Oleh: TRIYONO EDY BUDHIARTO PANITERA MUDA I MAHKAMAH KONSTITUSI

dokumen-dokumen yang mirip
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

-2- memenuhi syarat sebagai Presiden dan/atau Wakil Presiden sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dipe

Prosedur berperkara di Mahkamah Konstitusi

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

Info Lengkap di: buku-on-line.com 1 of 14

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MAHKAMAH KONSTITUSI

ANOTASI UNDANG-UNDANG BERDASARKAN PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEKUA U SAAN N KEHAKIMAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

MATRIKS RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI MAHKAMAH KONSTITUSI, MAHKAMAH AGUNG, PEMILIHAN KEPALA DAERAH

DR. R. HERLAMBANG P. WIRATRAMAN MAHKAMAH KONSTITUSI FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS AIRLANGGA, 2015

UNDANG-UNDANG DEWAN PERWAKILAN MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG MAHKAMAH MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

MAHKAMAH MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA


RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN. TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

MAHASISWA UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN MEMUTUSKAN : : UNDANG-UNDANG TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI MAHASISWA UNIVERSITAS.

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

MAHKAMAH KONSTITUSI. R. Herlambang Perdana Wiratraman Departemen Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya, 19 Juni 2008

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PROSEDUR BERACARA DALAM PEMBUBARAN PARTAI POLITIK

PERATURAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN BERACARA DALAM PERSELISIHAN HASIL PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH

MAHKAMAH KONSTITUSI. Oleh: Letjen TNI (Purn) H. AchmadRoestandi, S.H. BANDUNG -JUNI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

2013, No Mengingat dan tata cara seleksi, pemilihan, dan pengajuan calon hakim konstitusi serta pembentukan majelis kehormatan hakim konstitusi;

SILABUS PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PENINGKATAN PEMAHAMAN HAK KONSTITUSIONAL WARGA NEGARA PUSAT PENDIDIKAN PANCASILA DAN KONSTITUSI

PERATURAN MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2002 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN WEWENANG MAHKAMAH KONSTITUSI OLEH MAHKAMAH AGUNG

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG IKATAN KELUARGA MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG MAHKAMAH MAHASISWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Muchamad Ali Safa at

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

I. UMUM

PERUBAHAN KETIGA UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 102/PUU-XIII/2015 Pemaknaan Permohonan Pra Peradilan

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

- 2 - II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 1. Cukup jelas. Pasal 2. Cukup jelas. TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5493

*14671 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 4 TAHUN 2004 (4/2004) TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membuat UU. Sehubungan dengan judicial review, Maruarar Siahaan (2011:

Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, Pasal 22 ayat (2) Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang...

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

LEMBAGA LEMBAGA NEGARA. Republik Indonesia

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 84/PUU-XII/2014 Pembentukan Pengadilan Hubungan Industrial di Kabupaten/Kota

Hubungan Antar Lembaga Negara IRFAN SETIAWAN, S.IP, M.SI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2009 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Panduan Teknis Beracara dalam Perkara Perselisihan Hasil Pemilihan Umum Anggota DPR, DPD, dan DPRD

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR : 06/PMK/2005 TENTANG

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA ANCANGAN

R U J U K A N UNDANG UNDANG DASAR 1945 DALAM PUTUSAN-PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI

BERITA NEGARA. No.1109, 2012 BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM. Sengketa Pemilu. Penyelesaian. Tata Cara. PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM

BEBERAPA MASALAH DALAM PENYELESAIAN PERSELISIHAN HASIL PEMILIHAN UMUM 1

BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

Lex Administratum, Vol. IV/No. 2/Feb/2016

Prof. Dr. Maria Farida Indrati, S.H., M.H.

Tugas dan Wewenang serta Dasar Hukum Lembaga Negara

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PUTUSAN Nomor 19/PUU-XV/2017 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA. : Habiburokhman S.H., M.H.

Kuasa Hukum Prof. Dr. Yusril Ihza Mahendra, S.H., M.Sc., dkk, berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 2 Maret 2015.

