I. PENDAHULUAN. berintegrasi dengan lingkungan dimana tempat mereka hidup. Dengan demikian

dokumen-dokumen yang mirip
WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 49 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI KANTOR LINGKUNGAN HIDUP KOTA BATU

PENDAHULUAN. Persoalan lingkungan hidup disebabkan berbagai hal, salah satunya pertumbuhan penduduk.

I. PENDAHULUAN. Lingkungan hidup Indonesia merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang

PROFIL DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN WONOGIRI

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 31 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS DAN FUNGSI KANTOR LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN SUKAMARA

BUPATI MADIUN PROPINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 28 TAHUN 2016 TENTANG

KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 63 TAHUN 2001 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 87 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan dengan baik agar dapat menjadi sumber penghidupan bagi manusia

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KEPULAUAN MERANTI PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

BAB I. PENDAHULUAN. masyarakat yang bermukim di pedesaan, sehingga mereka termotivasi untuk

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SUNGAI DAN DRAINASE

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 03 TAHUN 2002 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI BANYUMAS PERATURAN BUPATI BANYUMAS NOMOR 29 TAHUN 2010 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BANYUMAS

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA DAN KELOMPOK SASARAN

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. selalu berintegrasi dengan lingkungan dimana tempat mereka hidup. Dengan

PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 05 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DI PROVINSI GORONTALO

-1- BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 64 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 04 TAHUN 2005 SERI D PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 10 TAHUN 2005

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya. Pertumbuhan jumlah penduduk yang sangat cepat mengakibatkan

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 23 TAHUN 2009 PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 23 TAHUN 2009 TENTANG

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Bab II

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan salah satu sumber daya alam yang mutlak diperlukan bagi

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 2 TAHUN 2003 TENTANG PENGENDALIAN DAN PERLINDUNGAN SEMPADAN SUNGAI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENGAWASAN OLEH BADAN PENGAWAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA BANDAR LAMPUNG TERHADAP PENGELOLAAN LIMBAH HASIL PEMBAKARAN BATUBARA BAGI INDUSTRI

BAB I PENDAHULUAN. menggali dan mengolah sumber daya alam dengan sebaik-baiknya yang meliputi

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP-35/MENLH/7/1995 TENTANG PROGRAM KALI BERSIH

BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG IZIN LINGKUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Penegakan Hukum Administrasi Terhadap Analisis Mengenai Dampak Lingkungan(AMDAL) Berdasarkan Undang-Undang 32 Tahun 2009 Di Kota Jambi

KEPUTUSAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 35 TAHUN 2004 TENTANG URAIAN TUGAS UNIT DINAS PERMUKIMAN, TATA RUANG DAN LINGKUNGAN HIDUP BUPATI TASIKMALAYA

KEPUTUSAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 62 TAHUN 2004 TENTANG

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

BUPATI PURWAKARTA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG IZIN LINGKUNGAN

termasuk manusia dan prilakunya

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 35 Tahun 1995 Tentang : Program Kali Bersih

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 8 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 2

BUPATI TASIKMALAYA PERATURAN BUPATI TASIKMALAYA NOMOR 46 TAHUN 2008 TENTANG

Departemen Administrasi & Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

Krisis Perizinan sebagai Pemicu Bencana Banjir

BAB III LANDASAN TEORI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2008 NOMOR 7 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KERINCI NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG

Mata Ajaran : Manajemen Lingkungan Rumah Sakit Topik : Lingkungan Hidup & Sistem Manajemen Lingkungan RS Minggu Ke : II

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

IZIN PEMBUANGAN LIMBAH CAIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUARA ENIM,

I. PENDAHULUAN. dalam pelaksanaan kegiatan pembangunan, menyebabkan permasalahan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BLITAR TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BLITAR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG IZIN LINGKUNGAN

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG,

PERATURAN DAERAH KOTA SUKABUMI

BERITA DAERAH KABUPATEN SERANG

BUPATI SIMEULUE QANUN KABUPATEN SIMEULUE NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG IZIN PEMBUANGAN AIR LIMBAH DAN PEMANFAATAN AIR LIMBAH

BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI TAHUN 2011 NOMOR 9 PERATURAN WALIKOTA SUKABUMI

BUPATI LANDAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN SUMBER AIR BAKU

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 150 TAHUN 2000 TENTANG PENGENDALIAN KERUSAKAN TANAH UNTUK PRODUKSI BIOMASSA

BAB I PENDAHULUAN. dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. b) Mengatur dan mengawasi menggunakan dan pemanfaatan,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR : 515 TAHUN : 2001 SERI : C PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 13 TAHUN 2001 TENTANG PENGENDALIAN LIMBAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP PADA KEGIATAN USAHA

