RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR... TAHUN... TENTANG KESELAMATAN KETENAGALISTRIKAN

dokumen-dokumen yang mirip
RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR: TENTANG KESELAMATAN KETENAGALISTRIKAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 437 K/30/MEM/2003 TENTANG

- 1 - PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 44 TAHUN 2015 TENTANG INSTALASI PEMANFAATAN TENAGA LISTRIK TEGANGAN RENDAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESAWARAN NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN KEWENANGAN BIDANG KETENAGALISTRIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG KETENAGALISTRIKAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG KEGIATAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TENTANG PENYELENGGARAAN KEWENANGAN PEMERINTAH BUPATI MUSI RAWAS,

2012, No.28 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Usaha penyediaan tenaga listrik adalah pengadaan te

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2002 TENTANG KETENAGALISTRIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI BANGKA TENGAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG KEGIATAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2012 TENTANG USAHA JASA PENUNJANG TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2012 TENTANG USAHA JASA PENUNJANG TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI WAJO PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN WAJO NOMOR 11 TAHUN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WAJO,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN KETENAGALISTRIKAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN KETENAGALISTRIKAN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KETENAGALISTRIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG KEGIATAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANDAILING NATAL NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN USAHA KETENAGALISTRIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEDOMAN TEKNIS PELAYANAN IZIN USAHA PENUNJANG TENAGA LISTRIK

DRAFT RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG KETENAGALISTRIKAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KETENAGALISTRIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SUBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUBANG NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN USAHA KETENAGALISTRIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS HULU NOMOR 22 TAHUN 2015 TENTANG POTENSI KETENAGALISTRIKAN DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG KEGIATAN USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 22 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN USAHA KETENAGALISTRIKAN

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2009 TENTANG KETENAGALISTRIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2009 TENTANG KETENAGALISTRIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR : 7 TAHUN 2005 TENTANG PENGELOLAAN KETENAGALISTRIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 30 TAHUN 2009 TENTANG KETENAGALISTRIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG KETENAGALISTRIKAN DI KABUPATEN KENDAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KENDAL,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 10 TAHUN 1989 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG KETENAGALISTRIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG KETENAGALISTRIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG IZIN USAHA KETENAGALISTRIKAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG KETENAGALISTRIKAN DI KABUPATEN KENDAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KENDAL,

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

No Peraturan Pemerintah ini mengatur ketentuan mengenai usaha penyediaan tenaga listrik, yang mencakup jenis usaha, wilayah usaha, pelaku usah

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG IZIN USAHA KETENAGALISTRIKAN

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR...TAHUN... TENTANG USAHA PENYEDIAAN TENAGA LISTRIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO SELATAN NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG KETENAGALISTRIKAN DAN PEMANFAATAN ENERGI

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 21 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN KETENAGALISTRIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

POKOK-POKOK UNDANG-UNDANG NOMOR 30 TAHUN 2009 TENTANG KETENAGALISTRIKAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2002 TENTANG KETENAGALISTRIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2002 TENTANG KETENAGALISTRIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

NOMOR 20 TAHUN 2002 TENTANG KETENAGALISTRIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA. KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL. Permohonan Izin. Pemanfaatan Tenaga Listrik. Telekomunikasi. Tata Cara. Pencabutan.

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG KETENAGALISTRIKAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 28 TAHUN 2011 TENTANG KETENAGALISTRIKAN DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PELAKSANA INSPEKSI KETENAGALISTRIKAN (PIK)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1995 TENTANG USAHA PENUNJANG TENAGA LISTRIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG KETENAGALISTRIKAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 6 TAHUN 2004 SERI B NOMOR 1

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN1995 TENTANG USAHA PENUNJANG TENAGA LISTRIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

NOMOR 1 TAHUN 2014 KETENAGALISTRIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2011 NOMOR 2 SERI E

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 102 TAHUN 2000 TENTANG STANDARDISASI NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG KETENAGALISTRIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA,

Peraturan Pemerintah No. 102 Tahun Tentang : Standardisasi Nasional

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2002 TENTANG KETENAGALISTRIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

AKREDITASI DAN SERTIFIKASI KETENAGALISTRIKAN

KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 815 K/30/MEM/2003 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 1995 TENTANG USAHA PENUNJANG TENAGA LISTRIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAGIRI HULU NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG KETENAGALISTRIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI INDRAGIRI HULU

