DAMPAK FISIK KENAIKAN MUKA AIR LAUT TERHADAP WILAYAH PESISIR KOTA MEDAN KECAMATAN MEDAN BELAWAN

dokumen-dokumen yang mirip
DAMPAK FISIK KENAIKAN MUKA AIR LAUT TERHADAP WILAYAH PESISIR KOTA MEDAN TRI WORO WIDYASTUTI

Analisa Perubahan Garis Pantai Akibat Kenaikan Muka Air Laut di Kawasan Pesisir Kabupaten Tuban

IDENTIFIKASI DAERAH RAWAN ROB UNTUK EVALUASI TATA RUANG PEMUKIMAN DI KABUPATEN DEMAK

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 6, Nomor 1, Tahun 2017, Halaman Online di :

TINJAUAN PUSTAKA. Pesisir merupakan wilayah yang sangat dinamis serta kaya akan

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KERANGKA RAPERMEN TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN BATAS SEMPADAN PANTAI

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PEMETAAN DAERAH YANG TERGENANG BANJIR PASANG AKIBAT KENAIKAN MUKA AIR LAUT DI PESISIR KOTA TEGAL

Tabel 3 Kenaikan muka laut Kota Semarang berdasarkan data citra satelit.

Guruh Krisnantara Muh Aris Marfai Abstract

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan pembangunan yang pesat di Kota Surabaya menyebabkan perubahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Hasil penelitian yang pernah dilakukan

STUDI KENAIKAN MUKA AIR LAUT DI PERAIRAN KENDAL

ANALISIS KERENTANAN PANTAI BERDASARKAN COASTAL VULNERABILITY INDEX (CVI) DI PANTAI KOTA MAKASSAR

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISA PERUBAHAN GARIS PANTAI AKIBAT KENAIKAN MUKA AIR LAUT DI KAWASAN PESISIR KABUPATEN TUBAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai lebih dari pulau dan

STUDI PREFERENSI MIGRASI MASYARAKAT KOTA SEMARANG SEBAGAI AKIBAT PERUBAHAN IKLIM GLOBAL JANGKA MENENGAH TUGAS AKHIR

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

VALUASI EKONOMI JASA LINGKUNGAN HUTAN MANGROVE DI PESISIR KECAMATAN MEDAN BELAWAN HASIL PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. Terdapat beberapa penelitian dan kajian mengenai banjir pasang. Beberapa

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

DAMPAK KENAIKAN MUKA LAUT TERHADAP GENANGAN ROB DI KECAMATAN PADEMANGAN, JAKARTA UTARA Pratiwi Ramadhan, Sugeng Widada, Petrus Subardjo*)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pembobotan. Tabel 5.1 Persentase Pembobotan Tingkat Bahaya

Perubahan Garis Pantai

PEMODELAN BAHAYA BENCANA BANJIR ROB DI KAWASAN PESISIR KOTA SURABAYA

Prediksi Kenaikan Muka Air Laut di Pesisir Kabupaten Tuban Akibat Perubahan Iklim

Luas Area Genangan Banjir Pasang Pada Kawasan Pemukiman di Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak Provinsi Jawa Tengah

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Kata-kata Kunci: Kabupaten Pekalongan, Banjir Rob, Sawah Padi, Kerugian Ekonomi

HASIL DAN PEMBAHASAN

STUDI PERUBAHAN GARIS PANTAI AKIBAT KENAIKAN MUKA AIR LAUT DI KECAMATAN SAYUNG, KABUPATEN DEMAK

BAB I. PENDAHULUAN. Kota Semarang berada pada koordinat LS s.d LS dan

BAB I PENDAHULUAN. dengan yang lain, yaitu masing-masing wilayah masih dipengaruhi oleh aktivitas

BAB I PENGANTAR. keempat di dunia setelah Amerika Serikat (AS), Kanada dan Rusia dengan total