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 066 TAHUN 2017

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A

H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 86 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI MALINAU PROVINSI KALIMANTAN UTARA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 9 TAHUN 2003 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

H. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG,

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan disekitarnya yaitu berupa sumber daya alam yang dapat menunjang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2004 TENTANG BAKU MUTU AIR LIMBAH

REVIEW-INDIKATOR KINERJA UTAMA (IKU) BADAN LINGKUNGAN HIDUP KOTA PRABUMULIH TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. penting dan strategis di Provinsi Lampung. Salah satu dari dampak itu adalah

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR: 3 0.? TJLHUN 200o

BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH TENTANG IZIN LINGKUNGAN BUPATI KUDUS,

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 01 TAHUN 2010 TENTANG TATA LAKSANA PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pembangunan nasional di Indonesia ini menyebabkan. adanya suatu peningkatan pembangunan dalam segala bidang, seperti

Dinas Pekerjaan Umum Pengairan

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 57 TAHUN 2016 TENTANG PELAKSANAAN PEMANTAUAN DAN PENGAWASAN LINGKUNGAN HIDUP DI ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

BERITA DAERAH KABUPATEN BIMA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lingkungan hidup merupakan suatu tempat berlangsungnya kehidupan

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia memiliki hubungan timbal balik dengan lingkungan sekitarnya. Manusia dalam hidupnya baik secara pribadi maupun sebagai kelompok masyarakat selalu berintegrasi dengan lingkungan dimana tempat mereka hidup. Dengan demikian kelangsungan hidup manusia ditentukan interaksi manusia itu sendiri dengan lingkungannya dan untuk itu harus dijaga atau dilestarikan fungsi lingkungan hidup. Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPLH), disebutkan apa yang dimaksud dengan lingkungan hidup lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup, termasuk manusia dan prilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan prikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk lain. Pembangunan lingkungan hidup yang merupakan bagian yang sangat penting bagi ekosistem yang berfungsi sebagai penyangga kehidupan bagi seluruh makhluk hidup di muka bumi ini, yang diarahkan terwujudnya kelestarian serta fungsi lingkungan dalam keseimbangan dan kelestarian yang dinamis dengan perkembangan kependudukan agar dapat menjamin pembangunan yang berkelanjutan. Pembangunan lingkungan hidup bertujuan meningkatkan mutu,

2 memanfaatkan sumber daya alam yang berkelanjutan, merehabilitasi lingkungan, mengendalikan pencemaran dan meningkatkan kualitas lingkungan hidup. Untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup perlu dilakukan perlindungannya. Dimana setiap usaha dan/atau kegiatan dilarang melanggar baku mutu dan kriteria baku kerusakan lingkungan. Pengembangan pembangunan secara umum adalah suatu kegiatan manusia dan untuk manusia Pasal 14 ayat (1) UUPPLH, sehingga secara umum pula pencemaran lingkungan diakibatkan oleh kegiatan manusia yang kesemuanya tercakup dalam pertumbuhan penduduk, perkembangan permukiman, industri, transportasi dan lain-lain. Akibat pengembangan kegiatan manusia antara lain pengembangan industri akan menimbulkan sisa-sisa pembuangan berupa gas cair dan padat, yang jika dibuang kelingkungan hidup akan menimbulkan dampak yang berbahaya terhadap kehidupan manusia. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1984 tentang Perindustrian (di dalamnya mengatur mengenai Industri), izin usaha industri yang menjadi dasar bagi Perusahaan Industri untuk melakukan kegiatannya. Usaha industri dalam melakukan kegiatannya wajib memelihara pelestarian fungsi lingkungan yang pelaksanaannya antara lain, berdasarkan pada ketentuan baku mutu limbah cair (Pasal 1 butir 15 PP No. 82 Tahun 2001). Pengelolaan lingkungan hidup merupakan hak atau peran yang meliputi peran dalam proses pengambilan keputusan baik dengan cara mengajukan keberatan maupun dengan pendapat atau dengan cara lain yang ditentukan dalam proses penilaian analisis mengenai dampak lingkungan hidup atau perumusan kebijakan lingkungan hidup.