PERATURAN DAERAH KOTA BATAM NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG KETENAGALISTRIKAN

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU

BUPATI POLEWALI MANDAR PROVINSI SULAWESI BARAT

Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BULUNGAN dan BUPATI BULUNGAN MEMUTUSKAN :

GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA, PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS TENTANG

2 Mengingat penyelenggaraan kegiatan standardisasi dan penilaian kesesuaian; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, hur

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MANUSIA. Standar Nasional Indonesia. Pemutus Sirkit. Proteksi Arus. Rumah Tangga.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 102 TAHUN 2000 TENTANG STANDARDISASI NASIONAL

PENGANTAR OPERASI SISTEM TENAGA LISTRIK.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1989 TENTANG PENYEDIAAN DAN PEMANFAATAN TENAGA LISTRIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BUPATI BANYUMAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS TENTANG BUPATI BANYUMAS,

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 048 Tahun 2006 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1989 TENTANG PENYEDIAAN DAN PEMANFAATAN TENAGA LISTRIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI

Perizinan Usaha Penyediaan dan Jasa Penunjang Tenaga Listrik. Toha Ardi Nugraha

WALIKOTA PANGKALPINANG

WALIKOTA BANJARMASIN

Buku Informasi Teknik dan Lingkungan Ketenagalistrikan PERATURAN-PERATURAN BERKAITAN DENGAN KESELAMATAN KETENAGALISTRIKAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG KETENAGALISTRIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI,

DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1989 TENTANG PENYEDIAAN DAN PEMANFAATAN TENAGA LISTRIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Regulasi Keteknikan Di Bidang Ketenagalistrikan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 1991 TENTANG TENTANG STANDAR NASIONAL INDONESIA. Presiden Republik Indonesia,

Transkripsi:

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR... TAHUN... TENTANG KESELAMATAN KETENAGALISTRIKAN Menimbang: bahwa dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal 28 Undang-undang Nomor 20 Tahun 2002 tentang Ketenagalistrikan, perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Keselamatan Ketenagalistrikan. Mengingat: 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 sebagaimana telah diubah dengan Perubahan Kedua Undang-Undang Dasar 1945; 2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3699); 3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 42, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3821); 4. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1999 tentang Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 54 Tambahan Lembaran Negara Nomor 3837); 5. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839); 6. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2002 tentang Ketenagalistrikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 94 Tahun 2002 dan Tambahan Lembaran Negara Nomor 4226); 7. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Daerah sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 51, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3950); 8. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan Atas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4090); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 102 Tahun 2000 tentang Standardisasi Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 199, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4020); MEMUTUSKAN: Menetapkan: PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG KESELAMATAN KETENAGALISTRIKAN BAB I KETENTUAN UMUM

Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Ketenagalistrikan adalah segala sesuatu yang menyangkut penyediaan dan pemanfaatan tenaga listrik serta usaha penunjang tenaga listrik. 2. Instalasi tenaga listrik selanjutnya disebut instalasi adalah bangunan-bangunan sipil dan elektromekanik, mesin-mesin, peralatan, saluran-saluran dan perlengkapannya yang digunakan untuk pembangkitan, konversi, transmisi, distribusi dan pemanfaat tenaga listrik. 3. Menteri adalah Menteri yang bertanggung jawab di bidang ketenagalistrikan. 4. Pemerintah adalah Pemerintah Pusat yang terdiri dari Presiden beserta Para Menteri yang merupakan perangkat Negara Kesatuan Republik Indonesia. 5. Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah beserta perangkat Daerah Otonom yang lain sebagai Badan Eksekutif Daerah (Propinsi, Kabupaten dan Kota). 6. Tenaga Listrik adalah suatu bentuk energi sekunder yang dibangkitkan, ditransmisikan, dan didistribusikan untuk segala macam keperluan, tidak termasuk listrik yang dipakai untuk komunikasi, elektronika dan isyarat. 7. Keselamatan ketenagalistrikan adalah segala upaya atau langkah-langkah pengamanan instalasi tenaga listrik, peralatan dan pemanfaat tenaga listrik untuk mewujudkan kondisi andal bagi instalasi dan kondisi aman bagi manusia, baik pekerja maupun masyarakat umum, serta kondisi akrab lingkungan dalam arti tidak merusak lingkungan hidup disekitar instalasi tenaga listrik. 8. Akreditasi adalah rangkaian kegiatan pengakuan formal yang menyatakan bahwa suatu lembaga/institusi telah memenuhi persyaratan untuk melakukan kegiatan sertifikasi tertentu. 9. Sertifikasi adalah rangkaian kegiatan penerbitan sertifikat terhadap barang, jasa, proses, sistem atau tenaga teknik. 10. Sertifikat adalah jaminan tertulis yang diberikan oleh lembaga/institusi yang telah diakreditasi untuk menyatakan bahwa barang, jasa, proses, sistem atau tenaga teknik telah memenuhi standar yang dipersyaratkan. 11. Institusi Akreditasi adalah institusi yang berwenang berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku untuk memberikan akreditasi kepada lembaga/institusi/ perusahaan/asosiasi sebagai lembaga sertifikasi dalam bidang kegiatan tertentu. 12. Lembaga Sertifikasi adalah institusi/perusahaan/asosiasi yang telah diakreditasi oleh Institusi Akreditasi untuk memberikan sertifikasi atas barang, jasa, proses, sistem atau tenaga teknik dalam bidang kegiatan tertentu. 13. Saluran transmisi adalah saluran tenaga listrik dengan tegangan tinggi atau ekstra tinggi untuk menyalurkan tenaga listrik. 14. Saluran distribusi adalah saluran tenaga listrik dengan tegangan menengah atau tegangan rendah untuk menyalurkan tenaga listrik. 15. Saluran udara adalah saluran transmisi atau distribusi dengan kabel atau konduktor telanjang termasuk penunjangnya yang berada di atas permukaan tanah dan di udara terbuka. 16. Saluran bawah tanah adalah saluran kabel transmisi atau distribusi termasuk penunjangnya yang dipasang di dalam tanah. 17. Saluran bawah air adalah saluran kabel transmisi atau distribusi termasuk penunjangnya yang berada di bawah permukaan (dasar) sungai atau laut. 18. Tegangan ekstra tinggi, tegangan tinggi, tegangan menengah dan tegangan rendah adalah tingkat tegangan listrik sebagaimana ditetapkan dalam Standar Nasional Indonesia.

19. Sistem Tenaga Listrik adalah rangkaian instalasi tenaga listrik dari pembangkitan, transmisi, dan distribusi yang dioperasikan secara serentak dalam rangka penyedian tenaga listrik. 20. Peralatan Tenaga Listrik adalah semua alat dan sarana listrik yang dipergunakan untuk pembangkitan, konversi, transmisi, dan distribusi tenaga listrik. 21. Pemeriksaan adalah segala kegiatan untuk mengadakan penilaian terhadap suatu instalasi dengan cara mencocokan terhadap persyaratan dan spesifikasi teknis yang ditentukan. 22. Tenaga Teknik Ketenagalistrikan adalah seseorang yang berpendidikan di bidang teknik dan atau memiliki pengalaman kerja di bidang ketenagalistrikan. 23. Tanda Keselamatan adalah suatu tanda tertentu yang telah ditetapkan oleh Pemerintah yang menyatakan bahwa suatu produk yang telah dibubuhi Tanda Keselamatan tersebut diakui telah memenuhi persyaratan keselamatan. 24. Inspektur Ketenagalistrikan adalah pegawai negeri yang diberi tugas, tanggungjawab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan inspeksi ketenagalistrikan. BAB II RUANG LINGKUP Pasal 2 Ruang lingkup ketentuan keselamatan ketenagalistrikan meliputi: a. kesesuaian standar; b. kelaikan instalasi tenaga listrik; c. pengamanan peralatan dan pemanfaat listrik; d. tenaga teknik; e. lindungan lingkungan; f. pelaksanaan inspeksi. BAB III INSTALASI TENAGA LISTRIK Bagian Pertama Konsultansi, Pembangunan dan Pemasangan, Pengujian, Pengoperasian dan Pemeliharaan Pasal 3 (1) Rancangan instalasi harus dibuat sesuai persyaratan dan Standar Nasional Indonesia bidang ketenagalistrikan. (2) Rancangan instalasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus dibuat oleh pelaku usaha di bidang konsultansi perancangan instalasi yang telah memiliki Sertifikat. Pasal 4 Pembangunan dan pemasangan instalasi dilakukan oleh pelaku usaha di bidang pembangunan dan pemasangan instalasi yang telah memiliki Sertifikat. Pasal 5 (1) Instalasi hanya dapat dioperasikan setelah mendapatkan sertifikat laik operasi.