ANALISA KEHANDALAN JARINGAN SUNGAI YANG TERPENGARUH PASANG SURUT (STUDI KASUS SUNGAI BUAH - KOTA PALEMBANG) TESIS HERI YULIANTO NIM :

BAHAN DAN METODE. Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian

MODUL 5: DAMPAK PERUBAHAN IKLIM BAHAYA GENANGAN PESISIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

STUDI PASANG SURUT UNTUK PERUBAHAN LUAS GENANGAN AKIBAT KENAIKAN MUKA AIR LAUT DI PERAIRAN BANYUURIP, KABUPATEN GRESIK

BAB I PENDAHULUAN. mengorbankan pemenuhan kebutuhan generasi masa depan (Brundtland, 1987).

PEMETAAN TINGKAT KERAWANAN ROB UNTUK EVALUASI TATA RUANG PEMUKIMAN DAERAH PESISIR KABUPATEN PEKALONGAN JAWA TENGAH

ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGUKURAN DAERAH GENANGAN DI PESISIR BANGKALAN AKIBAT NAIKNYA MUKA AIR LAUT

Volume 6, No. 2, Oktober 2013 ISSN:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS DAN PEMETAAN DAERAH KRITIS RAWAN BENCANA WILAYAH UPTD SDA TUREN KABUPATEN MALANG

Jurnal Perikanan dan Kelautan Vol. 3, No. 4, Desember 2012: ISSN :

Alhuda Rohmatulloh

PEMETAAN PARTISIPATIF UNTUK ESTIMASI KERUGIAN AKIBAT BANJIR ROB DI KABUPATEN PEKALONGAN

Pemetaan Daerah Risiko Banjir Lahar Berbasis SIG Untuk Menunjang Kegiatan Mitigasi Bencana (Studi Kasus: Gunung Semeru, Kab.

PEMETAAN MULTI RISIKO BENCANA PADA KAWASAN STRATEGIS DI KABUPATEN TANGGAMUS

BAB I PENDAHULUAN. bencana didefinisikan sebagai peristiwa atau rangkaian peristiwa yang

Abstrak PENDAHULUAN.

DAMPAK DAN ESTIMASI KERUGIAN AKIBAT KENAIKAN MUKA LAUT DI KAWASAN PESISIR KABUPATEN TUBAN JAWA TIMUR. Marita Ika Joesidawati

Jurnal Geodesi Undip Oktober 2013

BAB I PENDAHULUAN. Jawa yang rawan terhadap bencana abrasi dan gelombang pasang. Indeks rawan

Geo Image (Spatial-Ecological-Regional)

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN

PEMETAAN SEBARAN GENANGAN ROB DI PESISIR BONANG, KABUPATEN DEMAK Durotun Nafisah, Heryoso Setiyono, Hariyadi

PEMODELAN MEAN SEA LEVEL (MSL) DI KOTA SEMARANG DENGAN PENDEKATAN REGRESI NONPARAMETRIK DERET FOURIER

ANALISA SPASIAL DAERAH BANJIR GENANGAN (ROB) AKIBAT KENAIKAN MUKA AIR LAUT DI KOTA PADANG

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print) C78

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Konsep Penelitian

Pemodelan Spasial Genangan Banjir Akibat Gelombang Pasang di Wilayah Pesisir Kota Mataram

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PEMETAAN DAMPAK KENAIKAN MUKA AIR LAUT DENGAN FILL-CORRECTIONS METHOD (STUDI KASUS : DKI JAKARTA)

Genangan Banjir Pasang Pada Kawasan Pemukiman di Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak Provinsi Jawa Tengah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

METODOLOGI PENELITIAN. Bukit digunakan metode deskriptif, menurut Moh. Nazir (1983:63) Metode

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PENANGANAN KAWASAN BENCANA ALAM DI PANTAI SELATAN JAWA TENGAH

Ayesa Pitra Andina JURUSAN TEKNIK GEOMATIKA FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2014