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN KEDUA Perkara Nomor 79/PUU-XII/2014 Tugas dan Wewenang DPD Sebagai Pembentuk Undang-Undang

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 42/PUU-XIV/2016 Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubenur Daerah Istimewa Yogyakarta

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG

UU & Lembaga Pengurus Tipikor L/O/G/O

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1985 TENTANG MAHKAMAH AGUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MAHKAMAH MAHASISWA UNIVERSITAS INDONESIA

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1985 Nomor 73, Tamb

1. Mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final.

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 7/PUU-VIII/2010 Tentang UU MPR, DPD, DPR & DPRD Hak angket DPR

PENJELASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN

ARTIKEL 1 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN

PERATURAN MAHKAMAH KONSTITUSI NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN PENULISAN PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

PERUBAHAN KETIGA UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA Oleh: TRIYONO EDY BUDHIARTO PANITERA MUDA I MAHKAMAH KONSTITUSI PERTEMUAN KOORDINASI MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN DEKAN FAKULTAS HUKUM, APHAMKA, KETUA DEPARTEMEN HTN/HAN DAN PENGELOLA VIDEO CONFERENCE DI 42 PERGURUAN TINGGI TAHUN 2015

KEDUDUKAN MAHKAMAH KONSTITUSI (Pasal 24 UUD 1945 dan Pasal 2 UU MK) q Mahkamah Konstitusi merupakan salah satu lembaga negara yang melakukan kekuasaan kehakiman yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan q Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang ada di bawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha negara, dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi 1

KEWENANGAN MAHKAMAH KONSTITUSI (Pasal 24C UUD 1945, Pasal 10 UU MK, Pasal 29 UU KK) MK berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk: menguji Undang-Undang terhadap UUD 1945 memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh UUD 1945 memutus pembubaran partai politik memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum (Presiden dan Wakil Presiden, Anggota DPR, DPD, dan DPRD) memutus pendapat DPR mengenai dugaan pelanggaran hukum oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden berupa penghianatan thd negara, korupsi, penyuapan, tindak pidana berat lainnya, atau perbuatan tercela, dan/atau tidak lagi memenuhi syarat sbg Presiden dan/atau Wakil Presiden menurut UUD 1945 2

Pasal 157 ayat (3) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota Menjadi Undang-Undang Ayat (3) Perkara perselisihan penetapan perolehan suara hasil pemilihan diperiksa dan diadili oleh Mahkamah Konstitusi sampai dibentuknya badan peradilan khusus 3

PERSIDANGAN JARAK JAUH melalui VIDEO CONFERENCE Dalam rangka penyelenggaraan peradilan yang cepat, sederhana, dan biaya ringan antara lain dengan melaksanakan persidangan jarak jauh, yaitu: a. untuk mempermudah masyarakat pencari keadilan dan stakeholder mengikuti proses persidangan dalam arti tidak selalu harus hadir secara fisik ke ruang sidang Mahkamah Konstitusi, b. mempercepat dan menyederhanakan proses persidangan dalam arti tidak berbelit-belit dan tidak membuang-buang waktu, c. serta dapat menekan biaya persidangan bagi masyarakat pencari keadilan dalam arti biaya yang akan ditanggung oleh masyarakat pencari keadilan cukup ringan. 4

PERSIDANGAN JARAK JAUH MAHKAMAH KONSTITUSI 1. Persidangan jarak jauh melalui Vicon dapat dilakukan untuk memeriksa, mengadili, dan memutus permohonan: pengujian Undang-Undang terhadap UUD 1945; sengketa kewenangan lembaga negara; pembubaran partai politik; perselisihan tentang hasil Pemilihan Umum (Presiden dan Wakil Presiden, Anggota DPR, DPD, dan DPRD) ; pendapat DPR mengenai dugaan Presiden dan/atau Wakil Presiden melakukan pelanggaran menurut UUD 1945. perselisihan hasil Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota. 2. Persidangan jarak jauh melalui video conference yang dilakukan oleh Majelis Hakim untuk mendengar keterangan Pemohon, Termohon, Pihak Terkait atau kuasanya, saksi dan/ atau ahli 5

3. Persidangan MK dilakukan terbuka untuk umum: Pemeriksaan Pendahuluan, (Sidang Pleno/Sidang Panel): a. memeriksa kelengkapan dan kejelasan materi permohonan. b. memberikan nasihat untuk memperbaiki permohonan. atau a. memeriksa perbaikan permohonan. b. memeriksa dan mengesahkan alat bukti. Pemeriksaan Persidangan, (Sidang Pleno/Sidang Panel): a. mendengar keterangan para pihak dan pihak terkait. b. mendengar keterangan saksi/ahli. c. memeriksa dan mengesahkan alat bukti. d. mendengar kesimpulan para pihak. Pengucapan Putusan, dilakukan dalam Sidang Pleno setelah serangkaian pemeriksaan perkara dinyatakan telah selesai. 6