(2) Untuk mendapatkan sertifikat laik operasi, setiap instalasi harus melalui pengujian yang dilakukan oleh Lembaga pengujian instalasi tenaga listrik yang terakreditasi dan memiliki izin usaha. (3) Pedoman pemeriksaan, dan pengujian instalasi diatur lebih lanjut oleh Menteri. Pasal 6 (1) Instalasi harus dioperasikan dan dipelihara sesuai dengan persyaratan Keselamatan Ketenagalistrikan. (2) Pengoperasian dapat dilakukan oleh pelaku usaha di bidang pengoperasian yang telah memiliki Sertifikat. (3) Pemeliharaan dapat dilakukan oleh pelaku usaha di bidang pemeliharaan yang telah memiliki Sertifikat. Bagian Kedua Pengamanan Instalasi Pasal 7 (1) Instalasi harus dilengkapi dengan peralatan dan tanda pengaman sesuai dengan persyaratan dan standar yang berlaku. (2) Instalasi yang berpotensi menimbulkan bahaya harus dilengkapi dengan tanda bahaya. Pasal 8 Pembangkit, saluran udara, saluran bawah tanah dan saluran bawah air harus memperhatikan keselamatan, keamanan dan tata ruang sesuai dengan peraturan yang berlaku. BAB IV PERALATAN DAN PEMANFAAT TENAGA LISTRIK Pasal 9 (1) Peralatan tenaga listrik yang akan dipasang pada instalasi harus dibubuhi tanda SNI atau memenuhi SNI. (2) Untuk mendapatkan Tanda SNI sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus dilakukan pengujian oleh Lembaga Sertifikasi. Pasal 10 (1) Pemanfaat tenaga listrik yang diperjualbelikan, harus memiliki Tanda Keselamatan. (2) Untuk mendapatkan Tanda Keselamatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus dilakukan pengujian oleh Lembaga Uji. (3) Ketentuan pemberian Tanda Keselamatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan oleh Menteri. BAB V TENAGA TEKNIK BIDANG KETENAGALISTRIKAN Pasal 11 (1) Tenaga teknik ketenagalistrikan untuk usaha penyediaan dan usaha penunjang wajib memiliki sertifikat kompetensi tenaga teknik ketenagalistrikan.

(2) Sertifikasi kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperoleh dari Lembaga Sertifikasi yang telah diakreditasi. (3) Standardisasi Kompetensi Tenaga Teknik Ketenagalistrikan diatur lebih lanjut oleh Menteri. BAB VI LINDUNGAN LINGKUNGAN Pasal 12 (1) Setiap pengoperasian instalasi wajib memenuhi baku mutu lingkungan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. (2) Untuk memenuhi baku mutu lingkungan sebagaimana dimaksud ayat (1) pemilik instalasi wajib melakukan pengelolaan dan pemantauan lingkungan. BAB VII PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 13 (1) Pemerintah dan atau Pemerintah Daerah melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap keselamatan ketenagalistrikan. (2) Menteri menetapkan pedoman untuk pelaksanaan pembinaan dan pengawasan keselamatan ketenagalistrikan. Pasal 14 Pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 dilaksanakan oleh Inspektur Ketenagalistrikan. Pasal 15 Dalam hal terjadi keadaan yang membahayakan keselamatan umum dan lingkungan Pemerintah dan atau Pemda dapat memerintahkan tindakan penghentian operasi. BAB VIII SANKSI Pasal 16 Pelaku di sektor ketenagalistrikan yang tidak mentaati ketentuan dalam Peraturan Pemerintah ini dapat dikenakan sanksi administrasi dan/atau pidana sesuai ketentuan yang berlaku. BAB IX KETENTUAN PERALIHAN Pasal 17 Pada saat ditetapkannya Peraturan Pemerintah ini, semua ketentuan pelaksanaan yang berhubungan dengan Keselamatan Ketenagalistrikan meliputi kesesuaian standar, kelaikan instalasi tenaga listrik, pengamanan peralatan dan pemanfaat tenaga listrik, tenaga teknik, lindungan lingkungan, dan pelaksanaan inspeksi ketenagalistrikan yang telah ditetapkan,

dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan atau belum diganti dengan yang baru berdasarkan Peraturan Pemerintah ini. BAB X KETENTUAN PENUTUP Pasal 18 Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. Ditetapkan di Jakarta Pada tanggal... PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Diundangkan di Jakarta Pada tanggal... LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN...NOMOR...