I. PENDAHULUAN. sektor perekonomian dan bisnis menjadi daya tarik masyarakat dari berbagai

PENYUSUNAN PETA INDEKS RESIKO BANJIR DENGAN TEKNOLOGI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS (SIG) Kecamatan Senapelan, Sukajadi dan Limapuluh

Penentuan Batas Pengelolaan Wilayah Laut Antara Provinsi Jawa Timur dan Provinsi Bali Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa indikasi dari meningkatnya muka air laut antara lain adalah :


BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Faktor penyebab banjir oleh Sutopo (1999) dalam Ramdan (2004) dibedakan menjadi persoalan banjir yang ditimbulkan oleh kondisi dan peristiwa alam

PEMETAAN AREA GENANGAN BANJIR PASANG DI KAWASAN LAHAN BUDIDAYA AIR PAYAU KOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH

IDENTIFIKASI LEVEL RISIKO PANTAI DI PROVINSI BALI BERDASARKAN ANALISIS SPASIAL BAHAYA DAN IDENTIFIKASI LEVEL KERENTANAN

Geo Image (Spatial-Ecological-Regional)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN KABUPATEN TOBA SAMOSIR SKRIPSI. Oleh : PUTRI SINAMBELA /MANAJEMEN HUTAN

: ROSMAWATI SITOMPUL / MANAJEMEN HUTAN

Gambar 7. Lokasi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pada tanggal 26 Oktober 2010 : Ribuan rumah warga Kecamatan Medan Belawan,

KAJIAN KAPASITAS MASYARAKAT DALAM UPAYA PENGURANGAN RISIKO BENCANA BERBASIS KOMUNITAS DI KECAMATAN KOTAGEDE KOTA YOGYAKARTA TAHUN 2016

Gambar 3 Diagram alir metodologi

KAJIAN PEMANFAATAN LAHAN PADA DAERAH RAWAN LONGSOR DI KECAMATAN TIKALA KOTA MANADO

Deteksi Perubahan Garis Pantai Pulau Gili Ketapang Kabupaten Probolinggo

ANALISIS PERKEMBANGAN DAERAH PEMUKIMAN DI KECAMATAN BALIK BUKIT TAHUN (JURNAL) Oleh: INDARYONO

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR.. UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR LAMPIRAN...

ANALISA DATA PASANG DAN SATELIT ALTRIMETRI SEBAGAI KAJIAN FLUKTUASI MUKA AIR LAUT DI PESISIR KOTA SURABAYA PERIODE

ANALISIS KENAIKAN MUKA AIR LAUT DAN RAWAN GENANGAN DI WILAYAH PESISIR (KASUS UTARA PULAU BENGKALIS) ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara maritim yang mana terdapat banyak kota berada di wilayah pesisir, salah satunya adalah Kota Pekalongan.

Transkripsi:

