subagyo, S.Kom

APLIKASI WEB PADA SISTEM PAKAR FORWARD CHAININGUNTUK DETEKSI KERUSAKAN PC (PERSONAL COMPUTER)

DIAGNOSA PENYAKIT JANTUNG DENGAN METODE PENELUSURAN FORWARD CHAINNING-DEPTH FIRST SEARCH

SISTEM PAKAR BERBASIS WEB UNTUK IDENTIFIKASI JENIS DAN PENYAKIT PADA BUNGA MAWAR

SISTEM PAKAR ANALISIS PENYAKIT LUPUS ERITEMATOSIS SISTEMIK PADA IBU HAMIL MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING

PROGRAM SISTEM PAKAR DALAM MEMBANTU CALON MAHASISWA MENENTUKAN MINAT STUDI DI UNIVERSITAS

APLIKASI SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT GINJAL DENGAN METODE DEMPSTER-SHAFER

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan komputer sekarang ini sangat pesat dan salah. satu pemanfaatan komputer adalah dalam bidang kecerdasan buatan.

PENERAPAN SISTEM PAKAR DALAM MENGANALISIS PENGARUH RELAKSASI MANAJEMEN STRES

BAB II DASAR TEORI. Sistem pakar atau Expert System biasa disebut juga dengan knowledge

Struktur Sistem Pakar

Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2004 Yogyakarta, 19 Juni 2004

IMPLEMENTASI ALGORITMA BREADTH FIRST SEARCH DAN STRING MATCHING PADA SISTEM PAKAR

RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS)

Pengantar Sistem Pakar

PEMANFAATAN TEKNOLOGI KNOWLEDGE-BASED EXPERT SYSTEM UNTUK MENGIDENTIFIKASI JENIS ANGGREK DENGAN MENGGUNAKAN BAHASA PEMROGRAMAN JAVA

By: Sulindawaty, M.Kom

Sistem Pakar untuk Mendiagnosa Penyakit Kucing Menggunakan Metode Backward Chaining

SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP)

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH : SISTEM CERDAS (AK014226) FAKULTAS / JURUSAN : TEKNIK KOMPUTER / D3 SKS/SEMESTER : 2/5

SISTEM PAKAR UNTUK MENDIAGNOSA PENYAKIT BABI DENGAN METODE BACKWARD CHAINING

SISTEM PAKAR BERBASIS MOBILE UNTUK MENDETEKSI PENYAKIT PADA GINJAL

ARTIFICIAL INTELLIGENCE

SISTEM PAKAR PENDETEKSI PENYAKIT PADA BURUNG MURAI MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING

Mendeteksi Blob dengan Menggunakan Algoritma BFS

SATUAN ACARA PERKULIAHAN UNIVERSITAS GUNADARMA

SISTEM PAKAR DIAGNOSIS KERUSAKAN SEPEDA MOTOR NON MATIC

METODE PENCARIAN BFS dan DFS

Artificial intelligence

IMPLEMENTASI ALGORITMA DEPTH LIMITED SEARCH PADA PERMAINAN PEG SOLITAIRE

SATUAN ACARA PERKULIAHAN UNIVERSITAS GUNADARMA

KECERDASAN BUATAN Artificial intelligence TRI WAHYUDI TIPA 15

PERANCANGAN APLIKASI SISTEM PAKAR PENYAKIT KULIT PADA ANAK DENGAN METODE EXPERT SYSTEM DEVELOPMENT LIFE CYCLE

Troubleshooting PC dengan Sistem Pakar

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP)

MENGENAL SISTEM PAKAR

APLIKASI SISTEM PAKAR UNTUK MENGIDENTIFIKASI PENYAKIT DALAM PADA MANUSIA MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING

Rancangan Permainan Othello Berbasis Android Menggunakan Algoritma Depth-First Search

SISTEM PAKAR (SP) Saiful Rahman Yuniarto, S.Sos, M.AB

Pengenalan Sitem Pakar

BAB II LANDASAN TEORI

SISTEM PAKAR UNTUK MENENTUKAN TIPE AUTISME PADA ANAK USIA 7-10 TAHUN MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING. Agam Krisna Setiaji