TATA CARA PENGAJUAN PERMOHONAN PERSIDANGAN JARAK JAUH 1. Pemohon dan/atau Termohon dan/atau Pihak Terkait atau kuasanya dapat mengajukan permohonan pemeriksaan melalui persidangan jarak jauh kepada Ketua Mahkamah Konstitusi: a. melalui Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi. b. diajukan langsung dalam Persidangan Mahkamah Konstitusi. 2. Permohonan pemeriksaan melalui persidangan jarak jauh berisi informasi tentang: a. identitas yang hendak diperiksa dan didengar keterangannya; b. pokok-pokok keterangan yang hendak diberikan; c. alokasi waktu pemeriksaan; d. tempat pelaksanaan; e. petugas lain yang dibutuhkan; 3. Permohonan pemeriksaan melalui persidangan jarak jauh disampaikan paling lambat 3 (tiga) hari kerja sebelum rencana pelaksanaan persidangan jarak jauh, baik secara langsung maupun melalui faksimili, surat elektronik (e-mail), surat kilat khusus, atau media lain yang tersedia; 7

4. Permohonan yang disampaikan secara elektronik melalui alamat surat elektronik (e-mail) Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi, dianggap diterima pada saat telah masuk ke dalam sistem komputer Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi; 5. Permohonan pemeriksaan melalui persidangan jarak jauh akan dipertimbangkan oleh Panel Hakim atau akan dibahas dalam Pleno Rapat Permusyawaratan Hakim; 6. Jadwal pelaksanaan pemeriksaan persidangan melalui Vicon diberitahukan oleh Kepaniteraan MK kepada Pemohon, Termohon, Pihak Terkait atau kuasanya paling lambat 2 (satu) hari kerja sebelum pelaksanaan persidangan 7. Jadwal pelaksanaan persidangan jarak jauh juga diberitahukan oleh Kepaniteraan MK kepada Kepala Bagian Tata Usaha Kepaniteraan untuk diteruskan kepada Kepala Pusat P4TIK. Selanjutnya Pusat P4TIK memberitahukan kepada Perguruan Tinggi tempat rencana pelaksanaan persidangan. 8

8. Pemeriksaan melalui persidangan jarak jauh dapat dilaksanakan dalam pemeriksaan pendahuluan atau pemeriksaan persidangan; 9. Pemeriksaan persidangan jarak jauh dilakukan oleh Majelis Hakim terhadap Pemohon dan/atau Termohon dan/atau Pihak Terkait maupun kuasanya, Saksi dan/atau Ahli; 10. Pemohon dan/atau kuasanya, Termohon dan/atau kuasanya, Pihak Terkait dan/atau kuasanya, Saksi, dan Ahli yang hendak didengar keterangannya dapat didampingi penerjemah atas usaha sendiri 11. Keseluruhan biaya yang timbul bagi pelaksanaan pemeriksaan pendahuluan melalui persidangan jarak jauh yang berkaitan dengan pihak ketiga ditanggung oleh pemohon sedangkan penggunaan fasilitas yang tersedia di Mahkamah Konstitusi tidak dikenakan biaya. 9

TATA LAKSANA PERSIDANGAN JARAK JAUH 1. Perguruan Tinggi setempat menyilakan para pihak, saksi/ahli, dan/ atau pengunjung untuk menulis nama dan membubuhi tanda tangan pada buku daftar kehadiran sebelum memasuki ruang sidang. 2. Dalam pemeriksaan persidangan, disyaratkan Perguruan Tinggi setempat juga dihadiri oleh Pemohon dan/atau Termohon dan/atau Pihak Terkait atau kuasanya serta saksi/ahli dan para pihak yang akan didengar keterangannya di persidangan. 3. Perguruan Tinggi setempat melaporkan kehadiran Pemohon dan/ atau Termohon dan/atau Pihak Terkait atau kuasanya serta saksi/ ahli dan para pihak yang akan didengar keterangannya di persidangan kepada Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi. 4. Para pihak, saksi/ahli, pihak terkait, dan/atau pengunjung sidang sebelum memasuki ruang sidang akan dilakukan pemeriksaan oleh Petugas Keamanan, yaitu: 10