3 Dalam pelaksanaan lebih lanjut menyebutkan bahwa: sumber daya alam dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat, serta pengaturannya ditentukan oleh pemerintah (Supriadi, 2006 : 191). Dan untuk melaksanakan ketentuan itu maka pemerintah : 1. Mengatur dan mengembangkan kebijaksanaan dalam rangka pengelolaan lingkungan hidup; 2. Mengatur penyediaan, peruntukan, penggunaan, pengelolaan lingkungan hidup dan pemanfaatan kembali sumbar daya alam termasuk sumber daya genetika; 3. Mengatur pembuatan hukum dan hubungan hukum antara orang atau subyek hukum lainya serta perbuatan hukum terhadap sumber daya alam dan sumber daya buatan, termasuk sumber daya genetika; 4. Mengendalikan kegiatan yang mempunyai dampak sosial; 5. Mengembangkan pendanaan bagi upaya pelestarian fungsi lingkungan hidup sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Hal yang menyangkut pengaturan, pembinaan, pengembangan industri adalah kewenangan pemerintah. Dalam hal kewenangan campur tangan pemerintah dalam pergaulan sosial ekonomi masyarakat, dikenal adanya kebijaksanaan publik (Public Policy). Bentuk kebijaksanaan pemerintah secara konkret yaitu dalam bentuk izin. Pemberian izin tersebut dimaksudkan untuk mengendalikan masyarakat dalam hubungannya berbagai aspek kehidupan masyarakat, misalnya izin pembuangan limbah cair ke dalam air, diberikan dengan syarat-syarat tertentu guna

4 mengendalikan pencemaran air, karena suatu kegiatan industri dapat menimbulkan dampak terhadap lingkungan yakni pencemaran (Supriadi, 2006 : 192). Dalam pelaksanaan kegiatan pemerintahan sebagaimana disebut di atas, salah satu yang dilakukan adalah dengan memberikan pelayanan publik kepada masyarakat (public service), salah satu bentuk pelayanan publik untuk masyarakat adalah pemberian izin yang hanya dapat diperoleh dari pemerintahan sebagai penyelengara pemerintahan negara untuk menjalankan usaha dilingkungan masyarakat. Pelayanan Pemerintah Daerah merupakan tugas dan fungsi utama Pemerintah daerah. Hal ini berkaitan dengan fungsi dan tugas utama pemerintah secara umum, yaitu memberikan pelayanan kepada masyarakat. Dengan pemberian pelayanan yang baik kepada masyarakat maka pemerintahan akan dapat mewujudkan tujuan negara yaitu menciptakan kesejahteraan masyarakat pelayanan kepada masyarakat tersebut terintegrasi dalam penyelenggaraan pemerintah dan pembangunan (Hanif Nurcholis, 2007 : 286). Dalam melakukan tugasnya, instansi instansi pemerintah (administrasi negara), melakukan perbuatan-perbuatan baik yang bersifat yuridis (artinya yang secara langsung menciptakan akibat akibat hukum) dan yang bersifat non yuridis. Ada empat macam perbuatan Hukum Administrasi Negara masa kini (Prajudi Atmosudirjo, 1994 : 94-103), yakni : 1. Penetapan 2. Rencana

5 3. Norma jabaran 4. Legislasi Penetapan ( beschikking) dapat dirumuskan sebagai perbuatan hukum sepihak yang bersifat administrasi negara dilakukan oleh pejabat atau instansi penguasa (negara) yang berwenang dan berwajib khusus untuk itu. Pemberian izin untuk perorangan atau badan hukum swasta adalah timbul strategi dan teknik yang dipergunakan oleh pemerintah untuk menguasai atau mengendalikan berbagai keadaan, yakni dengan melarang tanpa izin tertulis untuk melakukan kegiatan-kegiatan apapun yang hendak diatur atau dikendalikan oleh pemerintah. Dengan perkataan lain melalui sistem perizinan tersebut pihak penguasa melakukan campur tangan kedalam atau atas proses jalannya kegiatankegiatan masyarakat tertentu. Pengertian izin oleh pihak administrasi negara berkaitan dengan kewenangan administrasi negara dalam menjalankan pemerintahan. Bisa secara atribusi, delegasi (sub delegasi), dan mandate. Ketiga hal itu dilakukan secara kombinasi, yang bertalian erat dengan asas-asas desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas pembantuan, serta dalam operasionalisasinya berbaur satu dengan yang lainnya. Ada banyak jenis perizinan yang sampai saat ini masih berlaku dan dilaksanakan sepenuhnya oleh pemerintah dan masyarakat. Selain jenisnya, perizinan juga dapat dibedakan atas instansi pemberi izinnya, apakah Pemerintah Pusat atau Pemerintah provinsi dan atau Pemerintah kabupaten/kota. Pihak yang mempunyai kewenangan dalam memberikan izin, dapat melaksanakan sendiri kewenangan tersebut atau dapat melimpahkan kewenangan yang dimilikinya tersebut.

