SRI REJEKI J

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. istilah lanjut usia atau yang lebih dikenal sebagai lansia (Tamher dan

BAB I PENDAHULUAN. berkembang yang memiliki angka harapan hidup penduduk semakin

HUBUNGAN TINGKAT DEPRESI DENGAN KETERGANTUNGAN DALAM ADL (ACTIVITY OF DAILY LIVING) PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DARMA BHAKTI PAJANG SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. umur harapan hidup tahun (Nugroho, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan untuk dapatbertahan hidup. (Nugroho,2008). struktur dan jumlah penduduk lanjut usia setelah RRC, India, dan Amerika

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lansia adalah individu yang berusia di atas 60 tahun. Lansia umumnya

PENYESUAIAN DIRI PADA LANSIA YANG TINGGAL DI PANTI WREDHA

HUBUNGAN ANTARA TIPE KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI WILAYAH DESA BUMIHARJO KECAMATAN NGUNTORONADI KABUPATEN WONOGIRI

BAB 1 PENDAHULUAN. dua miliar pada tahun 2050 (WHO, 2013). perkiraan prevalensi gangguan kecemasan pada lanjut usia, mulai dari 3,2 %

HUBUNGAN ANTARA STATUS INTERAKSI SOSIAL DAN TIPE KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANJUT USIA DI PANTI WERDHA DARMA BHAKTI SURAKARTA

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI KELURAHAN DALEMAN TULUNG KLATEN SKRIPSI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECEMASAN PADA LANJUT USIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KOTA SURAKARTA SKRIPSI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN DEPRESI PADA LANSIA DI DESA MANDONG TRUCUK KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. bersiap-siap mengakses dan menangani klien-klien lansia. Terlepas dari

BAB 1 PENDAHULUAN. kehilangan dan kerusakan banyak sel-sel syaraf, sehingga lansia seringkali

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN INTERAKSI SOSIAL PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI SURAKARTA SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya gangguan penyakit pada lansia. Salah satu gangguan psikologis

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah penduduk usia lanjut dunia diperkirakan ada 500 juta dengan usia ratarata

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di seluruh dunia saat ini terjadi transisi demografi dimana proporsi

HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP DENGAN TINGKAT KETERGANTUNGAN DALAM AKTIVITAS KEHIDUPAN SEHARI HARI LANSIA DI KELURAHAN KOPEN TERAS BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bermakna pada beberapa dekade terakhir ini. Peningkatan tersebut adalah 45,7 tahun

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG AGAMA DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BHAKTI KOTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN diprediksikan mencapai jiwa atau 11,34%. Pada tahun terjadi peningkatan mencapai kurang lebih 19 juta jiwa.

BAB I PENDAHULUAN. tiba-tiba menjadi tua, tetapi berkembang dari bayi, anak-anak, dewasa dan akhirnya

IRMA MUSTIKA SARI J

HUBUNGAN ANTARA SUPPORT SYSTEM KELUARGA DENGAN MEKANISME KOPING PADA LANSIA DI DESA POLENG GESI SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. dibedakan menjadi 3 yakni young old (70-75 tahun), old ( laporan PBB, populasi lansia meningkat sebesar dua kali lipat hanya

BAB I PENDAHULUAN. jiwa (satu dari 10 orang berusia lebih dari 60 tahun) dan pada tahun 2025 jumlah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembangunan (UU Kesehatan No36 Tahun 2009 Pasal 138)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Balai Kesehatan dan Olahraga untuk Lanjut Usia Di Solo. a. Balai. b. Kesehatan. c. Olahraga. d. Lanjut.

BAB I PENDAHULUAN. juta jiwa. (United Nation, 2002). Populasi lansia di dunia mengalami

ABSTRAK PENGARUH PELAKSANAAN SENAM LANSIA TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA DI PUSKESMAS KALUKU BODOA MAKASSAR TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang, yaitu adanya. dan bertambah cenderung lebih cepat (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah meningkatnya usia harapan hidup (UHH) manusia. Indonesia. Hampir setiap tahunnya negara Indonesia selalu menempati

HUBUNGAN INTERAKSI SOSIAL DENGAN KUALITAS HIDUP PADA LANSIADI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA INSOMNIA PADA LANJUT USIA (LANSIA) DI DESA GAYAM KECAMATAN SUKOHARJO KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1

BAB I PENDAHULUAN. psikologis, sosial, dan ekonomi Menurut (BKKBN 2006). WHO dan Undang-

BAB 1 PENDAHULUAN. Penduduk Lanjut Usia merupakan bagian dari anggota keluarga dan. masyarakat yang semakin bertambah jumlahnya sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat, menyebabkan jumlah penduduk yang berusia lanjut meningkat. dan cenderung bertambah lebih cepat (Nugroho, 2000).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lambat cepatnya proses tersebut bergantung pada masing-masing individu.