PENJELASAN RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN. TENTANG KESELAMATAN KETENAGALISTRIKAN I. UMUM Pembangunan Nasional bertujuan memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa guna mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur yang merata materiil dan spritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Dalam upaya untuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa, tenaga listrik sebagai bagian dari cabang produksi yang penting bagi negara untuk meningkatkan pembangunan nasional dan kualitas kehidupan bangsa, ketersediaan listrik yang mencukupi dan harga yang terjangkau merupakan bagian yang terpenting untuk menghasilkan barang dan jasa. Untuk itu, pemerintah selalu memberikan prioritas utama pada pembangunan sektor ketenagalistrikan dalam rencana pembangunan nasional. Tenaga listrik disamping bermanfaat bagi pembangunan nasional, berpotensi juga menimbulkan bahaya bagi keselamatan manusia dan merusak lingkungan. Oleh karena itu, pemerintah mempunyai kewajiban untuk menjamin keselamatan ketenagalistrikan pada penyediaan dan pemanfaatan tenaga listrik yang aman, andal dan akrab lingkungan Untuk melaksanakan keselamatan ketenagalistrikan diberlakukan standardisasi terhadap peralatan dan pemanfaat tenaga listrik, sertifikasi tenaga teknik ketenagalistrikan, sertifikasi kelaikan instalasi dan akreditasi lembaga sertifikasi serta memenuhi baku mutu lingkungan. Untuk mengawasi pelaksanaan keselamatan ketenagalistrikan, pemerintah menunjuk pegawai negeri pusat dan atau daerah sebagai inspektur ketenagalistrikan. II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Ketentuan ini menetapkan ruang lingkup minimal untuk mencapai keselamatan ketenagalistrikan, berikut kewajiban untuk mematuhi peraturan perundang-undangan yang terkait dengan penyediaan, penunjang dan pemanfaatan tenaga listrik. Ruang lingkup tersebut diperlukan agar pelaku usaha dapat benar-benar mengetahui kewajiban dan tanggung jawabnya dalam melakukan kegiatan di sektor ketenagalistrikan, sehingga masyarakat umum mendapatkan tenaga listrik yang andal, aman dan akrab lingkungan. Pasal 3 Apabila SNI yang dimaksud belum ada, maka dapat menggunakan standar lain yaitu standar internasional, regional atau negara lain.

. Pasal 4 Pasal 5 Pemeriksaan dan pengujian meliputi aspek teknis dan lingkungan dari instalasi tenaga listrik untuk menjamin keamanan, keandalan dan akrab lingkungan yang dilakukan oleh Lembaga Pengujian Instalasi Tenaga Listrik yang telah terakreditasi dan memiliki izin usaha. Pasal 6 Pengoperasian adalah suatu kegiatan untuk mengendalikan dan atau mengkoordinasikan pembangkitan dan atau penyaluran tenaga listrik. Ayat (3) Pemeliharaan adalah segala kegiatan yang meliputi program pemeriksaan, perawatan, perbaikan dan uji ulang, agar instalasi selalu dalam keadaan baik dan bersih, penggunaannya aman, dan gangguan serta kerusakan mudah diketahui, dicegah, atau diperkecil. Pasal 7 Peralatan pengaman antara lain relai listrik, relai mekanik, pengaman lebur, pemutus tenaga, penangkal petir dan pembumian. Bahaya adalah bahaya listrik bagi keselamatan dan kesehatan manusia, termasuk bahaya terhadap harta benda, instalasi atau peralatan dan pemanfaat tenaga listrik serta lingkungan yang diakibatkan oleh tenaga listrik. Bahaya listrik yang dimaksud antara lain bahaya tegangan sentuh, tegangan lebih, arus kejut, arus lebih, dan kebakaran. Pasal 8 Pasal 9 Yang dimaksud dengan memenuhi SNI adalah peralatan tenaga listrik yang terpasang pada instalasi tenaga listrik mempunyai sertifikat yang menyatakan peralatan tersebut telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam SNI yang berkaitan.

Untuk peralatan impor harus mempunyai sertifikat yang dikeluarkan oleh lembaga sertifikasi/lab uji di luar negeri yang yang diakui oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN) atau lembaga sertifikasi sejenis yang telah mengadakan saling pengakuan (Mutual Recognition Arrangement) di bidang pengujian. Pasal 10 Pasal 11 Pasal 12 Pasal 13 Pasal 14 Pasal 15 Pasal 16 Pasal 17 Pasal 18