6 Pengelolaan lingkungan hidup yang dilakukan oleh pemerintahan baik pemerintahan pusat, propinsi, kota/kabupaten tidak terlepas dari kebijakan pengelolaan potensi sumber daya alam yang dimiliki. Sebelum berlaku Undang- Undang No. 22 Tahun 1999, pengelolaan lingkungan hidup sepenuhnya berada ditangan pemerintah pusat. Pemerintah daerah hanya menjalankan kebijakankebijakan yang dimuat oleh pemerintahan pusat. atribusi, delegasi (sub delegasi), dan mandat. Ketiga hal itu dilakukan secara kombinasi, yang bertalian erat dengan asas-asas desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas pembantuan, serta dalam operasionalisasinya berbaur satu dengan yang lainnya. Ada banyak jenis perizinan yang sampai saat ini masih berlaku dan dilaksanakan sepenuhnya oleh pemerintah dan masyarakat. Selain jenisnya, perizinan juga dapat dibedakan atas instansi pemberi izinnya, apakah Pemerintah Pusat atau Pemerintah provinsi dan atau Pemerintah kabupaten/kota. Pihak yang mempunyai kewenangan dalam memberikan izin, dapat melaksanakan sendiri kewenangan tersebut atau dapat melimpahkan kewenangan yang dimilikinya tersebut. Pengelolaan lingkungan hidup yang dilakukan oleh pemerintahan baik pemerintahan pusat, propinsi, kota/kabupaten tidak terlepas dari kebijakan pengelolaan potensi sumber daya alam yang dimiliki. Sebelum berlaku Undang- Undang No. 22 Tahun 1999, pengelolaan lingkungan hidup sepenuhnya berada ditangan pemerintah pusat. Pemerintah daerah hanya menjalankan kebijakankebijakan yang dimuat oleh pemerintahan pusat. Daerah hanya sebagai perpanjangan tangan dan menjalankan tugas yang diberikan oleh pemerintah pusat. Dengan kata lain pengelolaan lingkungan hidup di daerah

7 berdasarkan asas dekonsentrasi. Setelah adanya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 dan digantikan dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Di mana pemerintah daerah menyelengarakan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangannya, kecuali urusan pemerintah yang oleh undang-undang ini ditentukan menjadi urusan pemerintah. Dan pemerintah daerah menjalankan otonomi seluasluasnya untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan. Dengan adanya otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggung jawab, memberikan kesempatan kepada daerah untuk meningkatkan pelayanan dan pembangunan daerah. Daerah dapat mengelola potensi sumber daya alam yang dimiliki daerah, akan menimbulkan dampak positif dan negatif terhadap lingkungan hidup. Bila tidak dikelola secara baik dan benar maka dampak negatiflah yang muncul dipermukaan. Berdasarkan analisis situasi, pemberian izin industri di Kota Bandar Lampung saat ini masih belum berorientasi pada perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, sehingga kebijakan daerah yang telah ada belum memberikan perlindungan terhadap lingkungan, karena kebijakan yang timbul dari perda masih berorientasi pada fungsi perizinan saja, bukan pada pembinaan dan pengawasan terhadap dampak lingkungan hidup yang akhirnya berdampak negatif terhadap kelesratian lingkungan hidup di Kota Bandar Lampung. Contoh kasus pencemaran lingkungan yang menjadi perhatian publik adalah pencemaran oleh PT Golden Sari, PT Demi Anugrah Sawindo (DAS), yang salah

8 satunya beroperasi di kelurahan Way Gubag, kecamatan Panjang. PT DAS sendiri menggeluti bisnis sebagai pengumpul batu bara ( stock file). Limbah batubara inilah yang jadi pangkal penyebab pencemaran. Setidaknya, sebanyak 190 Kepala Keluarga (KK) sudah mengeluhkan kesehatan mereka yang terserang infeksi saluran pernafasan akut (ISFA) akibat dicemari limbah batubara. Ada dugaan kuat PT.DAS yang beroperasi menggunakan lahan seluas lebih kurang dua hektar itu, masalah perizinannya kurang lengkap. Pihak BPPLH Kota Bandar Lampung sudah turun kelapangan, dan hasilnya pihak perusahaan mengatakan memiliki izin lengkap namun pihak PT DAS tidak bisa menunjukan kelengkapan bukti-bukti surat izinya. Seharusnya setiap lembaga yang mengurus izin Usaha Kelola Lingkungan (UKL), Izin Usaha Pengendalian Lingkungan (UPL) dan izin Analisis Dampak Lingkungan (Amdal) pasti ada dalam arsip BPPLH. Di sinilah letak ketidaktegasan BPPLH dalam menindak pihak PT DAS, maka hal ini perlu mendapat perhatian serius dari Pemerintah Kota Bandar Lampung (http://www.bandarlampungnews.com diakses 14 November 2011). Pemkot Bandar Lampung melalui BPPLH dan Dinas Tata Kota juga setiap tahun melakukan program kali bersih (prokasih). Hanya saja, upaya pembersihan yang dilakukan sejak 2001 itu hingga kini belum berhasil. Warga Bandarlampung masih membuang sampah dan mencemari sungai. Terhadap kegagalan itu, pemkot seharusnya mengevaluasi kembali prokasih maupun program-program lain yang ternyata tidak relevan hasilnya (http://bandarlampungnews.com/index.php diakses 8 November 2011).