1 DAMPAK FISIK KENAIKAN MUKA AIR LAUT TERHADAP WILAYAH PESISIR KOTA MEDAN KECAMATAN MEDAN BELAWAN Physical Impacts of Sea Level Rise on Coastal Areas of Medan Tri Woro Widyastuti 1), Darma Bakti 2), Zulham Apandy Harahap 2) 1) Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian,Sumatera Utara (E-mail : triworowidyastuti@ymail.com) 2) Staf Pengajar Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara Abstract Tidal flood case is a problem that often happens in coastal areas. This happens because of the surface of the ground low or even the same compared to the surface of sea water. Besides that, this can also happens due to the increase of sea levels so that when there is a tide the sea water will come and flooded the coastal areas. The purpose of this research is to analyze the condition of tide in coastal areas of Medan city in Medan sub district and provide a map vulnerability to the increase of sea levels in Medan city. The number of increasing sea levels is obtained from the average of increase tidal per year. This number then will be associated with land use data, topography data, population data, and also direct interview with the local residents. After that, VCA method will be used based on PERKA BNPB N0. 2 the year 2012 to acquire the class vulnerability in each village and projected into the form of map with overlay method. The result of this research showed that the inundation area caused by the increase of sea levels always rising. Based from the VCA method and direct interview, resulted that most of vulnerability that happens in Medan sub district is belong to the high vulnerability. This result is also suitable with map vulnerability made by BNPB that stating North Sumatera is belonging in category of high vulnerability class. Therefore it needs further treatment to decrease the effect of the increasing sea levels. Keyword : Sea Level Rise, Rob, VCA method. PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara yang mempunyai kerentanan yang tinggi terhadap perubahan iklim. Hal ini berkaitan dengan kondisi Indonesia yang merupakan wilayah kepulauan dengan jumlah pulau yang sangat banyak. Perubahan iklim yang terjadi mengakibatkan dampak yang besar terhadap masyarakat pesisir di seluruh dunia khususnya di Indonesia. Fenomena naiknya muka air laut ini dikenal dengan sebutan Sea Level Rise (SLR). Fenomena ini menimbulkan ancaman terhadap kota-kota yang terletak di wilayah pesisir. Perubahan iklim dapat dianggap sebagai suatu situasi ketidakpastian yang dihadapi oleh masyarakat pesisir. Bagi masyarakat pesisir pengetahuan lokal mengenai caracara menghadapi perubahan musim telah menjadi keseharian mereka.

2 Kenaikan muka air laut sebagai akibat dari perubahan iklim global mulai dirasakan ekstrim sejak abad ke 20. Kondisi muka air laut tersebut dapat dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu peningkatan temperatur air laut dan perubahan massa air laut. Secara geografis dan topografi Indonesia sebagai Negara kepulauan, maka dapat diketahui bahwa Indonesia memiliki kerentanan yang sangat tinggi terhadap berbagai dampak dari fenomena perubahan iklim, khususnya kenaikan muka air laut (Isfandiari dan Djoko, 2010). Fenomena kenaikan muka air laut dapat di presentasikan menggunakan Sea Level Rise (SLR) dipengaruhi secara dominan oleh pemuaian thermal sehingga volume air laut bertambah. Selain itu mencairnya es di kutub dan gletser juga memberikan kontribusi terhadap perubahan kenaikan muka air laut. Kenaikan muka air laut bisa menyebabkan berkurangnya atau mundurnya garis pantai, mempercepat terjadinya erosi pantai berpasir, banjir di wilayah pesisir, dan kerusakan infrastruktur yang berada di wilayah pesisir seperti dermaga, dan bangunan pantai lainnya (Liyani, dkk., 2012). Laporan Intergovermental Panel on Climate Change (IPCC) memperkirakan bahwa pada kurun waktu 100 tahun terhitung mulai dari tahun 2000 permukaan air laut akan meningkat setinggi 15 90 cm dengan kepastian peningkatan setinggi 48 cm (Sihombing, dkk., 2012). METODOLOGI Penelitian ini dilaksanakan di Pesisir Kota Medan pada Bulan Februari 2015 sampai dengan Mei 2015. Persiapan Data Tahap ini meliputi pengumpulan data dan pengecekan kelengkapan data yang telah dikumpulkan.tujuan pengecekan data untuk mengetahui kekurangankekurangan pada data yang telah terkumpul, sehingga bisa dilakukan upayaupaya untuk melengkapi kekurangan yang ada. Pra Pengolahan (Pre- processing) Data Citra satelit a. Konversi Data Citra (Import File) Data citra satelit Landsat yang dipergunakan dalam penelitian ini, di download dengan format DEM dan diolah dengan perangkat lunak ArcGis 9.3. b. Pemotongan Citra (Cropping) Pemotongan citra dilakukan untuk membatasi citra sesuai dengan wilayah penelitian. Analisis Kenaikan Muka Air Laut Kenaikan muka air laut dapat dilihat dari data kondisi pasang surut yang dikumpulkan pada lima tahun terakhir yaitu pada tahun 2011 sampai dengan 2015. Teknik yang digunakan dalam menganalisis perubahan kenaikan muka air laut ini yaitu metode tumpang tindih (overlay). Peta kenaikan muka air laut yang diprediksi dan ditumpang tindih untuk mengetahui perubahan kenaikan muka air laut dan kenaikan luasan genangan yang terjadi pada perkiraan waktu lima puluh tahun mendatang. Pengkajian Resiko Bencana Pengkajian resiko bencana merupakan sebuah pendekatan untuk memperlihatkan potensi dampak negatif yang mungkin timbul akibat suatu potensi bencana. Potensi dampak negatif ini dilihat dari potensi jumlah jiwa yang terpapar hingga kerusakan lingkungan yang ditimbulkan. Pengkajian resiko bencana banjir ini mengacu pada PERKA BNPB No.2 tahun 2012 dengan pendekatan sebagai berikut : Resiko bencana = Ancaman x Kerentanan Kapasitas