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2007, jumlah penduduk lanjut usia sebesar 18,96 juta

BAB I PENDAHULUAN. angka kesakitan karena penyakit degeneratif. Perubahan struk-tur demografi ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), terutama di

BAB I PENDAHULUAN. fisiologis (Maramis, 2009). Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. sudah mengalami kemunduran fungsi fisiologis organ tubuhnya (Wahyunita, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. WHO akan mengalami peningkatan lebih dari 629 juta jiwa, dan pada tahun 2025

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia ini memiliki beberapa dampak yang

BAB I PENDAHULUAN. alami yang dialami oleh semua makhluk hidup. Di Indonesia, hal-hal yang

BAB I PENDAHULUAN. pertambahan warga lansia terbesar di seluruh dunia pada tahun yaitu

EKA SETYAWAN J Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun oleh:

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih tinggi dari pada populasi lansia di dunia setelah tahun 2010 (Infodatin,

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2000 adalah dari jumlah penduduk Indonesia dan tahun 2006

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, perbaikan lingkungan hidup, kemajuan ilmu pengetahuan, dan teknologi

GAMBARAN KUALITAS HIDUP PADA WANITA LANJUT USIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. emosional, penyakit fisik atau kematian (Hamid, 2000). Erb, Blais & Wilkinson, 1995). Menurut Roper (2002) menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. ( orang di tahun Data WHO juga memperkirakan 75% populasi

BAB 1 PENDAHULUAN. bawah satu atap dalam keadaan saling bergantung. Keluarga mempunyai peran

BAB 1 PENDAHULUAN. terdahulu yang lebih menyenangkan, atau beranjak dari waktu yang penuh

SKRIPSI. DiajukanSebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Gelar sarjana Keperawatan. Oleh: JOKO PURNOMO J

PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT KECEMASAN DENGAN KECENDERUNGAN INSOMNIA PADA LANSIA DI PANTI WREDHA DHARMA BAKTI SURAKARTA

HUBUNGAN STRESS PASCAMENOPAUSE DENGAN PERUBAHAN PERILAKU SOSIAL DI MASYARAKAT PADA IBU-IBU DI DESA TANJUNG KECAMATAN NGUTER KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan promotif dan preventif baik sehat maupun sakit.

WIJI LESTARI J

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional dapat dilihat dari

SRAGEN SKRIPSI JURUSAN FAKULTAS. Disusun oleh: J

BAB I PENDAHULUAN. jumlah lansia didunia sebesar 400 juta berada di Asia (Data Informasi &

BAB I PENDAHULUAN. harapan hidup, sehingga jumlah populasi lansia juga meningkat. Saat ini

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia terus mengalami pertumbuhan dan perkembangan sejak bayi,

BAB I PENDAHULUAN. Proses menua adalah proses alami yang dialami oleh mahluk hidup. Pada lanjut usia

BAB I PENDAHULUAN. di atas 65 tahun (7,79 % dari seluruh jumlah penduduk). Bahkan, Indonesia. paling cepat di Asia Tenggara (Versayanti, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Kemajuan

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. kematian umum, angka kematian bayi, dan angka kelahiran. Hal ini. meningkatnya jumlah penduduk golongan lanjut usia.

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperbaiki diri dan mempertahankan fungsi normalnya. adalah intellectual impairment (gangguan intelektual/demensia).

BAB I PENDAHULUAN. fungsi kehidupan dan memiliki kemampuan akal dan fisik yang. menurun. Menurut World Health Organization (WHO) lansia

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit yang berkaitan dengan faktor penuaanpun meningkat, seiring

Arifal Aris Dosen Prodi S1 keperawatan STIKes Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. diprediksikan jumlah lansia sebesar 28,8 juta jiwa (11,34%) dengan usia

SATUAN ACARA PENYULUHAN POLA HIDUP SEHAT PADA LANSIA. Sub Pokok Bahasan : Pola Hidup Sehat dengan Gizi Seimbang Pada Lansia

BAB 1 PENDAHULUAN. era penduduk berstruktur lanjut usia (aging structured population) karena jumlah

BAB I PENDAHULUAN. (ageing population). Adanya ageing population merupakan cerminan dari

BAB 1 PENDAHULUAN. menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk. (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang diderita.