9 Oleh karena itu, pemerintah daerah Kota Bandar Lampung dalam pengelolaan lingkungan hidup harus mampu melahirkan kebijakan-kebijakan kongkrit yang sesuai dengan pengelolaan lingkungan hidup. Langkah BPPLH Bandar Lampung dalam menyingkapi kepastian adanya izin Usaha Kelola Lingkungan (UKL) dan izin Usaha Pengendalian Lingkungan (UPL). Dengan kebijakan pengelolaan lingkungan hidup yang baik dan meminimalkan dampak negatif yang timbul akibat dari pengelolaan lingkungan hidup yang baik pula, sehingga terwujudnya pelestarian fungsi lingkungan hidup. Berdasarkan uraian-uraian yang telah disampaikan di atas, maka penelitian ini akan mengambil judul : Pemberian Izin Industri Pemerintah Daerah Untuk Melakukan Pengendalian Dampak Lingkungan Di Kota Bandar Lampung. B. Perumusan Masalah dan Ruang Lingkup Penelitian 1. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka yang menjadi pokok bahasan penelitian ini adalah: a. Bagaimanakah pemberian izin industri oleh pemerintah daerah kota Bandar Lampung untuk melakukan pengendalian dampak lingkungan di Bandar Lampung? b. Apakah faktor-faktor penghambat dalam pemberian izin industri oleh pemerintah daerah kota Bandar Lampung dan bagaimana upaya untuk mengatasi hambatan-hambatan yang dihadapi?

10 2. Ruang Lingkup Penelitian Adapun yang menjadi ruang lingkup dalam penelitian ini adalah: a. Sedangkan lingkup pembahasan dalam penelitian ini hanya terbatas pada pemberian izin industri oleh pemerintah daerah kota Bandar Lampung dalam melakukan pengendalian dampak lingkungan di Bandar Lampung dalam kurun waktu 5 (tahun) terakhir. b. Penelitian ini mengambil lokasi penelitian di Badan Pengendalian dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (BPPLH) Bandar Lampung. c. Dalam lingkup bidang ilmu adalah bidang hukum administrasi negara. C. Tujuan Penelitian Berdasarkan pokok bahasan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk memahami : a. Pemberian izin industri oleh pemerintah daerah kota Bandar Lampung untuk melakukan pengendalian dampak lingkungan di Bandar Lampung. b. Faktor-faktor penghambat dalam pemberian izin industri oleh pemerintah daerah kota Bandar Lampung dan upaya untuk mengatasi hambatan-hambatan yang dihadapi. D. Kegunaan Penelitian 1. Kegunaan Teoritis a. Memberikan sumbangan pemikiran terhadap ilmu pengetahuan di bidang hukum administrasi negara, khususnya mengenai hukum lingkungan dan membandingkannya dengan praktek di lapangan.

11 b. Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan tambahan perbendaharaan literatur dan menambah khasanah dunia kepustakaan, sehingga dapat menjadi bahan acuan untuk mengadakan kajian dan penelitian selanjutnya dengan pokok bahasan yang berkaitan satu sama lainnya. 2. Kegunaan Praktis a. Sebagai rekomendasi strategis kepada instansi-instansi terkait dalam pemberian izin industri di Kota Bandar lampung. b. Sebagai tambahan informasi bagi instansi dan pihak-pihak terkait di dunia usaha dalam pemberian izin industri. c. Untuk memberikan masukan dan informasi bagi masyarakat luas tentang pemberian izin industri oleh pemerintah daerah kota Bandar Lampung dalam melakukan pengendalian dampak lingkungan hidup melalui izin industri yang diberikan dalam rangka pelayanan publik.