3 1. Indeks Ancaman Bencana Indeks ancaman bencana disusun berdasarkan dua komponen utama, yaitu kemungkinan terjadi suatu ancaman dan besaran dampak yang pernah tercatat untuk bencana yang terjadi. Tabel indeks ancaman rob dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Indeks Ancaman Rob Kedalaman (m) Kelas Nilai < 0,76 Rendah 1 Bobot (%) Skor 0,76 1,5 Sedang 2 100 >1,5 Tinggi 3 1,00 2. Indeks Kerentanan Indikator yang digunakan dalam analisis kerentanan terutama adalah informasi keterpaparan. Sumber informasi yang digunakan untuk analisis kerentanan terutama berasal dari laporan BPS (Badan Pusat Statistik) Provinsi/Kabupaten Dalam Angka. Untuk menghitung indeks kerentanan digunakan rumus dari PERKA BNPB No. 2 tahun 2012, dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Klasifikasi KomponenKerentanan Rob No 1 Komponen Kerentanan demografi/ sosial Budaya Parameter Kerentanan Bobot (%) Kepadatan Penduduk 50 Kelas Kerentanan rendah sedang tinggi < 75 jiwa/ha 75-150 jiwa/ha > 150 jiwa/ha Persentase Penduduk Miskin 20 <10 % 10% - 20 % > 20% Persentase Ibu Hamil 10 < 5 % 5 % - 10 % > 10 % Persentase Usia Balita 10 < 5 % 5 % - 10 % > 10 % Persentase Penduduk Lansia 10 < 10 % 10 % - 20 % > 20 % Persentase Jaringan Listrik 20 < 30% 30 % - 60 % 60% Persentase Jaringan Jalan 20 < 30% 30 % - 60 % 60% 2 Fisik 3 Ekonomi 4 Lingkungan Persentase Jaringan Komunikasi persentase Kawasan Terbangun Persentase Jumlah Bangunan Jumlah Bangunan non Permanan 20 < 30% 30 % - 60 % 60% 20 < 30% 30 % - 60 % 60% 10 < 30% 30 % - 60 % 60% 10 < 500 500-1000 > 1000 Luas Lahan Produktif 25 < 10 ha 10 ha -20 ha > 20 ha Luas Lahan Ekonomi 25 < 10 ha 11 ha - 20 Ha > 20 ha Jumlah sarana Ekonomi 25 < 5000 5000-10000 > 10000 Jumlah Penduduk Bekerja 25 < 750 750-1500 >1500 Luas Hutan Bakau/ Mangrove 25 < 10 ha 10 ha -20 ha > 20 ha Luas Lahan Sawah 25 < 10 ha 10 ha -20 ha > 20 ha Luas Lahan Padang Rumput 25 < 10 ha 10 ha -20 ha > 20 ha Luas Lahan Rawa 25 < 10 ha 10 ha -20 ha > 20 ha Nilai setiap kelas kerentanan : Klasifikasi Total Kerentanan : Rendah : 1 Rendah : 0 3 Sedang : 3 Sedang : 1 3 Tinggi : 5 Tinggi : 3 5 Indeks kerentanan = (0,4 * skor kerentanan sosial) + (0,1* lingkungan) +(0,25* Fisik) + (0,25* Ekonomi