BAB II LANDASAN TEORI

PENERAPAN METODE FORWARD CHAINING PADA PERANCANGAN SISTEM PAKAR DIAGNOSIS AWAL DEMAM BERDARAH

SISTEM PAKAR UNTUK MENENTUKAN GANGGUAN AFEKTIF

RANCANG BANGUN APLIKASI KNOWLEDGE BASED SYSTEM BERBASIS FENG SHUI UNTUK MENENTUKAN HARGA JUAL RUMAH PADA PROPERTY AGENT

PENGEMBANGAN SISTEM PAKAR DIAGNOSIS PENYAKIT CABAI PAPRIKA BERBASIS ANDROID

APLIKASI SISTEM PAKAR PENENTUAN PERAWATAN KECANTIKAN BERBASIS WEB (STUDI KASUS : PAMELLA SALON YOGYAKARTA)

BAB III TEORI DASAR SISTEM PAKAR DAN SISTEM KONTROL BERBASIS SISTEM PAKAR 20 BAB III TEORI DASAR SISTEM PAKAR DAN SISTEM KONTROL BERBASIS SISTEM PAKAR

Visualisasi Konsep Umum Sistem Pakar Berbasis Multimedia

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS)

APLIKASI SISTEM PAKAR DETEKSI KERUSAKAN MOTOR MATIC MENGGUNAKAN METODE FOWARD CHAINING. Agustan Latif

PEMANFAATAN IT DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM PAKAR UNTUK MEMBANTU MEMAJUKAN KOPERASI DI INDONESIA

IMPLEMENTASI SISTEM PAKAR DALAM PENDETESIAN KERUSAKAN MESIN SEPEDA MOTOR

SISTEM PAKAR ONLINE MENGGUNAKAN RULE BASE METHOD UNTUK DIAGNOSIS PENYAKIT AYAM SKRIPSI KIKI HENDRA SITEPU

Backward Chaining & Forward Chaining UTHIE

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS)

H. A. Simon [1987] : Rich and Knight [1991]:

SISTEM PAKAR MENDIAGNOSA PENYAKIT MALARIA BERBASIS WEB

SISTEM PAKAR TES PSIKOMETRI KEPRIBADIAN MANUSIA MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING

SISTEM PAKAR PADA PERANGKAT MOBILE UNTUK DIAGNOSIS HAMA PENYAKIT TANAMAN PADI

SISTEM PAKAR. Entin Martiana Jurusan Teknik Informatika - PENS

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat, seiring dengan kebutuhan manusia yang semakin banyak dan

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang 2. Rumusan Masalah 3. Tujuan Dan Manfaat

Penerapan Sistem Pakar Untuk Informasi Kebutuhan Energi Menggunakan Metode Forward Chaining

Sistem Informasi Jadwal Perkuliahan dengan Metode Sistem Pakar

Aplikasi Algoritma Traversal Dalam Binary Space Partitioning

Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2011

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

L ctur er: M. Mift Mi ak ft ul Am A i m n i,,s. Kom om,. M. M. ng.

Transkripsi:

PERANCANGAN SYSTEM PAKAR GENERIC MENGGUNAKAN BINARY TREE Luky Agus Hermanto, ST., MT. Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknologi Informasi Institut Teknologi Adhi Tama Surabaya Jl. Arif Rahman Hakim No. 100 Surabaya e-mail : luky_a_hermanto@yahoo.com Abstrak Kebutuhan akan adanya tenaga ahli atau pakar dalam menghadapi dan menyelesaikan suatu masalah dewasa ini menjadi hal yang tidak bisa ditawar lagi, terutama pada masalah-masalah yang hanya dipahami oleh orang-orang dengan kemampuan tertentu (pakar), dan dibutuhkan suatu kecepatan dalam memutuskan tindakan atau penanganan. Ketersedian tenaga ahli/pakar yang terbatas akan menghambat diputuskannya suatu tindakan atau penanganan, selain itu kemampuan pakar tidak selamanya dapat diandalkan, dan pada akhirnya dapat menemui kekurangan dalam beberapa kondisi. Pemanfaatan teknologi informasi dalam beberapa aplikasi dewasa ini sudah menjadi bagian penting dalam berbagai bidang keilmuan, baik sebagai penunjang maupun komponen utama. Keberadaan suatu system pakar untuk menyelesaiakan masalah dapat mengatasi beberapa kekurangan dengan menggunakan tenaga pakar sebenarnya. Dengan menggunakan pembacaan table yang berisikan kondisi ya dan tidak, yang merupakan bentuk lain dari diagram binary tree, dan tetap menggunakan metode forwardbackward chaining sebagai penelusur rule, dapat dibangun sebuah system pakar yang lebih sederhana, praktis, dan generic. Dari beberapa percobaan yang diterapkan dalam beberapa kasus menunjukkan hasil yang mendekati kebenaran sesuai dengan keadaan real. Kata kunci : binary tree, system pakar, generic. 1. PENDAHULUAN Sistem pakar (expert system) adalah sistem yang berusaha mengadopsi manusia ke komputer, agar komputer dapat menyelesaikan masalah seperti yang biasa dilakukan oleh para ahli. Sistem pakar yang baik dirancang agar dapat menyelesaikan suatu permasalahan tertentu dengan meniru kerja dari para ahli. Dengan sistem pakar, orang awampun dapat menyelesaikan masalah yang cukup rumit yang sebenarnya hanya dapat diselesaikan dengan bantuan para ahli. Bagi para ahli, sistem pakar ini juga akan membantu aktivitasnya sebagai asisten yang sangat berpengalaman. Ada beberapa definisi tentang sistem pakar, antara lain: Menurut Durkin: Sistem pakar adalah suatu program komputer yang dirancang untuk memodelkan kemampuan penyelesaian masalah yang dilakukan oleh seorang pakar. Menurut Ignizio: Sistem pakar adalah suatu model dan prosedur yang berkaitan, dalam suatu domain tertentu, yang mana tingkat keahliannya dapat dibandingkan dengan keahlian seorang pakar. Menurut Giarratano dan Riley: Sistem pakar adalah suatu sistem komputer yang bisa menyamai atau meniru kemampuan seorang pakar. Sistem pakar pertama kali dikembangkan oleh komunitas AI pada pertengahan tahun 1960. Sistem pakar yang muncul pertama kali adalah General-purpose Problem Solver (GPS) yang dikembangkan oleh Newel dan Simon. GPS (dan program-program yang serupa) ini mengalami kegagalan dikarenakan cakupannya terlalu luas sehingga terkadang justru meninggalkan penting yang seharusnya disediakan. 1