Ø memeriksa badan dan tas para pihak, saksi/ahli, pihat terkait, media massa, dan pengunjung sidang yang akan memasuki ruang sidang. Ø melarang anak-anak di bawah umur masuk ke ruang sidang. Ø memberikan peringatan kepada pengunjung sidang untuk tidak mengaktifkan hand phone selama sidang berlangsung. Ø melarang pengunjung sidang yang membawa peralatan demo untuk masuk ke area ruang sidang. 5. Petugas MK mengumumkan atau membacakan Peraturan Tata Tertib Persidangan dilakukan 10 menit sebelum sidang dimulai disertai penayangan video Peraturan Tata Tertib Persidangan yang dapat disaksikan langsung oleh para pihak, saksi/ahli, pihak terkait, dan/ atau pengunjung sidang. 6. Sidang dibuka oleh Ketua Sidang dan menyatakan sidang terbuka untuk umum serta memberitahukan agenda persidangan. 11

7. Sidang dibuka oleh Ketua Sidang dan menyatakan sidang terbuka untuk umum serta memberitahukan agenda persidangan. 8. Setelah sidang dibuka, Ketua Sidang menyilakan para pihak, saksi, dan ahli untuk memperkenalkan dirinya masing-masing. 9. Dalam hal saksi atau ahli yang akan didengar keterangannya tidak mampu berbahasa Indonesia, saksi atau ahli tersebut didampingi penerjemah. 10. Saksi, ahli, dan/atau penerjemah yang berada di Perguruan Tinggi setempat sebelum didengar keterangannya terlebih dahulu mengangkat sumpah atau janji menurut agamanya masing-masing didampingi Rohaniwan dengan dipandu oleh Hakim Konstitusi dari ruang sidang Mahkamah Konstitusi. 11. Dalam hal para pihak, saksi, dan ahli akan menyampaikan keterangan, pendapat, dan/atau tanggapannya, terlebih dahulu harus meminta dan/atau mendapat izin Ketua Sidang. 12

12. Para pihak, saksi, dan ahli yang akan menyampaikan keterangannya setelah diberikan kesempatan oleh Ketua Sidang. 13. Dalam hal para pihak, saksi, dan ahli akan mendukung keterangannya dengan menyampaikan atau memperlihatkan alat bukti surat atau tulisan atau gambar, dapat menggunakan fasilitas peralatan vicon dengan terlebih dahulu memberitahukan kepada Operator Vicon Perguruan Tinggi setempat. 14. Operator Vicon Perguruan Tinggi setempat akan melakukan transfer data berupa surat atau tulisan atau gambar dengan menggunakan peralatan vicon, sehingga masing-masing dapat saling melihat, berbicara, dan mendengar dalam suatu persidangan. 15. Hakim Konstitusi, para pihak yang berada di ruang sidang Mahkamah Konstitusi, dan para pihak yang berada di Perguruan Tinggi setempat dapat mengajukan pertanyaan, menyampaikan pendapat, dan/atau tanggapannya terhadap alat bukti tersebut. 13

16. Untuk kepentingan pemeriksaan, Hakim Konstitusi dapat meminta alat bukti dalam bentuk hard copy atau soft copy kepada pihak yang mengajukan untuk disampaikan kepada Mahkamah Konstitusi melalui Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi setelah persidangan, yang selanjutnya akan dilampirkan dalam berkas perkaranya. 17. Para pihak, saksi, ahli, dan/atau pengunjung sidang yang menghadiri persidangan tidak diperkenankan: a. memberikan dukungan, komentar, saran, tanggapan, atau mengajukan keberatan atas keterangan yang diberikan oleh saksi atau ahli selama persidangan berlangsung; b. melakukan perbuatan atau tingkah laku yang dapat mengganggu persidangan atau merendahkan kehormatan dan martabat Hakim Konstitusi serta kewibawaan Mahkamah; c. memberikan ungkapan atau pernyataan di dalam persidangan yang isinya berupa ancaman terhadap independensi Hakim Konstitusi dalam memutus perkara. 14

18. Dalam hal terjadi pelanggaran tersebut oleh para pihak, saksi, ahl, dan/atau pengunjung sidang yang merupakan penghinaan terhadap Mahkamah Konstitusi, maka Ketua Sidang akan memberikan teguran dan memberikan peringatan. 19. Apabila setelah diperingatkan dengan patut terhadap terjadinya pelanggaran Tata Tertib Perssidangan tetapi tidak diindahkan, Ketua Sidang dapat memerintahkan kepada Petugas Keamanan untuk mengeluarkan para pihak, saksi, ahli, dan/atau pengunjung sidang dari ruang sidang di Perguruan Tinggi setempat atau gedung Mahkamah Konstitusi. 15

SEKIAN TERIMA KASIH