4 3. Indeks Kapasitas Indeks kapasitas diperoleh berdasarkan tingkat ketahanan daerah pada suatu waktu. Tingkat ketahanan daerah bernilai sama untuk seluruh kawasan pada suatu kabupaten/kota yang merupakan ruang ingkup kawasan terendah kajian kapasitas ini. 4. Penyusunan Kajian Resiko Bencana Kajian resiko bencana memberikan gambaran umum terkait tingkat resiko suatu bencana pada suatu daerah yang dikaitkan dengan beberapa indeks sebelumnya. Matriks kelas kerentanan bencana dapat dilihat pada Tabel 3 dan Tabel 4. pada masyarakat yang terkena dampak langsung maupun pada badan pemerintahan setempat. HASIL DAN PEMBAHASAN Kenaikan muka air laut dapat diketahui melalui perubahan ketinggian pasang surut yang terjadi sebelumnya. Nilai rata-rata ketinggian pasang surut air laut dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2015 dapat diketahui kenaikan muka air laut dengan menghitung rata-rata selisih ketinggian muka air laut pertahunnya. Grafik kenaikan muka air laut dapat dilihat pada Gambar 1. Tabel 3. Matriks besaran ancaman bencana sesuai dengan nilai kapasitas dan kerentanan. Kerentan an Tabel 4.Matriks kerentanan bencana sesuai dengan nilai ancaman, kapasitas dan kerentanan Ancaman Bencana V/C H X V/C Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Keterangan : Kelas Rendah Kelas Sedang Kelas Tinggi Kapasitas Tinggi Sedang Rendah V/C Rendah Sedang Tinggi Verifikasi Lapangan Untuk mengetahui status kerentanan resiko bencana banjir, beberapa parameter dilakukan dengan penyusunan kajian resiko bencana dan metode wawancara dilapangan. Metode wawancara dilakukan untuk memastikan apakah kejadian yang diprediksi sesuai dengan keadaan yang berada di lapangan. Wawancara dilakukan Gambar 1. Grafik Kenaikan Muka Air Laut tahun 2011 sampai dengan tahun 2015 Berdasarkan Gambar 1 terlihat bahwa terjadi kenaikan muka air laut yang terjadi setiap tahunnya. Kenaikan muka air laut yang terjadi pada pesisir Kota Medan Kecamatan Medan kurang lebih sebesar 1,042 cm/tahun. Pengkajian Resiko Bencana Banjir 1. Hasil Analisis Ancaman Rob Berdasarkan PERKA BNPB No.2 Tahun 2012 Indeks Ancaman Rob diklasifikasikan menurut kedalaman banjir dan genangan yang terjadi pada daerah yang diteliti. Indeks Ancaman Rob yang telah disajikan sebelumnya pada pada Tabel 1 bahwa pada hampir semua kelurahan pada Kecamatan Medan masuk dalam kategori sedang yaitu dengan kedalaman 0,76 1,5 meter kecuali pada kelurahan Bahagia