Konsep Dasar Sistem Pakar Menurut Efraim Turban, konsep dasar sistem pakar mengandung: keahlian, ahli, pengalihan keahlian, inferensi, aturan dan kemampuan menjelaskan. Keahlian adalah suatu kelebihan penguasaan di bidang tertentu yang diperoleh dari pelatihan, membaca atau pengalaman. Contoh bentuk yang termasuk keahlian adalah: Fakta-fakta pada lingkup permasalahan tertentu. Teori-teori pada lingkup permasalahan tertentu. Prosedur-prosedur dan aturan-aturan berkenaan dengan lingkup permasalahan tertentu. Strategi-strategi global untuk menyelesaikan masalah. Meta-knowledge ( tentang ). Struktur Sistem Pakar Sistem pakar terdiri-dari 2 bagian pokok, yaitu: lingkungan pengembangan (development environment) dan lingkungan konsultasi (consultation environment). Lingkungan pengembangan digunakan sebagai pembangun sistem pakar baik dari segi pembangun komponen maupun basis. Lingkungan konsultasi digunakan oleh seseorang yang bukan ahli untuk berkonsultasi. User Fakta-fakta tentang kejadian khusus Fakta: Aturan: Basis Pengetahuan Apa yang diketahui tentang area domain logical reference Antarmuka Fasilitas penjelasan Rekayasa Aksi yang direkomendasi Motor inferensi o Interpreter o Scheduler o Consistency Enforcer Penambahan Pengetahuan ahli BLACKBOARD Rencana Agenda Solusi Deskripsi masalah Penyaring Sistem Produksi Sistem produksi terdiri dari: Himpunan aturan, masing-masing terdiri dari sisi kiri (pola) yang menentukan kemampuan aplikasi dari aturan tersebut dan sisi kanan yang menggambarkan operasi yang dilalukan jika aturan dilaksanakan. Satu atau lebih atau basis data yang berisi informasi apapun untuk tugas tertentu. Beberapa bagian basis data bisa permanen, dan bagian yang lain bisa hanya merupakan solusi untuk masalah saat ini. Informasi dalam basis data ini disusun secara tepat. Strategi kontrol yang menspesifikasikan urutan dimana aturan akan dibandingkan dengan basis data dan menspesifikasikan cara pemecahan masalah yang timbul ketika beberapa aturan sesuai sekaligus pada waktu yang sama. A rule applies (pengaplikasi aturan). Strategi Kontrol Syarat-syarat strategi kontrol: Cause motion. Strategi kontrol yang tidak menyebabkan motion tidak akan pernah mencapai solusi. Systematic. Strategi ini lebih baik karena menyebabkan motion. Pada akhirnya strategi tersebut akan mencapai solusi. Tetapi mungkin akan mengunjungi beberapa state yang sama selama proses tersebut dan mungkin menggunakan lebih banyak langkah dari jumlah langkah yang diperlukan. Hal ini disebabkan strategi kontrol tersebut tidak sistematik. Beberapa strategi kontrol yang sistematik telah diusulkan, yang biasa disebut sebagai metoda-metoda dalam teknik searching, yaitu Breadth First Search, Uniform Cost Search, Depth First Search, Depth-Limited Search, Iterative-Deepening 2