HUBUNGAN ANTARA TIPE KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANJUT USIA DI DESA CELEP KECAMATAN KEDAWUNG KABUPATEN SRAGEN

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRESS TERHADAP KADAR GULA DARAH PENDERITA DIABETES MELITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUKOHARJO I KABUPATEN SUKOHARJO SKRIPSI

BAB 1 : PENDAHULUAN. pembangunan bangsa, sesuai Undang Undang Nomor 13 tahun 1998 Bab I pasal 11 ayat 11

BAB I PENDAHULUAN. adalah datangnya menopause. Menopause merupakan keadaan biologis yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara demografi, lansia di Indonesia termasuk lima besar terbanyak

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit jantung dan pembuluh darah (PJPD) merupakan penyebab utama

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

Survey inkontinensia urin yang dilakukan oleh Departemen Urologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga RSU Dr. Soetomo tahun 2008 terhadap 793 pen

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia tua adalah periode penutup dalam rentang hidup individu, yaitu suatu masa

BAB I PENDAHULUAN. Struktur penduduk dunia saat ini menuju proses penuaan yang ditandai dengan

Transkripsi:

PERBEDAAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA YANG MELAKUKAN SENAM LANSIA DAN YANG TIDAK MELAKUKAN SENAM LANSIA DI PANTI WREDA DHARMA BHAKTI SURAKARTA DAN POSYANDU LANSIA SAKINAH TRUCUK I KLATEN SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Keperawatan Disusun Oleh: SRI REJEKI J210 050 019 FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2009

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transisi demografi pada kelompok lansia terkait dengan status kesehatan lansia yang lebih terjamin, sehingga usia harapan hidup lansia lebih tinggi dibanding masa-masa sebelumnya.pertambahan jumlah lansia di Indonesia dalam kurun waktu tahun1990 sampai 2025, tergolong tercepat di dunia (Palestin, 2006). Di seluruh dunia jumlah orang lanjut usia diperkirakan ada 500 juta dengan usia rata rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar. Pada tahun 2020 20% dari populasi Amerika akan berusia 65 tahun, dengan pertumbuhan terbesar populasi diantara usia 85 tahun ke atas. Hampir 75 juta penduduk Amerika lahir antara tahun 1946 dan 1964 (Stanley, 2007). Selama satu setengah dasawarsa angka kelahiran Cina sangat rendah. Dalam kondisi normal, jumlah orang lansia di Cina sangat cepat bertambah. Pada tahun 2025 kecepatan proses penuaan Cina melebihi kecepatan Amerika. Cina akan menjadi salah satu negara dunia yang paling banyak berpenduduk lansia. Rata-rata umur penduduk kira-kira 40 tahun. Satu dari tujuh orang penduduk berusia 65 tahun lebih.(muchtar, 2005). Banyak orang Jepang masih hidup sampai usia lanjut. Harapan hidup di Jepang baik untuk pria dan wanita merupakan yang tertinggi di dunia dengan pria: 77,9 tahun dan wanita: 85,1 tahun. Harapan hidup yang tinggi ini disusul oleh 1

2 negara Swedia, Spanyol, Australia, Kanada, Swiss, Prancis, Norwegia, Belgia, Italia, Austria, dan Yunani (Akafuji, 2008). Pada tahun 2000 diperkirakan jumlah lanjut usia meningkat menjadi 9,99% dari seluruh penduduk Indonesia dengan umur harapan hidup 65-70 tahun dan pada tahun 2020 akan meningkat menjadi 11,09% dengan umur harapan hidup 70-75 tahun (Nugroho, 2002). Pada tahun 2006, Menurut Kementrian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, jumlah penduduk lansia di Indonesia sebanyak 19 juta jiwa atau 8,9 persen dari jumlah penduduk Indonesia.dimana usia harapan hidup orang Indonesia rata-rata adalah 59,7 tahun dan menempati urutan ke-103 dunia (Anonim, 2008). Setiap orang memiliki kebutuhan hidup. Orang lanjut usia juga memiliki kebutuhan hidup yang sama agar dapat hidup sejahtera. Kebutuhan hidup orang lanjut usia antara lain kebutuhan akan makanan bergizi seimbang, pemeriksaan kesehatan secara rutin, perumahan yang sehat dan kondisi rumah yang tentram dan aman, kebutuhan-kebutuhan sosial seperti bersosialisasi dengan semua orang dalam segala usia, sehingga mereka mempunyai banyak teman yang dapat diajak berkomunikasi, membagi pengalaman, memberikan pengarahan untuk kehidupan yang baik. Kebutuhan tersebut diperlukan oleh lanjut usia agar dapat mandiri. Kualitas hidup orang lanjut usia dapat dinilai dari kemampuan melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari. Lanjut usia yang mandiri dapat menghindari diri