5 dan II yang memiliki kedalaman banjir < 0,76 m sehingga dikategorikan dalam kelas rendah. Kategori kelas ancaman rob Kecamatan Medan dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Kategori Kelas Ancaman Rob Kecamatan Medan Kelurahan Kedalaman (m) Kelas Skor Sicanang 0,76-1,5 Sedang < 0,76 Rendah Bahagia 0,76-1,5 Sedang Bahari I 0,76-1,5 Sedang II < 0,76 Rendah Bagan Deli 0,76 1,5 Sedang 2. Indeks Kerentanan Untuk mencari nilai kerentanan perlu dikaji dari beberapa parameter. Berdasarkan PERKA BNPB No. 2 tahun 2012 terdapat 4 komponen yang perlu dikaji untuk mendapatkan indeks kerentanan. Klasifikasi kelaskerentanan berdasarkan nilai penilaian indeks kerentanan dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Klasifikasi Kelas Kerentanan Berdasarkan Nilai Penilaian Indeks Kerentanan Kelurahan Total Indeks Kelas Kerentanan Kerentanan Sicanang 3, 85 Tinggi Bahagia 4,05 Tinggi Bahari 3,35 Tinggi I 4,45 Tinggi II 4,15 Tinggi Bagan Deli 4,65 Tinggi 3. Indeks Kapasitas Indeks kapasitas diperoleh dengan menggunakan metode wawancara kepada penduduk dan beberapa pelaku menanggulangan bencana di daerah yang diteliti. Berdasarkan PERKA BNPB No. 2 tahun 2012 terdapat beberapa komponen/ indikator yang menyatakan tingkat ketahanan daerah pada suatu wilayah terhadap ancaman banjir. W ilayah pesisir Kota Medan khususnya Kecamatan Medan, terdapat tiga komponen yang mewakili daerah yang diteliti, yaitu memiliki aturan dan kelembagaan penanggulangan bencana, pendidikan kebencanaan, dan pengurangan faktor resiko dasar dan termasuk dalam kategori sedang. Indeks kapasitas Kecamatan Medan dikategorikan dalam kelas sedang dengan nilai antara. 4. Klasifikasi bencana dengan matriks penentuan sesuai rumus VCA (Vulnerability Capacity Analysis) Hasil skoring yang sebelumnya telah dilakukan menggunakan indeks ancaman dan kapasitas kemudian di klasifikasikan dengan menggunakan matriks penentuan kelas rentan. Dimulai dengan menghubungkan nilai kerentanan dan kapasitas pada setiap kelurahan berdasarkan tabel yang tersaji pada Tabel 1 dan Tabel 2 sebelumnya. Sehingga didapatkan hasil berupa matriks kerentanan bencana rob pada Tabel 7. Tabel 7. Matriks Kerentanan Bencana Rob Kelurahan Sicanang Bahagia Bahari I II Bagan Deli Nilai Ancaman (H) (Rendah) (Rendah) Skor Indeks (Kelas) Kerentanan (V) 3,85 4,05 3,35 4,45 4,15 4,65 Kapasitas (C) V/C H*V/C Tinggi Tinggi Tinggi Sedang Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Tinggi Sedang Tinggi Tinggi 5. Peta Kerentanan Resiko Bencana Rob Kecamatan Medan Berdasarkan Tabel 13 terlihat bahwa hampir seluruh kelurahan pada Kecamatan Medan memiliki nilai kerentanan