Depth-First Search, dan Bi-directional search. Masing-masing metoda tersebut mempunyai karakteristik yang berbeda. Depth-First Search (DFS) Pencarian dilakukan pada satu node dalam setiap level dari yang paling kiri. Jika pada level yang paling dalam, solusi belum ditemukan, maka pencarian dilanjutkan pada node sebelah kanan. Node yang kiri dapat dihapus dari memori. Jika pada level yang paling dalam tidak ditemukan solusi, maka pencarian dilanjutkan pada level sebelumnya. Demikian seterusnya sampai ditemukan solusi. Jika solusi ditemukan maka tidak diperlukan proses backtracking (penelusuran balik untuk mendapatkan jalur yang dinginkan). Pohon Biner Pohon biner merupakan jenis pohon yang simpul cabangnya memiliki maksimal dua anak. Karena anak dari suatu cabang maksimal hanya dua, maka anak cabang ini dinamakan anak cabang kiri atau anak cabang kanan. Dalam pohon biner, cabang kiri dan kanan ini dibedakan (untuk pohon secara umum tidak). Bukan hanya cabangnya saja, bahkan urutan cabang kiri atau cabang kanan pun dibedakan. Basis Pengetahuan (Knowledge Base) Basis berisi - dalam penyelesaian masalah, di dalam domain tertentu. Ada 2 bentuk pendekatan basis yang sangat umum digunakan, yaitu: a. Penalaran berbasis aturan (Rule-Based Reasoning) Pada penalaran berbasis aturan, direpresentasikan dengan menggunakan aturan berbentuk: IF-THEN. Bentuk ini digunakan apabila kita memiliki sejumlah pakar pada suatu permasalahan tertentu, dan si pakar dapat menyelesaikan masalah tersebut secara berurutan. Disamping itu, bentuk ini juga digunakan apabila dibutuhkan penjelasan tentang jejak (langkah-langkah) pencapaian solusi. b. Penalaran berbasis kasus (Case-Based Reasoning). Pada penalaran berbasis kasus, basis akan berisi solusi-solusi yang telah dicapai sebelumnya, kemudian akan diturunkan suatu solusi untuk keadaan yang terjadi sekarang (fakta yang ada). Bentuk ini digunakan apabila user menginginkan untuk tahu lebih banyak lagi pada kasus-kasus yang hampir sama (mirip). Selain itu, bentuk ini juga digunakan apabila kita telah memiliki sejumlah situasi atau kasus tertentu dalam basis. Motor Inferensi (Inference Engine) Ada 2 cara yang dapat dikerjakan dalam melakukan inferensi, yaitu: Forward Chaining. Pencocokan fakta atau pernyataan dimulai dari bagian sebelah kiri (IF dulu). Dengan kata lain, penalaran dimulai dari fakta terlebih dahulu untuk menguji kebenaran hipotesis. Backward Chaining. Pencocokan fakta atau pernyataan dimulai dari bagian sebelah kanan (THEN dulu). Dengan kata lain, penalaran dimulai dari hipotesis terlebih dahulu, dan untuk menguji kebenaran hipotesis tersebut dicari harus dicari fakta-fakta yang ada dalam basis. Konversi Binary Tree Ke Table Bentuk representasi data binary tree dapat dijabarkan dalam bentuk table. Dengan memperhatikan kondisi relation sebagai acuan penilaian true atau false maka bentuk-bentuk representasi binary tree dapat secara langsung direpresentasikan menjadi table, dengan asumsi tertentu, dimisalkan 1 untuk jawaban true dan 0 untuk jawaban false. Dengan representasi bentuk table maka diharapkan memberikan kemudahana dalam proses penelusuran rule, atau dengan kata lain inference engine lebih mudah menemukan kesimpulan. 3