3 dari penghormatan, status, prestise dan popularitas kepuasan yang berasal dari luar diri mereka anggap kurang penting dibandingkan dengan pertumbuhan diri. Usia harapan hidup di Negara maju lebih tinggi, karena mereka memperhatikan gaya hidup dan pola pikir mereka yang dinamis. Sebab yang paling penting untuk mencapai harapan hidup moderen yang lebih panjang adalah makanan sehat. Faktor yang penting bagi masyarakat Jepang yang berusia lanjut adalah bagaimana pandangan seseorang tentang hidup. Bersikap optimis, melakukan apa yang ingin dilakukan. Selain pola makanan yang teratur yaitu dengan hidup sehat (Akafuji, 2008). Ada berbagai macam faktor yang menyebabkan lansia mempunyai harapan hidup tinggi diantaranya adalah kerumitan permasalahan social dan budaya yang rendah, perhatian yang lebih dari keluarga terhadap lansia, manajemen stress, spiritual, aktifitas, psikologis, rekreasi, dan olah raga (Nugraheni, 2006). Usia harapan hidup lansia di Indonesia berbeda dengan Negara maju karena lansia di Indonesia tidak memperhatikan gaya hidup dan pola pikir yang masih kuno.salah satunya adalah kecemasan merupakan tanda awal dari terjadinya stress. Manajemen stress sangat diperlukan untuk meningkatkan harapan hidup lansia.di Negara maju lansia banyak aktifitas diluar rumah sehingga usia harapan hidup lebih tinggi. Olahraga baik untuk kesehatan, tetapi mungkin ada beberapa bentuk olahraga yang tidak cocok dengan penyakit yang diderita orang tersebut.

4 Mengenai olah raga yang dipilih, sebenarnya cukup banyak, seperti jalan kaki, naik sepeda, dan berenang. Bagi lansia yang ingin mulai berolahraga, dia bisa memulainya dengan berjalan kaki, disesuaikan dengan kemampuannya. Olah raga yang dianjurkan bagi lansia yaitu senam lansia. Senam lansia sudah ada standar gerakannya dan sudah diakui dan aman dilakukan. Pada lansia harus memperhatikan olah raga apa yang cocok untuk mereka. Olah raga bisa mengurangi kecemasan yang sedang dirasakan. Jenis olah raga yang dipilih bisa bermacam-macam, misalnya lari, bersepeda atau senam. Olah raga, tidak hanya bermanfaat secara fisik tetapi juga bermanfaat untuk membuang muatan-muatan negatif mental. Dengan berolah raga dapat melawan pikiran-pikiran negatif dengan pikiran-pikiran positif, ingatan tentang masalah bisa teralihkan oleh aktivitas olah raga yang dilakukan, sehingga aktivitas itu akan membuang dan mengurangi beban pikiran anda (Onno, 2009.) Di Panti Wredha banyak sekali kegiatan yang dapat dilakukan oleh lansia salah satunya yaitu senam lansia, yang sangat bermanfaat bagi lansia.dipanti wredha tidak semua lansia mengikuti senam lansia sehingga banyak lansia dipanti wredha yang mengalami kecemasan. Jumlah lansia yang ada di Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta sebanyak 89 orang. Oleh karena itu, maka penulis mengadakan penelitian tentang perbedaan tingkat kecemasan pada lansia yang melakukan senam lansia dan yang tidak melakukan senam lansia di Panti Wredha Surakarta.