6 dengan kelas tinggi kecuali pada beberapa kelurahan seperti Bahagia dan II yang memiliki nilai kerentanan yang lebih rendah dari kelurahan yang lainnya sehingga dikategorikan dalam kelas sedang. Peta kerentanan resiko bencana banjir pesisir Kota Medan dapat dilihat pada Gambar 2. gambaran genangan yang terdapat di beberapa kelurahan pada Kecamatan Medan. Peta Kenaikan Muka Air Laut Wilayah Pesisir Kota Medan tahun 2015 hingga tahun 2065 mendatang dapat dilihat pada Gambar 3 dan Gambar 4. Gambar 2. Peta Kerentanan Resiko Bencana Banjir Rob Pesisir Kota Medan Gambar 3. Peta Genangan Wilayah Pesisir Kota Medan Tahun 2015 Peta Kenaikan Muka Air Laut Wilayah Pesisir Kota Medan Tahun 2015 sampai dengan Tahun 2065 Berdasarkan pengolahan data citra, dilakukan perhitungan perubahan kenaikan luasan genangan selama lima puluh tahun mendatang dengan menghitung kenaikan muka air laut yang terjadi selama lima tahun terakhir. Besar kenaikan muka air laut yang terjadi lima puluh tahun mendatang kemudian diolah menggunakan program Global Mapper. Garis pantai kemudian di export ke dalam ArcGIS dan ditumpang tindih (overlay) dengan peta dasar dan peta kontur. Perubahan muka air laut ini kemudian digabungkan dengan peta dasar untuk dihitung perubahan luasan genangan yang akan terjadi selama lima puluh tahun mendatang. Peta dasar yang telah diolah sebelumnya kemudian di overlay atau ditumpang tindih dengan peta topografi serta peta kependudukan yang di digitasi dengan batas wilayah kelurahan sehingga didapatkan peta akhir dengan Gambar 4. Peta Genangan Wilayah Pesisir Kota Medan Tahun 2065 Berdasarkan Gambar 3 dan Gambar 4 terlihat bahwa terjadi perubahan pada wilayah pesisir Kota Medan berupa genangan. Luasan genangan yang terjadi pada tahun 2015 sebesar 16.778 m 2 dan pada Gambar 10 luasan genangan sebesar 36.113m 2 sehingga perubahan luasan genangan yang terjadi sebesar 19.334 m 2.

7 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian ini dapat ditarik kesimpulan berupa : 1. Rob merupakan peristiwa yang selalu terjadi pada wilayah pesisir Kota Medan pada Kelurahan Bahari, I, II, Pulau Sicanang, Bagan Deli, dan Bahagia dengan ketinggian rata-rata 1 hingga 1,5 meter selama 2 hingga 4 jam pada wilayah pemukiman hingga jalan umum. Luasan genangan pada tahun 2015 sebesar 16.778 m 2 dan diperkirakan pada tahun 2065 luasan genangan 36.113 m 2 sehingga kenaikan yang terjadi sebesar 19.334 m 2. 2. Peta kerentanan resiko bencana banjir rob menggambarkan wilayah pesisir Kota Medan khususnya Kecamatan Medan tergolong dalam kelas tinggi dan Kelurahan Bahagia dan II masih tergolong sedang. Saran Untuk mendapatkan data yang lebih akurat perlu menambahkan atau mengkaji beberapa parameter lain yang menyebabkan kenaikan muka air laut seperti pola angin, ketinggian gelombang, penurunan tanah, jenis tanah dan lain-lain. DAFTAR PUSTAKA Chandra, R. K dan R. D. Sari. 2013. Mitigasi Bencana Banjir Rob di Jakarta Utara. Prodi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya. 2(1). Isfandiari, A dan D. S. A. Santoso 2010. Potensi Dampak Kerusakan Akibat Kenaikan Muka Air Laut di Wilayah Pesisir Kabupaten Indramayu tahun 2030. Sekolah Arsitektur Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan Institut Teknologi Bandung, Bandung. Liyani, K. Sambodho dan Suntoyo. 2012. Analisa Perubahan Garis Pantai Akibat Kenaikan Muka Air Laut di Kawasan Pesisir Kabupaten Tuban. Jurnal Kelautan 1(1): 1-5. Sihombing, W. H., Suntoyo dan K. Sambodho. 2012. Kajian Kenaikan Muka Air Laut di Kawasan Pesisir Kabupaten Tuban, Jawa Timur. Fakultas Teknologi Kelautan Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya. 1: 2301-9271. Wahyudi, S. I. 2007. Tingkat Pengaruh Elevasi Pasang Laut Terhadap Banjir dan Rob di Kawasan Kaliwage Semarang. Jurnal Kelautan 1(1): 27 34.