Algoritma Inference Engine a. Baca kolom pertama b. Munculkan pertanyaan kolom c. Simpan nomor baris yang mempunyai nilai sesuai jawaban user d. Tambah nilai kolom e. Baca semua isi nilai kolom, jika ada perbedaan lakukan langkah b sampai dengan e, jika tidak ada perbedaan, kerjakan langkah d, f. Selesai. 2. PEMBAHASAN Dengan memanfaatkan kondisi binary tree yang hanya mengenal dua kondisi true dan false, yang diterjemahkan ke table sebagai bentuk representasi lain dari binary tree, didapatkan sebuah pemahaman bahwa suatu kondisi unik akan terwujud dengan menelusuri setiap nilai nilai baik kolom terhadap baris atau nilai nilai baris terhadap kolom. Dengan mengasumsikan pada sebuah kasus sederhana untuk pemilihan jurusan di suatu perguruan tinggi yang direpresentasikan dengan binary tree sebagai berikut: Minat pemrograman? Minat Robotic? Minat Accounting? Sistem Komputer Sistem Informasi Manajemen Akuntansi Sekretaris Dan direpresentasikan sebagai table : Pemrograman Robotic Accounting Sistem Komputer 1 1 0 Sistem Informasi 1 0 0 Manajemen Akuntansi 0 0 1 Sekretaris 0 0 0 Table diatas merupakan bentuk representasi lain dari susunan rule terhadap suatu kondisi dimana dengan penelusuran forward maupun backward pada akhirnya didapat suatu nilai konklusi. Dari contoh tersebut diatas dengan berdasar algoritma inference engine yang diusulkan, dapat digambarkan ketika seorang calon mahasiswa yang mempunyai minat di pemrograman dan mempunyai minat di robotic pasti akan memilih jurusan system computer, atu diarahkan pada jurusan system computer, demikian dan seterusnya, dimana seorang calon mahasisswa tidak berminat pemrograman, tidak berminat robotic, dan tidak berminat accounting, pasti calon mahasiswa tersebut akan memilih atau diarahkan mengambil jurusan sekretaris. Dengan table ini maka perubahan (penambahan atau pengurangan) dapat dilakukan dengan mudah, dimana hanya dengan memberikan nilai nilai true atau false pada cell yang dimaksud, dan apabila perlu dapat dilakukan penambahan atau pengurangan jumlah kolom maupun jumlah baris. Hal ini bersesuain dengan prinsip dasar system pakar, dimana yang dimiliki system pakar harus dapat dirubah sesuai keilmuan yang berlaku. Dengan menggunakan algoritma yang diusulkan yang diterapkan pada beberapa kasus dengan binary tree yang telah dikonversi ke table, dengan kondisi rule yang sudah sesuai keadaan nyata (real) didapatkan suatu hasil yang mendekati kenyataan, dimana system generic yang dibangun mampu bekerja sesuai dengan keadaan real, dan basis nya dapat ditambah atau dikurangi sesuai keilmuan yang berlaku. 3. PENUTUP Dari serangkaian penelitian dan percobaan yang telah dilakukan, system pakar generic yang diusulkan mampu menangani hampir seluruh kasus yang diujicobakan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa system generic ini dapat digunakan untuk berbagai rancangan system pakar dengan asumsi jawaban dari setiap pertanyaan adalah ya tidak, atau true false. Pengembangan lebih lanjut mungkin 4

dapat diusulkan untuk jawaban yang tidak mengenal dua kondisi, akan tetapi untuk jawaban yang mengandung beberapa kondisi atau bahkan peluang. 4. DAFTAR PUSTAKA [A]. Fausett, Laurence. 1994. Fundamentals of Neural Networks (Architectures, Algorithms, and Applications). New Jersey: Prentice-Hall. [B]. Kusumadewi; Sri. 2003. Artificial Intelligence (Teknik & Aplikasinya). Yogyakarta: Graha Ilmu. [C]. Kusumadewi, Sri; dan Purnomo, Hari. 2005. Penyelesaian Masalah Optimasi dengan Teknikteknik Heuristik. Yogyakarta: Graha Ilmu. [D]. Michalewicz, Zbigniew. 1996. Genetic Algorithms + Data Structures = Evolution Programs. Springer-Verlag. [E]. Russell, Stuart; dan Norvig, Peter. 2003. Artificial Intelligence A Modern Approach. International Edition, Edisi 2. New Jersey: Pearson Prentice-Hall Education International. [F]. Rich,E. dan Knight, K. 1991. Artificial Intelligence. Edisi 2. New York: McGraw-Hill Inc. [G]. Turban, Efraim; Aronson, Jay, E.; Liang, Ting-Peng. 2005. Decision Support Systems and Intelligent Systems. International Edition, Edisi 7, New Jersey: Pearson Prentice-Hall Education International. 5