5 B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas maka dapat dirumuskan sutu masalah sebagai berikut: Apakah ada perbedaan tingkat kecemasan pada lansia yang melakukan senam lansia dan yang tidak melakukan senam lansia di Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta dan Posyandu Lansia Sakinah Trucuk I Klaten. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum: Untuk mengetahui tingkat kecemasan lansia yang melakukan senam lansia dan yang tidak melakukan senam lansia di Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta dan Posyandu Lansia Sakinah Trucuk I Klaten. 2. Tujuan khusus: Untuk mengetahui: a. Tingkat kecemasan lansia di Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta dan di Posyandu Lansia Sakinah Trucuk I Klaten.. b. Hal-hal yang menghambat dan mempercepat senam lansia di Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta dan Posyandu Lansia Sakinah Trucuk I Klaten. c. Perbedaan tingkat kecemasan yang melakukan senam lansia dan yang tidak melakukan senam lansia di Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta dan Posyandu Lansia Sakinah Trucuk I Klaten.

6 D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Panti Wredha: Untuk memberikan masukan dan informasi tentang tingkat kecemasan lansia yang melakukan senam lansia dan yang tidak melakukan senam lansia, sehingga dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi pihak panti. 2. Bagi Posyandu Lansia Untuk memberikan masukan bagi posyandu lansia untuk dapat memberikan pelayanan yang tepat pada lansia khususnya program senam lansia. 3. Bagi Instansi Pendidikan: Diharapkan dapat digunakan sebagai bahan bacaan untuk menambah wawasan dan pengetahuan perbedaan tingkat kecemasan pada lansia yang melakukan senam lansia dan yang tidak melakukan senam lansia di Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta bagi mahasiswa khususnya mahasiswa keperawatan. 4. Bagi penulis: Mendapatkan wawasan dan gambaran nyata tentang perbedaan tingkat kecemasan pada lansia yang melakukan senam lansia dan yang tidak melakukan senam lansia di Panti Wredha Dharma Bhakti Surakarta, sehingga dapat menyelesaikan masalah tentang kecemasan lansia.

7 E. Keaslian Penelitian 1. Penelitian. Evi (2009), pengaruh pelaksanaan senam lansia terhadap penurunan tingkat kecemasan pada lansia di rw 11 kelurahan muja muju yogyakarta yaitu Ada pengaruh antara pelaksanaan senam lansia terhadap penurunan tingkat kecemasan pada lansia, Dengan hasil senam lansia mempunyai pengaruh terhadap penurunan tingkat kecemasan pada lansia dimana sebelum dilakukan senam lansia 19 orang yang mengalami kecemasan ringan atau 63,3%, setelah dilakukan senam lansia 19 orang tidak mengalami kecemasan atau 63,3% responden. Dengan hasil t hitung = 8,335 (sig. p 0.000 < 0.05). 2. Penelitian Sari (2007), Perbedaan Kecemasan Pria Lanjut Usia Yang Terlibat Aktivitas di Organisasi Dengan Yang Tidak Terlibat Aktivitas di Organisasi pada Pensiunan Pns Kota Lamongan dengan hasilhasil analisis data secara kuantitatif didapatkan nilai p sebesar 0,000 (p < 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis nol pada penelitian ini ditolak, yang artinya ada perbedaan kecemasan pria lanjut usia yang terlibat aktivitas di organisasi dengan yang tidak terlibat aktivitas di organisasi pada pensiunan PNS Kota Lamongan. Dari analisis tersebut dapat diketahui bahwa lanjut usia yang terlibat aktivitas di organisasi kecemasannya lebih rendah dari pada lanjut usia yang tidak terlibat di organisasi 3. Penelitian yang dilakukan oleh Pertiwi (2001) tentang kesepian ditinjau dari aktivitas dan tempat tinggal orang lansia pensiun yang bertipe kepribadian ekstrovert dan introvert. Lokasi penelitian ini di kotamadya

8 Mataram, subyek penelitian ini sebanyak 79 orang lansia dengan rentang usia 60-72 tahun. Pengambilan data dengan skala untuk mengetahui tingkat kesepian subyek dan kecenderungan yang dimiliki oleh subyek. Data dianalisis dengan analisis varians 3 jalur. Hasil yang diperoleh adalah tidak adanya perbedaan yang signifikan antara lansia aktif dan tidak aktif. Lansia yang berkepribadian ekstrovert menunjukkan tingkat kesepian lebih rendah (M=40,375) dari pada lansia yang berkepribadian introvert (M=45,596).